BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka 1. Rujukan (Konsep Sejenis) Seniman yang baik selalu menghasilkan karya-karya yang mempunyai ciriciri khas dengan symbol-simbol pribadi yang bermakna. Penggunaan symbol dapat menyiratkan ekspresi yang merujuk pada tema, interpretasi dan pengalaman hidup pribadi yang berbeda-beda. Sehingga perbedaan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai gaya individu dalam setiap penciptaan suatu karya seni. (Bahari, 2008: 21-22) Banyak tema mengenai zaman edan yang diangkat oleh para seniman dalam karya seni. Jurnal yang diambil adalah mengenai pameran tunggal Djoko Pekik yang berjudul “Zaman Edan kesurupan”. Penulis juga terinspirasi dari karya Sulasno yang menyindir tentang kebobrokan dari pemimpin. a. Djoko Pekik Jurnal yang ditulis oleh Riezky Putra mengenai Pameran Zaman Edan Kesurupan merupakan pameran seni yang bertemakan rusaknya suatu zaman atau yang sering disebut sebagai Zaman Edan. Salah satu karya yang dipamerkan dibuat pada 2013 yakni berjudul “Pawang Kesurupan” karya tersebut menggambarka pertunjukan Jathilan di hadapan sejumlah hakim negara. Tampak garis dan warna yang ekspresif
4
5
menjelma menjadi sekumpulan penonton dan pemain yang seakan trans, kesurupan. Di latar belakang sosok-sosok hakim seperti ikut kesurupan pula. Seorang hakim tampak masyuk berciuman sementara yang lainnya menggigit ayam hidup-hidup.
Gambar 1. "Pawang Kesurupan" Sumber. http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1381278460.JPG
Karya-karya Djoko Pekik pada pameran Zaman Edan Kesurupan sangat terlihat sekali pesan-pesan politik dalam karyanya tapi lebih terlihat lagi kecintaannya pada budaya tanah kelahirannya. Lahir di Grobgan, Jawa Tengah Pekik akrab dengan keanekaragaman seni rakyat di sekitarnya. Sindirannya terhadap pihak penguasa dibuat dengan penggambarannya yang energetik dari pemain ledek, kuda lumping, penjaja makanan di pasar,anak-anak dengan kaki telanjang. Dari sindiran-sindiran yang dibuat Djoko Pekik pada karyanya mengenai kehidupan politik dan kehidupannya sehari-hari. Menjadi dasar penulis sebagai landasan utama untuk membuat karya yang juga bertemakan Zaman Edan yang
6
bertitik fokus pada sebuah ramalan sekaligus sebuah sindiran dimana terdapat turunnya moral masyarakat.. b. Sulasno Lukisan kaca Sulasno dengan judul “Melik Ngghendong Lali”, menggambarkan kekuasaan dan nafsu serakah yang membuat lupa diri. Pemimpin Petruk (awalnya rakyat biasa), yang mengekspresikan melik ngghendong lali, lupa karena kuasa. Ia minum arak dan memangku wanita.
