BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling pokok/utama. Berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung pada pengalaman yang dialami oleh siswa. Para ahli pendidikan telah membuat suatu definisi tentang belajar, salah satunya adalah Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi yang didapat dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar mengajar yang diperoleh di sekolah. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Sedangkan Nana Sudjana (1993: 5) mengemukakan “Belajar adalah suatu proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dimana perubahan tersebut sebagai hasil dari proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar. Gagne dalam Slameto (2003) mengemukakan ”Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diproses dari instruksi”. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan suatu perubahan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku serta penguasaan keterampilan yang diproses dari instruksi.
6
2.1.2 Hasil Belajar Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Dimyati dan Mujiono dalam Lina(2009:5), mengemukakan bahwa “Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.” Menurut Winkel (Lina, 2009: 5), mengemukakan bahwa “Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.” Menurut Arif Gunarso (Lina, 2009: 5), “Hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar yang telah dilakukannya pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar, Nana Sudjana (1990:22). Melihat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat diambil suatu kesimpulan mengenai hasil belajar yaitu bukti keberhasilan seseorang setelah melaksanakan suatu usaha pembelajaran dilihat dari perkembangan mental yang lebih baik dibandikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto ada dua, yaitu faktor Internal dan Eksternal.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran biasanya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Namun tidak menutup kemungkinan hasil belajar yang diperoleh siswa jauh dari harapan yang diinginkan guru. Menurut Slameto (2003), hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a) Faktor Internal Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi aspek psikologis yaitu faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan siswa misalnya tingkat kecerdasan, sikap, bakat minimal dan motivasi siswa. 7
b)
Faktor Eksternal 1) Lingkungan Sosial Meliputi para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan siswa misalnya tingkat kecerdasan, sikap, bakat minimal dan motivasi siswa. 2) Lingkungan Non Sosial Yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan. Secara keseluruhan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan penelitian. Masih menurut Slameto (2003), berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Adapun perincian dari ketiga ranah yang dikemukakan Bloom adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara 8
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, Puskur, Balitbang Depdiknas (2009:4). Ismet dan Adeng Slamet (2008) mengemukakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan seterusnya”. Sedangkan dalam Wikipedia, Ilmu Alam (Inggris:natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun, (wikipedia.org). Berdasarkan beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam melalui tahapa-tahapan ilmiah dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.
2.1.5 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
9
Asy’ari, Muslichah (2006) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mengsintesis data. Poedjiati (2005) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.
2.1.6 Tujuan Pembelajaran IPA Menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
10
2.1.7 Ruang Lingkup IPA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut : a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Adapun ruang lingkup IPA dalam kelas V sekolah dasar pada semester II adalah energi dan perubahannya, dalam materi ini dibahas tentang Gaya dan pesawat sederhana. Materi gaya dalam IPA di bagi ke dalam empat subpokok yaitu Gaya Gravitasi, Gaya Pegas, Gaya Gesek dan Gaya Magnet, sedangkan untuk pesawat sederhana meliputi: Pengungkit, Bidang Miring, dan Katrol , Depdiknas (2006). a. Gaya Gaya mempunyai arti yang berbeda-beda. Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan gaya sebagai berikut: Poppy (2008) mengartikan gaya sebagai tarikan dan dorongan, sedangkan Ajen (2004) mendefinisaikan gaya sebagai tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi suatu benda. Adapun jenis gaya yang dibahas oleh peneliti antara lain: gaya gesek, gaya gravitasi dan gaya magnet. 1) Gaya gesek Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu dapat berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh kasar licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin halus/licin permukaan gaya gesek semakin kecil. Makin kasar permukaan gaya gesek semakin besar. Contoh penggunaan gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan roda gerobak sapi yang dilapisi karet, seperti pada gambar 2.1.
