BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika di Sekolah Dasar Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, “ Mathein” atau “ Manthenin” yang berarti mempelajari. Kata “Matematika” juga diduga erat hubungannya kata dari bahasa Sansakerta “Medha” atau “Widya” yang berarti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Menurut Sutawijaya dalam Aisyah (2007:34) Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Sedangkan menurut Subarinah (2006:32) Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari strukutur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Hal ini berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep struktur konsep
dan mencari hubungan antar konsep dan
strukturnya. Dan yang menjadikan siswa beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami. Sebenarnya apabila siswa sudah dapat menyukai atau memahami konsep matematika dasar, dan keabstrakan matematika, siswa dapat mengurai kesulitan-kesulitan pada saat mengrjakan latihan soal matematika. 2.1.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Fungsi mata pelajaran matematika sebagai : alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Fungsi matematika tersebut hendaknya
djadikan acuan dalam
pembelajaran matematika sekolah (Depdiknas,2004:12). Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut diharapkan pengelola pendidikan matematika dengan berbagai ilmu lain atau kehidupan. Sebagai tindak lanjutnya sangat diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika disekolah. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami dan menyampikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabeltabel dalam model-model cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya. Bila seorang siswa dapat melakukan perhitungan, soal-soal unit geomatri seperti bangun ruang dan bangun datar, tetapi tidak dapat menyatakan tepat atau tidaknya operasi yang digunakan
5
6
atau tidak tahu alasannya, maka tentunya ada yang salah dalam pengerjaannya atau ada sesuatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pengerjaan matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstrak ini. Siswa dilatih untuk membuat perkiraan terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contohcontoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah. Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar meliputi dua hal, yaitu : Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif; Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika pada pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2004:17). Tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar yang pertama di atas memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa. Sedangkan pada tujuan yang kedua memberikan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Adapun tujuan khusus pengajaran matematika di jenjang pendidikan dasar ini terbagi menjadi dua bagian besar. Pertama tujuan pengajaran matematika di SD dan yang kedua tujuan pengajaran matematika di SMP. Tujuan khusus pengajaran matematika di SD tadi merupakan realisasi dari fungsi matematika baik sebagai alat, sebagai pola pikir, maupun sebagai ilmu. Namun rasanya ada satu hal yang perlu kita garis bawahi dari tujuan khusus pengajaran matematika di SD ini, yaitu tentang perlu adanya usaha-usaha dari kita sebagai guru di SD untuk membina ketrampilan matematika, khususnya ketrampilan berhitung. Perlu diketahui bahwa tujuan umum matematika di jenjang pendidikan dasar adalah tujuan yang paling umum. Sedangkan tujuan yang lebih khusus yang merupakan tujuan
7
pengajaran matematika di SD. Kesemua tujuan itu bersifat dinamis dan cukup luwes sesuai dengan ketentuan yang mungkin muncul. Namun demikian, secara umum setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila siswanya telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan dibidang matematikanya. Sasaran pembelajaran matematika di SD : a. Pembentukan keterampilan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari ilmu lain. b. Penataan nalar yang logis dan rasional. c. Pembentukan sikap kritis, cermat, dan jujur. 2.1.3 Strategi Pembelajaran Matematika di SD Perkalian di Sekolah Dasar mulai diajarkan di kelas IV semester 2. Sebagai pemula agar pembelajaran menjadi bermakna dan dapat memberikan kecakapan hidup, perlu adanya pendekatan kontekstual yang permasalahannya diambilkan dari cerita yang dekat dengan konteks kehidupan peserta didik. Perkalian merupakan topik yang amat krusial/penting dalam pembelajaran matematika karena sering dijumpai terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya operasi yang lain, pembelajaran perkalian dipilah menjadi dua hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Secara matematika yang dimaksud dengan perkalian adalah penjumlahan berulang dari bilangan-bilangan yang sama pada setiap sukunya. Maka untuk membuat peserta didik mengerti akan makna dari suatu konsep seperti perkalian mereka harus diberikan penglaman nyata diawal pembelajaran tentang apa yang dimaksud dengan perkalian?. Dalam pembelajaran matematika di SD, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan tehnik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,fisik, maupun sosial. Dalam matematika belajar aktif tidak harus selalu dibentuk kelompok, belajar aktif dalam kelas yang cukup besarpun bisa terjadi. Dalam pembelajaran matematika siswa dibawa kearah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa dan kalau mungkin mendebat.
