BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas Penggunaan Metode Brain Gym terhadap Minat Belajar IPA 2.1.1 Pengertian Metode Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pendapat lain juga mengatakan bahwa metode adalah cara tertentu yang digunakan untuk menyampaikan pesan informasi dari satu penyampai informasi kepada penerima informasi (Mulyani Sumantri, 2001: 254). Sedangkan pakar lain mengatakan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar (Slameto, 2003: 15). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga (2002) disebutkan bahwa metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. 2.2
Pengertian Brain Gym Brain Gym adalah program pelatihan yang dikembangkan oleh Paul E.
Dennison dan Gail E. Dennison sejak tahun 1970. Awalnya program ini dirancang untuk mengatasi gangguan belajar pada anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit berkonsentrasi dan depresi, namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Dasar pemikirannya, belajar adalah kegiatan alami dan menyenangkan yang dilakukan sepanjang hidup. Kesulitan belajar biasanya berasal dari ketidakmampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi tugas baru. Brain Gym atau senam otak adalah latihan gerak sederhana yang dilakukan untuk memudahkan kegiatan belajar, membangun harga diri, dan rasa kebersamaan, rangkaian gerakan yang dilakukan, bisa memperbaiki konsentrasi belajar siswa,
6
7
meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan minat belajar, serta membuatnya lebih mampu mengendalikan stres dan kesulitan-kesulitan belajarnya (Dennison, 2005: 3). Pendapat lain mengemukakan tentang Brain Gym atau senam otak adalah serangkaian latihan fisik yang bisa digunakan untuk memperbaiki konsentrasi belajar. (Nirmala, 2001: 2). Pendapat lain menyebutkan Brain Gym adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Kartini Supardjiman, 2007: 1). Tokoh lain menyebutkan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Gunawan, 2006: 270), pendapat yang sama menyebutkan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan para siswa di Educational Kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak (Paul & Gail, 2004: 3). Gerakan-gerakan dalam Brain Gym yang dilakukan di Educational Kinesiology (Edu-K) membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah dan menarik, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Kata Education berasal dari kata Latin educare, yang berarti “menarik keluar.” Kinesiology dikutip dari Bahasa Yunani Kinesis, berarti gerakan” dan merupakan pelajaran gerakan tubuh manusia. Edu-K adalah suatu sistem yang memberdayakan semua orang yang belajar, tanpa batas umur, dengan menggunakan aktivitas gerakangerakan untuk menarik keluar seluruh potensi seseorang. Senam yang bertujuan mengaktifkan dan melancarkan semua fungsi otak, serta dilakukan dengan gerakangerakan sederhana, terbukti dapat menjaga keseimbangan manusia, meningkatkan percaya diri, serta mengoptimalkan seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki (Kompas, 2005: 7). Pada umumnya pendidik mengatasi kegagalan dengan membuat program untuk lebih memotivasi, menekankan, mengulang-ulang, dan “memaksa” belajar. Orang mencoba terlalu keras dan mematikan (“switch off”) mekanisme integrasi otak yang diperlukan untuk menyerap pelajaran secara keseluruhan. Informasi diterima oleh otak bagian belakang sebagai pesan (impress), tetapi tidak
8
dapat diungkapkan oleh otak bagian depan (express). Ketidakmampuan untuk menerangkan apa yang sudah dipelajari menyebabkan pelajar terperangkap dalam sindrom kegagalan. Jalan keluarnya adalah belajar dengan seluruh otak, melalui pembaruan pola bergerak dan kegiatan Brain Gym sehingga pelajar dapat menguasai juga bagian-bagian otak yang sebelumnya terhambat. Perubahan belajar dan perilaku kadang-kadang amat cepat dan mendalam, karena para pelajar menemukan cara untuk menerima informasi dan pada saat yang sama dapat mengungkapkan diri. Buzan dalam (Gordon dan Jeannette, 2003: 231) menyarankan anak-anak sedini mungkin mendapatkan latihan sebanyak yang mereka inginkan, yang mengandung sebanyak mungkin aktivitas fisik seperti tangan, kaki, merangkak dan memanjat, biarkan ia membuat kesalahannya sehingga ia belajar dengan cara mencoba-coba, karena anak belajar paling cepat dari pengalaman indrawi. Olahraga sederhana adalah salah satu cara yang