BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1
Gambaran Umum Change Order
Perubahan pekerjaan memang tidak dapat dihindari, karena hampir seluruh proyek konstruksi selalu terjadi perubahan, baik perubahan dalam skala kecil maupun besar (Barrie & Paulson, 1992). Akan tetapi perubahan tersebut bisa diantisipasi dan diminimalkan jika fakor-faktor penyebabnya diketahui dan perubahan yang terjadi pada proyek konstruksi tersebut dikelola dengan baik. Perubahan pekerjaan dapat berupa penambahan, pengurangan atau bahkan penggantian lingkup item pekerjaan yang telah disepakati bersama dalam kontrak awal. Sebagian besar perubahan terjadi dalam proses konstruksi diantaranya perubahan desain bangunan, perubahan jadwal, penggantian material, dan modifikasi terhadap metoda konstruksi. Perubahan tersebut bisa menjadi perbaikan terhadap rencana semula atau terhadap hasil kerja jika hal-hal tidak terduga tersebut sudah dapat diatasi. Perubahan seharusnya dilakukan ketika proyek tersebut masih dalam tahap feasibility study dan strategi agar pengaruhnya terhadap penambahan biaya, mutu dan waktu kecil. Akan tetapi perubahan yang sering terjadi adalah pada saat proyek dalam tahap konstruksi, perubahan ini disebabkan oleh banyak faktor. Semakin lama keputusan untuk melaksanakan perubahan dilakukan maka dampaknya terhadap biaya akan semakin besar. Misalnya penambahan kamar 4
5
mandi ketika pekerjaan pada tahap pondasi, maka biaya tambahan yang dikeluarkan mungkin hanya untuk penambahan galian tanah dan pembuatan pondasi. Akan tetapi jika penambahan kamar mandi tersebut ketika pekerjaan sudah sampai tahap finishing maka biaya tambahan yang harus dikeluarkan jauh lebih besar, karena harus ada pekerjaan bongkar dinding, lantai, jaringan pipa air bersih dan pipa air kotor, pondasi, plat lantai, kemudian penambahan pembuatan kamar mandi dan setelah itu harus ada rekondisi untuk bongkaran yang telah dilakukan. Terjadinya change order secara tidak langsung mencerminkan seolah-olah kurang baiknya perencanaan dan kurang tepatnya usaha mengantisipasi berbagai faktor dan permasalahan teknis maupun non teknis. Meskipun segala sesuatunya diusahakan secara optimal. Dari catatan pengelola proyek menunjukkan bahwa change order tidak dapat dihindari sehingga harus diusahakan untuk mengelola change order dengan sebaik baiknya, dan mudah diperkirakan bahwa change order yang bersifat penambahan akan mendorong terjadinya kenaikan harga kontrak (Soeharto, 1997). Perubahan-perubahan yang mempengaruhi persetujuan kontraktual disebut perubahan kontraktual. Hal tersebut adalah yang paling berpengaruh dalam menyelesaikan perselisihan antara kontraktor dengan pemilik. Perubahan pada kontrak
awal
menunjukkan
kegagalan
pemilik
proyek
maupun
orang
kepercayaannya untuk mempertimbangkan isi kontrak akan perubahan ataupun perubahan kondisi yang lain (Barrie & Paulson, 1992).
6
Pada umumnya perubahan perintah kerja itu ditulis pada form yang baku dan memuat uraian lengkap tetapi singkat mengenai perubahan-perubahan dan akibatnya terhadap rencana kontrak dan biaya.
