BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam Kelas IV SD a. Karakteristik Siswa Kelas IV SD Berbicara tentang pembelajaran khususnya disekolah dasar tentu tidak lepas dari peranan seorang guru. Guru yang profesional dalam mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi kepada siswa, namun harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki siswa terlebih dahulu. Dengan guru memahami karakteristik siswanya, guru bisa menentukan pendekatan, strategi, model, maupun media apa yang akan mereka gunakan agar siswa dapat menerima dengan mudah apa yang diajarkan. Siswa kelas IV SD rata-rata berusia sekitar 9-11 tahun. Berkaitan dengan perkembangan anak, Piaget (Desmita, 2012: 46-47) percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks, yaitu: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun), (2) tahap preoperational (2-7 tahun), (3) tahap concrete operational (7-11 tahun),
(4) tahap Formal operational (11-15 tahun), sehingga siswa kelas
IV masuk dalam tahap concrete operational pada tahap ini anak dapat berfikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasi benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda. Pendapat di atas didukung dengan pendapat Susanto (2014: 77) bahwa anak yang berusia 9-11 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret. Pada tahap operasinal konkret ini siswa sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah, mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Buhler (Sobur, 2009: 132) bahwa anak umur 9-11 tahun adalah perkembangan pada fase keempat. Fase ini adalah masa sekolah dasar, pada 7
8 periode
ini
anak
masuk
pada
masa
menyelidik,
mencoba,
dan
bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Pada akhir fase keempat ini, anak mulai “menemukan diri sendiri”, yaitu secara tidak sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas IV SD yang berusia 9 sampai 11 tahun termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, senang memperagakan sesuatu secara langsung, sudah mulai bisa diajak untuk melakukan pembelajaran berkelompok, dan yang paling penting pada masa ini siswa sudah mulai bisa berfikir secara logis dan sistematis terhadap hal-hal yang konkrit seperti mengelompokan suatu benda ke dalam kelompoknya masing-masing. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka peneliti akan mencoba menerapkan model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan pada materi sumber daya alam, sehingga dengan bimbingan guru, siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dengan cara penyelidikan secara langsung melalui sumber belajar lingkungan, yang akan membuat siswa aktif untuk mengeksplor kemampuan mereka. b. Tinjauan Tentang Pembelajaran 1) Pembelajaran a) Pengertian Pembelajaran Guru
tidak
bisa
lepas
dari
tanggung
jawab
untuk
membelajarkan para siswa, guru harus dapat menciptakan sistem pembelajaran yang dapat menambah rasa cinta mereka terhadap mata pelajaran serta membuat mereka senang belajar. Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa, akan tetapi adalah aktivitas profesional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar serta
9 terpadu, serta menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien (Suharjo, 2006: 85). Komalasari (2013: 3) menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai
suatu
sistem
atau
proses
pembelajaran
subjek
didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 menyebutkan “Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Susanto (2014: 19) yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan yang telah direncanakan, yang nantinya akan dievaluasi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisen sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dan juga dapat membentuk sikap yang baik pada diri siswa. b) Prinsip-prinsip Pembelajaran Susanto
(2014:
87-88)
menyatakan
beberapa
prinsip
pembelajaran, sebagai berikut: (1) prinsip motivasi, (2) prinsip latar belakang, (3) prinsip pemusatan perhatian, (4) prinsip keterpaduan, (5) prinsip pemecahan masalah, (6) prinsip menemukan, (7) prinsip belajar sambil bekerja, (8) prinsip belajar sambil bermain, (9) prinsip perbedaan individu, (10) prinsip hubungan sosial. Menurut Suparman (Anitah, 2009: 18-23) prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran, yaitu: (1)
10 respon-respon baru diulang sebagai akibat dari respon tersebut; (2) perilaku siswa tidak hanya dikontrol akibat respon, tetapi juga pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat di lingkungan siswa; (3) keterampilan yang dikuasai siswa harus sering dimunculkan dan diberi reward agar keterampilan itu selalu digunakan oleh siswa; (4) pemberian kegiatan belajar yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata; (5) menggunakan berbagai contoh baik positif maupun negatif; (6) pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari materi pelajaran; (7) kegiatan yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk menyelesaikan tiap langkah; (8) penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa; (9) guru menerapkan kompetensi menjadi indikatorindikator yang jelas; (10) siswa diberi informasi tentang kinerjanya dan cara meningkatkannya lebih baik; (11) perkembangan dan kecepatan belajar siswa bervariasi, ada yang maju lebih cepat, dan ada yang lebih lambat; (12) siswa dapat mengembangkan kemampuann mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Selain prinsip-prinsip tersebut, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan strategi belajar
mengajar
menurut
Suharjo
(2006:
pembelajaran guru perlu menciptakan
88)
yaitu
dalam
kondisi belajar yang
memungkinkan tercapainya tujuan; guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran adalah model yang akan dicontoh siswa; diterapkan strategi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya keaktifan siswa yang tinggi; guru perlu membiasakan siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar. Berdasarkan uraian tentang prinsip pembelajaran, dapat diambil kesimpulan, yaitu (1) pembelajaran harus disesuaikan dengan
11 perkembangan siswa yang bervariasi; (2) pembelajaran harus dirancang sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan di capai; (3) dalam pembelajaran harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar sekolah; (4) dalam pembelajaran harus ada komunikasi dua arah; (5) pemberian motivasi dan reward diperlukan dalam kegiatan pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran; (6) pembelajaran yang menarik sehingga siswa dituntut aktif sehingga mereka bisa belajar sambil bekerja dan dapat menemukan suatu jawaban dari permasalahan yang mereka temui. c) Tujuan Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terlebih dahulu guru harus menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran ini sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran karena adalah tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran. Mengenai tujuan pembelajaran pada taksonomi Bloom (Wena, 2009: 14) menyatakan secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi atas tiga kategori, yaitu : (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif; (2) tujuan pembelajaran ranah afektif; (3) tujuan pembelajaran ranah psikomotorik. Menurut Padmono (2009: 26-36) ranah kognitif yaitu ranah yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dan bernalar (thingking and reasoning). Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan perhatian, minat, sikap, emosi, penghargaan, proses internalisasi, dan pembentukan pola hidup atau karakteristik diri. Sedangkan ranah psikomotor erat kaitannya dengan kemampuan gerak. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran adalah harapan adanya perubahan kompetensi yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.