dapat menumbuhkan semangat belajar pada anak (Gordon dan Jeannette, 2003: 226). Palmer mantan presiden Masyarakat Pembelajaran dan Pengajaran Cepat dalam (Gordon dan Jeannette, 2003: 237) menyarankan memberikan aktifitas-aktifitas stimulasi yang didesain untuk mengaktifkan bagianbagian otak yang akan meningkatkan indra penglihatan, perasa, pendengaran sebaik kemampuan mereka menyerap pengetahuan. Otak merupakan bagian yang paling penting dari tubuh kita, karena semua fungsi organ-organ tubuh, dan semua pusat kehidupan kita terletak di otak. Contoh jantung yang merupakan organ, denyutnya diatur oleh susunan saraf otonom yang berpusat disalah satu bagian otak (Tim Power Brain Indonesia). Berdasarkan fungsi keseluruhan otak, maka akan menstimulasi, meringankan, atau merelaksasi peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mengatasi semua hambatan belajarnya. Berdasarkan beberapa pengertian Brain Gym yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa Brain Gym atau senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang digunakan untuk menumbuhkan minat belajar, meningkatkan kemampuan belajar, menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun rasa kebersamaan dengan menggunakan keseluruhan otak. Dengan menerapkan Brain
9
Gym ke dalam pembelajaran, maka diharapkan berbagai kesulitan belajar dapat teratasi sehingga para siswa menjadi lebih tertarik dan berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terutama pembelajaran IPA. 2.2.1 Gerakan Brain Gym (Paul E. Dennison, 2004) Berikut gerakan-gerakan Brain Gym yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, yang digunakan dalam penelitian ini: a. Angka 8 Tidur Menggambar 8 tidur atau simbol “tak terhingga” memungkinkan pembaca untuk menyeberangi garis tengah visual tanpa berhenti, dengan demikian mengaktifkan mata kanan dan kiri serta mengintegrasikan bidang penglihatan kanan dan kiri. Angka 8 digambar dalam posisi tidur dengan titik tengah yang jelas, yang memisahkan wilayah lingkaran kiri dan kanan, dan dihubungkan dengan garis yang tersambung. Gerakan 8 tidur berfungsi mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah penglihatan, meningkatkan integrasi kedua sisi, memperbaiki penglihatan dengan dua mata bersamaan (binokular) dan melihat lebih jauh ke samping (perifer), dan meningkatkan koordinasi otot mata (terutama untuk menyusun) (Paul & Gail, 2004: 9-10). Contoh gerak sederhana Brain Gym pada gambar 2.1 dengan membentuk angka ”8” menggunakan gerak kepala, bahu, tangan, pinggul, dan kaki.
Gambar 2.1 Gambar 2.1 Contoh gerakan Brain Gym
10
b. Gajah Gerakan gajah digunakan untuk mengaktifkan bagian dalam terlinga, keseimbangan menjadi lebih baik, juga mengintegrasikan otak untuk mendengar dengan kedua telinga, membuat rileks otot-otot tengkuk yang tegang, yang sering timbul sebagai reaksi terhadap bunyi atau gerakan bibir yang berlebihan sewaktu membaca dalam hati. Cara melakukan gerakan gajah yaitu berdiri dengan kedua lutut agak menekuk, lekatkan satu telinga pada bahu, dan lengan yang sama menunjuk ke seberang ruangan, berfokus pada suatu daerah arbitrasi yang akan membantu sebagai titik tengah gambar imajiner 8 yang akan digambar secara horizontal. Pada gerakan gajah, batang tubuh, kepala dan tangan bekerja sebagai satu kesatuan, yang bergerak di sekeliling bayangan 8 Tidur dari jarak jauh, dengan fokus mata melewati tangan. Seluruh tubuh ikut bergerak, bukan hanya lengan. Gerakan gajah mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah pendengaran (termasuk kemampuan untuk memperhatikan, pengenalan, persepsi, pembedaan, dan ingatan), mendengarkan suara sendiri, daya ingat jangka panjang dan jangka pendek, kemampuan berbicara dalam hati dan berpikir, integrasi penglihatan, pendengaran, dan gerakan seluruh tubuh, dan kedalaman persepsi dan kemampuan kerja sama mata. (Paul & Gail, 2004: 15-16). c. Saklar Otak Cara dalam melakukan gerakan ini adalah letakkan satu tangan di atas pusar dengan ibu jari dan jari-jari tangan yang lain, raba kedua lekukan di antara rusuk tepat di bawah tulang selangka dan kira-kira 2-3 cm kiri-kanan dari tulang dada. Pijat daerah ini selama 30 detik sampai satu menit, sambil melirik mata dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Manfaat dalam gerakan ini adalah membantu memulihkan komunikasi antar bagian-bagian tubuh, memudahkan membaca, menulis, dan berbicara.