2.1.2
Definisi Change Order
Secara singkat change order bisa didefinisikan sebagai modifikasi dari original contract (Schaufelbeger & Holm, 2002). Menurut Fisk (2006) change order merupakan surat perintah kerja untuk menegaskan revisi-revisi rencana dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan kontrak antara pemilik dan kontraktor. Menurut AIA (American Institute of Architects) change order adalah sebuah permintaan tertulis yang ditandatangani oleh arsitek, kontraktor, dan pemilik yang dibuat setelah kontrak diterbitkan, yang mempunyai kuasa untuk merubah ruang lingkup pekerjaan atau melakukan penyesuaian pada nilai kontrak, waktu ataupun keduanya. Sedangkan definisi lain dari change order adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh kedua belah pihak untuk memberikan kompensasi pada kontraktor terhadap perubahan, tambahan pekerjaan, keterlambatan atau akibat yang lain dari perjanjian bersama yang tertulis di dalam kontrak (Barrie & Paulson, 1992). Change order juga bisa didefinisikan sebagai sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh kontraktor, arsitek dan pemilik setelah kontrak awal dibuat,
7
kemudian dimodifikasikan beberapa lingkup pekerjaan yang menyesuaikan terhadap biaya dan waktu (Schaufelbeger & Holm, 2002). Pengertian lain dari change order adalah suatu kejadian akibat perubahan atau modifikasi dari suatu pekerjaan yang berakibat pada perubahan waktu dan biaya pada saat pelaksanaan proyek (Ibbs, 1997). Menurut Clough dan
Sears (1994), change order terjadi apabila terjadi
penambahan, pengurangan dan perubahan didalam suatu pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor dan semuanya diajukan secara tertulis. Selain beberapa pendapat tersebut sebenarnya masih banyak lagi buku yang membahas tentang definisi dari change order. Akan tetapi dari semua pendapat tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa change order adalah persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh pemilik dan kontraktor untuk memodifikasi atau memberi alternatif pada pekerjaan yang telah diatur dalam dokumen kontrak dimana perubahan tersebut dapat dipertimbangkan untuk masuk dalam kontrak awal sehingga mengakibatkan penyesuaian terhadap biaya dan waktu pekerjaan. Change order berbeda dengan exstra work, meskipun juga ada biaya tambahan, akan tetapi exstra work tidak merubah atau memodifikasi kontrak awal yang telah ditandatangani. Biasanya pembayaran ekstra work terpisah dengan pembayaran kontrak awal. Exstra work atau biasa disebut sebagai variation order adalah permintaan pekerjaan dari pemilik diluar lingkup dari kontrak (Ahuja & Walsh, 1983)
8
2.1.3
Tujuan Change Order
Menurut Fisk (2006) tujuan dari change order adalah : a. Untuk mengubah rencana kontrak dengan adanya metoda khusus dalam pembayaran b. Untuk mengubah spesifikasi kontrak, termasuk perubahan pembayaran dan waktu kontrak yang berubah dari sebelumnya. c. Untuk persetujuan tambahan pekerjaan baru, dalam hal ini termasuk pembayaran dan perubahannya dalam kontrak d. Untuk tujuan admisnistratif, dalam menetapkan metoda pembayaran kerja exstra maupun perubahannya e. Untuk mengikuti penyesuaian terhadap harga satuan kontrak bila terjadi overruns dan underruns, yang disesuaikan dengen spesifikasi f. Untuk pengajuan pengurangan biaya insentif proposal (proposal value engineering)
2.1.4
Jenis Change Order
Pada umumnya terdapat dua tipe dasar perubahan (Gilbreath, 1992) yaitu direct change (perubahan formal) dan construction change (perubahan informal) Direct Change (Perubahan Formal) Perubahan formal adalah perubahan yang diajukan dalam bentuk tertulis, yang diusulkan oleh pemilik ditujukan kepada kontraktor untuk merubah lingkup
9
kerja, waktu pelaksanaan, biaya-biaya atau hal-hal lain yang berbeda dengan yang telah dispesifikasikan dalam kontrak. Dalam dokumen kontrak terdapat ketentuan-ketentuan untuk melakukan perubahan formal. Ketentuan tersebut biasanya memberikan kebebasan sepihak kepada pemilik untuk merubah lingkup kerja dan mengharuskan kontraktor untuk mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Perubahan formal umumnya dilakukan sebelum proyek terlaksana sepenuhnya, berdasarkan perencanaan dan merupakan pilihan yang sudah dipertimbangkan oleh pemilik dan didokumentasikan dalam format directive change Pemilik seringkali melakukan perubahan atau mengubah kontrak kerja dengan kontraktor atau supplier (Gilbreath,1992). Biasanya perbedaan pendapat cendrung berkisar kepada ganti rugi finansial dan pada efek perubahan terhadap jadwal konstruksi (Fisk, 2006). Perubahan formal biasanya menyangkut akan adanya alternatif-alternatif pada desain dan spesifikasi material dari suatu konstruksi dan diwujudkan dalam bentuk perbaikan-perbaikan dalam gambar atau spesifikasi konstruksi. Dalam hal ini jenis change order yang dibahas adalah perubahan formal, karena merupakan perubahan tertulis, yang secara resmi diajukan dan disetujui oleh kedua belah pihak untuk melaksanakan perubahan tersebut dan kompensasi yang akan diterima oleh kontraktor.