8
Prinsip belajar aktif inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan sasaran pembelajaran matematika yang kreatif dan kritis. Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SD, bahwa penerapan strategi yang dipilih dalam pengajaran matematika haruslah pada dua hal, yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran, serta optimalisasi keterlibatan seluruh indra sekolah. Pengajaran bahan ajar perlu baragam, bahkan mungkin tidak harus terus menerus dilaksanakan di dalam kelas, tetapi sekali-kali kita melaksanakan pembelajaran matematika di luar kelas. Kretifitas guru amat penting untuk mengembangkan modelmodel pembelajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk sarana dan prasarananya. Dengan peningkatan optimalisasi interaksi dalam pembelajaran matematika, untuk pokok bahasan/sub pokok bahasan tertentu yang memungkinkan dapat dicapai dengan pendekatan penemuan, pemecahan masalah atau penyelidikan. Demikian pula dengan soal-soal untuk balikan atau tugas dapat berupa soal yang mengarah pada jawaban lebih dari satu cara untuk menyelesaikannya, dan memungkinkan siswa untuk mencoba dengan berbagai cara sepanjang cara tersebut benar. Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Tidak hanya kepada “bagaimana” suatu soal harus diselesaikan, tetapi juga pada “mengapa” soal tersebut diselesaikan dengan cara tertentu. Dalam mengingat objek matematika adalah abstrak, sedangkan siswa, lebih-lebih siswa usia SD masih berpikir konkrit. 2.1.4 Metode Pembelajaran Metode barasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sabagai alat untuk mancapai tujuan. Pengetahuan tentang metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat/tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
9
2.1.5 Metode Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil. Metode pembelajaran ini dapat diartikan sebagai srategi pembelajaran yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya (Handayani 2007:77). Sebenarnya metode kerja kelompok agak mirip dengan metode pemberian tugas bersifat kelompok karena ditandai oleh bekarjanya beberapa siswa dalam melaksanakan tugas tersebut. Pembelajaran koperatif menurut ahli lain adalah suatu cara yang menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas kepada beberapa kelompok siswa untuk bekerjasama antara anggota kelompok mengerjakan tugas bersama-sama dalam mencapai tujuan belajar (Rahardjo,2005:2). Dalam pembelajaran kooperatif ditandai adanya tugas bersama dari guru, siswa dibagi dari klasikal ke berbagai kelompok kecil untuk melaksanakan tugas kelompok, adanya kerjasama antar anggota kelompok, dan hasil kerja adalah tanggung jawab bersama dan prestasi kerja merupakan hasil usaha bersama. Tujuan atau manfaat dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah : Membina kemauan dan kemampuan kerjasama; Membina sikap tanggung jawab/ kewajiban sosial; Meningkatkan keterlibatan sosial emosional dan intelektual siswa; Mengurangi sikap egois siswa dan membina sikap sosial sehingga melahirkan manusia yang seimbang; Memupuk dan memelihara rasa persatuan, tolong menolong/bantu membantu/gotong royong. 2.1.5.1 Faktor yang dapat mempengaruhi berhasil
tidaknya penggunaan metode
pembelajaran kooperatif antara lain : a. Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat kebverhasilan mengerjakan tugas, karena mereka dapat secara tepat
dan cepat dalam mengumpulkan
fakta/data. b. Kejelasan tujuan yang akan dicapai, hal ini penting karena akan menjadi pegangan/pedoman, tentang apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara-cara
10
mengerjakan, bahan-bahan/media apa yang diperlukan, dimana sebaiknya dikerjakan dan seterusnya. c. Dalam membentuk kelompok kerja harus dijaga agar hubungan antar anggota kelompok senantiasa, saling percaya, tumbuh sikap tanggung jawab bersama sehingga tidak menghambat dalam bekerja. d. Bahan/tugas harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, agar tidak mempersulit proses bekerja. e. Guru senantiasa menumbuhkan motivasi siswa, sehingga siswa dapat sungguhsungguh/aktif bekerja. f.
Pimpinan kelompok agar dipilih secara demokratis oleh siswa dan yang bersikap jujur, adil, mampu memimpin, berwibawa, bertanggungjawab.