12 c. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang Sumber Daya Alam 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Rahayu (Winarni, Muktadir & Noperman, 2015) menyatakan, “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan metode-metode yang berdasarkan observasi”. Disisi lain, Bundu (2006: 9-10) menerjemahkan pendapat dari
tiga
Abruscato yang memandang
sains
segi, Pertama, sains adalah sejumlah proses kegiatan
mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar. Ke dua, sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan tertentu. Ke tiga, sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain menurut Bundu, sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para Saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut. Pengertian IPA juga dijelaskan oleh Susanto (2014: 167) bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah serangkaian proses ilmiah dan kegiatan mengumpulkan informasi berdasarkan proses berupa pengamatan dan penyelidikan/observasi, untuk menghasilkan suatu kesimpulan dengan menggunakan sikap ilmiah. 2) Hakikat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Hakikat pembelajaran sains dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahua alam. IPA diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu : a) IPA sebagai Proses IPA sebagai proses memiliki arti untuk menggali dan memahami pengetahuan membutuhkan keterampilan proses IPA
13 seperti
mengamati,
mengukur,
mengklasifikasikan,
dan
menyimpulkan. IPA sebagai proses menurut Bundu (2006:12) merupakan sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan selanjutnya. Dasar keterampilan proses adalah merumuskan hipotesis dan menginterpretasikan data melalui prosedur-prosedur tertentu seperti melakukan pengukuran dan percobaan (Susanto, 2014: 169). Bundu (2006: 23-24) mengelompokkan keterampilan proses IPA menjadi dua, yaitu (1) keterampilan proses IPA dasar yang meliputi observasi, klasifikasi, komunikasi, dan penarikan kesimpulan, (2) keterampilan proses terintegrasi yang meliputi mengidentifikasi, menyusun tabel, menyusun grafik, menggambar hubungan antar variabel,
memperoleh
dan
memproses
data,
menginvestigasi,
menyusun hipotesis, merumuskan variabel secara operasional, merancang investigasi, dan melakukan eksperimen. Siswa akan mendapatkan informasi IPA lebih baik jika siswa tersebut
dalam
belajar
langsung
melakukan
sendiri
dengan
menyelidiki suatu masalah, dari pada menghafalkan yang hanya membuat siswa cukup mengetahui banyak materi IPA saja. Bundu (2006: 13) juga menambahkan bahwa hasil belajar IPA melalui proses IPA menghasilkan kesan yang lama tidak mudah lupa, dan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
uraian
yang
telah
disampaikan,
dapat
disimpulkan bahwa IPA sebagai proses yaitu keterampilan belajar dalam IPA seperti observasi, klasifikasi, komunikasi, penarikan kesimpulan, mengidentifikasi, menginfestigasi, menyusun hipotesis, menyusun grafik, menyusun tabel, dan melakukan eksperimen yang dilaksanakan secara langsung dengan menyelidiki suatu masalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
14 hari. Siswa akan mendapatkan informasi IPA lebih baik jika siswa tersebut
dalam
belajar
langsung
melakukan
sendiri
dengan
menyelidiki suatu masalah, dari pada menghafalkan yang hanya membuat siswa cukup mengetahui banyak materi IPA saja. Pada penelitian ini, keterampilan proses yang diamati yaitu keterampilan proses dasar yang meliputi observasi, klasifikasi, komunikasi, dan penarikan kesimpulan. b) IPA sebagai produk Menurut Bundu (2006:11) menyatakan “IPA sebagai produk akan mencakup konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori yang dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia, dan juga untuk keperluan praktis manusia”. Sarkim (Bundu, 2006: 11) menambahkan bahwa
sains sebagai produk berisi prinsip-prinsip,
hukum-hukum, dan teori-teori,
yang dapat
menjelaskan dan
memahami alam dan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Susanto (2014: 168) berpendapat bahwa IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Berdasarkan
uraian
yang
telah
disampaikan,
dapat
disimpulkan bahwa IPA sebagai produk, meliputi fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. c) Sikap Ilmiah Komponen utama dalam IPA salah satunya adalah sikap Ilmiah. IPA tidak hanya fakta, tetapi juga proses. Pada proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berpikir. Dalam memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap itu dikenal dengan sikap ilmiah. Iskandar (2001: 12-13) menyebutkan bahwa ciri-ciri sikap ilmiah yaitu: obyektif terhadap fakta, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, berhati terbuka, tidak
15 mencapur adukan fakta dengan pendapat, bersifat hati-hati, dang rasa ingin menyelidiki. Menurut Sulistyorini (Susanto, 2014: 169), ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Sikap ilmiah tersebut dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan. Pengembangan sikap ilmiah juga sangat sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yang memiliki rasa keingintahuan tinggi. Dari uraian-urain mengenai sikap ilmiah IPA tersebut, maka dapat disimpulkan sikap ilmiah IPA antara lain: objektif terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meniliti atau bereksperimen, sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. 3) Karakteristik Pembelajaran IPA Dalam peningkatan pembelajaran IPA, tentu saja perlu memperhatikan karakteristik pembelajaran IPA, sehingga materi yang diajarkan dapat tersampaikan pada siswa. Siahaan (2014) menjelaskan bahwa, mata pelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar guru mampu mengembangkan
suatu
strategi
dalam
mengajar
yang
dapat
meningkatkan motivasi siswa, sehingga keaktifan siswa dalam keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat. Sedangkan menurut Sulistyorini (Arahman, Zainuddin & Parijo, 2012) mengatakan bahwa IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsi-prinsip saja, tetapi juga adalah suatu proses penemuan.
16 Asy’ari
dan
Muslicah
memaparkan
beberapa
prinsip
pembelajaran IPA di SD agar dapat meningkatkan pembelajaran siswa, sebagai berikut: (1) empat pilar pendidikan global, yang meliputi learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together; (2) prinsip inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar; (3) prinsip konstruktivisme, dalam pembelajaran IPA sebaiknya pengetahuan perlu dibangun oleh siswa sendiri dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal
yang
mereka
miliki
dengan
struktur
kognitifnya;
(4) prinsip salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat); (5) prinsip pemecahan masalah, pada dasarnya dalam kehidupan seharihari manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah; (6)
prinsip pembelajaran
bermuatan
nilai;
(7)
prinsip
Pakem
(pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) (anonim, 2011). Selain itu, Sopandi,etc (2013) berpendapat bahwa, it is highly recommended that natural science leraning in the school should: (1) provide experience to students, (2) convoy to the students the importance of empirical observations to test scientific statement, (3) thinking exercise that support the learning activities, (4) introducing the technology world through creative activities. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPA di SD dapat dilakukan melalui kegiatan penemuan (discovery), membangun pikiran sendiri (kontruktivisme), pemecahan masalah, penyelidikan (inquiry), dan Pakem, berdasarkan keterampilan
proses
yang
dikembangkan
menggunakan
sikap
ilmiah,sehingga materi yang disampaikan dapat tersampaikan pada siswa. 4) Tujuan Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum Badan Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2014: 171) secara terperinci adalah:
17 a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya. b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan. f)
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Tujuan pembelajaran IPA di SD berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Standar Kompetensi Kurikulum 2004 adalah sebagai berikut: a) Menambah pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. b) Menanamkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi, dan masyarakat. c) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. d) Ikut serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam. e) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi masyarakat.
