BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.Belajar Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar (Sudjana, 2009). Sejalan dengan pernyataan Nana Sudjana, Slameto (2003) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses belajar akan terlihat terjadi perubahan dalam diri manusia yang belajar tersebut. Proses yang dilalui untuk dalam perubahan perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap pada diri siswa akibat dari latihan, penyesuaian, maupun pengalaman (Ridwanullah, 2008). Menurut Asrori (2011) belajar adalah perubahan tingkah laku atau watak seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan bukan karena proses pertumbuhan maupun kematangan. Jadi seseorang bisa dikatakan telah belajar apabila memenuhi tiga hal, yaitu: 1. Terjadinya perubahan tingkah laku ataupun kepribadiannya. 2. Perubahan tersebut bersifat tetap bukan sementara (bukan karena kematangan dan kelelahan). 3. Disebabkan oleh pengalaman dan latihan. Dari beberapa definisi dari belajar yang telah disebutkan di atas, belajar merupakan pengalaman proses berdasarkan interaksi dengan lingkungan dalam usaha perubahan tingkah laku individu (siswa). Proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah
9
10
laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar. 2.2.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam( IPA) IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam atau dalam bahasa inggris disebut science. IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari alam beserta isinya, hal ini berarti semua benda yang ada di alam, peristiwa dan gejala yang muncul di alam(Rahman, 2011). IPA merupakan proses menguji informasi yang diperoleh dari proses dengan menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis yang menghasilkan produk informasi yang sahih (Widodo, 2008). Sejalan dengan itu dalam belajar IPA tidak hanya mendengar tetapi menemukan fakta, konsep dan prinsip dengan proses sistematis (KTSP, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang benda yang ada di alam, peristiwa, peristiwa dan gejala alam yang diuraikan secara sistematis dalam penemuan fakta, konsep dan prinsip. Perubahan tingkah laku dalam pemerolehan informasi harus berdasarkan pengalaman ketika mengamati, kemudian memahami objek yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar (Danang, 2011). Proses pembelajarannya IPA dengan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Anggraeni, 2011). Sulistyorini (2007) mengatakan proses belajar mengajar IPA seharusnya dipandang dari segi produk, proses dan pengembangan sikap, ketiga hal tersebut bersifat saling terkait. Pembelajaran IPA di SD memang tidak membuat siswa menjadi ahli (expert) dalam pembelajaran IPA tetapi IPA tetapi mempersiapkan siswa agar memahami
dirinya
dan
lingkungan
sekitarnya
melalui
pengembangan
keterampilan proses, sikap ilmiah, keterampilan berpikir, dan penguasaan konsep esensial untuk melakukan teknologi (Warpala, 2003). Dengan kata lain bahwa siswa memiliki penguasaan (mastery) sehingga siswa dapat menunjukkan unjuk kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda (Muna, 2009).
11
Berdasarkan pendapat dari Danang, Anggraeni, Sulistyorini, Warpala dan Muna, pembelajaran IPA adalah proses penguasaan dalam memperoleh pengetahuan
tentang
alam
yang
dipelajari
berdasarkan
pengembangan
keterampilan proses, sikap ilmiah, keterampilan berpikir, dan penguasaan konsep.
2.3.Mind Mapping Mind mapping merupakan teknik mencatat yang kreatif, efektif dan praktis. Fungsi mencatat adalah untuk membantu siswa dalam mengingat materi. Mind mapping dikatakan kreatif karena tidak hanya menulis tulisan linier yang berjejer sepanjang buku tetapi dengan menggunakan garis, gambar dan warna yang warna warni sehingga lebih menarik. Mencatat menggunakan metode mind mapping menjadi efektif dengan hanya menggunakan satu lembar kertas hasil yang didapat sangat banyak sekali dan menjadi praktis ketika dalam mengulang/recall materi yang didapat hanya dengan membaca satu lembar kertas. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan (Buzan dan Buzan, 2007).