11
d. Titik Positif Dalam keadaan stres, otot bagian depan pada kening adalah salah satu yang mengerut, sehingga menghambat kelancaran arus neurovascular ke daerah prefrontal dari bagian depan otak. Jika kita bisa menenangkan otot bagian depan itu dengan memberikan sentuhan lembut otot wajah lainnya juga akan relaks dan arus neurovascular tidak terhambat lagi. Meningkatnya arus darah ke bagian depan otak, tempat bagian rasional terjadi, menyehatkan dan menumbuhkan serat-serat prefrontal dan membantu mencegah respons “maju atau lari” sehingga respons baru terhadap suatu situasi dapat dipelajari. Belum lama ini ada beberapa peneliti yang menstimulasi bagian depan otak dengan obat-obatan, namun gerakan Brain Gym ini telah membantu bagian depan otak hanya dengan sentuhan. Cara melakukan gerakan titik positif ini adalah dengan menyetuh lembut titik-titik di atas kedua mata, di tengah antara batas rambut dan alis, dengan ujung jari-jari tiap tangan. Gunakan tekanan secukupnya untuk menarik kulit agar kencang, dan tahan kontak itu selama sekitar satu menit. e. Gerakan Silang (Cross Crawl) Dalam latihan silang ini, pelajar menggerakkan secara bergantian pasangan kaki dan tangan yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di tempat. Gerak silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyebrangan garis tengah bagian lateral tubuh. Gerakan silang mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah penglihatan/ pendengaran/ kinestetik/ perabaan/ sentuhan, gerakan mata dari kiri ke kanan, dan meningkatkan kebersamaan penglihatan kedua mata (binokular) (Paul & Gail, 2004: 7). f. Gerakan Homolateral Gerakan homolateral meliputi mengangkat lengan pada sisi yang sama pada tubuh, dan tidak pada sisi yang berlawanan seperti dalam gerakan silang.
12
Dikontrol oleh serebelum (otak kecil sebelah belakang), modulator gerak dari batang otak kita, gerakan ini merupakan gerakan yang lebih primitif dalam gerakan Brain Gym. g. Burung Hantu Gerakan ini mengembangkan kualitas yang sama dari luasnya persepsi. Cara melakukan gerakan ini adalah memutar mata dan kepala pada waktu yang bersamaan dengan rotasi 180 derajat, yang berfungsi memberi bidang penglihatan yang luas dan pendengaran yang tajam. h. Putaran Leher (Neck Rolls) Putaran leher menunjang relaksnya tengkuk dan melepaskan ketegangan yang disebabkan oleh ketidakmampuan menyebrangi garis tengah visual atau untuk bekerja dalam bidang tengah. Bila gerakan ini dilakukan sebelum membaca dan menulis, akan memacu kemampuan penglihatan dengan kedua mata (binokular) dan pendengaran dengan dua telinga (binaural) secara bersamaan. Kepala diputar di posisi depan saja, setengah lingkaran dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Tidak disarankan memutar kepala hingga ke belakang. Gerakan putaran leher berfungsi mengaktifkan otak untuk penglihatan dengan dua mata secara bersamaan (binokular), kemampuan membaca dan menulis pada bidang tengah, pemusatan (centering), pasang kuda-kuda (grounding), dan sistem saraf pusat lebih rileks (Paul & Gail, 2004: 17-18). 2.2.2 Manfaat Metode Brain Gym Manfaat dari metode Brain Gym (Paul E. Dennison, 2006: 32), diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Membantu peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar secara berkesinambungan secara aktif dan kreatif.
b.
Memberikan stimulus terhadap aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan seluruh kemampuan otak.
13
c.
Dapat mengoptimalkan kegiatan belajar peserta didik.
d.
Menjadikan anak tidak mudah bosan dengan aktivitas belajarnya
e.
Menumbuhkan minat belajar anak
f.
Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stres
g.
Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit)
h.
Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus
i.
Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saat belajar/bekerja
j.
Meningkatkan kepercayaan diri
k.
Menunjukkan hasil dengan segera
l.
Dapat dijelaskan secara neurofisiologi : “why learning is not all in your head” by Dr. Carla Hannaford
m. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan dan stress belajar. n.
Memandirikan seseorang dalam hal belajar, dan mengaktifkan seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki seseorang.
o.
Diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA, dan sudah tersebar luar di lebih dari 80 negara.
2.2.3 Penerapan Brain Gym dalam Pembelajaran Brain Gym atau senam otak dalam penelitian ini adalah serangkaian gerak sederhana yang digunakan untuk menumbuhkan minat belajar siswa, menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun rasa kebersamaan dengan menggunakan keseluruhan otak. Dengan menerapkan Brain Gym ke dalam pembelajaran, maka diharapkan berbagai kesulitan belajar dapat teratasi sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang menjadi dasar dalam penerapan Brain Gym adalah untuk menumbuhkan minat belajar anak, sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Penerapan Brain Gym sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira (Heru Subrata, 2008: 3).