antara
sains,
lingkungan,
teknologi,
dan
18 f)
Menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Berdasarkan uraian tersebut, tujuan pembelajaran IPA adalah
untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa secara positif agar pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan secara nyata. Tujuan IPA tersebut sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa. Agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat tercapai, guru perlu menerapkan suatu model
pembelajaran
yang dapat mengembangkan
kemampuan
dan
keterampilan siswa. Keterampilan tersebut akan mudah diperoleh dan bermakna jika siswa memiliki pengalaman langsung dalam mencari informasi melalui model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara langsung. Dalam penelitian ini, pembelajaran IPA akan dilaksanakan dengan menerapkan model guided Inquiry dengan menggunakan sumber belajar lingkungan. 5) Ruang Lingkup IPA di Sekolah Dasar Bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Mengenai ruang lingkup IPA SD, Arahman (2015) berpendapat bahwa ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu udara, air, tanah, batuan, listrik dan magnet energy dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya bumi dan benda-benda langit lainnya kesehatan makanan penyakit dan pencegahannya, sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya. Depdiknas (2006: 485) menyatakan ruang lingkup mata pelajaran IPA SD/MI terdiri menjadi empat aspek, yaitu: a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
19 b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas; c) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan d) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil ruang lingkup bumi dan alam semesta, yaitu materi sumber daya alam. 6) Materi IPA tentang Sumber Daya Alam Materi IPA kelas IV SD yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang materi sumber daya alam. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di kelas IV SD tentang sumber daya alam disajikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV SD tentang Sumber Daya Alam Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11. Memahami hubungan 11.1 Menjelaskan hubungan antara antara sumber daya sumber daya alam dengan lingkungan alam dengan 11.2 Menjelaskan hubungan antara lingkungan, sumber daya alam dengan teknologi, dan teknologi yang digunakan masyarakat 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan Dari standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV SD semester II di atas, materi yang diambil dari penelitian ini yaitu tentang sumber daya alam yang tersaji dalam indikator : Prinsip pembelajaran IPA di SD tidak hanya berpatokan pada hasil pembelajarannya saja namun proses pembelajaran yang bermakna sangat diperlukan untuk menghasilkan sikap ilmiah siswa. Materi pembelajaran yang akan dikembangkan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
20 a) Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan (1) Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam. Sumber daya alam digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya. Sumber daya alam dapat di kelompokkan berdasarkan jenis dan sifatnya. (2) Sumber Daya Alam Berdasarkan Jenisnya Sember daya alam menurut jenisnya dikelompokan menjadi: (a) Sumber daya alam hayati, adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup. Contohnya seperti: wol (berasal dari bulu domba), kursi (bersal dari kayu/pohon), dan makanan (berasal dari hewan/tumbuhan tertentu).
Gambar 2.1. Sumber Daya Alam Hayati (Sumber Rositawaty dan Muharam, 2008: 171) (b) Sumber daya alam non hayati, adalah sumber daya alam yang bukan berasal dari makhluk hidup. Contohnya seperti: tanah, matahari, dan air.
21 Selain itu, ada pula sumber daya alam nonhayati yang berasal dari dalam bumi. Sumber daya alam tersebut antara lain bahan tambang, dan minyak bumi. (1) Sumber Daya Alam Berdasarkan Sifatnya Menurut sifatnya, sumber daya alam dibedakan menjadi dua yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. (a) Sumber daya alam yang dapat diperbarui, contohnya antara lain air, hewan, dan tumbuhan. Melalui daur air, air menjadi bersih kembali. Hal itu terjadi karena pada saat penguapan,
kotoran yang
terdapatm dalam air tidak ikut terangkat ke udara. Air pun turun kembali dalam bentuk hujan dengan
keadaan
bersih. Hewan dan tumbuhan juga termasuk kedalam sumber daya alam yang dapat diperbarui. Hal itu disebabkan hewan dan tumbuhan dapat berkembang biak dan menghasilkan keturunan.
Gambar 2.2. Sumber Daya Alam yang dapat Diperbarui (Sumber Rositawaty dan Muharam, 2008: 173) Namun, sumber daya alam itu dapat habis atau mutunya berkurang
jika digunakan secara
tidak
tepat
dan
berlebihan. (b) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, adalah sumber daya alam yang akan habis apabila digunakan secara terus menerus. Contoh sumber daya alam yang
22 tidak dapat diperbarui, antara lain minyak bumi, batu bara, gas alam dan bahan tambang lainnya, seperti terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar: 2.3. Sumber Daya Alam yang Tidak dapat Diperbarui (Sumber Rositawaty dan Muharam, 2008: 173) (4) Sumber daya alam berdasarkan manfaatnya Berdasarkan manfaatnya, sumber daya alam dibagi menjadi 3 yaitu: sumber daya alam penghasil bahan baku, sumber daya alam penghasil energi, dan sumber daya alam untuk kenyamanan. (5) Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan Lingkungan adalah tempat bagi sumber daya alam. Kamu dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan baik jika lingkungannya berada dalam kondisi yang baik. Jika lingkungan rusak maka sumber daya alam pun tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Kerusakan lingkungan dapat me nyebabkan mutu sumber daya alam menjadi tidak bagus. Selain
itu,
kerusakan
lingkungan
juga
dapat
menyebabkan sumber daya alam menjadi hilang atau habis.