10
Construction Change (Perubahan Informal) Constructive changes adalah tindakan informal yang mengesahkan atau memerintahkan suatu modifikasi di lapangan yang terjadi oleh karena kesalahan dalam melakukan tindakan. Construction change juga dijelaskan sebagai suatu perubahan dimana kontraktor berhak untuk mempertimbangkan melakukan adanya perubahan, tetapi pemilik menolak adanya tambahan waktu dan biaya (Barrie & Paulson, 1992). Perubahan informal atau perubahan konstruktif menunjukkan perubahan lingkup pekerjaan kontraktor atau metoda pelaksanaan akibat kesalahan pemilik, pihak ketiga seperti sub kontraktor juga supplier serta seluruh kesalahan diluar dari kontraktor. Sebagian besar perubahan informal yang diklaim adalah disebabkan adanya perbedaan interpertasi dalam membaca gambar rencana atau spesifikasi. Banyak perusahaan konstruksi menggunakan informal field order ketika perubahan tidak mempengaruhi pemakaian peralatan dan bahan-bahan/material pada ketetapan kontrak. Perubahan informal sangat menyulitkan karena seringkali perubahan informal diketahui setelah pelaksanaan, selain itu dampaknya pada biaya, mutu dan waktu sulit untuk ditentukan. Perubahan konstruksi sering kali menjadi penyebab utama dari terjadinya perselisihan. Kebanyakan perselisihan berasal dari penafsiran yang keliru dalam bidang perencanaan teknis dan spesifikasi. Pihak pemilik dan perencana cendrung menginterpretasikan kontrak kedalam suatu cara yang paling bermanfaat atau menguntungkan suatu proyek. Disisi lain, pihak kontraktor cendrung membaca
11
perencanaan dan spesifikasi dalam suatu cara yang meminimalkan biaya pelaksanaan. Fisk mengatakan bahwa perubahan konstruktif dapat menyebabkan perselisihan yang biasanya terjadi karena beberapa hal berikut : a. Perencanaan dan spesifikasi yang kurang baik b. Penafsiran yang berbeda dari pihak perencana dan kontraktor c. Standar pelaksanaan yang lebih tinggi daripada yang dispesifikasikan d. Perubahan metoda pelaksanaan e. Perubahan dalam urutan konstruksi f. Hal-hal yang belum ditentukan oleh pihak pemilik g. Pelaksanaan yang tidak praktis atau tidak mungkin
2.1.5
Faktor-faktor Penyebab Change Order
Terjadinya change order bisa disebabkan oleh banyak faktor, dimana pada setiap proyek konstruksi penyebab dari terjadinya change order tidak pernah sama. Berikut ini adalah faktor-faktor dari change order yang dirangkum dari lima pendapat para ahli yang dikelompokkan dalam tiga bagian : a. Konstruksi b. Administrasi c. Sumber daya
12
Tabel 2.1 Faktor-Faktor Penyebab Change Order No I
Refrensi
Faktor-faktor Penyebab Change Order
A B C D E
KONSTRUKSI a. Planning dan desain 1. Kesalahan dalam planning
X X X X
2. Perubahan desain
X X X X
3. Perubahan metoda kerja
X
4. Kesalahan & kelalaian dlm penentuan estimasi vol
X