14
Brain Gym juga bisa dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa setelah menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan kelelahan pada otak. Brain Gym mempunyai tujuan agar siswa dapat bermain dan melakukan olah tubuh yang dapat membantu meningkatkan kemampuan otak mereka. Adapun gerakan tubuh dalam Brain Gym dapat dilakukan dengan mudah oleh siapa saja dan dengan efek yang langsung terlihat. Dalam filosofi Educational Kinesiology, siswa justru sangat disarankan untuk bergerak mengikuti dorongan gerak secara alamiah dan tidak dipaksakan. Brain Gym telah digunakan oleh guru dan para ahli terapi dalam suatu program yang ditujukan untuk membantu anak
yang
mengalami kesulitan dalam
perkembangan dan pembelajaran. Apabila Brain Gym dilakukan teratur dalam kegiatan pembelajaran di kelas, akan menghasilkan efek positif, seperti mind focusing (konsentrasi pikiran) serta ice breaking (penawar kejenuhan belajar) yang pada akhirnya membantu menumbuhkan minat belajar siswa, memunculkan spirit, motivasi, energi positif dan optimis dalam meraih prestasi. Brain Gym juga berfungsi sebagai hidden curriculum untuk membangun character building ke dalam semua bidang studi. (Koran pendidikan, 2007: 4). Brain Gym awalnya dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit berkonsentarasi dan depresi. namun dalam perkembangannya, setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Brain Gym pertama kali diperkenalkan oleh Paul E. Dennisson diawal 1981. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Paul dan Gail (2004: 3) gerakan-gerakan dalam Brain Gym yang dilakukan di Educational Kinesiology (Edu-K) membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah dan menarik, terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Selain itu Team Power Brain Indonesia juga telah mengadakan sebuah penelitian latihan otak dengan optimalisasi fungsi sepuluh menit sehari selama 30 hari pada anak usia 5 tahun hingga usia lanjut (75 tahun). Dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengembangkan 9 aspek
15
kecerdasan, optimalisasi otak kanan dan otak kiri dan meningkatkan daya kreatifitas anak. 2.2.4 Tahap Pembelajaran dengan Metode Brain Gym Tahap pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam penggunaan metode Brain Gym yaitu dengan melakukan pengenalan/orientasi kepada siswa tentang Brain Gym dan pengenalan-pengenalan gerakan yang akan dilakukan, kemudian meminta siswa untuk mencoba mengikuti gerakan-gerakan yang telah dibuat dan gerakan pertama ini dilakukan pada awal pembelajaran/pra pembelajaran agar siswa tertarik dan berminat dalam mengikuti pembelajaran. Tahap kedua yaitu melakukan gerakan Brain Gym disaat pembelajaran tengah berlangsung sebagai ice breaking (penawar rasa jenuh belajar) dan kegiatan ini dapat dilakukan untuk menarik perhatian siswa jika telah terlihat lelah atau bosan dalam mengikuti pembelajaran agar minat belajarnya dapat tumbuh kembali. Tahap yang ketiga yaitu gerakan Brain Gym dilakukan pada akhir pembelajaran untuk melihat kemampuan siswa lebih lanjut dalam melakukan gerakan-gerakan Brain Gym yang telah dilakukan bersama dan gerakan terakhir pada kegiatan pembelajaran ini merupakan pemantapan gerakangerakan Brain Gym yang telah dilakukan pada awal pembelajaran serta memberikan penjelasan lebih lanjut tentang Brain Gym kepada siswa. Berikut tahap kegiatan pembelajaran dengan metode Brain Gym secara lebih rinci dan sistematis: a.
Pengenalan/tahap orientasi Brain Gym (senam otak) kepada siswa dan melakukan gerakan Brain Gym dengan bantuan peneliti. Penerapan Brain Gym sangat baik dilakukan pada awal proses pembelajaran terlebih lagi bila diiringi dengan lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira (Heru Subrata, 2008: 3).
b.
Melakukan gerakan-gerakan Brain Gym pada saat pembelajaran berlangsung dengan jeda sejenak atau beberapa menit, sebagai ice breaking (penawar rasa jenuh belajar).
c.
Melakukan gerakan-gerakan pada akhir pembelajaran sebagai pemantapan gerakan-gerakan Brain Gym yang telah dilakukan pada awal pembelajaran.
16
d.
Penjelasan kembali kepada siswa tentang manfaat dari gerakan-gerakan Brain Gym.
2.3
Pengertian Minat belajar Minat belajar terdiri dari dua kata yaitu minat dan belajar, dua kata ini berbeda
arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut definisi dari minat belajar : 2.3.1 Pengertian Minat Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas, dengan minat orang akan berusaha mencapai tujuannya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung untuk memperbaiki perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Namun apabila objek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka ia tidak akan memiliki minat pada objek tersebut. Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto Agus: 1981). Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Pendapat lain tentang minat yaitu Slameto (2010: 180) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, sedangkan menurut Hilgart (dalam Romlah: 22) minat adalah kecenderungan yang taat untuk memperhatikan dan mengenal beberapa kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Purbakawaca (dalam Nurkancana: 182) mengembangkan minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif menerima sesuatu dari luar. Pengertian minat tersebut mengandung arti bahwa minat melibatkan unsur batin atau jiwa yang memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas. Dimyati (1984: 22) menyebutkan minat adalah memuaskan kegiatan mental dan perhatian pada suatu objek yang ada sangkut pautnya dengan keadaan individu. Manusia akan berbuat sesuatu apabila ia
17
memenuhi minat terhadap kegiatan tersebut, minat muncul apabila manusia menyukai sesuatu. Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegaiatan itu. Selain itu Crow and Crow juga mengemukakan pendapat bahwa minat erat hubungannya dengan dorongan (drive), motif, dan reaksi emosional. Misalnya minat terhadap riset ilmiah, mekanika, atau mengajar bisa timbul dari tindakan atau dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa ingin tahu seseorang terhadap kegiatan tersebut. Selanjutnya Skinner juga berpendapat bahwa minat sebagai motif yang menunjukkan arah perhatian individu terhadap objek yang menarik atau menyenangkannya, maka ia cenderung akan berusaha aktif dengan objek tersebut. Sementara itu Dailer dan Sumartono (1983: 224) berpendapat bahwa minat adalah psikis yang berkaitan dengan objek atau menstimulir perasaan senang yang ada pada setiap individu.