23
(1)
(2)
Gambar: 2.4. (1) Sungai Bersih; (2) Sungai Tercemar (Sumber Rositawaty dan Muharam, 2008: 173) Contoh kerusakan lingkungan yang dapat mengurangi mutu sumber daya alam adalah pencemaran sungai. Di sungai, manusia dapat mengambil beberapa sumber daya alam, antara lain air, ikan, dan tenaga arusnya. Jika terjadi pencemaran sungai, apa yang terjadi dengan sumber daya alam yang terdapat dalam sungai tersebut? Mutu air akan berkurang karena keruh dan berbau. Selain itu, banyak ikan yang mati atau di dalam tubuhnya mengandung racun. Sementara itu, arus air yang dapat digunakan sebagai sumber energi akan berkurang. Hal itu terjadi karena air sungai tertahan oleh banyaknya sampah. Oleh karena itu, agar kamu dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan baik, kamu harus memelihara lingkungan tempat sumber daya alam itu berada. Hal itu disebabkan sumber daya alam sangat berhubungan dan tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan. b) Hubungan Sumber Daya Alam dengan Teknologi Pemanfaatan sumber daya alam dapat di lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan sumber daya alam secara langsung, dilakukan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Sementara itu, pemanfaatan sumber daya alam tidak langsung, dilakukan dengan pengolahan terlebih dahulu. Dalam pengolahan
24 sumber daya alam diperlukan penggunaan teknologi. Teknologi yang diguna kan dalam pengolahan sumber daya alam dapat berupa teknologi sederhana atau teknologi canggih. Perhatikan Gambar 2.6. Kedua gambar tersebut menunjukkan penggunaan teknologi sederhana dan teknologi canggih. Kedua teknologi tersebut digunakan untuk mengolah sumber daya alam menjadi benda yang sama.
Gambar: 2.5. Penggunaan Teknologi Sederhana dan Modern (Sumber Rositawaty dan Muharam, 2008: 175) (1)Penggunaan Teknologi dalam Mengolah SDA Contoh penggunaan teknologi dalamm mengolah sumber daya alam, yang adalah salah satu potensi lokal daerah Sikayu adalah pengolahan kayu. Kayu adalah salah satu sumber daya alam hayati yang sangat bermanfaat bagi manusia. Kayu digunakan manusia sebagai bahan bangunan, furnitur, bahan bakar, dan bahan baku lainnya. Kayu yang digunakan untuk bahan bangunan dan furnitur diolah terlebih dahulu menjadi kayu lapis atau balok. Setelah itu, kayu akan dibuat menjadi berbagai jenis barang dan alat kebutuhan manusia. Perhatikan gambar di bawah ini!
*
25
Gambar: 2.6. (a) Kayu Gelondongan; (b) Kayu yang Dipotong; (c) Barang yang Terbuat dari Kayu. (Sumber Rositawaty dan Muharam, 2008: 175) Selain mengolah kayu, warga daerah juga menggunakan bioteknologi
untuk
mengolah
makanan.
Penggunaan
bioteknologi dalam pengolahan makanan adalah dengan cara memanfaatkan jasad renik. Jasad renik yang dimaksud adalah jamur dan bakteri. Pemanfaatan jasad renik ini dapat memberi keuntungan. Keuntungan tersebut berupa pening katan nilai gizi makanan dan memudahkan manusia dalam mencerna makanan. Salah satu penggunaan teknologi di daerah sekitar yaitu dalam pembuatan tempe. (2) Dampak Negatif Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan Teknologi Banyaknya penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan dapat berdampak pada sumber daya alam. Karena teknologi
yang
semakin
canggih
banyak
orang
yang
memanfaatkan sumber daya alam secara sembarangan, misalnya penebangan hutan secara besar-besaran karena mudahnya teknologi yang digunakan. c) Dampak Pengambilan Bahan Alam yang Tidak Bijaksana terhadap Kelestarian Lingkungan Dampak pengambilan bahan alam secara sembarang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Beberapa contoh kerusakan lingkungan adalah sebagai berikut.
26 (1) Pembukaan lahan untuk pertanian dan pemukiman kadang kadang dilakukan dengan cara membakar hutan. Kebakaran hutan dapat menyebabkan kabut asap yang mencemari udara.
Gambar: 2.7. Kebakaran Hutan Sumber: Devi dan Anggraeni, 2008: 183 (2) Penebangan hutan secara sembarangan menyebabkan hutan gundul. Akar pohon yang berfungsi untuk menahan air hujan tidak ada lagi, maka dapat timbul erosi dan banjir. (3) Pengambilan ikan dengan cara pukat harimau, bom, aliran listrik dan racun sangat merusak lingkungan laut. Dengan cara pukat harimau seluruh ikan terjaring sampai ke ikan yang masih kecil. Kalau ikan ini terjaring maka jenis ikan ini akan habis. Bom, aliran listrik, dan racun selain akan memusnahkan ikan juga akan memusnahkan hewan laut dan tumbuhan laut. (4) Sekarang ini diduga di laut kita banyak terumbu karang yang rusak. Terumbu karang adalah tempat ikan kecil hidup atau tempat ikan bertelur. Jika terumbu karang tidak ada, ikan kecil akan mudah dimakan ikan-ikan besar. Laut yang memiliki terumbu karang yang indah dan ikan laut yang bermacammacam sebenarnya adalah tempat wisata yang menakjubkan seperti di Bunaken. Contoh-contoh tersebut dapat mengakibatkan kerusakan dan ketidakseimbangan ling kungan. Penebangan pohon secara liar dan besar besaran menyebabkan hutan gundul dan tandus.