11
Gambar 2.1 Gerobak yang berjalan di jalan beraspal 2) Gaya magnet Magnet berasal dari kata Magnesia yaitu tempat orang Yunani menemukan sifat magnet yang terdapat dalam batu-batuan yang dapat menarik logam. Magnet disebut juga besi berani. Kekuatan yang menarik jarum, paku, atau benda logam lainnya yang ada disekitarnya. Magnet memiliki 2 kutub yaitu kutub utara dan selatan. Bentuk magnet beragam ada yang berbentuk jarum, ada yang berbentuk huruf “U”, berbentuk silinder, berbentuk lingkaran dan ada yang berbentuk batang. Adapun bentuk-bentuk magnet tersebut di atas dapat dilihat seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Macam – macam magnet
12
3) Gaya grafitasi Gaya gravitasi adalah gaya yang menarik semua benda baik benda hidup maupun benda tidak hidup ke arah pusat bumi. Contoh : daun berguguran dari pohon, buah yang telah masak jatuh ke tanah, dan penerjun payung. Benda-benda yang mengalami tarikan gaya gravitasi bumi akan bergerak jatuh ke tanah. Gerak jatuh akan semakin cepat bila benda semakin dekat dengan tanah. Setelah benda mencapai tanah, gaya gravitasi tetap bekerja sehingga benda tetap berada pada tempatnya. Akibat tidak adanya gaya gravitasi semua makhluk hidup dan makhluk tak hidup akan melayang-layang di angkasa. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Astronot melayang di luar angkasa. b. Pesawat Sederhana Dalam
kehidupan
sehari-hari,
tentunya
manusia
tidak
lepas
menggunakan alat bantu dalam melakukan pekerjaannya. Alat yang membantu manusia mempermudah pekerjaan disebut pesawat sederhana, Ismet (2008). Sedangkan menuru Ajen (2004) pesawat sederhana adalah alat bantu untuk memudahkan pekerjaan manusia, yang tersusun sederhana. Jadi pesawat sederhana adalah alat yang membantu untuk mempermudah pekerjaan manusia yang tersusun sederhana. Pesawat sederhana tersebut antara lain : bidang miring, pengungkit/ tuas, katrol. 1) Pengungkit atau Tuas Pengungkit atau tuas merupakan peralatan yang menggunakan prinsip pesawat sederhana yang berfungsi untuk meringankan pekerjaan 13
manusia. Prinsip kerja pengungkit atau tuas adalah mengatur perbandingan antara panjang lengan kuasa dengan panjang lengan beban. Untuk memperkecil kuasa (gaya) dalam mengangkat beban dapat dilakukan dengan cara memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban. Berdasarkan kedudukan, titik tumpu dan titik kuasa, pengungkit dibagi dalam tiga jenis, yaitu: a. Pengungkit jenis Pertama Merupakan pengungkit yang susunannya adalah titik tumpu berada diantara titik beban dan titik kuasa. Contoh: timbangan, gunting, jungkatjungkit dan pencabut paku. Contoh benda yang menggunakan pengungkit jenis pertama dapat dilihat seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Contoh Pengungkit Jenis Pertama b. Pengungkit jenis kedua Adalah pengungkit yang bebannya terletak diantara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh: gerobak, pemecah buah kenari, seperti pada gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5 Contoh Pengungkit Jenis Kedua
14
c. Pengungkit jenis ketiga Adalah pengungkit yang kuasanya terletak diantara titik tumpu dan beban. Contoh : Sekop, sapu, dll, seperti yang terlihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Contoh Pengungkit Jenis Ketiga 2) Bidang Miring Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan membentuk sudut. Pesawat sederhana jenis ini biasa digunakan untuk menaikkan benda-benda tertentu ke tempat yang lebih tinggi. Besarnya gaya untuk menaikkan benda melalui bidang miring tergantung pada kemiringan benda. Penggunaan bidang miring untuk membantu pekerjaan memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya, gaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil. Kerugiannya, jarak tempuh yang dilaluinya akan semakin jauh.