Minat tersebut akan tumbuh apabila seseorang
menyenangi sesuatu, minat diawali dengan adanya perasaan senang terhadap sesuatu. Minat juga merupakan dorongan yang menyebabkan timbulnya perhatian seseorang dan pemusatan pikiran. Minat pada dasarnya adalah tindakan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri (internal) dan di luar diri (eksternal). Semakin besar hubungan tersebut semakin besar pula minat yang timbul. Berdasarkan beberapa definisi minat yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah keinginan seseorang (individu) yang melibatkan unsur jiwa atau batin melakukan kegiatan (aktivitas) dengan senang serta penuh perhatian untuk mencapai tujuannya. Selanjutnya Crow and Crow mengemukakan pendapat tentang tanda-tanda bahwa seseorang mencapai ke taraf ini antara lain adalah mau melakukan sesuatu atas prakarsa sendiri, melakukan sesuatu secara tekun, dengan ketelitian dan kedisiplinan yang tinggi, melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya itu di mana saja, kapan saja, dan atas inisiatif sendiri. Skinner mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran ada beberapa
18
hal yang dapat mempengaruhi minat siswa, maka seorang pendidik harus dapat mengubah proses belajar yang membosankan menjadi pengalaman belajar yang menggairahkan, caranya antara lain sebagai berikut: a. Materi yang dipelajari haruslah menjadi menarik dan menimbulkan suasana baru, misalnya dalam bentuk permainan, diskusi atau pemberian tugas di luar sekolah sebagai variasi kegiatan belajar. b. Materi pelajaran akan menjadi lebih menarik apabila siswa mengetahui tujuan dari pelajaran itu. c. Media yang menarik sesuai dengan materi yang diajarkan. Ada dua aspek yang terdapat dalam minat antara lain aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif mengandung pengertian bahwa minat selalu didahului oleh pengetahuan, pengetahuan, pemahaman dan konsep yang diperoleh dan dikembangkan dan pengalaman
atau
hasil
interaksi
dengan
lingkungannya.
Aspek
afektif
menunjukkan pada derajat emosional yang dinyatakan dalam bentuk proses menilai untuk menentukan kegiatan yang disenangi. Jadi, suatu aktivitas bila disertai dengan minat individu yang kuat, maka ia akan mencurahkan perhatiannya dengan baik terhadap aktivitas tersebut. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan untuk berbuat tanpa adanya unsur paksaan. 2.3.2 Pengertian Belajar Banyak ahli yang telah mencoba merasakan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Seringkali tafsiran tersebut berbeda antara satu sama lain. Dalam uraian ini dikemukakan beberapa rumusan para ahli untuk melengkapi dan memperluas pandangan tentang belajar. Menurut Gagne, belajar merupakan perubahan yang diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
19
sempurna itu, sedangkan pengertian belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Ahmad Fauzi yang mengemukakan pendapat tentang belajar adalah “Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsangan) yang terjadi”. Kemudian Slameto mengemukakan pendapat dari Gronback yang mengatakan “Learning is show by a behavior as a result of experience”. Selanjutnya Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.” Sedangkan menurut Sardiman (2004: 2) belajar adalah usaha mengubah tingkah laku. Arthur J. Gates dalam Fudyartanto (2002: 150) menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan, selanjutnya Hamalik (1994: 36) belajar adalah modifikasi atau mempengaruhi kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan saja mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perbaikan kelakuan. R.S. Chauhan juga mengemukakan pendapat bahwa belajar adalah membawa perubahan-perubahan dalam tingkah laku organisme. Sementara Morgan dalam Ngalin Purwanto (1998: 84) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Witting dalam Muhibin Syah (1999: 61), mengemukakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman. Sejalan dengan rumusan di atas ada pula penafsiran lain tentang belajar yang mengatakan bahwa belajar adalah
20
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya sebagaimana dalam teori konstruktivisme (Suceati 2005: 33). Berdasarkan beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan, perubahan tingkah laku tersebut baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif) dan dapat disimpulkan bahwa pengertian dari minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. 2.3.3 Aspek Minat Belajar Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari untuk sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57). Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (1989: 72) berpendapat bahwa minat itu dapat ditimbulkan dengan cara sebagai berikut: a. Membangkitkan suatu kebutuhan misalnya, kebutuhan untuk
menghargai
keindahan, untuk mendapatkan penghargaan dan sebagainya. b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau. c. Memberikan kesempatan mendapat hasil yang baik “Nothing succes
like
success” atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu sebab success akan memberikan rasa puas. Selanjutnya, akan memperoleh ukuran dan data minat belajar siswa, kunci pokoknya adalah dalam mengetahui aspeknya. Aspek minat belajar yaitu, terdiri dari partisipasi/perbuatan, perhatian dan perasaan senang, berikut diuraikan secara rinci:
21
1. Partisipasi/Perbuatan Minat yang telah muncul, diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar mengajar, dengan sendirinya telah membawa siswa kesuasana partisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar (Ahmad Tafsir, 1992: 24). Sementara itu, Bernard yang dikutif Sardiman A.M. (1996: 76) mengatakan bahwa minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari adanya partisipasi. Jadi, jelas bahwa soal minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu aktif dan ingin terus belajar. 2. Perhatian Perhatian