Gambar 2. "Melik Nggendong Lali" Sumber. http:// http://banyumasnews.com/85379/2-lukisan-tentang-korupsi-dankeserakahan-penguasa/
Seakan lukisan ini menerangkan secara metafisis asal usul kebobrokan moral pemimpin dan rakyatnya. Kemunafikan, keserakahan, kebobrokan moral di atas seakan merembes, menetes ke bawah. Yang di atas korupsi yang di bawah maling, Yang di atas narkoba, menghamburkan uang untuk whisky cola, yang di bawah teler karena “ngepil” atau mabuk minuman keras dengan arak
7
oplosan dicampur abu rokok dan penthol korek sampai linak lijo lingga lica, lali anak lali bojo lali tangga lali kanca (lupa anak lupa istri lupa tetangga lupa teman). 2. Rujukan Teoritik a. Zaman Edan dalam Spiritualitas Kejawen Kejawen adalah merupakan pandangan hidup dari orang Jawa yang sudah dimulai sejak jaman dahulu kala, menurut beberapa ahli dan para pakar menyatakan bahwa Kejawen sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Karena merupakan suatu pandangan hidup dari suatu masyarakat maka pada dasarnya ia adalah sesuatu yang dapat dipelajari dan juga merupakan pengetahuan yang dapat digali sumber asal muasalnya. Pandangan hidup atau cara pandang Kejawen pada waktu itu masih sagat sederhana sekali yaitu didasari oleh keyakinan bahwa dalam hidup ini ada yang memberikan hidup dan ada yang mengatur kehidupan, sehingga dalam setiap gerak langkah hidupnya, Kejawen selalu berpusat atau berorientasi kepada Sang Pemberi Hidup. (Tjaroko, 2007:17-18) Zaman Edan memang bisa muncul setiap saat. Dalam suatu kondisi apa pun dan kapan pun, baik secara individual maupun komunitas, dapat menciptakan kegilaan zaman. Tanpa bermaksud menggurui, rasanya akan sangat pas dan jika tidak salah, jika kita bercermin dengan keteladanan dari Ranggawarsita. Kata eling dan waspada atau ingat dan selalu siaga dalam
8
kewaspadaan, bila kita tidak ingin tercabut dari akar kejatidirian makhluk yang diwujudkan oleh Tuhan sebagai manusia. (Syahban: 2012:12) b. Zaman Edan dalam Pandangan Hukum Salah satu penyebab datangnya Zaman Edan adalah buruknya moral manusia, contohnya masalah kejujuran. Jurnal yang ditulis oleh Margaretha Yesicha Priscyllia yang berjudul “Pemiskinan Koruptor Sebagai Salah Satu Hukuman Alternatif” jurusan Ilmu Hukum, Universitas Jaya Yogyakarta. Menurutnya korupsi merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Korupsi sudah berkembang di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini jelas sangat merugikan perekonomian negara serta menghambat jalannya pembangunan bagi negara Indonesia. Tindak pidana korupsi telah dianggap sebagai “extraordinary crime” atau kejahatan luar biasa. Pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia telah diatur dalam hukum positif yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam undang-undang tersebut terdapat sanksi pidana yang penerapannya dilakukan secara kumulatif. Dasar pemikiran munculnya wacana pemiskinan koruptor tidak lain adalah pertama, karena para koruptor seperti tidak jera dan makin tahun berjalan justru jumlah koruptor tampak tidak kunjung berkurang. Kedua, pidana yang ada berupa penjara, denda, dan kewajiban membayar uang pengganti dinilai kurang
9
menjerakan. Ketiga, keunikan perilaku korupsi. Keempat, wacana pemiskinan koruptor dipicu oleh banyaknya vonis hakim yang rendah bagi koruptor. Pemikiran bahwa pemiskinan koruptor merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah sesuatu yang terlalu dibesar-besarkan. Pelanggaran terhadap hak berbeda dengan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Ketika orang berbicara hak, maka ada kewajiban. Koruptor punya hak, betul dan sudah seharusnya Hak Asasi Manusia-nya dilindungi sebagai manusia, tetapi ketika koruptor melakukan kejahatan maka dia sudah melanggar hak orang lain. Pemiskinan koruptor yang selama ini dilakukan hanya dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi. Perampasan aset tersebut dengan perampasan seluruh benda-benda yang merupakan hasil dari tindak pidana korupsi dan/atau dengan pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sesuai dengan kerugian keuangan negara dari tindak pidana korupsi. Hal tersebut tidak dapat dikatakan memiskinkan
koruptor
karena
koruptor
masih
dapat
dengan
bebas
menggunakan aset yang dimilikinya yang tidak dirampas. c. Zaman Edan Pandangan Islam Zaman Edan versi agama Islam sering disebut
juga perbuatan dosa.
