5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar Matematika R. Gagne dalam Slameto (2003) memberikan dua definisi mengenai belajar: 1) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; 2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Slameto (2003) berpendapat: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut menurut Gagne, setiap kegiatan belajar terdiri atas empat fase yang terjadi secara berurutan yaitu: 1. Fase aprehensi (aprehention phase). Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus yang terkait dengan kegiatan belajar yang akan ia lakukan. Dalam pelajaran matematika stimulus tersebut bisa berupa materi pelajaran yang terletak pada halaman sebuah buku, sebuah soal yang diberikan oleh guru sebagai pekerjaan rumah atau bisa juga seperangkat alat peraga yang berguna untuk pemahaman konsep tertentu. Pada fase ini siswa melakukan pencermatan terhadap stimulus tersebut dan mengamati hal-hal yang ia anggap menarik atau penting. 2. Fase akusisi (acquisition phase) Pada fase ini siswa melakukan akuisisi (pemerolehan, penyerapan atau internalisasi) terhadap berbagai fakta, keterampilan, konsep atau prinsip yang menjadi sasaran dari kegiatan belajar tersebut.
6
3. Fase penyimpanan (storage phase) Pada fase ini siswa menyimpan hasil-hasil; kegiatan belajar yang telah ia peroleh dalam ingatan jangka pendek (short-term memory) dan ingatan jangka panjang (long-term memory). 4. Fase pemanggilan (retrival phase) Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil dari kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan telah ia simpan dalam ingatan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep maupun prinsip. (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 2, 2005). Belajar matematika sebenarnya merupakan suatu kegiatan mental, yaitu proses penyesuaian susunan pengetahuan yang telah ada pada otak siswa, yang digoncangkan oleh masuknya informasi baru. Kegiatan mental tersebut karena dipicu oleh kegiatan fisik siswa berinteraksi dengan sumber belajar yang membuat berbagai informasi.Dengan demikian untuk dapat belajar matematika secara efektif siswa harus mengalami cukup banyak pengalaman yang sejenis dan cukup waktu untuk mengasimilasikan dan mengakomodasikan. Hal ini dikarenakan dalam belajar matematika penguasaan konsep harus matang sebelum menguasai konsep berikutnya
2.1.2. Motivasi Belajar Pemilihan metode harus disesuaikan dengan cara dan gaya belajar peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Apabila siswa mempunyai motivasi tinggi, maka siswa itu akan: (1) memperlihatkan minat dan mempunyai perhatian, (2) belajar keras dan memberikan waktu kepada usaha tersebut, serta (3) terus bekerja sampai tugas terselesaikan. Guru dapat meningkatkan motivasi kompetensi siswa dengan menerapkan pendekatan internal sehingga unjuk kerja siswa dapat berubah, siswa dapat mengontrol prestasinya. Dapat dilakukan dengan jalan: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat diri sendiri secara objektif; (2) menyesuaikan tingkat
7
kesukaran tugas dengan kemampuan siswa, sehingga siswa mempunyai harapan untuk berhasil; (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tugas yang mempunyai nilai tinggi dan membangkitkan minat; (4) tugas disesuaikan dengan minat dan pengalaman siswa sebelumnya; (5) materi disesuaikan hingga menarik perhatian siswa; (6) memberikan kesempatan kepada siswa melakukan penguatan atas usaha dan ketahanannya.
2.1.3. Hasil Belajar Hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang telah diperoleh melalui kegiatan belajar secara aktif otomatis akan tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa. Menurut Slameto (2003), perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya. Karena itu, sudah tentu tidak setiap perbahan dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki cirri-ciri: 1. Perubahan terjadi secara sadar. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3. Perubahan dalam bersifat positif dan aktif. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Secara garis besar pembelajaran matematika harus mengacu pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar matematika.Standar kompetensi matematika merupakan kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada hasil belajarnya dalam pelajaran matematika (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 3, 2005). Dengan berdasar uraian di atas, maka hasil belajar matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang telah ditetapkan.
8
2.1.4. Pengertian metode Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat/tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah sesuatu yang baru digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan seorang guru tidak akan melaksanakan tugasnya bila dia tidak menggunakan satupun metode mengajar. Metode adalah bagian dari strategi belajar yang merupakan langkah-langkah taktis yang diambil guru dalam menunjang strategi yang hendak dikembangkan.
2.1.5. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam-macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas. Penggunaan metode kerja kelompok: a. Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno, Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukupuntuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa, kelas dibagi atas beberapa kelompok.Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan guru.
9
b. Pengelompokan atas dasar perbedaan kemapuan belajar Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagaimana melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakni berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, ia menemukan bahwa ada lima orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman-teman lainnya
2.1.6. Langkah-langkah metode kerja kelompok Dalam pelaksanaan kerja kelompok, dapat diambil langkah-langkah sebagai berikut:(Sumber : Prof. DR. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia), hal 370-371 1. Membentuk kelompok Guru bersama siswa membentuk kelompok-kelompok belajar. Pada kesempatan ini guru menjelaskan tujuan, kebutuhan dan gambaran mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan oleh kelompok. 2. Pemberian tugas-tugas kepada kelompok Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa menurut kelompoknya masing-masing. Pada kesempatan ini guru memberikan petunjuk-petunjuk mengenai pelaksanaan tugas dan berbagai aspek kegiatan yang mungkin dilakukan oleh setiap kelompok dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompok sebagai satu kesatuan. 3. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugasnya Siswa bekerja sama secara gotong royong menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompoknya masingmasing. Guru mengawasi, mengerahkan atau mungkin juga menjawab beberapa pertanyaan dalam rangka menjamin ketertiban dan kelancaran tugas kelompok. 4. Melakukan penilaian Guru dan siswa melakukan penilaian terhadap cara kerja sama dan aspek-aspek yang sesuai dengan tujuannya meliputi penilaian individual, kelompok maupun kelas sebagai satu kesatuan.
10
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sigit Anggraeni ( 2007), yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Mengenal Bangun Datar Melalui Media gambar Pada Siswa Kels I SD Negeri Tanjungsari Kecamatan Tersono di dalam penelitian tersebut terbukti dengan penerapan kerja kelompok dan pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar. Mukaromah, 2008 juga pernah meneliti dengan judul Meningkatkan Hasil belajar Bahasa Indonesia Melalui Metode Kerja Kelompok dan Media Gambar Pada Siswa Kelas III SD Negeri Tembok 02 Kecamatan Limpung, di dalam penelitin tersebut juga terbukti hasil belajar siswa meningkat.
2.3. Kerangka Pikir Dengan meggunakan metode kerja kelompok siswa dapat bekerja sama saling membantu, dapat bertukar pendapat sehingga siswa yang kurang memahami materi pelajaran dapat dibantu oleh siswa yang pandai. Penggunaan media gambar juga dapat menarik perhatian siswa, memperjelas materi yang disampaikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
2.4.
Hipotesis Tindakan Melalui pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok dan alat peraga bangun datar diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas I SD Negeri Banaran Kecamatan Banyuputih semester II tahun pelajaran 2011/2012.