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
seseorang
dalam
hubungannya dengan pemulihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. (Slameto, 1996: 183) mengemukakan bahwa istilah perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula minat momentan, yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dalam minatnya terhadap belajar. Siswa yang berperasaan tidak senang dalam belajar dan tidak berminat dalam materi pelajaran akan mengalami kesulitan dalam memusatkan tenaga dan energinya. Sebaliknya siswa yang berperasaan senang dan berminat akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Senada dengan pendapat di atas Agus Sujanto (1991: 89) menyatakan bahwa perhatian adalah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dan sebagainya. 3.
Perasaan Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa yang sedikit banyak yang bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung pada perangsang dan alat-alat indra (Agus Sujanto, 1991: 75). Sementara itu Kartini Kartono (1996: 87) menyebut perasaan dengan istilah rencana. Maka
22
merasa itu adalah kemampuan untuk menghayati perasaan atau rencana. Rencana itu bergantung kepada isi-isi kesadaran, kepribadian, kondisi psikisnya. Ringkasnya, rencana ini merupakan reaksi-reaksi rasa dari segenap organisme psiko fisik manusia. W.S. Winkel (1996: 187) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perasaan di sini, adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan berarti bahwa perasaan pada saat-saat tertentu, intensional berarti bahwa reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang atau situasi tertentu. Apabila situasi berubah, maka perasaan berganti pula sehingga perasaan momentan dan intensional dapat digolongkan ke dalam perasaan tidak senang. Antara minat dan berperasaan
senang
terdapat
hubungan
timbal
balik,
sehingga
tidak
mengherankan jika siswa yang berperasaan tidak senang juga akan kurang berminat dan sebaliknya. 2.3.4 Perlunya Minat dalam Melakukan Aktivitas Belajar Sering tidak disadari bahwa minat merupakan faktor yang penting dalam aktivitas belajar. Minat merupakan unsur pendorong yang kuat yang sering menjadi alasan seseorang mengapa ia melakukan sesuatu. Di dalam belajar, minat sangat diperlukan, oleh sebab itu jika di dalam aktivitas belajar seseorang didasari oleh adanya minat maka akan menimbulkan suasana batin yang sangat kondusif dalam belajar. Belajar akan selalu didukung oleh suasana kegembiraan, keikhlasan, semangat, perhatian dan rasa nyaman tanpa merasa terbebani oleh adanya kesulitan yang harus dipahami dalam pelajaran. Dengan kata lain bahwa seseorang yang penuh minat dalam belajar akan melakukan aktivitas belajar tanpa perasaan terpaksa, karena belajar menjadi suatu kebutuhan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Nurkancana (1986: 230) bahwa anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minat. Hal yang sama dikemukakan pula oleh Usman (2001: 27) bahwa minat seseorang mau melakukan apa saja yang diminatinya. Hal tersebut lebih ditegaskan lagi oleh James (dalam Usman, 2001: 27) bahwa minat merupakan faktor yang menentukan derajat keaktifan belajar. Menurut
23
Slameto (2003: 58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus. b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. d. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. e. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. 2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Robert (dalam Syah, 2005: 136) minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Berdasarkan hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat diklasifikasikan, antara lain: Kemampuan dasar siswa, strategi pembelajaran, dan lingkungan keluarga. 1. Kemampuan Dasar. Thorndike (dalam Sagala, 2008: 37) menjelaskan bahwa belajar akan terjadi antara lain apabila siswa memiliki kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperanan penting dalam keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana sikap siswa menyikapi minat belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pemahaman atau insight. Hilgara (dalam Sagala, 2008: 50) menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar dengan pemahaman yaitu kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Berbicara tentang kemampuan dasar juga tak lepas dari intelegensi siswa. Stern (dalam Djamarah, 2000: 57) mengemukakan intelegensi merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan-bahan pikiran yang ada
24
menurut tujuannya. Seseorang dikatakan intelegen, apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu masalah, ini berarti, seseorang yang sukar beradaptasi dan banyak mengalami masalah dikatakan tidak intelegen. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuan dasar yang dimiliki, siswa akan dengan mudah memiliki minat terhadap apa yang dipelajari. 2. Strategi Pembelajaran. Kozna (dalam Uno, 2008: 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Di sisi lain, Dick dan Carey (dalam Uno, 2008: 1) menguraikan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan-tahapan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Memperhatikan pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar, untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik termasuk dalam menimbulkan minat dalam menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan pembelajaran. 3. Lingkungan Keluarga. Keluarga
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