Dalam agaman Islam tentu banyak memiliki pantangan-pantangan yang harus dihindari. Bebrapa patangan yang memiliki kesamaan dengan Zaman Edan antara lain : 1. Masyarakat berebut mengumpulkan harta. 2. Umat Islam lebih cinta dunia dan benci mati. 3. Orang Shalih lenyap.
10
4. Orang mencari ilmu Islam dari ahli Bid'ah. 5. Banyak penyeru kesesatan. Dalam Islam pun juga terdapat cara menghindarinya atau mengantisipasi datangnya Zaman Edan. Antara lain : 1. Belajar dna mengamalkan Al-Qur'an. 2. Berpegang teguh pada sunnah Rasulullah. 3. Memperbanyak ibadah. 4. Berdo'a untuk diri sendiri. 5. Bersabar. 6. Melawan kerusakan masyarakat. 7. Ikhlas. 3. Referensi (Kajian teoritis seni rupa) a. Seni Seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan. Pengertian lainnya, seni merupakan bagian dari pelajaran, salah satu ilmu sastra, dan pengertian jamaknya adalah pengetahuan budaya, pelajaran, ilmu pengetahuan serta suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keterampilan. Seni juga bergunabagi keterampilan dan imajinasi kreatif, terutama dalam produksi benda yang indah seperti produk karya seni, seni murni, atau salah satu seni rupa lainnya, serta seni grafis. Seni juga berarti suatu perencanaan yang mahir, dan menyatakan kualitasnya dengan baik, serta merupakan unsur-unsur yang ilustratif atau menghias dalam barang cetakan. (Bahari, 2008:62-63)
11
b. Seni Rupa Seni rupa adalah suatu wujud hasil karya manusia yang ditrima dengan indera penglihatan, dan secara garis besar dibagi menjadi seni murni dengan terap. Pertama, seni murni. Seni murni merupakan istilah untuk menandai bahwa karya yang dihasilkan tidak dimaksudkan untuk memenuhi tujuan praktis atau fungsional, tetapi murni sebagai media ekspresi, seperti seni lukis, seni patung, dan seni grafis dengan berbagai teknik beserta aliran-alirannya, seperti realisme, naturalism, abstrak, surealisme, dan lain-lain. (Bahari, 2008:51) c. Seni Lukis Seni Lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan unsur warna, bidang, garis, bentuk, dan tekstur. Sebagai bagian dari karya seni murni, seni lukis merupakan Bahasa ungkapan pengalaman artistik dan ideologi. Wujud tiga dimensional dalam seni lukis, awalnya dalah gambaran semu yang diperoleh melalui teknik perspektif atau perbedaan kecerahan antara satu warna dengan warna lain. (Bahari, 2008:82) d. Surealisme Surealisme pada awalnya gerakan dalam sastra yang ditemukan oleh Apollinaire untuk menyebut dramanya. Pada tahun 1924 istilah itu diambil oleh Andre Beton untuk manifesto kaum surealis. Dalam kreativitas seninya, kaum
surealis
berusaha
membebaskan
diri
dari
control
kesadaran,
menghendaki kebebasan besar, sebebas orang bermimpi. Gerakan ini sangat
12
dipengaruhi ajaran ilmu jiwa dalam, terutama psikoanalisis Sigmund Freud. (Bahari, 2008:126)
e. Elemen Seni Rupa Dalam penciptaan sebuah karya lukis tidak lepas dari beberapa unsur rupa yang akan membentuknya menjadi sebuah karya lukis. Unsur-unsur rupa yang ada dalam karya lukis di antaranya meliputi garis, bidang, warna, tekstur, dan ruang. Dengan pengetian sebagi berikut : 1. Garis Garis mempunyai dimensi ukura dan arah tertentu. Ia bis pendek, panjang, halus, tebal, berombak, lurus, melengkung, dan barangkali maih ada sifat yang lain. Terkecuali dengan waarna (karena sudah danggap