27 Perburuan liar menye babkan kepunahan pada jenis-jenis hewan. Oleh karena itu, lingkungan dan sumber daya alam harus dilestarikan. Berikut ini adalah beberapa cara agar lingkungan dan persediaan sumber daya alam baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati dapat tetap lestari . (1) Tebang pilih yaitu cara penebangan hutan dengan tujuan agar produksi kayu-kayu yang dapat dijual tidak terus menurun dan menyelamatkan tanah dan air. Pohon yang ditebang yang diameter batangnya 50 cm atau lebih. (2) Penanaman bibit baru untuk setiap pohon yang ditebang. (3) Penangkapan
musiman
untuk
ikan
untuk
menghindari
kepunahan dengan cara waktu penangkapan yang diatur agar hewan mempunyai kesempatan untuk berkembang biak dulu. (4) Keanekaragaman bahan pangan untuk mengurangi gangguan yang bisa merusak persediaan semua jenis pangan misalnya bahan pangan pokok tidak hanya padi tapi jagung, ketela, kentang, dan sebagainya. Pelestarian SDA hayati dapat dilakukan dengan cara: (1) Pelestarian di habitat aslinya (pelestarian in situ). Contohnya bunga bangkai di Bengkulu, dan badak jawa di Ujung Kulon. (2) Pelestarian di luar habitat aslinya (pelestarian ex situ). Contoh: kebun binatang dan kebun anggrek. d. Pembelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam Kelas IV SD Pembelajaran IPA tentang sumber daya alam di kelas IV SD adalah usaha terencana yang dilakukan guru kepada siswa untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh dari proses belajar yang baik terhadap kajian yang mempelajari IPA mengenai pengertian sumber daya alam, macam-macam sumber daya alam (SDA), SDA berdasarkan jenisnya, SDA berdasarkan sifatnya, SDA berdasarkan manfaatnya, hubungan SDA dengan lingkungannya, pengolahan SDA yang memanfaatkan teknologi, kegiatan manusia terhadap kelestarian SDA, dan
28 sikap
peduli
terhadap
SDA
di
lingkungan
sekitar,
yang
dapat
mengakibatkan terjadi interaksi belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD. 2. Penerapan Model Guided Inquiry dengan Sumber Belajar Lingkungan a. Model Guided Inquiry 1) Pengertian Model Guided Inquiry Kunandar
(Shoimin,
2014:
85)
menyatakan
bahwa
pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran di mana siswa di dorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Anam (2015: 16-19) model pembelajaran inkuiri terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu: (1) inkuiri terkontrol; (2) inkuiri terbimbing; (3) inkuiri terencana; dan (4) inkuiri bebas. Salah satu tingkatan dari model pembelajaran inkuiri adalah model guided inquiry, dimana pada tingkatan ini siswa bebas menentukan gaya belajar, namun tetap sesuai dengan bimbingan dari guru. Mengenai pengertian model guided inquiry, Putra berpendapat, “Pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi” (2013: 96). Ozdilek dan Bulunuz (Megawati, 2013) juga berpendapat bahwa, “Metode inkuiri terbimbing adalah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis aktivitas dimana guru menggunakan berbagai bahan ajar untuk membantu siswa menemukan solusi yang mungkin dan dapat diuji secara ilmiah”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa model guided inquiry adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa bebas menentukan gaya belajar mereka sendiri unamun masih dalam bimbingan dan pengarahan guru.
29 2) Karakteristik Model Guided Inquiry Model pembelajaran guided inquiry memiliki karakteristik tersendiri yang dapat membedakannya dengan tingkatan pada model pembelajaran inkuiri lainya. Putra (2013: 96) juga menjelaskan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri, pada inkuiri terbimbing ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk guru dalam memahami konsep-konsep pembelajaran. Menurut pendapat Rakhmawati (2013: 35) ciri-ciri metode inkuiri terbimbing adalah : a) topik pembelajaran ditentukan oleh guru, b) menuntut keaktifan siswa untuk mencari dan menemukan, c) siswa mengumpulkan data dengan melakukan eksperimen atau pengalaman nyata, d) siswa memiliki keingintahuan dan minat untuk memecahkan masalah,
e)
siswa
mengembangkan
kemampuan
berfikir
dan
keterampilan proses yang dimilikinya, f) guru sebagai fasilitator dan motivator, g) menekankan pada pembelajaran kontruktivisme. Selain itu Orlich, et.al (Anam, 2015: 18) menjelaskan beberapa karakteristik model guided inquiry, sebagai berikut: a) Siswa mengembangkan kemampuan berfikir melalui observasi spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi. b) Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau objek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai. c) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran, misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas. d) Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas. e) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran. f) Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa. g) Guru memotivasi semua siswa untuk mengomunisasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.
30 Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari model guided inquiry adalah: a) suatu model yang digunakan apabila siswa belum terbiasa menggunakan metode inkuiri (penemuan), b) topik pembelajaran ditentukan oleh guru, c) siswa belajar mengembangkan kemampuan berfikir memlalui observasi atau pengalaman langsung namun masih dalam bimbingan guru, d) guru hanya bertindak sebagai motifator dan fasilitator. 3) Langkah-langkah Model Guided Inquiry Langkah-langkah model Guided Inquiry pada dasarnya sama dengan langkah-langkah model inkuiri pada umumnya. Hanya saja dalam penerapanya model Guided Inquiry siswa masih memerlukan bimbingan dari guru. Gulo (Trianto, 2012: 168-169) menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. b) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. c) Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Pada tahap ini dapat dilakukan kegiatan eksperimen, demonstrasi, simulasi dan sebagainya. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
31 d) Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. e) Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Menurut Memes (Siahaan, 2014) ada enam langkah yang diperhatikan dalam inkuiri terbimbing, yaitu: (a) merumuskan masalah, (b) membuat hipotesa, (c) merencanakan kegiatan, (d) melaksanakan kegiatan, (e) mengumpulkan data, (f) mengambil kesimpulan. Pendapat mengenai langkah-langkah model guided inquiry atau inkuiri terbimbing di atas juga didukung oleh pendapat dari Megawati (2013: 38-39) bahwa langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi, menyajikan masalah atau pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model guided inquiry atau inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut: a) Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. b) Merumuskan hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memproiritaskan
hipotesis
mana
yang
menjadi
prioritas
penyelidikan. c) Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Untuk mengumpulkan data, siswa dapat melakukan penyelidikan. Guru membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan agar siswa nantinya mendapatkan informasi melalui penyelidikan tersebut.
32 Sebelum melaksanakan penyelidikan guru memberikan LKS penyelidikan kepada siswa yang berisi prosedur penyelidikan sehingga siswa tinggal
mengikuti
prosedur tersebut. Hasil
penyelidikan ditulis di LKS. d) Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS. e) Membuat kesimpulan Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Setelah itu, Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. 4) Kelebihan dan Kekurangan Model Guided Inquiry Kelebihan guide inquiry tentu tidak jauh berbeda dengan kelebihan
dari
model
inkuiri
karena
langkah-langkah
pelaksanaannyapun sama, hanya jika inkuiri terbimbing masih perlu bimbingan guru. Kelebihan model inkuiri menurut Shoimin (2014: 86) adalah sebagai berikut: a) Adalah
strategi
pembelajaran
yang
menekankan
kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna. b) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c) Adalah strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
33 Sedangkan kelebihan dari inkuiri terbimbing dijelaskan oleh Megawati (2013: 40-41), antara lain: a) Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa dan lebih bermakna. b) Membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa. c) Menghindari cara belajar tradisional (menghafal) dan memberikan waktu yang yang memadai kepada siswa untuk mengumpulkan dan mengolah informasi. d) Memberikan pengalaman belajar pada siswa. e) Mengembangkan bakat siswa. f) Memperkaya dan memperdalam materi sehingga retensinya lebih baik. g) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka. h) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. i) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri dan dengan gaya belajar mereka. Menurut Dewi, Dantes, dan Sadia (2013) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa dengan menggunakan model Guide Inquiry atau inkuiri terbimbing, guru mampu membimbing siswa melakukan
kegiatan
dengan
memberi
pertanyaan
awal
dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model Guided Inquiry atau inkuiri terbimbing adalah: a)
Dapat menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.
b) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
34 d) Memberikan pengalaman belajar pada siswa. e) Mengembangkan bakat siswa. f) Memperkaya dan memperdalam materi sehingga retensinya lebih baik. g) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka. h) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. Setiap model pembelajaran, selain ada kelebihan pasti juga ada kekuranganya, kekurangan model inkuiri secara umum seperti yang diungkapkan Shoimin (2014: 87), sebagai berikut: a) Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif. b) Memerlukan perubahan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya. c) Guru menuntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. d) Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif. e) Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda. f) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru lebih baik. g) Untuk kelas yang jumlah siswanya banyak, akan sangat merepotkan guru. h) Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung. i) Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.