Gambar 2.7 Jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip bidang miring sebagai berikut: jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok agar mudah dilalui, tangga naik ke suatu tempat dibuat melingkar untuk 15
melandaikan bidang miring, menaikkan drum ke atas truk dengan menggunakan papan kayu dalam bidang miring, sekrup yang bentuknya dibuat melingkar. 3) Katrol Katrol merupakan jenis pesawat sederhana yang digunakan untuk memudahkan mengangkat benda-benda yang berat. Katrol terdiri dari roda kecil yang beralur yang dapat berputar pada porosnya. Menurut cara penggunaannya, katrol dibedakan menjadi tiga jenis yaitu katrol bebas, katrol tetap dan katrol ganda. a. Katrol Bebas Katrol ini dapat naik turun bersama benda yang diangkatnya. Biasanya katrol ini dipasangkan pada beban yang akan ditarik. Katrol bebas dapat mengurangi berat beban atau gaya hingga setengahnya, seperti yang terlitah pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Katrol Bebas b. Katrol Tetap Katrol tetap adalah katrol yang dipasangkan di suatu tempat dan menetap. Katrol ini tidak mengurangi gaya, tetapi memudahkan mengubah arah gaya. Contoh: katrol pada sumur dan pada ujung tiang bendera (kerekan), seperti yang terlihat pada gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.9 Katrol Tetap
16
c. Katrol Ganda Katrol ganda adalah katrol yang merupakan gabungan dari katrol bebas dan katrol tetap. Katrol ganda ini biasa digunakan untuk mengangkat beban ke atas, karena gaya yang diperlukan lebih kecil, ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Katrol Ganda 2.1.8 Kit IPA Suatu pembelajaran akan lebih menarik bila menggunakan alat peraga. Siswa biasanya akan sangat antusias dalam pembelajaran. Beberapa ahli pendidikan telah mendefiniskan tentang alat peraga. Menurut Trisnoherawati (2004:1) “Alat Peraga IPA merupakan alat-alat yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA di kelas Sekolah Dasar”. Alat peraga (Kit) dimaksudkan untuk memudahkan proses pembelajaran, sehingga diharapkan mutu pengajaran bisa meningkat. Kit IPA dapat dijadikan suatu alat yang dapat membantu proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Trisnoherawati (2004:13) bahwa kegunaan Kit IPA dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. b. Untuk menekankan pada metode-metode pembelajaran interaktif. c. Untuk mengembangkan program pengembangan Sumber Daya Manusia. d. Untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bermutu. e. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi, dan teknik di Indonesia. f. Untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas. 17
Dalam penggunaan Alat Peraga IPA tentu harus memperhatikan beberapa persyaratan sehingga Kit tersebut mempermudah pembelajaran IPA. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: a. Membuat petunjuk pengamatan terhadap percobaan. b. Membuat hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati siswa / hasil pembahasan dengan siswa sebelumnya. c. Membuat kesimpulan yang ditemukan oleh siswa. d. Memberi informasi penting yang diberikan oleh guru tentang topik ketentuan. e. Mempersiapkan gambar-gambar yang membantu menjelaskan dan mengerti suatu masalah. f. Membuat ringkasan topik tertentu.
Adapun peranan Alat Peraga IPA di sekolah dasar antar lain: 1. Kit murid untuk percobaan yang dilaksanakan oleh siswa sendiri dalam kelompok-kelompok kecil. 2. Kit guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya dilakukan oleh guru dan siswa. 3. Sebagai buku panduan IPA percobaan-percobaan yang dirakit sendiri dengan menggunakn bahan/barang yang ditemukan di lingkungan tempat tinggal siswa. Melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa KIT IPA merupakan alat yang berguna untuk membantu kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran IPA yang telah ditentukan, melalui percoban dengan memanfatkan bahan yang sederhana.
2.1.9 Langkah – Langkah Penggunaan Kit IPA a. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Pegas Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 18
1. Bahan dan Alat : a. Neraca Pegas b. Balok kayu c. Balok alumunium 2. Cara Kerja a. Siapkan semua bahan dan alat praktikum. b. Guru memperagakan mengangkat balok kayu tanpa menggunakan neraca pegas. c. Kemudian balok kayu dan balok alumunium diangkat dengan menggunakan neraca pegas secara bergantian. d. Semua siswa mengamati apa yang dicontohkan oleh guru. e. Guru meminta setiap kelompok yang telah dibentuk untuk mempraktikan apa yang telah dicontohkan di awal. f. Bandingkan ketika balok kayu dan alumunium diangkat tanpa menggunakan neraca pegas dan dengan menggunakan neraca pegas. g. Selanjutnya hasilnya dituliskan pada lembar pengamatan yang telah disediakan. h. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari praktik yang telah dilakukan.
b. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gesek Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT Gaya Gesek, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Bahan dan Alat : a. Pegas b. Kotak resonansi c. Kaca d. Kotak kit
19
2. Cara Kerja a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam percobaan. b. Guru merakit alat yang akan digunakan untuk praktikum. c. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan maksud untuk ditarik. d. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan dengan menggunakan pegas. e. Selanjutnya, guru meletakkan kotak resonansi di atas kotak kit. f. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan maksud untuk ditarik. g. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan menggunakan pegas. Hal serupa juga dilakukan pada permukaan kaca. h. Siswa diminta untuk mengamati percobaan yang dilakukan. i. Siswa diminta untuk melakukan praktikum, kemudian mencatat hasil pengamatannya pada lembar pengamatan yang telah disediakan. j. Pada akhir praktikum, guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
c. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Magnet Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT Gaya Magnet, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Bahan dan Alat : a. Magnet b. Paku c. Daun d. Kertas e. Pensil
20
2. Cara Kerja a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum. b. Guru mengambil magnet batang dan mendekatkannya pada sebatang besi, kemudian kaca, alumunium, dan kuningan. Siswa memperhatikan dengan seksama. c. Guru meminta setiap kelompok untuk mempraktikkannya. d. Siswa diminta mengamati hasil percobaan dan mencatat pada lembar pengamatan yang telah disediakan. e. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
d. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gravitasi Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT Gaya Gravitasi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Bahan dan Alat : a. Plastisin b. Bola c. Kertas 2. Cara Kerja a. Guru mempersiapkan alat dan bahan praktikum. b. Guru meminta perwakilan setiap perwakilan kelompok untuk maju ke depan kelas. c. Masing-masing siswa diminta untuk menjatuhkan plastisin, bola dan kertas,
sedangkan
masing-masing
kelompok
menuliskan
hasil
pengamatan mereka pada lembar kerja yang telah disediakan . d. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
21
e. Langkah-langkah penggunaan KIT Bidang Miring Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT Gaya Bidanng Miring, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Bahan dan Alat : a. Tutup kotak resonansi b. Neraca pegas c. Kotak Kit IPA d. Benang e. Papan triplek (20x40) 2. Cara Kerja a. Guru mengangkat tutup kotak resonansi dengan cara mengaitkannya pada pegas, kemudian siswa melakukan hal serupa dan masing-masing kelompok mengukur panjang regangan pegas. b. Guru membuat bidang miring dengan kemiringan tertentu menggunakan papan triplek. c. Guru meletakkan tutup kotak resonansi yang dikaitkan pada pegas kemudian menariknya dari bawah ke atas kemudian siswa melakukan hal serupa dan masing-masing kelompok mengukur panjang regangan pegas. d. Lakukan percobaan tersebut secara berulang dengan sudut yang berbeda. e. Siswa mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan yang telah disediakan. f. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dariu hasil percobaan yang telah dilakukan.
f.
Langkah-langkah penggunaan KIT Pengungkit/ Tuas Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT Gaya Pengungkit/ tuas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 22
1.
Bahan dan Alat : a. tiang neraca b. dudukan neraca beralur c. piring neraca d. neraca pegas e. lengan neraca beralur f. kubus aluminium g. penggantung piring neraca h. kotak Kit IPA
2.
Cara Kerja a. Merakit neraca dengan cara : 1) Meletakkan tiang keseimbangan tegak lurus (berdiri) di atas meja. 2) Memasukkan lengan neraca be ralur kedalam dudukan neraca. 3) Meletakkan dudukan neraca di atas tiang keseimbangan pada lubang tertentu. 4) Meletakkan piring neraca pada penggantung piring neraca. 5) Mengaitkan penggantung piring neraca pada ujung kiri lengan neraca beralur. b. Meletakkan kubus alumunium di atas piring neraca. c. Mengaitkan neraca pegas pada ujung kanan lengan neraca. d. Menarik neraca pegas ke bawah sehingga beban yang tergantung pada lengan sebelah kiri terangkat. Letak lengan neraca harus mendatar (horizontal). e. Guru memindahkan dudukan neraca beralur pada lubang kedua belas kemudian tarik pegas ke bawah, kemudian lalukan pada lubang ke sebelas, sepuluh dan seterusnya. f. Guru menugaskan pada wakil masing-masing kelompok untuk mengukur panjang regangan pegas sambil membandingkan jarak antara kait tempat lengan neraca tergantung dan ujung lengan neraca tempat piring neraca tergantung dengan jarak hasil temuan. 23