upaya
mengembangkan pribadi siswa. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai- nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya
25
yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Maslow (dalam Jusuf, 2006: 37) mengemukakan keluarga merupakan lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan individu. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik secara fisik-biologis maupun sosio-psikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization). Minat merupakan aspek psikologis yang pembentukannya dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk itu, diharapkan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama harus lebih banyak berperan dalam menimbulkan minat karena minat adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar. 2.3.6 Fungsi Minat dalam Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya dalam belajar. Dalam hal fungsi minat The Liang Gie (1998: 28) mengemukakan bahwa minat merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar. Secara lebih terperinci arti dan peranan penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan belajar adalah sebagai berikut: a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi c. Minat mencegah gangguan perhatian di luar d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan e. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri, rincian penjelasannya diuraikan sebagai berikut:
26
1. Minat Melahirkan Perhatian yang Serta Merta Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan, perhatian yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian yang
dipaksakan
harus
menggunakan
daya
untuk
berkembang
dan
kelangsungannya. Menurut Jhon Adams yang dikutif The Liang Gie (1998: 29) mengatakan bahwa jika seseorang telah memiliki minat belajar, maka saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang, maka akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (1992: 24) bahwa minat telah muncul maka perhatian akan mengikutinya. Tetapi sama dengan minat perhatian mudah sekali hilang. Pendapat di atas, memberikan gambaran tentang eratnya kaitan antara minat dan perhatian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan perhatian seseorang dalam hal ini siswa terhadap sesuatu, maka terlebih dahulu harus ditingkatkan minatnya. 2. Minat Memudahkan Terciptanya Konsentrasi Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaam tenaga kemampuan
seseorang
memudahkan
berkembangnya
konsentrasi,
yaitu
memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan (The Liang Gie, 1998: 29). Pendapat senada dikemukakan oleh Winkel (1996: 183) bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kemauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar. Berdasarkan Pendapat di atas dapat
27
disimpulkan, bahwa tanpa adanya minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit dipertahankan. 3. Minat Mencegah Gangguan Perhatian Dari Luar Minat mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, jika minat belajarnya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired (The Liang Gie, 1998: 30) menjelaskan bahwa gangguan-gangguan perhatian sering kali disebabkan oleh sikap batin karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. 4. Minat Memperkuat Melekatnya Bahan Pelajaran dalam Ingatan Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran adalah daya mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana jika seseorang berminat terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat senantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat (The Liang Gie, 1998: 30). Anak yang mempunyai minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang memadai. Pendapat di atas, menunjukkan minat belajar memiliki peranan dalam memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. 5. Minat Memperkecil Kebosanan Belajar dalam Diri Sendiri. Segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, sepele dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian (Kartini, 1996: 31). Pendapat senada dikemukakan oleh The Liang Gie (1998: 31) bahwa kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang dari pada bersumber pada hal-hal di luar dirinya. Oleh
28
karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama yaitu menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya. 2.3.7 Minat terhadap Mata Pelajaran Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaran yang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie (1983: 12) adalah keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu. Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik atau tidak memiliki minat dengan materi pelajaran yang disampaikan. 2.3.8 Hubungan Metode Brain Gym dengan Minat Belajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar (Slameto: 2003). Cara tersebut berkaitan dengan cara menyampaikan bahan pelajaran oleh guru kepada siswa yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih mengembangkan bahan pelajaran itu maka cara mengajar harus menggunakan cara yang setepat-tepatnya, seefektif dan seefisien mungkin. Brain Gym adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan fungsi kerja otak sehingga dapat merespon dan mengaplikasikan informasi yang diterima. Berdasarkan uraian di atas, bahwa metode mengajar itu mempengaruhi minat belajar peserta didik. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi minat belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang progresif berani mencoba metodemetode baru yang dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran dan memotivasi proses belajar siswa dengan demikian akan berimplikasi terhadap minat belajar siswa.