35 Sedangkan tentang kekurangan dari model Guided Inquiry, Menurut Megawati (2013: 41) pembelajaran inkuiri terbimbing kurang berhasil bila diterapkan dalam kelas besar, waktu yang dibutuhkan cukup lama, sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, perencanaan yang sulit karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, persiapan mental untuk cara belajar ini, mengecewakan siswa jika guru tidak menguasai pembelajarn inkuiri, pembelajran sulit diimplementasikan oleh guru selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep. Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa kekurangan atau kelemahan model guided inquiry atau inkuiri terbimbing adalah: kurang berhasil bila diterapkan dalam kelas besar, waktu yang dibutuhkan cukup lama, sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif, kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas, pembelajran sulit diimplementasikan oleh guru selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep, dan membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung. b. Sumber Belajar Lingkungan 1) Pengertian Sumber Belajar Lingkungan Guru perlu membawa siswa keluar kelas untuk menghadapkan para siswa dengan lingkungan yang aktual untuk dipelajari sehingga siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya. Asyhar (2011: 11) menjelaskan bahwa, lingkungan sebagai sumber belajar adalah situasi dan kondisi lingkungan belajar baik yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang ada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang, maupun yang tidak secara khusus disiapkan, namun dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran,
36 seperti: laboratorium, kebun sekolah lapangan,dan lingkungan alam sekitar yang digunakan sebagai sumber belajar. Hal itu diperkuat dengan pendapat Sanjaya, “lingkungan sebagai
sumber
belajar
adalah
segala
sesuatu
yang
dapat
memungkinkan siswa belajar, misalnya, gedung sekolah, perpustakaan, labolatorium, taman, kantin sekolah, dan lain sebagainya” (2014: 176). Sedangkan menurut pendapat Suharjo (2006: 108), setting atau lingkungan sebagai sumber belajar adalah lingkungan tempat pesan pembelajaran diterima, lingkungan sebagai sumber belajar dapat berupa: a) lingkungan alam, seperti gunung, pantai, sungai, dan lain sebagainya, b) lingkungan sosial, misalnya keluarga, desa, kota, dan lain sebagainya, dan c) lingkungan budaya, misalnya candi, adat istiadat, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat para ahli tentang sumber belajar lingkungan, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar siswa, yang memungkinkan siswa belajar, dapat berupa lingkungan alam, sosial, dan budaya. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Hal tersebut disesuaikan dengan materi juga keadaan lingkungan sekitar sekolah yang berupa pegunungan dan banyak terdapat potensi lokal yang nantinya akan banyak bermanfaat pada saat proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan sumber belajar lingkungan sekitar sekolah, seperti berbagai macam sumber daya alam yang adalah potensi lokal daerah, misalnya siswa akan dibawa ke suatu tempat untuk menyebutkan SDA yang ada untuk dikelompokan berdasarkan jenis atau sifatnya, dan yang paling penting, siswa bisa mengamati potensi lokal apa saja yang ada di lingkungan sekitar sekolah (seperti banyaknya pepohonan, tanaman cabe dan singkong), yang nantinya dapat diolah dan dimanfaatkan bagi penduduk sekitar. Sehingga akan menumbuh sikap peduli siswa
37 terhadap lingkungan, dan akan tumbuh keinginan siswa untuk lebih melestarikan potensi lokal yang ada di daerah mereka. 2) Langkah-langkah penggunaan Sumber Belajar Lingkungan Menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa tidak terkendali, sehingga tujuan pengajaran tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan. Sudjana dan Rivai (2013: 214-217) menyatakan ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu: a) Langkah persiapan Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan, antara lain: (1) Dalam hubunganya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan yang nantinya akan diperoleh siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar. (2) Tentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi. (3) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. (4) Guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan. (5) Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib di tempat tujuan, perlengkapan yang harus dibawa, menyusun pertanyaan yang akan diajukan, kalau ada kamera untuk mengambil foto, transportasi yang digunakan, biaya, makanan atau perbekalan, perlengkapan P3K. b) Langkah pelaksanaan Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Di awali dengan penjelasan guru, kemudian siswa dibimbing untuk melakukan penemuan atau obeservasi.
38 c) Tindak lanjut Tindak
lanjut
dilakukan
di
kelas
untuk
membahas
dan
mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil pengamatanya dan dibahas bersama. Berdasarkan penjelasan tentang langkah-langkah penggunaan sumber belajar lingkungan, peneliti juga akan melakukan langkahlangkah sesuai dengan petunjuk di atas, yaitu sebagai berikut: a) Tahap persiapan Pada penelitian ini peneliti hanya akan menggunakan lingkungan sekitar sekolah, sehingga peneliti tidak harus
menyiapkan
perizinan maupun menyiapkan alat transportasi. Sebelumnya peneliti
sudah
harus
mempersiapkan
tujuan
belajar
yang
diharapkan dari penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Selain itu, pada tahap persiapan peneliti harus menentukan tata cara melakukan pengamatan dengan jelas, sehingga pada saat siswa sampai di lingkungan yang akan mereka amati, mereka sudah mengerti apa yang akan mereka amati. b) Tahap pelaksanaan Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, sesuai dengan rencana yang sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan. Dalam tahap pelaksanaan ini, siswa tidak selalu dibawa ke lingkungan sekitar sekolah, namun bisa juga siswa membawa contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan sekitar mereka, seperti batu, tanaman, air, tanah, untu diamati bersama di dalam kelas. c) Tindak lanjut Tindak
lanjut
dilakukan
di
kelas
untuk
membahas
dan
mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan sekitar sekolah. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil pengamatannya dan dibahas bersama.