2.1.5.2 Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain : a. Siswa-siswa yang tingkat kemampuan atau minat yang sama/agak sama sebaiknya dimaksudkan dalam kelompok tersendiri, akan dapat memperlancar mengerjakan tugas disamping dapat mengembangkan minat masing-masing. b. Siswa-siswa sebaiknya dalam pengelompokan terdiri dari jenis kelamin (priawanita, sehingga terbina rasa kebersamaan tidak membeda-bedakan gender). c. Pengelompokan harus memperhatikan ketersediaan fasilitas. d. Setiap siswa dapat ditingkatkan peran serta atau lebih giat melakukan aktifitas belajar pada setiap kelompoknya. e. Pengelompokan didasarkan pada pembagian kerja agar dapat lebih cepat selesai. Agar penggunaan metode pembelajaran kooperatfi berhasil dengan optimal maka guru harus melakukan perannya sebagai berikut : guru harus berperan dalam mengelola kelas secara optimal, mengorganisir, membantu siswa, menyediakan fasilitas/bahan-bahan, tempat duduk,mengamati, memberi saran/masukan dan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil kerja siswa. 2.1.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang
11
baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: Penyajian kelas, belajar kelompok, Kuis, skor perkembangan, penghargaan kelompok. Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2.1.6.1 Pengajaran Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai
dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran. 1) Pembukaan a. Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain. b. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. c. Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak. 2) Pengembangan a. Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. b. Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan. c. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. d. Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah. e. Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
12
3) Latihan Terbimbing a. Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. b. Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. c. Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik. 2.1.6.2 Belajar Kelompok Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut : a. Meminta anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok. b. memberi waktu siswa untuk menentukan kelompok c. membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok d. meminta siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu. e. Menekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek
13
diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru. f.
Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
2.1.6.3 Kuis Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. 2.1.6.4 Penghargaan Kelompok Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Dalam hal ini peneliti tidak langsung menemukan model pembelajaran sendiri untu diterapkan dalam pembelajaran, melainkan berdasarkan pada sumber-sumber referensi dan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah berhasil. Adapun penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran tipe STAD yakni: penelitian yang dilakukan oleh Epi Yuni Badelwair, tahun 2011 dengan judul “penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 di SD Lesanpuro 3 Malang. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD telah meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga dalam pembelajaran di kelas siswa aktif dan memahami materi dengan lebih mudah. Hasil belajar siswa meningkat dari yang sebelumnya ketuntasan klasikal hanya 21,6% menjadi 100% lulus. Penelitian lain yang menjadi referensi penulis adalah skripsi yang berjudul “Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IX B SMP Neger 1 Banjarangkan tahun pelajaran
14
2008/2009”. Hasil penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type STAD dengan VCD (Video Compact Disk) sebagai media pada pembelajaran bangun ruang sisi lengkung dapat meningkatkan keaktifan siswa dan 2) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata-rata 6,68 dan ketuntasan klasikal 70% pada siklus I menjadi ratarata hasil belajar 7,01 dengan ketuntasan klasikal sebesar 83% pada siklus II.
2.3 Kerangka Pikir Berdasarkan pengalaman
mengajar penulis selama mengajar di kelas V,
mengalami beberapa permasalahan mengenai pembelajaran. Permasalahan tersebut dianalisis dari waktu ke waktu untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar atau prestasi siswa. Pada pembelajaran Matematika, siswa memperoleh nilai atau hasil belajar yang sangat rendah dan belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, yakni 75. Pada kesempatan ini penulis telah menganalisis pembelajaran dan diperoleh beberapa permasalahan yaitu : motivasi belajar siswa yang rendah, mata pelajaran matematika yang terkesan abstrak, siswa sulit mengkaitkan konsep matematika ke dalam kehidupan sehari-hari, dan siswa lebih sulit memahami soal dalam bentuk aplikasi. Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas, karena hasil belajar siswa yang rendah tidak bisa dibiarkan berlanjut. Perlu adanya strategi yang dapat membuat siswa termotivasi atau bersemangat mengikuti pembelajaran
Matematika yang terkesan abstrak dan siswa cenderung kesulitan mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Setelah siswa bersemangat, diharapkan siswa akan aktif dalam mengikuti pembelajaran Matematika, terutama materi Perkalian desimal. Dalam hal ini guru berasumsi bahwa strategi yang dapat digunakan pada materi Perkalian Desimal adalah metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Berdasarkan langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan metode kooperatif tipe STAD yang telah diketahui diasumsikan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Madugowongjati 02 semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
15
Secara Skematis uraian kerangka pemikirannya digambarkan sebagai berikut: Strategi pembelajaran kooperatif di fokuskan pada kerjasama siswa untuk mencapai tujuanpembelajaran.
Lebih berani memecahkan masalah yang dihadapi karenakomunikasi yang terjadi dari banyak arah.
STAD Strategi ini menjadikan hubungan antarpribadi lebih meningkat, karena disini terjadi kerjasama yang tidak membedakanantar anggota kelompok.
Melalui pembelajaran matematika dengan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika/prosentase pembelajaran naik
Strategi pembelajaran kooperatif lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan kreatifitas berfikir.
Gambar 2.1. Skema kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Madugowongjati 02 tahun pelajaran 2011/2012.