BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran juga dapat memaknai sebagai perangkat rencana pembelajarn yang mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran lingkungan pembelajaran, serta membimbing aktivitas pembelajaran dikelas atau ditempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Joyce dan Weil (1992 :1) dalam Trianto berpendapat bahwa : “models of teching are really models of lerning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselver, we are also teaching them how to learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan ide diri sendiri, selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. Menurut Agus Suprijono (2013:46) Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran dikelas. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perangkat rancangan dalam proses yang digunakan sebagai teknik untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
7
8
2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture Menurut Suprijono (2009), mengemukakan bahwa model pembelajaran Picture and Picture adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh yang dari kasus atau gambar yang relavan. Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example Non Example. Dalam Picture and Picture komponen yang utama adalah digunakan media gambar dalam mendukung proses pengajaran. penggunaan model pembelajaran Picture and Picture ini lebih menekankan pada gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urut logis. Biasa yang lebih dominan digunakan dikelas tinggi, namun dapat juga digunakan dekelas rendah dengan menekankan aspek spikologis dan tingkat perkembanagan siswa kelas rendah seperti kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model pembelajaran Picture and Picture menggunakan gambar yang akan ditampilkan dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta yang berukuran besar. Gambargambar tersebut juga bisa ditampilkan melalui bantuan PowerPoint. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehungga anak yang berada dibelakang dapa juga melihat dengan jelas. Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pembelajaran Picture and Picture, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk di pasangkan atau diurutkan secara logis oleh siswa dan menghasilkan deskripsi singkat dari suatu materi pelajaran menekankan kemampuan siswa untuk menganalisis sebuah konsep yaitu materi yang dibahas. Pengertian model Picture and Picture menurut peneliti adalah suatu pembelajaran yang dilakukan guru dengan menghadirkan contoh berupa gambar dari suatu materi yang dipelajari siswa. Sehingga siswa dapat mempelajari materi
9
dengan lebih jeals dan mudah dipahami dan akan membuat siswa tidak menjadi jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran. 2.1.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture and Picture Langkah-langkah yang dilakukan pembelajaran Picture and Picture dalam Miftahul (2015) adalah : a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Pada tahap ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian siswa dapat mengukur sampai sejauh mana kompetensi yang mereka kuasainya. Disamping itu guru juga harus mencapaikan indikatorindikator ketercapaian kompetensi dasar, tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mencapainya peserta didik b. Menyajikan materi sebagai pengantar Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. c. Guru
menunjukan
atau
memperlihatkan
gambar-gambar
kegiatan
berkaitan materi Dalam proses penyajian materi, guru mengajarkan siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.
Dalam
perkembangan
selanjutnya
guru
dapat
nenodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau dokumentasi kegiatan tertentu. d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
10
Pada tahap ini guru harus melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa tertekan. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap
menjalankan tugas yang diberikan. Gambar-gambar
yang sudah ada diminta oleh siswa untuk mengurutkan, dibuat atau modifikasi. e. Guru menyampaikan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut Setelah itu ajakan siswa menemukan tuntutan kompetensi dasar dengan indikator yang akan dicapai. Usahakan agar proses diskusi berlangsung dengan tertib dan terkendali. Jadi guru harus mampu mengendalikan situasi yang terjadi sebagai moderator utamanya dengan memberikan sedikit penjelasan jika terdapat kendala dalam diskusi sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik. f. Dari alasan atau urutan gambar tersebut Guru mulai menamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang akandicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru memberikan penekanan-penekanan pada hal yang dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan, atau menjelaskan gambar-gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. g. Kesimpulan atau rangkuman Diakhir pembelajaran guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Guru membantu proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam ingatan siswa. 2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Picture and Picture Setiap model pembelajaran pasti mempunya kelebihan dan kelamahan. Kelebihan model Picture and Picture antara lain : a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
11
b. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis c. Siswa dibantu dalam belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir d. Motivasi siswa untuk belajar semakin berkembang e. Siswa dilibatkan untuk mengemukakan pendapat Model pembelajaran Picture and Picture menitik beratkan pada gambar. Model ini mempunyai kelemahan antara lain: a. Memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif b. Munculnya kekhatiran kan terjadi kekacauan dikelas c. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain d. Gambar yang disajikan dalam ukuran kecil mengakibatkan kurang efektif untuk proses pengajaran. 2.2 IPA 2.2.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
menurut Hendro Darmojo (1992:2)
didefinisikan suatu cara atau metode untuk mengamati alam. IPA juga mengamati dunia ini yang bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan anatara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukan bahwa hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sain ditemukan. Sain berasal dari kata
science yaitu istilah yang mengacu masalah-
masalah kealaman (nature). Secara sederhana sain didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sain juga merupakan
12
bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah. Selain itu sain juga merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dari metodemetode atau proses-proses yang digunakan untuk menyelidiki, memahami, dan menjelaskan alam semesta. ( Science is also an articulated system of methods or processes used to investigate, understand and explain the natural world). Menurut Carin dan Sund (1989) menyebutkan bahwa unsur-unsur sain terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk, sikap. 1) Proses, atau metode yang meliputi pengamatan,m membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, pengukuran dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya. 2) Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidahkaidah, postulat-postulat, dan sebagainya. 3) Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima, dan sebagainya. 2.2.2 Tujuan IPA Mata pelajaran IPA di SD/MI menurut (Depdiknas, 2003:3) dalam Trianto berpendapat agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaraan Tuhan Yang
Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam cipta-Nya 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempergaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memilihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
13
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagi dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 2.2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu menggutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagi produk, proses dan sikap ilmiah,. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Asyari, Muslichah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut : 1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliput learning to know, learning to do, learning to live together , learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk diperkayakan pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri dengan pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagi individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama. 2) Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu di terapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedangkan
14
alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. 3) Prinsip Konstruktivisme, dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu membangun oleh siswa dengan cara mengaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya. 4) Prinsip Saling temas (sain, lingkungan teknologi, masyarakat). IPA memiliki
prinsip-prinsip
yang dibutuhkan
untuk
mengembangkan
teknologi. Sedangkan perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang terbaru. 5) Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah. 6) Prinsip pembelajaran bermuatan niali. Pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontrakdiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar. 7) Prinsip pakem (pembelajaran aktif, kreaktif, efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berpikir maupun kegiatan yang bersifat motorik. Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal. 2.2.4 Ruang Lingkup IPA Menurut Permendikmas No.22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagi berikut : 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.
15
3) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. 2.3 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar didefinisikan sebagai hasil yang memperoleh siswa setelah ia melakukan proses belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru. Menurut Sudjana mengatakan bahwa hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. Menurut Humalik (2002), hasil belajar adalah tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Dimyati (2002), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak dalam belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Hasil belajar menurut Blom (Agus Suprijono,2011:7) mencakup kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowlwedge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh),
application
(menerapkan),
analysis
(menguraikan,
menentukan, merencanakan, membentuk, membangun baru), dan evaluation (memberikan respon), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hal yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan prilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan seseorang yang telah berhasil menemukan sesuatu atau mempelajari pelajaran dari orang lain dan melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
16
2.4 Hasil Belajar IPA Menurut Dimyati dan Mudjiono (Slameto 2011), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan spikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Abdulrahman (Slameto 2011), hasil belajar adalah kemampuan yang memperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Menurut nana Sudjana (2010), hasil belajar adalah kemampua-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sudjana (2010), dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu : 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ungatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, ada evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnaya termasuk kognitif tingkat tinggi ; 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek , yakni penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi ; 3) Ranah psikomotorik
berkenaan
dengan
hasil
belajar
keterampilan
dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Dianatara tiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak nilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah
17
perubahan tingkat perkembangan mental yang baik dari sebelumnya akibat dari suatu proses pembelajaran yang diukur dengan pemberian evaluasi oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru pada pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa setelah diberikan treatmen atau perlakuan berupa model pembelajaran Picture and picture 2.5 Faktor-Faktor Yang Mempergaruhi Hasil Belajar Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat pengetahuan, penanaman, konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto 1988:56-74) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktorfaktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain : a) Faktor Jasmaniah Faktor jasmaniah yang mempergaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua, yaitu faktor (kesehatan dan cacat tubuh). 1) Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badan lemah, dan kelainan-kelainan fungsi alat indera lainnya. 2) Faktor Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa yang cacat makanya belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus. b) Faktor Fsikologis
18
Ada tujuh faktor yang termasuk kedalam faktor fsikologis yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: 1) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya. Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. 2) Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar. 3) Bakat Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai bakatnya, maka hasil belajar lebih baik karena ia belajar dan pastinya selanjutnya ia lebih giat lagi dan pada akhirnya akan mencapai hasil belajar yang memuaskan. 4) Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. 5) Motif Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan belajarnya. 6) Kematangan
dan
melaksanakan
kegiatan
yang
menunjang
19
Kematangan adalah suatu tingkat fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak siap (matang). Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan siswa. 7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c.