39 3) Keunggulan dan Kelemahan Sumber Belajar Lingkungan Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar pastinya memiliki kelebihan dan kelemahan yang harus diperhatikan, adapun kelebihan dari pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar menurut Uno dan Muhammad (2012: 146-147) adalah sebagai berikut: a) Siswa dibawa langsung ke dalam dunia yang konkret tentang penanaman konsep pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya bisa mengkhayalkan materi. b) Lingkungan dapat digunakan setiap saat, kapanpun, di manapun sehingga tersedia setiap saat, tetapi tergantung dari jenis materi yang sedang disajikan. c) Tidak membutuhkan biaya, karena semua telah disediakan oleh lingkungan alam. d) Mudah dicerna oleh semua siswa karena siswa disajikan materi yang sifatnya konkret bukan abstrak. e) Motivasi belajar siswa akan lebih bertambah karena siswa mengalami suasana belajar yang berbeda dari biasanya. f) Suasana yang nyaman memungkinkan siswa tidak mengalami kejenuhan ketika menerima materi. g) Memudahkan untuk mengontrol kebiasaan buruk dari sebagian siswa. h) Membuka peluang kepada siswa untuk berimajinasi. i) Konsep pembelajaran yang dilaksanakan tidak akan terkesan monoton. j) Siswa akan lebih leluasa dalam berfikir dan cenderung untuk memikirkan materi yang diajarkan karena materi yang diajarkan telah tersaji di depan mata. Selain itu, keuntungan yang diperoleh dari kegiatan belajar menggunakan sumber belajar lingkungan menurut Sudjana dan Rivai (2013: 208), antara lain:
40 a) kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi. b) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami. c) Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga sebenanya lebih akurat. d) Kegiatan belajar siswa lebih konferhensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain. e) Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain f) Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sumber belajar lingkungan sekitar sekolah adalah: (a) menghemat biaya karena memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar sekolah, (b) praktis dan mudah di lakukan, (c) pelajaran lebih aplikatif, (d) media lingkungan memberikan pengalaman langsung, (e) lebih komunikatif,
(f)
kegiatan
belajar
lebih
menarik
dan
tidak
membosankan, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi, (g) kegiatan belajar akan lebih membangun daya imajinasi siswa,
(h)
sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain, (i) siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya,
41 sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan. Selain banyak keuntungan dalam menggunakan sumber belajar lingkungan, namun ada juga kelemahan dari penggunaan sumber belajar lingkungan sekitar sekolah, seperti yang dijelaskan oleh Sudjana dan Rivai (2013: 209), antara lain: a) Kegiatan
belajar
kurang
dipersiapkan
sebelumnya
yang
menyebabkan pada waktu siswa di bawa ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapakan sehingga ada kesan main-main. b) Ada kesan dari guru bahwa dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas. c) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Sedangkan menurut Uno dan Muhamad (2012: 147-148), kelemahan pembelajaran menggunakan lingkungan adalah sebagai berikut: a) Lebih cenderung digunakan pada mata pelajaran IPA atau Sains dan sejenisnya. b) Perbedaan kondisi lingkungan di setiap daerah (dataran rendah dan dataran tinggi). c) Adanya pergantian musim yang menyebabkan perubahan kondisi lingkungan setiap saat. d) Timbulnya bencana alam. Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
kelemahan
dari
menggunakan sumber belajar lingkungan adalah: (a) membutuhkan persiapan yang matang, agar pembelajaran tidak terkesan main-main, (b) membutuhkan waktu yang relatif lama, (c) sempitnya pandangan guru, bahwa pembelajaran hanya bisa dilaksanakan di dalam kelas, (d) perbedaan lingkungan setiap daerah dan kondisi lingkungan yang
42 tiap saat bisa berubah akibat bencana ataupun musim sehingga pembelajaran harus menyesuaikan situasi dalam memanfaatkan lingkungan. Berdasarkan penjelasan tentang kelemahan menggunakan sumber belajar lingkungan, maka peneliti dapat mengantisipasi dengan: (a) kegiatan belajar yang akan dilakukan sudah dipersiapkan sematang mungkin, (b) siswa tidak selalu dibawa langsung ke lingkungan pada waktu pembelajaran, namun siswa bisa diperintahkan untuk membawa contoh sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekitar yang nantinya akan digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas, atau siswa sebelumnya telah diperintahkan untuk mengamati lingkungan sekitar diluar jam pelajaran, yang nanti saat pembelajaran berlangsung siswa sudah memahami apa yang dijelaskan guru. c. Penerapan model Guided Inquiry dengan Sumber Belajar Lingkungan pada Pembelajaran IPA Dari penjelasan di atas mengenai Model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan, maka dapat disimpulkan bahwa model guided Inquiry dengan sumber belajar lingkungan adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dengan menggunakan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar sekolah yang memungkinkan siswa untuk belajar, namun masih dalam bimbingan dan pengarahan guru, melalui langkahlangkah
berikut:
a)
menyajikan
pertanyaan
atau
masalah
dan
mempersiapakan peralatan untuk belajar di lingkungan, b) merumuskan hipotesis sesuai dengan pengetahuan awal siswa tentang lingkungan, c) mengumpulkan data yang diambil melalui pengamatan langsung di lingkungan, d) analisis data berdasarkan hasil penyelidikan terhadap lingkungan, dan e) menarik kesimpulan dan tindak lanjut. 3. Penelitian yang Relevan Penelitian penerapan model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan dalam peningkatan pembelajaran IPA tentang sumber daya alam pada siswa kelas IV SDN 1 Sikayu tahun ajaran 2015/2016 ini memiliki
43 relevansi dengan penelitian sebelumnya. Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Mustika Rahayu pada tahun 2014 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VA SD Negeri I Kota Bengkulu”. Hasil penelitian yang dilakukan Mustika Rahayu menunjukan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, yang ditandai dengan peningkatan dalam setiap siklusnya. Persamaan
terletak
pada
variabel
yang
mempengaruhi
yaitu
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing atau guided Inquiry. Selian itu, persamaan dari penelitian Mustika Rahayu dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Perbedaannya
terletak pada variabel yang dipengaruhi yaitu peneliti akan
meneliti peningkatan pembelajaran IPA tentang sumber daya alam pada siswa kelas IV SDN 1 Sikayu tahun ajaan 2015/2016, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mustika Rahayu meneliti peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri I Kota Bengkulu. Perbedaan lain yaitu pada penelitian Mustika Rahayu menjelaskan metode yang akan digunakan, yaitu metode eksperimen, tetapi dalam penelitian ini tidak menjelaskan metode yang akan digunakan, melainkan menjelaskan sumber belajar yang akan digunakan, yaitu sumber belajar lingkungan. Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Intan Y. Patangari, Maetawaty, dan Minarni R. Jura tahun 2014 dengan judul “Pemanfaatan Lingkungan Alam Skitar sebagai Sumber Belajar dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPA di Kelas IV SDN 6 Biau”. Pada penelitian ini membuktikan bahwa pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di Kelas IV SDN 6 Biau, ditandai dengan kenaikan persentase hasil belajar siswa dan tingkat kelulusan yang semakin meningkat.