29
Team Power Brain Indonesia telah mengadakan sebuah penelitian latihan otak dengan optimalisasi fungsi sepuluh menit sehari selama 30 hari pada anak usia 5 tahun hingga usia lanjut (75 tahun). Dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengembangkan 9 aspek kecerdasan, optimalisasi otak kanan dan otak kiri, meningkatkan daya kreativitas anak. Berdasarkan uraian tersebut peneliti berusaha untuk menggunakan metode Brain Gym dalam pembelajaran IPA di kelas V SD untuk mengukur minat belajarnya. 2.4
Pelajaran IPA
2.4.1 Pengertian IPA IPA berasal dari kata Sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998: 5) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal. Sedangkan menurut Abdullah (1998: 2), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan
manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan. 2.4.2 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA diterapkan dalam programprogram yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalamanpengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan
30
siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar (Slavin, 1994). Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut: a. Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. c. Memaklumi
akan
adanya
perbedaan
individual
dalam
hal
kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Selain prinsip di atas, pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006: 37) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI diantaranya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pendapat lain (Bernal, 1998: 3) juga menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPA bagi peserta didik agar peserta didik memiliki kemampuan sebagi berikut : a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
31
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Berdasarkan beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar sains tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 2.5
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Menurut skripsi Weka Erindrawanta (2009) sebuah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW dengan judul “Pembelajaran yang Menyenangkan Melalui Penerapan Brain Gym pada Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Semester II SD Negeri 1 Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo, Kabupaten Grobogan”. Berdasarkan penelitian Weka Erindrawanta (2009) menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan kesenangan belajar siswa dari kondisi awal hingga pelaksanaan Siklus II. Pada kondisi awal menunjukkan bahwa tingkat kesenangan belajar siswa termasuk dalam kategori sedang yang berada pada rerata 58, siklus I terjadi peningkatan rata-rata tingkat kesenangan belajar siswa menjadi 64 meskipun masih berada dalam kategori sedang, sedangkan untuk siklus II terjadi peningkatan yang signifikan akan tingkat kesenangan belajar siswa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan rerata 89, dengan menerapkan metode Brain Gym ke dalam pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih menyenangkan pada siswa kelas IV mata Pelajaran IPA SDN 1 Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo, Kabupaten Grobogan. Dalam penelitian Ratna Arumsari (2010) sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah Universitas Negeri Malang dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Bercerita dengan Menerapkan Teknik Senam Otak (Brain Gym) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III SD Negeri Sumberingin 3 Kabupaten Trenggalek,
32
menyatakan bahwa penerapan teknik Brain Gym dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bercerita. Terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata persiklus, siklus satu menunjukan rata-rata nilai kelas 73,75 dengan ketuntasan kelas mencapai 62,5%, pada siklus satu masih terdapat 6 siswa yang belum tuntas karena siswa tersebut belum bisa bercerita dengan lancar, hasil pada siklus dua menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas 80,62 dengan ketuntasan kelas mencapai 93,75%. Sedangkan dalam penelitian Aryani Utami (2009) Universitas Muhammadyah Surakarta sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Optimalisasi Penerapan
Brain Gym untuk Meminimalkan Phobia Siswa dalam Belajar
Matematika di Kelas IV SD Negeri Kaliancar Selogiri” menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Brain Gym dapat meminimalkan phobia siswa dan dapat meningkatkan keberanian siswa untuk aktif di kelas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase siswa yang mengalami phobia sebelum tindakan sebesar 81,25%, mengalami penurunan setelah diberi tindakan menjadi 37,5%. Keberanian siswa untuk aktif di kelas mengalami peningkatan yaitu siswa yang berani menjawab pertanyaan guru sebelum tindakan sebesar 25%, setelah diberikan tindakan menjadi 75%. Siswa yang berani mengajukan pertanyaan sebelum tindakan sebesar 18,75%, setelah tindakan menjadi 62,5%. Sedang siswa yang berani mengerjakan soal ke depan sebelum tindakan sebesar 18,75%, setelah tindakan menjadi 75%. Kesimpulan pada penelitian ini adalah permasalahan phobia siswa dalam belajar matematika dapat diatasi dengan menerapkan Brain Gym. Berdasarkan beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti “Efektivitas Penggunaan Metode Brain Gym terhadap Minat Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II Tahun pelajaran 2011/2012 ”.
33
2.6
Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori dan kajian dari berbagai penelitian yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya, peneliti cenderung berpendapat bahwa penerapan metode Brain Gym lebih efektif terhadap minat belajar IPA siswa siswa kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2011/2012. Untuk kerangka berpikirnya digambarkan dalam pola kerangka berpikir pada gambar 2.2.
Kelas Eksperimen
Pembelajaran Biasa dengan Metode Ceramah (Konvensional)
Pengukuran Awal
Pembelajaran IPA dengan Metode Brain Gym
Pengukuran Akhir
Pembelajaran dengan Penggunaan Metode Brain Gym Lebih Efektif terhadap Minat Belajar IPA Gambar 2.2 Model Kerangka Berpikir
34
2.7
Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori serta kerangka berpikir,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho :
Pembelajaran dengan penggunaan metode Brain Gym tidak efektif terhadap minat belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Ha :
Pembelajaran dengan penggunaan metode Brain Gym lebih efektif terhadap minat belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hipotesis penelitian, maka peneliti menduga ”Pembelajaran dengan
penggunaan metode Brain Gym lebih efektif terhadap minat belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.