Gambar2.1 : Mind Mapping Manfaat awal mind mapping adalah untuk mencatat. Mind mapping hampir sama dengan metode lama outlining yang kaku kadang kala mengganggu kebebasan berfikir sehingga sulit munculnya ide baru. Mind mapping mampu digunakan seseorang untuk menyerap informasi dengan bebas dan juga membantu orang tersebut untuk mengkait- kaitkan informasi terhadapt dirinya dan juga dapat
12
menjadikan dirinya kreatif. Cara kerja mind mapping adalah memadukan kata kunci/keyword dengan gambar sebagai penunjang kata kunci. Dalam mind mapping juga perlu menggunakan warna karena akan mempermudah untuk menyusun pokok pikiran yang berbeda ,serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci-gambar-warna. Mind mapping, secara mental seperti menggambar sesuatu yang telah dibayangkan, ketika gambar yang dibayangkan muncul
maka
semua
penjelasan
yang
ada
didalam
dapat
terjelaskan
(Muhammadnoer, 2009). Berikut perbedaan antara catatan biasa dengan mind mapping Tabel 2.1 Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping (Sugiarto, 2004) Catatan Biasa Peta Pikiran hanya berupa tulisan-tulisan saja berupa tulisan, symbol dan gambar hanya dalam satu warna berwarna-warni untuk mereview ulang memerlukan untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama waktu yang pendek waktu yang diperlukan untuk belajar waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama lebih cepat dan efektif statis membuat individu lebih kreatif. Sebelum membuat mind mapping ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar mind mapping yang dibuat menjadi lebih optimal. Menurut Buzzan (2007) bahan yang perlu dipersiapkan untuk membuat mind mapping adalah •
Kertas putih bersih. Disarankan menggunakan kertas yang cukup lebar kirakira ukuran A4. Jangan gunakan kertas bergaris karena akan mengganggu gambar yang sedang dibuat. Posisi kertas lebih baik landscape.
•
Pensil, spidol warna-warni
•
Otak Buzzan (2007) juga telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti
Berikut adalah ringkasan dari Law of Mind Mapping: Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topik diletakkan
13
ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna. Garis: lebih tebal untuk BOIs (Basic Ordering Ideas) dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat. Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat. Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar lebih menarik lagi. Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs. Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik terletak di tengahtengah kertas dan selanjutnya cabangcabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.
Membuat Mind Mapping membutuhkan imajinasi atau pemikiran (Buzzan 2007) adapun cara pembuatan Mind Mapping adalah:
Gambar 2.2 Mind Mapping Langkah 1
Gambar 2.3 Mind Mapping Langkah 2
14
Gambar 2.4 Mind Mapping Langkah 3
Gambar 2.6 Mind Mapping Langkah 5
Gambar 2.5 Mind Mapping Langkah 4
Gambar 2.7 Mind Mapping Langkah 6
Gambar 1 Mind Mapping Langkah 7 Dari uraian tersebut dengan mind mapping merupakan cara mencatat yang mengembangkan cara belajar visual. Mind mapping memadukan kedua belah otak sehingga akan memudahkan mengatur dan mengingat segala informasi, baik secara tulis maupun verbal. Adanya kombinasi antara garis, kata, warna, simbol kemudian dimasukkan kedalam secara terstruktur akan membuat informasi mudah
15
dimasukan kedalam otak
dan ditarik kembali atau diingat.
Sesuai dengan
harapan peserta didik mereka ingin mengingat informasi berupa materi pelajaran dalam jangka panjang. Dalam mind mapping terdapat unsure yang pasti ada yaitu pusat mind map / center image yang berisi gagasan utama atau ide pokok, cabang utama atau BOIs yang berisi sub pokok sebagai kerangka dari mind map dan yang terakhir cabang dari sub ide pokok yang berisi keterangan dalam sebuah ide pokok. Sehingga dalam pembuatan mind mapping hendaknya harus ada unsurunsure agar mind mapping lebih optimal. 2.3.1 Kelebihan dan kekuranngan mind mapping Semua metode yang digunakan dalam mengajar tidak ada yang dapat dikatakan sempurna, setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Metode mind mappingpun mempunyai kelebihan dan kekurangan (Sugiarto, 2004). Kelebihan metode mind mapping yaitu pada saat membuat mind mapping lebih mudah mengemukakan pendapat secara bebas, pembagian materi dapat lebih fokus pada inti mater dan sangat memungkinkan menambahkan informasi baru. Pencarian materi yang lebih mudah dan padat karena mind mapping dibuat dalam satu lembar kertas. Penambahan warna, simbol dan garis melengkung membuat otak lebih responsif dalam memasukkan dan mengambil kembali informasi. Pembuatan catatan dengan mind mapping dapat dilakukan secara kelompok sehingga siswa dapat bekerja sama dengan teman yang kemudian didiskusikan bersama, jika ingin menambahkan informasi baru siswa hanya tingga menambahkan garis dalam cabang yang sesuai. Melihat mind mapping yang sederhana sehingga pengkajian informasi menjadi lebih cepat. Dalam setiap metode pastilah mempunyai kekurangan, melihat cara belajar dan keaktifan siswa mind mapping hanya memungkinkan terjadi jika, siswa tersebut aktif sehingga lebih mudah berkreasi dalam mind mapping. Disisi lain guru akan kewalahan dalam memeriksa mind mapping karena setiap siswa membuat mind mapping berbeda- beda sesuai dengan kreatifitasnya dan tingkat pemahamannya.
16
2.3.2 Langkah- Langkah Metode Mind Mapping Dalam Pembelajaran Aplikasi Mind Mapping dalam Pembelajaran dalam tahap aplikasi, terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis Mind Mapping (Buzzan, 2007), yaitu: 1. Overview: tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal semester, overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat Master mind map yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan. 2. Preview: tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah inview. 3. Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan. 4. Review: tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus
17
dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Menurut Vanides (2005) untuk mengimplementasikan metode mind mapping dalam mata pelajaran IPA dalam kelas, ada empat langkah implementasi yaitu: 1. Langkah 1: Setiap siswa diminta untuk menderetkan atau menyusun konsep-konsep yang terdapat dalam suatu topik secara sederhana sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 2. Langkah
2:
Selanjutnya
siswa-
siswa
tersebut
diminta
untuk
menghubungkan konsep-konsep yang telah ia susun sebelumnya 3. Langkah 3: Review peta konsep yang telah dibuat oleh setiap siswa dalam sebuah kelompok kecil. 4. Langkah 4: Diskusikan peta konsep yang telah direview dalam kelompok kecil tadi dengan kelompok lain untuk mendapatkan peta konsep yang benar. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan diantaranya 1. Memberikan tinjauan suatu topik untuk merangsang keaktifan siswa dan mengarahkan jalan pikiran siswa. 2. Menentukan sub topik, kemudian menempatkannya di sekeliling topik sebagai kerangka catatan. 3. Membahas secara detail, terperinci dan mendalam sub topik yang akan dibahas lebih lanjut. Dalam kegiatan ini siswa dapat mulai mencatat informasi atau rumus menggunakan mind mapping. Hal ini dapat juga dilakukan dalam kelompok kemudian sebagai hasil akhir ada presentasi dari kelompok. 4. Meninjau kembali catatan yang dibuat. Dalam kegiatan ini juga dapat berupa kumpulan hasil diskusi kelompok yang kemudian didiskusikan
18
dalam kelas. Sehingga dalam kegiatan ini dapat menambahkan informasi sekaligus memperdalam informasi. 2.3.3 Penerapan Metode Mind Mapping Dalam Proses Pembelajaran Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu : (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir. Secara aplikatif ada beberapa langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode mind mapping. Menurut Iwan Sugiarto( 2004), langkah pembelajaran menggunakan metode mind mapping adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa. 3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang. 4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. 5. Menugaskan
siswa
secara
bergiliran/diacak
menyampaikan
hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. 6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa. 7. Kesimpulan/penutup. Frindiyani (2010)mengemukakan pendapat lain tentang langkah- langkah pembelajaran menggunakan mind mapping, sebagai berikut: Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan kegiatan orientasi (kegiatan awal), yaitu: • Guru mengajukan beberapa pertanyaan berkenaan dan menghubungkannya dengan pelajaran yang lalu • Sosialisasi, tujuan, prasyarat, dan langkah pembelajaran serta memotivasi siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. kegiatan inti, yaitu:
19
• Siswa membaca bahan (guru memfotokopi bahan sumber untuk semua anak) • Siswa menyimak penjelasan dari guru (metode bercerita) • Siswa mengidentifikasi idea atau gagasan utama dari materi (judul bab belum tentu sama dengan ide utama materi sebenarnya) • Siswa mengidentifikasi ide sekunder dari ide utama sebelumnya (dipandu bantuan guru, diberi warna) • Siswa meletakkan ide utama sebagai pusat peta konsep • Siswa meletakkan ide sekunder di sekeliling ide utama • Siswa memadukan ide utama dengan ide sekunder menggunakan kata penghubung • Menyimpulkan materi dari peta konsep yang telah dibuatnya Kemudian dilaksanakan kegiatan terakhir, dilaksanakannya kegiatan penyimpulan (kegiatan Penutup), yaitu: • Guru menyimpulkan seluruh dan cara mengembangkan keterampilan berpikir • Tes Individual : (perwakilan) maju satu per satu membuat peta konsep • Siswa diberi tugas mempelajari dan membaca materi untuk pertemuan berikutnya Dalam penelitian ini akan menggunakan langkah- langkah pembelajaran yang akan diimplementasikan kedalam RPP. Secara garis besar langkah kerja dalam pembelajaran dengan metode mind mapping harus mencakup beberapa hal yang diambil berdasarkan paparan aplikasi mind mapping sebagai item observasi tindakan. Berikut item observasi yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
mind mapping yang akan diterapkan dalam
langkah pembelajaran: •
Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari.
•
Menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari.
•
Meletakkan topik ditengah catatan/kertas.
•
Menentukan sub topik bahasan berdasarkan sumber belajar atau buku paket siswa.
20
•
Meletakkan sub topik disekeliling topik sebagai kerangka catatan. Diberi garis hubung dan diberi warna. Guru memberikan contoh dengan membuat salah satu sub topik.
•
Menjabarkan secara rinci setiap sub topik berdasarkan hasil tanya jawab atau berdasarkan hasil dari mengumpulkan informasi dari sumber belajar atau hasil diskusi.
•
Melengkapi detail setiap sub topik agar informasi yang diberikan lebih jelas.
•
Menambahkan, membetulkan, atau menguatkan informasi yang kurang dalam catatan.
•
Guru menyimpulkan informasi di dalam mind mapping yang telah dibuat.
•
Menekankan informasi, konsep atau rumus yang telah dipelajari.
•
Memberikan evaluasi .
Langkah pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian pembelajaran dengan metode mind mapping yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup: Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan kegiatan pembuka, yaitu: • Memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. • Menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran • Memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan inti, yaitu: Eksporasi • Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dipelajari ( termasuk metode mind mapping). • Siswa menyimak penjelasan dari guru. • Siswa digali pengetahuannya tentang materi yang akan dipelajari. • Siswa mengidentifikasi ide pokok untuk membuat sub ide pokok. • Siswa meletakkan ide utama sebagai pusat peta konsep (dibantu oleh guru dan diberi warna).
21
• Siswa diajak untuk bertanya jawab atau membaca materi dari buku atau berdiskusi tentang sub topik yang akan dipelajari. Elaborasi • Siswa meletakkan ide sub ide pokok di sekeliling ide utama (dibantu oleh guru dan diberi warna). • Guru Mengkonstruksi lebih dalam suatu sub topik yang akan dibahas secara detail dan terperinci dengan menggambarkan alur mind mapping dari informasi- informasi yang telah didapat. Konfirmasi • Guru mengadakan diskusi klasikal dari hasil mind mapping yang telah dibuat oleh peserta didik. • Guru menambahkan, membetulkan, atau menguatkan informasi yang kurang dalam catatan. • Siswa bersama guru menyimpulkan informasi di dalam mind mapping yang telah dibuat. Kegiatan Penutup • Guru mengadakan evaluasi berupa tanya jawab atau tes.
2.4.Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni (2004) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Pendapat lain mengatakan hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami
pengalaman belajar (Sudjana, 2009). Menurut Kingsley yang
tercantum dalam Sudjana (2009) membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketrampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasonal rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
22
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2009). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan uraian diatas hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang disertai peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapat pengalaman belajar, sedangkan proses pencapaiannya dapat ditentukan dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur hanya dibatasi dalam kemampuan kognitif saja, pada aspek pengetahuan dan pemahaman. Kemudian kemampuan kognitif ini akan diukur menggunakan soal tes, berupa tes pilihan ganda.
2.5. Jenis kelamin Tuhan menciptakan 2 jenis manusia dengan perbedaan yang membedakan kedua jenis manusia tersebut. Jenis kelamin ada 2 macam yaitu laki- laki dan perempuan. Pengertian jenis kelamin (seks) merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal (Sundari, 2009). Misalnya, bahwa manusia dengan jenis kelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki seperti daftar berikut: memiliki penis, memiliki jakala, dan memproduksi sperma.
23
Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim, leher rahim, vagina, alat untuk menyusui dan memproduksi sel telur. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis kelamin perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan beberapa ahli dibidang psikologis, mengatakan perempuan pada umumnya lebih baik pada ingatan dan laki-laki lebih baik dalam berpikir logis. perempuan pada umumnya lebih baik pada ingatan dan laki-laki lebih baik dalam berpikir logis. mengatakan bahwa perempuan lebih tertarik pada masalahmasalah kehidupan yang praktis kongret, sedangkan laki-laki lebih tertarik pada segisegi yang abstrak (Aminah dan Shinta, 2011). Dari pendapat tersebut seakan- akan terjadi perlabelan jika perempuan akan lebih baik dalam ingatan dan laki- laki akan lebih baik dalam segi logika. Pernyataan tersebut semakin jelas jika didasarkan pada jumlah pria dan wanita pada program-program studi yang melibatkan perhitungan seperti Matematika, Fisika dan beberapa jurusan Teknik di Universitas sangat signifikan. Terjadi suatu ketimpangan yang sangat mencolok. Kondisi seperti ini akan membangun ketidakseimbangan kesempatan kerja bagi pria dan wanita yang akhirnya berakibat ketimpangan sosial (Lisma, 2009). Menurut Jensen (2008) bahwa kecenderungan perbedaan kecakapan keterampilan pada laki-laki dan perempuan dapat diuraikan sebagai berikut: Perempuan biasanya lebih unggul daripada laki-laki dalam keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut: 1. Keterampilan motorik yang baik-mampu menggerakkan jari-jemari dengan cepat dalam kesatuan. 2. Ujian perhitungan. 3. Mampu bekerja dalam berbagai tugas dalam satu waktu 4. Mengingat posisi objek dalam satu susunan. 5. Mengeja 6. Fasih dalam mengolah kata-kata
24
7. Hal-hal yang menuntut sensitivitas terhadap stimuli eksternal (kecuali stimuli visual). 8. Mengingat petunjuk di sepanjang rute perjalanan. 9. Menggunakan memori verbal. 10. Apresiasi terhadap kedalaman dan kecepatan perseptual. 11. Membaca ekspresi bahasa tubuh/ mimik wajah. Laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan dalam hal keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut: 1. Terampil dalam menentukan target. 2. Mengolah perbendaharaan kata. 3. Konsentrasi dan fokus yang lebih luas 4. Kemampuan matematis dan penyelesaian masalah 5. Navigasi bentuk-bentuk geometris ruang. 6. Intelegensia verbal. 7. Formasi dan pemeliharaan kebiasaan. 8. Berbagai tugas spasial. Menurut Suryawardana (2010) Dalam struktur otak wanita, kemampuan untuk berbicara terutama ada dibagian depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan. Jadi tidak heran kalau wanita lebih senang berbicara dan banyak pula yang dibicarakan, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus. Wanita juga mempunyai jangakauan sudut pandang yang relatif lebih besar. Sementara untuk pria kemampuan berbicara dan bahasa adanyapun cuma di bagian otak kiri dan tidak ada area yang spesifik, kemampuan berbicara dan bahasa itu bukan kemampuan otak yang penting. Otak pria itu terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk sehingga membuat pria cuma bisa melakukan satu hal pada suatu waktu. Otak pria berkembang sedemikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa mengerjakan semuanya tapi ‘satu-satu donk!!’.Kalo pria menepikan mobil untuk membaca peta, biasanya dia juga akan mengecilkan suara radio atau tape. Pria yang mempunyai sudut pandang yang relatif lebih kecil. Pria jika memandang sesuatu maka otak akan memproses
25
pandangannya itu ibarat teropong bajak laut Jack Sparrow. Jauh dan lebih fokus, dan juga akan mencari KATA yang tertulis diotak tentang benda yang dicari atau ingin dilihat. Berpijak dari pendapat dapat disimpulkan jika perbedaan biologis antara jenis kelamin laki- dan perempuan tidak terjadi perdebatan tetapi dari segi psikologis pendapat yang berbeda. Dari pendapat- pendapat tersebut baik siswa laki- laki maupun perempuan mempunyai tingkat kecerdasan tersendiri yang bersifat dominan tetapi tidak sedikit yang mempunyai lebih dari satu kecerdasan. Perbedaan dari segi psikologisnya adalah wanita dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus sehingga dapat merangkai sesuatu secara lebih cepat. Sedangkan pria hanya dapat mengerjan satu pekerjaan dalam satu waktu karena pria ingin memilah- milah informasi yang akan dimasukkan kedalam otak. Dalam proses pembelajaran IPA tidak hanya menggunakan kecerdasan logis saja sehingga siswa memungkinkan untuk lebih unggul dalam belajar IPA. 2.6.Kajian Penelitian Yang relevan 2.6.1. Mind Mapping Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Mind Map Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Fotosintesis Kelas V SD Negeri I Kuripan Kecamatan Purwodadi Tahun 2011”(Nuraini, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa pokok melalui strategi mind map. Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas V SDN I Kuripan yang berjumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Untuk menjamin validitas data digunakan teknik triangulasi data. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian setelah diterapkan strategi mind map dari 18 % pada pra siklus, 29 % pada siklus I, 54 % pada siklus II, dan 94% pada siklus III. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan strategi mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.
26
“The effects of note taking in science education through the mind mapping technique on students’ attitudes, academic achievement and concept learning” oleh Akinoglu dan Yasar (2007). Penggunaan metode mind mapping didasarkan dalam perilaku, kemampuan akademik dan konsep dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitaf dan kualitatif. Waktu yang dibutuhka adalah 21 jam pelajaran. Uji reliabilitas menunjukkan KR@)= 0,73 dengan α= 0, 89. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, ditentukan bahwa ada perbedaan positif yang signifikan dalam konsep belajar siswa, mengatasi kesalahpahaman, prestasi akademik dan sikap terhadap program ilmu dengan mengambil catatan melalui metode pemetaan-pikiran. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Pucangan 03 Kartasura pada Pelajaran Ipa Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan Makanannya Menggunakan Mind Mapping dengan Media Gambar Tahun Ajaran 2011/2012” (Pratama, 2011). Jenis pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA SDN Pucangan 03 Kartasura yang berjumlah 26 siswa,dan obyek penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, test, dokumentasi dan wawancara. Dalam penelitian ini yang bertugas mengamati peneliti dalam mengajar adalah guru kelas IV. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sebelum siklus I dilaksanakan yaitu 42,3%. Setelah dilaksanakan siklus I dengan menggunakan mind mapping dengan media gambar hail belajar siswa meningkat menjadi 61,5% dan dilanjutkan dengan siklus II hasil belajar siswa mengalami kenaikan secara signifikan menjadi 88,5%. Secara keseluruhan dengan menggunakan metode mind mapping dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan mind map (peta pikiran) untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Bareng 5 Malang (Perwitasari, 2011). Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SDN Bareng V Malang, khususnya di kelas V dalam pembelajaran IPA ditemukan data dan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar" Siswa mengalami kesulitan dalam proses
27
penerimaan, penyimpanan, dan penggalian kembali informasi yang telah didapat". Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan model Kemis &Taggart" Langkah Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus" Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, refleksi dan rencana perbaikan". Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Bareng 5 Malang" Perolehan rata-rata hasil belajar siswa meningkat, dari rata-rata refleksi awal ke siklus I sebesar 42,1% dari siklus I ke siklus II sebesar 26,7% dengan ketuntasan belajar 75%" Aktivitas belajar siswa juga meningkat dari 64,2 pada siklus I menjadi74,4 pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 13,7%". Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas V SDN Bareng 5 Malang. Dari Penelitian Munandar (2010) yang Berjudul Penggunaan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di SD (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bojongkoneng Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Suka Bumi). Masalah pokok terfokus pada cara guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Bojongkoneng. Data awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam lima kali ulangan harian belum bisa mencapai batas KKM yaitu nilai 60. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
melalui PTK. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:
observasi, wawancara, angket dan latihan soal. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Bojongkoneng berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 siswa putera dan 13 siswi puteri. Hasil penelitian menunjukkan 1) Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga siswa merasa jenuh dan menganggap pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang membosankan. 2) Ada nya peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan setelah menggunakan metode Mind Mapping dalam pembelajaran IPS yaitu hasil belajar semua siswa melewati batas KKM. 3) Terjadinya perubahan persepsi, siswa tidak memandang pembelajaran IPS sebagai pembelajaran yang membosankan, melainkan menjadi
28
pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulannya adalah penggunaan metode Mind Mapping dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Bojongkoneng dianggap berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti juga merekomendasikan metode Mind Mapping sebagai metode alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran di kelas, dan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam membuat catatan Mind Mapping, guru harus sering melatih siswa untuk membuat peta konsep. Berdasarkan beberapa penelitian diatas walaupun beberapa menggunakan model penelitian Penelitian Tindakan Kelas dan jurnal akan tetapi masih berhubungan dengan penelitian ini. Melihat beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar setelah menggunakan metode mind mapping. Sehubungan dengan adanya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode mind mapping sehingga perlu mencobakan metode mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan dapat dikembangkan pula untuk meningkatkan prestasi siswa. 2.6.2. Jenis Kelamin Dalam penelitian Martono, Puspitasari, Mintarti, dan Rostikawati (2010) perbedaan jenis kelamin dalam prestasi belajar mahasiswa Unsoed. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa laki- laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder yaitu IPK mahasiswa dan masa studi mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum prestasi perempuan lebih baik daripada lakilaki. Rentang IPK 3,00 sampai 4,00 didominasi perempuan. Mahasiswa perempuan memiliki masa studi yang lebih pendek daripada laki-laki. Rata-rata lama studi mahasiswa perempuan adalah 7-8 semester sedangkan mahasiswa laki-laki adalah 8-9 semester. Secara teoritis, perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki dikarenakan perempuan lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah, kepercayaan diri perempuan yang lebih bagus daripada lakilaki, yang terakhir, perempuan lebih suka membaca daripada laki-laki.
29
Penelitian Arisandi dan Latifah (2008) yang berjudul Analisis persepsi anak terhadap gaya pengasuhan orangtua, kecerdasan emosional, aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Sukabumi. Hasil dari penelitian diatas menunjukkan kecerdasaan emosional dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orangtua. Sementara itu, kecerdasan emosional laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan adanya perbedaan. Berdasarkan prestasi belajar anak, ditemukan adanya hubungan nyata antara prestasi belajar dengan perbedaan antar jenis kelas (IPA dan IPS) dan jenis kelamin. Prestasi akademik murid perempuan itu secara signifikan lebih tinggi daripada anak laki-laki. Perbedaan prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan persamaan kuadrat yang diberi pengajaran berprograma tipe bercabang dan konvensional ditinjau dari jenis kelamin siswa (Darmanto, 2007). Teknik analisis data yang digunakan yaitu anava dua jalur sel tak sama, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil pembahasan analisis data dengan taraf signifikasi 5% menunjukan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pengajaran berprograma tipe bercabang dan konvensional dengan FHit = 4,178. (2) terdapat perbedaan prestasi belajar metematika antara siswa putra dan siswa putri dengan FHit = 7,887. (3) tidak terdapat perbedaan antara metode pengajaran berprograma tipe bercabang dan konvensional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin dengan FHit = 0,210. Nakazawa, Takahira, Muramatsu, Kawano, Fujiwara, Takahashi, Ikegami yang berjudul Gender issues in mathematics, science and technology gender differences in science learning of japanese junior high school students (2001). Perbedaan jenis kelamin yang signifikan mempengaruhi siswa-siswinya dalam memilih jurusan di sma dan perguruan tinggi. Sebuah studi yang dilakukan selama dua tahun terhadap siswa SMP Jepang dengan menggunakan kuesioner. Survei 1 (Juni dan Juli 1999) subyek: kelas tujuh siswa 437 perempuan dan anak laki-laki 470 dari 9 sekolah negeri dari 9 daerah Jepang. Survei 2 (Juni dan Juli 2000) dengan subyek yang terdiri dari delapan dengan jumlah siswa kelas siswa 408 perempuan dan anak laki-laki 443 dipilih dari sekolah yang sama berpartisipasi