Faktor Kelelahan Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
a) Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 1) Cara Orang Tua Mendidik Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak-anak mereka, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan dan kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak, dan lain-lain yang dapat menyebabkan anak tidak/kurang dalam belajar. 2) Relasi Anatar Anggota Keluarga Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga penuh kasih sayang dan pengertian, atau diliputi oleh kebencian, sikap yang
20
terlalu keras, bersikap acuh tak acuh. Demi kelancaran dan keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang lebih baik didalam keluarga. 3) Suasana Rumah Tangga Suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, pertengkaran antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak bosan dirumah, suka keluar rumah, akibat anak malas belajar. 4) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan belajar anak. Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti
makan, pakaian perlindungan, kesehatan, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar , alat-alat tulis, bukubuku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut hanya dapat terpenuhi jika keluarga memiliki cukup uang. b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang meliputi keberhasilan belajar siswa, meliputi: Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, diatas ukuran, gedung sekolah, dan metode pengajaran guru. c) Faktor Masyarakat Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi: kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relavan Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh beberapa penulis yang menggunakan model pembelajaran Picture and picture untuk memecahkan masalah pembelajaran di Sekolah Dasar. Peneliti yang dilakukan oleh Nugraheni, Arry. (2012) “Peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Siswa Kelas V SDN 2
21
Bangsri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Program Studi PGSD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Peneliti sebagai pemberi ide dan untuk observer dilakukan guru kelas VI, sedangkan guru kelas yang melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada PTK ini terdiri dari dua siklus, pada siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan dan pada siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 80% dari jumlah siswa kelas V yang mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (62,50) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal terdapat 14 siswa yang tuntas dalam KKM (62,50) atau sebesar 41,1% dan yang belum tuntas terdapat 20 siswa atau sebesar 58,9%. Pada siklus I terdapat 25 siswa yang tuntas atau sebesar 73,6%, dan yang belum tuntas terdapat 9 siswa atau sebesar 26,4%, sedangkan pada siklus II terdapat 34 siswa yang tuntas atau sebesar 100%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkat hasil belajar IPA siswa kelas V. Penelitian dari Ela (2013) yang berjudul “Penerapan Model Picture and Picture Pembelajaran IPA Materi Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya Untuk Meningkatkan Hasil Bealajar Siswa Keals IV SDN 4 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang siswa, keberhasilan penelitian yang diamati berdasarkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai ujian setiap akhir siklus. Hasil penelitian menujukan terjadinya peningkatan siklus I nilai rata-rata siswa 56,43 dengan persentase ketuntasan 30%, pada siklus II nilai rata-rata mencapai 62,5 dengan persentase ketuntasan 46,67% dan terakhir pada siklus III nilai rat-rata 91,0 dengan persentase 95,83%. Setelah
melaksanakan penelitian tindakan kelas,
22
disimpulkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 4 Cibodas. 2.7 Kerangka Berpikir Model
pembelajaran
merupakan
kerangka
konseptual
yang
menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dengan model pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubung dengan kegiatan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi antara guru dengan siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Menurut Ibrahim (2007:10) pembelajaran Picture and Picture memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Dalam pembelajaran Picture and picture guru hanya sebagai fasilitator dan pendamping siswa serta membantu siswa yang kurang paham. Langkahlangkah dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran Picture and picture yakni dimulai dengan memberikan soal kemudian siswa diminta secara mandiri menjawab soal dan tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari guru selanjutnya siswa diminta untuk berpasangan dengan teman yang memiliki soal yang sama. Kemudian dari hasil perpaduan jawaban yang ditemukan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah dilakukan didepan kelas.Tahap akhir, setelah melakukan presentasi siswa diberikan lembar evaluasi.
23
Dengan pembelajaran
Picture and Picture siswa aktif dalam
pembelajaran baik secara individu maupun kelompok hal inilah yang mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar siswa merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu nilai yang berbeda-beda yakni ada yang memperoleh nilai yang tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan uraian diatas diduga dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan beberapa teori mengenai penggunaan Model Pembelajaran Picture and Picture maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis. Gagasan tersebut bila disajikan akan tampak seperti pada bagan 2.1
Guru: Belum Kondisi Awal
Menggunakan model pembelajaran
Siswa : Hasil belajar IPA masih rendah > KKM 65
picture and picture
Tindakan
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture aand picture
Kondisi
Pembelajaran Siklus I menggunakan model picture and picture
Pembealajaran Siklus II menggunakan model Picture and Picture
Meningkat hasil belajar siswa diatas KKM 65 dengan menggunakan model picture and picture
Akhir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
24
1.8 Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri Gedangan 01, Kecamatan Tuntang Kabupaten semarang semester II tahun ajaran 2015/2016.