sejajar), dari sekian unsur-unsur seni rupa yang ada garislah yang paling dominan, apalagi di dunia Timur. (Bahari, 2008:98-99) 2. Bidang Bidang (shape) adalah suatu bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh garis. Secara umum garis diknal dalam dua jenis, bidang yaitu bidang geometris dan organis. Bidang geometris seperti lingkaran atau bulatan, segi empat, segi tiga, dan segi-segi lainnya, smentara bidang organis dengan bentuk bebas yang terdiri dai aneka macam bentuk yang tidak terbatas. (Bahari, 2008:100)
13
3. Warna Dalam penggunaan warna, masing-masing pelukis memiliki kesan dan pengertian yang berbeda-beda. Bahkan pada masa lampau antara bangsa satu dengan bangsa lainnya dapat dibedakan dengan mudah menunjuk bangsa yang satu dengan melihat kecenderungan penggunaan warnanya. Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi
yang dapat
memengaruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga dimensi dasar yaitu hue, nilai (value), dan intensitas (intensity). (Bahari, 2008:100) 4. Tekstur Tekstur adalah kesan halus dan kasarnya suatu permukaan lukisan atau gambar, atau gambar, atau perbedaan tinggi rendahnya permukaan suatu lukisa atau gambar. Tekstur juga merupakan rona visual yang menegaskan karakter suatu benda yang dilukis atau digambar. Ada dua macam jenis tekstur atau barik. Pertama adalah tekstur nyata, yaitu nilai permukaannya nyata atau cocok antara tampak dengan nilai rabanya. Sebaliknya kedua, tekstur semu memberikan kesan kasar karena penguasaan teknik gelap terang pelukisnya, ketika diraba maka rasa kasarnya tidak kelihatan, atau justru sangat halus. (Bahari, 2008:101-102) 5. Ruang Ruang dan volume merupakan unsur pokok dalam seni tiga dimensi seperti seni patung dan arsitektur. Patung premodern cenderung menggunakan bentuk-bentuk volumentrik yang masih seperti patung-
14
patung Budha di candi Borobudur dan patung-patung premodern di seluruh dunia umumnya. (Bahari, 2008:102) B. Sumber Ide (Rujukan Karya) Sumber ide merupakan sebuah masukan untuk memperoleh sebuah gambaran yang menginspirasi seniman dalam berkarya seni. Penulis mengangkat konsep mengenai zaman edan. Berikut beberapa seniman yang memberikan inspirasi penulis dalam pembuatan karya dari segi konsep, teknik, aliran, serta gaya a. Primayoga ‘sogik’ Lukisan Primayoga 'Sogik’ berjudul “Interpretasi zaman kalabendhu” yag diselenggarakan di artweek Yogyakarta. Karya tersebut menyampaikan pesan setelah zaman edan ini adalah zaman puncak kesengsaraan, penuh tumbal dan pengorbanan, banyak korban berjatuhan, rakyat kecil jadi sasaran. Hal tersebut memberikan banyak ide kepada penulis dalam mengangkat tema zaman edan.
Gambar 3. “Interpretasi zaman kalabendhu” Sumber https://www.brilio.net/news/tidak-hanya-unik-8-karya-yang-jogja-artweeks-juga-penuhfilosofi-jogja-artweeks-150611b.html
15
b. Vincent van Gogh Teknik mewarnai Van Gogh yang berkesan ekspresif membuat penulis tertarik sekaligus terpikat untuk menirunya namun mengubahnya sedikit dan menjadi teknik pribadi. Pewarnaan yang dibuat Van Gogh yang terkesan tidak terpaku dari pada apa yang dia lihat tapi mengandalkan perasaan.
Gambar 4. “Starry Night” Sumber https:// http://www.wikiart.org/en/vincent-van-gogh/the-starry-night1889?utm_source=returned&utm_medium=referral&utm_campaign=referral