5. Kontrak yang kurang lengkap dan tegas
X
X
6. Penghentian kontrak sementara
X
7. Kesesuaian antara gambar dan kontrak 8. Ketidaksesuaian
antara
gambar
X dan
keadaan X
9. Kutipan dari spesifikasi yang tidak lengkap
X
dilapangan
10. Detail yang tidak jelas
X
11. Kurangnya pengetahuan tentang karakter material
X
12. Buruknya koordinasi dokumen
X
13. Value Engineering
X
b. Kondisi bawah tanah 1. Penyelidikan lapangan yang tidak lengkap
X
2. Persyaratan tambahan dari perbaikan bawah tanah
X
3. Kondisi bawah tanah yang berbeda
X
4. Rembesan bawah tanah setelah penggalian
X
c. Pertimbangan keamanan 1. Pertimbangan keamanan lapangan
X
2. Pertimbangan perlindungan lapangan
X
3. Penambahan fasilitas keamanan
X
d. Kejadian alam 1. Tanah longsor
X
2. Banjir
X
3. Penurunan tanah
X
X
13
A B C D E 4. Cuaca yang buruk II
X X
ADMINISTRASI a. Perubahan peraturan kerja 1. Perbaikan peraturan kebakaran
X
2. Perbaikan peraturan perencanaan tata kota
X
3. Perbaikan peraturan manajemen limbah konstruksi
X
4. Perbaikan peraturan perlindungan lingkungan
X
b. Peraturan dan pihak yang berwenang membuat keputusan 1. Pertimbangan politik
X
2. Perubahan pembuat keputusan/hukum pemerintah
X
3. Dominasi wewengan atasan
X
X X
4. Perubahan komitmen dari pemerintah
X
c. Perubahan kepemilikan 1. Kebutuhan tambahan untuk fungsional dan perawatan
X
2. Kebutuhan untuk pengguna
X
3. Modifikasi desain untuk agen-agen yang berhubungan
X
d. Permohonan lingkungan sekitar 1. Penambahan fasilitas unuk lingkungan penduduk
X
2. Mengurangi atau menghentikan bagian dari konstruksi X sehubungan dengan masalah lingkungan 3. Permintaan khusus dari dewan kota
X
e. Penyebab lain 1. Koordinasi dengan system utilitas
X
2. Campur tangan dari pemegang wewenang tertinggi
X
3. Persyaratan dari dinas perencanaan tata kota
X
4. Konflik kontrak dan perselisihan
X
X
5. Jadwal yang terlalu padat
X
6. Kurangnya control
X
7. Kurangnya team work
X
8. Kurangnya informasi tentang keadaan di lapangan
X X
9. Kurangnya antisipasi terhadap keadaan mendadak
X
10. Spesifikasi terkirim tidak sesuai
X
14
A B C D E 11. Pengiriman material yang telambat
X
12. Buruknya alur informasi
X
13. Interfensi dari pihak ketiga
X X
14. Terlambat dalam menyetujui gambar, desain kontrak
X
dan klarifikasi 15. Terlambat mengakses ke lapangan
X
16. Percepatan pekerjaan
X
X
17. Perlambatan pekerjaan
III
X
18. Perubahan jadwal secara tiba-tiba
X
19. Jadwal kontraktor terlambat
X
20. Jadwal sub kontraktor terlambat
X
21. Faktor lain yang tak terduga
X X
SUMBER DAYA 1. Kurangnya pengalaman kerja
X
2. Kurangnya pengetahuan pekerja
X
3. Jumlah tenaga lembur yang terlalu banyak
X
4. Bekerja tidak sesuai prosedur
X
5. Pertimbangan yang salah dilapangan
X
6. Kurangnya QA/QC
X
7. Kurang memadainya perlengkapan/peralatan
X