g. Siswa diminta mencatat hasil pengamatan yang dilakukan. h. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. g. Langkah-langkah penggunaan KIT Katrol Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Bahan dan Alat : a. Piring neraca b. Penggantung piring c. Kubus kayu d. Tali 1m e. Katrol tunggal dua buah f. Kartu plastik g. Gantungan hampa udara h. Mur baut dudukan 2. Cara Kerja a. Guru mempersiapkan alat dan bahan b. Rakitlah tiang katrol dengan cara : i. Tempelkan kartu plastik pada dinding kotak dengan menggunakan mur baut. ii. Tempelkan gantungan hampa udara pada kartu plastik tersebut/dinding yang permukaannya halus. c. Gantunglah kubus kayu dengan menggunakan neraca pegas kemudian ukurlah rentang panjang pegasnya. d. Gantunglah katrol tunggal pada gantungan hampa udara kemudian tariklah kubus kayu tersebut, bandingkan dengan c. e. Lakukan hal serupa dengan menambah jumlah katrol, kemudian catatlah hasil pengamatan pada lembar pengamatan. f. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. 24
2.2 Kajian hasil penelitian yang relevan Bebarapa penelitian relevan yang berkaitan dengan KIT IPA, antara lain : 2.2.1 “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Tematik Dengan Menggunakan Alat Peraga Nyata Pada Kelas Rangkap di SD Negeri 2 Kedungpuji Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Semester II 2010/2011”, oleh Siti Marifah, S1 PGSD FKIP UKSW. Hasil penelitian: dengan menggunakan alat peraga ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas I dan II SD Negeri 2 Kedungpuji Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen pada semester II 2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase ketuntasan hasil belajar IPA. Perbandingan ini dapat diketahui dari hasil tes awal, siklus I dan siklus II, peningkatannya yaitu 100%. 2.2.2 “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga KIT IPA Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010” oleh Elizabeth Kami, S.Pd, FKIP UKSW Salatiga. Hasil Penelitian: setelah diadakan perlakuan tindakan selama II siklus, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan. Ada peningkatan prestasi belajar dari 62,5% sebelum diadakan tindakan menjadi 74,79% pada siklus I dan 86,17% pada siklus II. Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa melalui penggunaan alat peraga Kit IPA dapat meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga Kit IPA Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010. 2.2.3 “Penggunaan Alat Peraga KIT IPA Buatan SEQIP Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA Kelas V SDN Plodongan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun Ajaran 2009/2010” oleh Sarlan,S.Pd, FKIP UKSW Salatiga. Hasil penelitian : Penggunaan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Plodongan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Hal ini terbukti pada awal pembelajaran siklus I diadakan pretes dengan pencapaian KKM hanya 06,45% dari jumlah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Setelah diberi pembelajaran dengan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP, pada evaluasi akhir siklus I seluruh
25
siswa mencapai nilai >5,8 dan pada akhir siklus II seluruh siswa juga memperoleh nilai >5,8, yang berarti semua siswa kelas V dapat mencapai KKM .
2.3 Kerangka berpikir
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru Menggunakan Metode Konvensional
Guru menggunakan Kit IPA
Diduga Hasil Belajar Tuntas > KKM
Hasil Belajar Siswa Rendah
Ada Peningkatan Tapi Belum Tuntas
Ada Peningkatan Hasil > KKM ( 68)
80%
Gambar 2.11 Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA pada hakikatnya sangat menarik dan menyenangkan, tetapi adakalanya siswa sekolah dasar merasa jenuh dengan pembelajaran ini. Dalam pembelajaran IPA biasanya siswa diajak praktik langsung menggunakan alat-alat peraga yang telah tersedia (KIT IPA). Namun masih banyak guru yang melaksanakan pemblajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga siswa merasa cepat bosan, hal ini pula yang terjadi di SD Negeri Bawen 03, dari hasil observasi yang dilakukan, ternyata di Kelas V masih banyak siswa yang hasil belajar IPAnya masih di bawah KKM. Nilai KKM yang ditetapkan untuk pembelajaran IPA adalah 68.
26
Proses pembelajaran yang tidak menggunakan alat peraga merupakan salah satu faktor dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh, sehingga dengan pembelajaran menggunakan alat peraga, siswa akan langsung berinteraksi dengan hal yang dipelajari pada pelajaran IPA. Dengan penggunaan Kit IPA ini diharapkan hasil belajar anak akan meningkat dan tuntas dari KKM yang telah ditetapkan. 2.4 Hipotesa Penelitian Berdasarkan paparan teori-teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri Bawen 03 Kabupaten Semarang.
27