44 Persamaan terletak pada variabel yang mempengaruhi sama-sama menggunakan sumber belajar lingkungan. Selain itu metode penelitian yang digunakan oleh Intan Y. Patangari, Maetawaty, dan Minarni R sama dengan metode pada penelitian ini, yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Perbedaannya
terletak pada variabel yang dipengaruhi yaitu peneliti akan
meneliti peningkatan pembelajaran IPA tentang sumber daya alam pada siswa kelas IV SDN 1 Sikayu tahun ajaan 2015/2016, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Intan Y. Patangari, Maetawaty, dan Minarni R meneliti peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 6 Biau. Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Irinoye J, et al pada tahun 2015, yang berjudul “Relative Effectiveness of Guided Inquiry an Demonstration Methods on Students Perfomance in Practical Chemistry in Secondary School in Osun State, Nigeria”. Pada penelitian ini membuktikan bahwa berdasarkan hasil perhitungan t, pembelajaran dengan guided inquiry lebih efektif diterapkan untuk meningkatkan kinerja dan retensi belajar siswa mata pelajaran Kimia di SMP di kota Osun, Nigeria. Persamaan terletak pada variabel yang mempengaruhi sama-sama terdapat model pembelajaran guided inquiry. Perbedaannya variabel
yang
dipengaruhi
yaitu
peneliti
akan
meneliti
terletak pada peningkatan
pembelajaran IPA tentang sumber daya alam pada siswa kelas IV SDN 1 Sikayu tahun ajaan 2015/2016, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Irinoye J, et al meneliti peningkatan kinerja siswa dalam praktikum Kimia SMP di Kota Osun, Nigeria. Selain itu perebedaan juga terletak pada metode penelitian yang digunakan, pada penelitian yang dilakukan oleh Irinoye J, et al mengguanakan metode kuantitatif jenis quasi-eksperimen, sedangkan peneliti ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian relevan keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Bilgin tahun 2009, dengan judul “The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach On University Students’achievment of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction”. Pada penelitian ini membuktikan bahwa kelas yang
45 digunakan sebagai kelas percobaan dengan menerapkan kerja kelompok menggunakan
langkah-langkah
guided
inquiry
terbukti
sikap
dan
pengetahuanya lebih baik, daripada kelas kontrol yang bekerja secara individu tanpa menggunakan langkah-langkah guided inquiry. Persamaan terletak pada variabel yang mempengaruhi sama-sama terdapat model pembelajaran guided inquiry. Perbedaannya variabel
yang
dipengaruhi
yaitu
peneliti
akan
meneliti
terletak pada peningkatan
pembelajaran IPA tentang sumber daya alam pada siswa kelas IV SDN 1 Sikayu tahun ajaran 2015/2016, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Bilgin meneliti prestasi dan sikap mahasiswa terhadap konsep Asam dan Basa. Selain itu perebedaan juga terletak pada metode penelitian yang digunakan, pada penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Bilgin mengguanakan metode kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
B. Kerangka Berpikir Siswa kelas IV SDN 1 Sikayu rata-rata berada pada kisaran usia 9-11 tahun. Di usia tersebut, meraka berada pada tahap operasional konkret yang perkembangan kognitif dan psikomotor berkembang sangat pesat. Berdasarkan observasi yang dilakukan, perkembangan siswa kelas IV SDN 1 Sikayu sesuai dengan tahapan perkembangan siswa sekolah dasar pada umumnya, yaitu anak memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, senang mempergakan sesuatu secara langsung. Pembelajaran IPA pada siswa kelas IV seharusnya lebih menekankan pada kegiatan nyata. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yaitu, menekankan pada proses penemuan (inquiry), membangun pikiran sendiri (kontruktivisme), pemecahan masalah, dan penyelidikan, yang dilakukan berdasarkan keterampilan proses yang dikembangkan menggunakan sikap ilmiah, agar materi yang disampaikan dapat dengan mudah tersampaikan pada siswa. Sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pembentukan pengalaman langsung siswa, dengan begitu siswa dapat dengan
46 mudah menerima materi dan dapat meningkatkan pembelajaran IPA, selain itu siswa juga bisa menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh langsung pada kehidupan nyata. Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti akan menerapkan model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan dalam pembelajaran IPA tentang sumber daya alam. Penerapan model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan dalam pembelajaran IPA tentang sumber daya alam dalam penelitian ini akan diterapkan pada tiga siklus, yang akan membahas tentang hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Penerapan model model guided inquiry dengan sumber belajar lingkungan dalam pembelajaran IPA memungkinkan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran untuk dapat memahami suatu permasalahan, merumuskan hipotesis
sesuai
dengan
pengetahuan
awal
siswa
tentang
lingkungan,
mengumpulkan data yang diambil melalui pengamatan langsung di lingkungan, analisis data berdasarkan hasil penyelidikan terhadap lingkungan, dan menarik kesimpulan dan tindak lanjut tentang konsep IPA secara langsung dan nyata. Sehingga dapat meningkatkan pembelajaran IPA tentang sumber daya alam pada siswa kelas IV SD N 1 Sikayu Kecamatan Buayan tahun ajaran 2015/2016. Dan untuk lebih jelasnya mengenai kerangka berpikir penelitian ini, dapat dilihat melalui gambar kerangka berpikir di bawah ini.
47
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Karakteristik Anak Usia 9-11 Tahun
Karakteristik Pembelajaran IPA
Memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, senang mempergakan sesuatu secara langsung
Kegiatan pembelajaran menekankan pada proses inkuiri, penyelidikan, kontruktivisme, dan pemecahan masalah.
Guru menerapkan model Guided Inquiry dengan sumber belajar lingkungan. Pembelajaran dilakukukan pada siklus I, II, dan III.
Pembelajaran IPA tentang sumber daya alam di kelas IV SDN 1 Sikayu tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkat.
Gambar 2.8 Bagan Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kajian teori pada penelitian ini, peneliti dapat mengajukan hipotesis tindakan penelitian yaitu “Jika penggunaan Model Guided Inquiry dengan sumber belajar lingkungan sesuai dengan langkah-langkah
yang tepat, maka dapat meningkatkan
pembelajaran IPA tentang materi sumber daya alam pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sikayu tahun ajaran 2015/2016”.