8. Rendahnya keahlian pekerja
X
9. Kegagalan menyuplay tenaga kerja ahli
X
10. Kinerja kontraktor yang jelek
X
11. Kinerja sub kontraktor yang jelek
X
12. Kinerja pihak ketiga yang jelek
X
13. Kinerja owner yang jelek
X
14. Material yang tidak tersedia di pasar
X
15. Perselisihan buruh
X
16. Peselisihan owner dengan desain representative 17. Kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan
X X X
15
Keterangan : A
: Hsieh, lu & wu (2004)
B
: Winata & Hendarlim (2004)
C
: Barrie & Paulson (1992)
D
: Schaufelberger & Holm (2002)
E
: Bartholomew (2002)
2.1.6
Akibat Change Order
Change order tidak bisa kita hindari dalam proyek konstruksi, termasuk juga akibat dari terjadinya change order dimana sebagian besar change order memberikan dampak negatif pada biaya, mutu dan waktu pekerjaan (Riley, 2005), maka pada penelitian kali ini hanya dibahas akibat change order terhadap biaya, mutu dan waktu pekerjaan saja. Akibat terjadinya change order terhadap biaya bisa saja dengan penambahan nilai kontrak, atau bisa juga dengan pengurangan nilai kontrak, sedangkan akibat change order terhadap waktu bisa dengan adanya penambahan waktu, sehingga waktu penyelesaian pekerjaan menjadi lebih lambat dari jadwal kontrak, atau bahkan bisa dengan percepatan waktu pekerjaan. Menurut Barrie & Paulson (1992) besar dampak yang terjadi dari change order tergantung dari besarnya change order yang dilakukan dari kontrak awal.
16
1. Selama perubahan merupakan skala kecil dalam kontrak yaitu kurang dari 10%, maka perubahan tersebut masih bisa ditoleransi dan hanya penyesuaian terhadap waktu saja 2. Ketika change order sudah mencapai 15% dari nilai kontrak awal, maka akan berdampak pada waktu dan biaya. Besar dampak yang terjadi terhadap waktu dan biaya sangat relatif, tergantung dari keahlian manajemen kontraktor untuk mengolah perubahan tersebut. 3. Ketika change order mencapai 20% dari kontrak awal, maka hal ini akan sangat mempengaruhi performance kontraktor.
2.1.7
Manajemen Change Order
Tingkat kerumitan change order tergantung dari besarnya perubahan waktu pembuatan change order, schedule progress, critically dan pengaruhnya dengan perubahan lain. Untuk itu sebuah administrasi change order yang efektif dapat meminimalkan dampak terhadap waktu dan biaya. Administrasi change order adalah usaha dalam mengorganisasi untuk menghilangkan dampak yang terjadi pada waktu dan biaya yang tidak perlu, dan merupakan akibat dari proses kerja proyek yang berada di luar lingkup kontrak awal (Manzanera, 2005). Admistrasi change order dapat meliputi : 1. Tingkat pengontrolan terhadap kontraktor, desain dan pemilik 2. Bagaimana perubahan tersebut dicatat 3. Dokumen yang dibutuhkan, untuk dapat disetujui oleh kedua belah pihak 4. Kemampuan untuk dapat menentukan lingkup perubahan aktual.