30
dalam survei 1 (satu sekolah menolak untuk berpartisipasi dalam survei kedua 2). Kelas 7 dan 8 sesuai dengan Jepang kelas 1 dan 2 SMP. Kedua survei dilakukan di trimester pertama dari setiap kelas. Analisis ini dilakukan oleh salib tabulasi dengan χ2 analisis untuk memeriksa perubahan dalam tanggapan untuk item yang umum dari kelas 7 (survei 1) untuk kelas 8 (survei 2) dalam jenis kelamin, dan mengurangi perbedaan jenis kelamin dalam setiap item nilai. Hasil penelitian Perbedaan jenis kelamin yang signifikan yang ditemukan baik di kelas 7 dan 8 . Lebih banyak anak perempuan daripada anak laki - laki tidak suka belajar ilmu pengetahuan di kedua kelas. Perbedaan jenis kelamin meningkat antara 7 dan 8 kelas. Lebih banyak perempuan di 8 menjadi tidak menyukai ilmu pengetahuan dari ketika mereka sampai ke kelas 7. Spelke dan Elizabeth dalam artikel yang berjudul “Sex Differences in Intrinsic Aptitude for Mathematics and Science?: A Critical Review (2005)”. Artikel ini menganggap bahwa perbedaan jenis kelamin dalam ranah kognitif memperhitungkan representasi diferensial laki-laki dan perempuan di tingkat tinggi karir dalam matematika dan ilmu pengetahuan: (a) laki-laki lebih terfokus pada objek dari awal kehidupan dan karenanya cenderung untuk lebih baik belajar tentang sistem mekanis; (b) laki-laki memiliki profil kemampuan analisa data spasial dan numerik yang memproduksi bakat besar untuk matematika; dan lakilaki (c) lebih bervariasi dalam kemampuan kognitif mereka dan oleh karena itu mendominasi di bagian dari matematika. Penelitian tentang perkembangan kognitif dalam bayi manusia, anak-anak prasekolah dan siswa pada semua tingkatan gagal untuk mendukung klaim ini. Sebaliknya, ini memberikan bukti bahwa matematika dan science merupakan pengembangkan dari serangkaian kapasitas kognitif bahwa laki-laki dan perempuan mengembangkan proses biologis dalam berpikirnya. Dengan tingkat kapasitas ini menyebabkan laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan bakat yang sama dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Dalam beberapa penelitian diatas memberikan dua simpulan tentang pengaruh jenis kelamin terhadap hasil belajar dan prestasi belajar yaitu ada pengaruh yang signifikan dan penelitian lain menunjukkan tidak adanya pengaruh
31
yang signifikan terhadap hasil belajar. Dikarenakan adanya kesimpulan yang berbeda- beda peneliti perlu menganalisis adakah pengaruh jenis kelamin terhadap hasil belajar dengan menggunkan metode mind mapping. Diatas telah dituliskan tentang pengaruh metode mind mapping terhadap hasil belajar ataupun prestasi siswa dan juga pengaruh jenis kelamin terhadap hasil belajar dan presstasi siswa. Berpijak dari kedua hal tersebut peneliti ingin melihat seberapa jauh pengaruh jenis kelamin terhadap hasil belajar IPA dengan metode mind mapping. 2.7.Kerangka Pikir Mengapa metode mind mapping dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan mind mapping diyakini akan membuat siswa mudah memahami konsep- konsep yang tersusun secara berkesinambungan. Konsep tersebut dapat mudah diingat karena pada saat membuat dan mengulang siswa akan memahaminya secara sistematis dan dalam mengeluarkannya atau mengingatnyapun lebih mudah diingat. Proses mengingat dipermudah juga karena ada warna, garis, dan gambar agar informasi yang diserap menjadi lebih cepat diserap dan diingat. Perbedaan kemampuan antara siswa laki- laki dan perempuan juga akan dilihat dengan menggunakan mind mapping, untuk melihat jenis kelamin mana yang lebih cocok menerima pembelajaran dengan mind mapping
2.8.Hipotesis Penelitian Dari latar belakang dan kajian teori ada dugaan sementara bahwa : 1. Siswa yang diajar dengan Metode mind mapping diduga akan mendapat hasil yang
lebih
baik
dibandingkan
siswa
yang
menggunakan
metode
konvensional. 2. Diduga ada pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar IPA siswa sekolah dasar ditinjau dari perbedaan jenis kelamin.