17
Akan tetapi pada kenyataannya adminstrasi change order sering kali sulit atau bahkan tidak diterapkan dengan baik. Dokumen change order seringkali terlambat dibuat, padahal pekerjaan tersebut sudah dilaksanakan tanpa ada persetujuan tertulis yang menyatakan adanya change order dan dampaknya terhadap biaya, mutu dan waktu. Selain itu ketidakmampuan dari pihak yang melakukan evaluasi dan kesepakatan akan akibat dari perubahan terhadap waktu dan biaya seringkali menyebabkan permasalahan yang sulit dipecahkan dikemudian hari (Barrie & Paulson, 1992). Seharusnya kontraktor tidak melaksanakan perubahan kontrak sebelum change order tersebut disahkan oleh pemilik karena perubahan perintah kerja dapat merubah harga kontrak, jadwal pembayaran dan tanggal akhir penyelesaian proyek, atau rencana kerja dan spesifikasi kerja. Akan tetapi pada praktek di kenyataan dilapangan, seringkali kondisi di lapangan menuntut agar perubahan dilakukan segera, sehingga masalah administrasi seringkali terlupakan. Posisi kontraktor akan menjadi lemah jika kontraktor tersebut tidak memiliki sebuah sistem administrasi yang baik. Jika kontraktor tidak memiliki bukti tertulis tentang persetujuan ataupun perintah dari pemilik untuk melakukan change order, maka akan sulit bagi kontraktor untuk mendapatkan kompensasi. Format change order sangat bervariasi, akan tetapi dalam form change order harus memberikan informasi yang jelas tentang change order yang terjadi. Beberapa dokumen yang harus dilampirkan dalam pembuatan dokumen change order (Schaufelbeger & Holm, 2002) :
18
a. Dokumen change order asli b. Gambar dan spesifikasi c. Penawaran dari sub kontraktor dan supplier d. Semua detail perhitungan volume, lembar rekap harga e. Semua surat, memo, catatan rapat, laporan harian, catatan-catatan penting lainnya.
2.1.8
Proses Pembuatan Dokumen Change Order
Inisiatif change order biasanya bermula dari personil konstruksi suatu proyek, baik dari sisi pemilik sebagai pemberi tugas maupun dari sisi kontraktor sebagai pelaksana tugas tersebut (Schaufelbeger & Holm, 2002). Siapapun yang memerintahkan untuk melaksanakan perubahan dalam pekerjaan, yang melibatkan perubahan dalam harga dan waktu kontrak mula-mula harus disetujui oleh pemilik sebelum change order dilaksanakan. Jika bukan pemilik yang menandatangani, maka pihak yang menandatangani atas nama pemilik harus memiliki wewenang tertulis dari pemilik untuk menandatangani bagi kepentingannya. Pihak perencana tidak memiliki wewenang untuk bertindak demi kepentingan pemilik (Fisk, 2006). Berikut ini adalah proses change order yang digambarkan dalam flowchart antara aktivitas dan personil proyek.
Activity
Construction
Contract
Resident
Construction
Cost
Specialist
Adm
Engineering
Manager
Engineering
Contractor
Project Manager
Prepare notifaction Review notifaction Sign & issue notifaction Prepare quota & fair price estimate Receive & review impact Prepare change order form Review change order approval form Approve change order Prepare change order Sign & issue change order Sign & return change order Distribute change order Gambar 2.1 Proses Change Order Untuk Organisasi Proyek Besar (Gilbreath, 1992)
19
20
Menurut Gilbreath (1992) proses change order yang dapat kita lihat pada gambar 2.3 dibagi dalam 5 (lima) tahap yang meliputi identifikasi, evaluasi, approval, incorporation, payment Berikut ini bagan tentang proses dari change order akan dijelaskan secara detail dalam setiap tahapannya. Start
Pemilik merencanakan perubahan
Pemilik membuat notifikasi : 1. Mengidentifikasi apa saja perubahnnya 2. Memberikan detail gambar dan spesifikai perubahan 3. Menjelaskan apa perubahan bersifat segera atau tunggu sampai dokumen change order dikeluarkan 4. Pemilik menandatangani notifikasi dan memberi tanggal 5. Meminta kontraktor untuk mengusulkan cara pembayaran yang diinginkan
Kontraktor
Kontraktor lain yang terlibat
Secara langsung Memberikan No tanggapan
Tidak langsung
Saliinan notifikasi Dikembalikan kepada pemilik
Yes Kontraktor menjelaskan kompensasi yang diminta akibat perubahan secara tertulis
Salinan notifikasi dikembalikan kepada pemilik IDENTIFIKASI
Lanjut pada halaman selanjutnya
21
Lanjutan halaman sebelumnya
Pemilik membuat keputusan
No
Tidak setuju pada tanggapan kontraktor
Yes Setuju pada tanggapan kontraktor
Pemilik menunjau kembali permintaan kontraktor
Pemilik membuat fair price estimate untuk Membandingkan dengan permintaan kontraktor
Negosiasi No EVALUASI Yes Pemilik membuat dokumen change order : 1. Ditandatangani oleh pemilik 2. Dilengkapi dengan kompensasi yang disepakati 3. Dilengkapi dengan gambar detail & spesifikasi perubahan APPROVAL Kontraktor menandatangani dokumen change order Dokumen dikembalikan kepada pemilik Kontraktor segera melaksanakan perubahan INCOPORATION PAYMENT Pembayaran
Finish
Gambar 2.2 Bagan Proses Change Order (Gilbreath, 1992)
22
2.2 Konsep dan Kerangka Berfikir 2.2.1
Konsep Berpikir
Kerangka berfikir dimulai dengan menentukan latar belakang dari judul yang diangkat. Dari latar belakangan tersebut didapat rumuskan masalahnya yaitu mengenai apakah faktor-faktor penyebab, apa konsekuensi (akibat) dan bagaimana proses pengelolaan dari change order
pada proyek konstruksi di
Kabupaten Badung. Setelah itu ditentukan tujuan dan manfaatnya yang pada intinya bertujuan untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, sedangkan inti dari manfaat yang didapat adalah menambah wawasan
untuk
memberikan
informasi
tentang
faktor-faktor
penyebab,
konsekuensi (akibat) yang terjadi, serta pada tahap konstruksi dan pada jenis pekerjaan manakah change order sering terjadi. Tahapan selanjutnya adalah studi literatur, pada tahap ini dilakukan proses pencarian informasi mengenai hal-hal yang mendukung penelitian. Studi literatur pada penelitian ini telah menghasilkan faktor-faktor penyebab change order, akibat dari terjadinya change order dan proses pengelolaan change order yang akan digunakan dalam kuesioner. Identifikasi telah dilakukan pada beberapa sumber literatur, dan akhirnya diperoleh faktor-faktor penyebab change order yang sudah dijelaskan di Bab 2. Tahapan setelahnya adalah menentukan metodelogi penelitian, yang berisikan : 1) ruang lingkup penelitian berisikan kriteria proyek konstruksi yang akan diteliti dan siapa responden dari penelitian ini. 2) pengumpulan data berupa data primer yaitu melalui pengisian kuesioner. 3) Pengolahan data dengan
23
menggunakan bantuan software Microsoft Excel dan SPSS 16.0 sehingga didapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang termuat di rumusan masalah kemudian jawaban itu dimuat di dalam kesimpulan dan saran. Kerangka Berpikir Penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.3
24
2.2.2 Kerangka Berfikir MANAJEMEN CHANGE ORDER PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BADUNG
LATAR BELAKANG MASALAH RUMUSAN MASALAH
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
KAJIAN PUSTAKA
PEMBUATAN KUESIONER
PILOT STUDI
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument
No
Revisi kuesioner
Yes Pengumpulan Data
ANALISIS DESKRIPTIF
ANALISIS INFERENTIAL
KESIMPULAN
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian