BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Kata sains berasal dari bahasa Latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Nokes di dalam bukunya “Science in Education” memiliki pendapat bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus. Definisi lain dari sains yaitu cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006:154). Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang mempelajari tentang objek atau kejadian alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pengamatan yang dilakukan dengan cara bereksperimen berdasarkan metode ilmiah. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Alam
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki sikap, keterampilan dan nilai ilmiah dalam menanggapi fenomena atau kejadian alam yang terjadi di sekitar lingkungannya. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila programprogram pelajaran IPA di sekolah diorganisasikan dengan baik.
8
9
Fungsi dan tujuan IPA secara khusus berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi menurut Depdiknas dalam Trianto (2010) adalah: a.
Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
c.
Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.
d.
Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, siswa diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan, pemahaman tentang IPA untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan kesadaran untuk memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 2.1.3 Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Prawirohatono
(1989:93)
mengatakan
bahwa
IPA
memiliki
karakteristik sebagai berikut: a.
IPA mempunyai nilai ilmiah, maksudnya adalah kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b.
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejalagejala alam.
c.
IPA merupakan pengetahuan teoretis karena teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
d.
IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan karena bagian-bagian konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi dapat bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas,2006).
10
e.
IPA meliputi empat unsur yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, aplikasi merupakan penerapan metode ilmiah atau konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari, sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
2.1.4 Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD a. Peran Guru dalam Pembelajaran IPA Sebagai orang yang bertanggungjawab mendidik para siswanya menjadi manusia seutuhnya tentu ada berbagai peran yang harus dilakukan guru. Adapun peran-peran guru dalam pembelajaran khususnya IPA, antara lain: Guru sebagai pengembang ilmiah. Dalam pembelajaran IPA, guru berperan sebagai wakil dari para ilmuwan untuk mengembangkan konsep-konsep ilmiah (science) yang diperoleh oleh para ilmuwan melaui prinsip metode ilmiah. Sikap ilmiah tersebut harus dirasakan oleh siswa untuk mendapatkan pelajaran yang bermakna. Guru sebagai pendidik dan pengajar. Dalam pembelajaran IPA, guru sebagai pendidik dan pengajar adalah satu kesatuan karena guru harus mampu menguraikan dan mentransfer konsepkonsep
ilmiah
kepada
peserta
didik
juga
dituntut
untuk
mampu
menanamnkan karakter religius, disiplin, teliti, mengembangkan sikap rasa ingin tahu, berani, menghargai pendapat orang lain, mengikuti hasil keputusan bersama, jujur, dll. Guru sebagai fasilitator dalam menanamkan pandangan konstruktivisme. Dalam proses penanaman konsep IPA terhadap peserta didik dibutuhkan cara pembelajaran yang bersifat konstruktif dengan ciri-ciri guru harus lebih memahami dan merespon minat, kekuatan dan pengalaman peserta didik, guru harus mampu memberikan pemahaman pada peserta didik untuk mau menggunakan pengetahuan sains, ide serta prose serta guru harus
11
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan peserta didik lain. Pada pembelajaran IPA, siswa bukan hanya menjadi posisi penerima materi saja dari guru melainkan juga menjadi subyek yang aktif dalam pembelajaran. Maka dari itu guru harus mengetahui kondisi peserta didiknya yaitu kondisi perkembangan mental peserta didik, kesadaran mental peserta didik dan menggali potensi peserta didik. b. Keterampilan Dasar dalam Pengajaran IPA Dalam
melaksanakan
pendekatan
keterampilan
proses
perlu
memperhatikan hal-hal yaitu pembelajaran harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan akhir kulikuler, harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan (potensi) sesuai dengan kodratnya, harus memberikan kesempatan, penghargaan dan motivasi kepada peserta didik untuk berpendapat, berfikir, dan mengungkapkan perasaan dan pikiran, bagi siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa, perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk mengolah hasil temuannya dan harus berpegang pada prinsip ”Tut Wuri Handayani”. Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, maka harus mengamati keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial. Yang dimaksud dengan keterampilan mendasar yaitu : Observasi Kegiatan mengamati atau observasi dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi. Kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera.. Mengklasifikasikan Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih/ memilah berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khsususnya.
12
Mengklasifikasi dapat dilakukan dengan cara mencari persamaan dengan menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan. Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan tidak hanya melalui berbicara saja tetapi dapat dengan gambar, tulisan, dan penampilan. Kegiatan mengkomunikasikan dapat berkembang dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan. Mengukur Mengukur diartikan membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan. Mengembangkan keterampilan mengukur dapat dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan. Memprediksi Memprediksi adalah antisipasi atau meramal tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan pada pola kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan. Untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada pola/ kecenderungan. Menyimpulkan Menyimpulkan adalah suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa bardasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Contoh dari kegiatan menyimpulkan yaitu berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati ketika di tempatkan pada botol atau gelas dengan keadaan tertutup, kemudian peserta didik menyimpulkan bahwa lilin akan hidup atau menyala jika ada oksigen.
13
c. Teknik dan Strategi Pengajaran IPA Teknik dan stategi pengajaran dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut: Inquiry atau menemukan Konstruktivisme SETS atau Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat Pemecahan masalah Diskusi Tanya jawab Penugasan Karya wisata Demonstrasi 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif 2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
kooperatif
merupakan
pembelajaran
yang
berlandaskan pada teori belajar Vigotsky (1978, 1986) yaitu suatu metode belajar dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, kelompok kecil ini setiap anggotanya dituntut untuk saling bekerjasama antar anggota kelompok yang satu dengan yang lain. Untuk mencapai hasil pembelajaran kooperatif
yang
memecahkan
memadai
masalah
diperlukan
yang
ditemui
kemampuan menuju
berfikir
untuk
tercapainya
suatu
pembelajaran biologi yang bermutu serta peneliti-peneliti juga harus menggunakan metode pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan sebagai penataan cara-cara sehingga terbentuk suatu ukuran langkahlangkah yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran kooperatif yang lebih efektif. Ada beberapa unsur yang terdapat di dalam pembelajaran kooperatif menurut teori Vigotsky, yaitu: 1. Positive independence (saling ketergantungan), artinya siswa merasa bahwa mereka saling bergantung secara positif dan saling terkait antar sesama anggota kelompok, merasa tidak sukses jika temannya tidak
14
sukses, unsur ini memiliki prinsip yakni “tenggelam atau berenang bersama”. 2. Individual accountability (pertanggung jawaban individu), artinya siswa memiliki tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan individu. Artinya setiap individu harus aktif terhadap kelompoknya. 3. Mereka semuanya harus memiliki pola pikir bahwa mereka memiliki tujuan yang sama yakni aktif dalam proses belajar mengajar, dan juga aktif terhadap kelompoknya. 4. Harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompoknya. 5. Diberikan evaluasi secara individu yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 2.3 Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievements Divisions) 2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran STAD Student Team Achievement Divisions (STAD) menurut Slavin (1995) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model ini merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi verbal atau teks. Menurut Slavin dalam Noornia (1997:21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu: a. Penyajian Kelas Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian
15
materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi. b. Menetapkan siswa dalam kelompok Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya. c. Tes dan Kuis Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. d. Skor peningkatan individual Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode STAD. e. Pengakuan kelompok Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
16
2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran STAD Karakteristik STAD menurut Arends (2001) adalah sebagai berikut: a. Tujuan kognitif : informasi akademik sederhana. b.Tujuan sosial : kerja kelompok dan kerja sama. c. Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota. d.Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru. e. Tugas utama : siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling
membantu untuk menuntaskan materi belajarnya. f. Penilaian : tes mingguan. 2.3.3 Kelebihan Model Pembelajaran STAD Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan begitu juga dengan cooperative learning model STAD. Menurut Soewarso (1998:22) kelebihan model pembelajaran STAD ini antara lain: a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas. Dengan adanya tugas diskusi maka siswa dapat saling membantu dan bertukar informasi yang ia pahami dengan siswa lain yang belum terlalu paham dengan materi. b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya. c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan. g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
17
2.3.4 Kekurangan Model Pembelajaran STAD Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning STAD mempunyai kekurangan sebagai berikut: a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet. Hal ini dikarenakan siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan teman-teman yang lebih mampu. b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas. Hal ini dikarenakan tugas dikuasai oleh siswa hanya berdiskusi dengan pasangannya saja yang ia anggap pintar sedangkan siswa yang satunya lagi merasa dikucilkan sehingga ia malas untuk memberikan pendapatnya. c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif. Konflik yang timbul dalam kelompok misalnya ada yang tidak membantu sama sekali dalam diskusi karena ketidakcocokan antar teman dalam suatu kelompok tersebut. Hal ini bisa membuat siswa yang merasa tidak cocok tersebut enggan berinteraksi dengan teman yang lain. Untuk itu ketua kelompok harus selalu diingatkan untuk mengarahkan teman sekelompoknya agar mau bekerja sama. Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi
18
pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya. 2.3.5 Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Slavin, 2008) : 1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). 3. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. 5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. 6. Guru memberikan post test/ evaluasi kepada setiap siswa secara individual. 7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Dari uraian langkah-langkah di atas gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik. 2.3.6 Penggunaan Model STAD Berbantuan Video Interaktif pada Mata Pelajaran IPA Pengajaran
dalam
mata
pelajaran
IPA
menggunakan
media
pembelajaran berupa media video pembelajaran harus menimbulkan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas khususnya pada mata pelajaran IPA. Metode
19
pengajaran interaksi edukatif sangat sesuai dalam pengajaran IPA menggunakan media video, Nurhadi (2010:65) mengatakan tentang kriteria pengajaran interaksi edukatif adalah terdaoat tujuan yang jelas, terdapat bahan ajar, terdapat peserta didik, terdapat guru, terdapat metode tertentu dan proses interaksi berlangsung dalam ikatan situasional. Menyesuaikan dengan kriteria di atas, berikut adalah langkah-langkah penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan video interaktif pada mata pelajaran IPA: a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa yang heterogen kemampuannya. Dipilih satu siswa yang pandai dan dijadikan tutor sebaya. Maing-masing kelompok mendapat hak yang sama untuk menggunakan laptop. Dalam melakukan hal ini, kelompok yang dibentuk harus yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ditampilkan lewat proyektor. Penyampaian tujuan pembelajaran sangatlah penting untuk membantu peserta didik mengetahui apa yang harus ia capai dan kuasai setelah pembelajaran selesai. Dengan video interaktif, siswa dapat membaca kembali standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran karena sudah dipaparkan di dalam video. c. Guru menyampaikan materi dengan video interaktif yang ditampilkan oleh proyektor. Siswa juga dapat belajar dari video interaktif. Guru menjelaskan kepada siswa materi yang akan dipelajari secara urut. Dengan video interaktif, siswa akan dipancing rasa keingintahuannya terhadap materi yang akan dipelajari lewat materi yang dikemas dengan media video interaktif sehingga diharapkan mampu menarik siswa untuk fokus.
20
d. Guru membagi lembar kerja kepada tiap kelompok. Anggota kelompok bekerja sama untuk menguasai materi. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan bekerja sama serta saling mengenal antar anggota kelompok. e. Guru memberi kuis kepada seluruh siswa. Siswa dilarang saling membantu. Setelah siswa bekerja dalam kelompok, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis tergantung pada jumlah soal. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok. f. Guru memberikan skor atas pekerjaan siswa. Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa. g. Guru memberi penegasan materi. Guru bersama-sama dengan siswa membaca rangkuman materi yang ada di dalam video interaktif dari pembelajaran yang telah dilakukan untuk penguatan konsep. h. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok. Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa bintang.
2.4
Media Pembelajaran
2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran a. Pengertian media secara harafiah Kata media sendiri berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harafiah memiliki arti “perantara” yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, media memiliki arti sebagai sarana yang berfungsi untuk membantu menyampaikan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang merupakan alat bantu untuk
21
menyampaikan sebuah pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.5) mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung bahan belajar yang diterima siswa diperoleh melalui media. Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2009:7) “media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran”. Sedangkan media pembelajaran menurut Hujair AH. Sanaky adalah “sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.” Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu wahana/ alat yang mampu memberikan kemudahan pada siswa dalam proses memahami dan mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan juga harus mampu memfokuskan perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. 2.4.2
Fungsi Media Pembelajaran Fungsi media pembelajaran menurut Levie & Lentz dalam Arsyad
(2010:16), mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran, yaitu : 1. Fungsi atensi Fungsi atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai materi teks pelajaran. 2. Fungsi afektif Fungsi afektif dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar pada teks yang bergambar (bervariasi). Dengan disertai gambar dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
22
3. Fungsi kognitif Fungsi kognitif terlihat dengan lambang visual atau gambar bervariasi memperlancar pencapaian tujuan memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di dalamnya. 4. Fungsi kompensatoris Fungsi kompensatoris terlihat dari konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan
kata
lain
media
pembelajaran
berfungsi
untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau verbal. 2.4.3 Peranan Media dalam Pembelajaran Peranan media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971:285) ditegaskan ada tiga, yaitu: 1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian sehingga dapat mengatasi keterbatasan ruang kelas seperti ketika guru ingin menunjukkan hewan yang bernama kerbau. Karena membawa objek asli terlalu besar maka digunakanlah media untuk mempermudah pembelajaran di dalam kelas. 2. Media mempunyai kemampuan untuk menampilkan suatu objek atau kejadian yang mengandung makna sehingga dapat mengatasi masalah letak geografis seperti ketika guru akan menjelaskan tentang laut atau samudera. 3. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan sehingga dapat mengatasi benda yang gerakannya terlalu cepat atau terlalu lambat seperti metamorfosis kupu-kupu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media sangat penting dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru apabila
23
mengalami kendala dan proses pengajaran begitu pula sebaliknya dapat membantu siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan. 2.4.4
Macam-Macam Media Pembelajaran
Jenis media pembelajaran menurut Rudy Brets dalam Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.7) ada 7 yaitu: 1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televisi, televisi dan animasi. 2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide. 3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara. 4. Media visual bergerak, seperti: film bisu. 5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu. 4. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio. 5. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri. Sedangkan Klasek dalam Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.8) membagi media pembelajaran sebagai berikut: 1) media visual, 2) media audio, 3) media display, 4) pengalaman nyata dan simulasi, 5) media cetak, 6) belajar terprogram, 7) pembelajaran melalui komputer. Dari kedua pendapat tentang pengelompokan media di atas, menunjukkan bahwa media pembelajaran beragam. Hal ini menjadikan guru untuk menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran sesuai dengan materi dan karakteristik siswa. Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana (2007:5.8) menyimpulkan bahwa media terdiri atas: 1. Media visual: yaitu media yang hanya dilihat, yang termasuk kelompok visul, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, torso, film bisu, diorama. 2. Media audio: yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti kaset audia, radio, MP3 Player. 3. Media audio visual: yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar sepert film bersuara, video, televisi. 4. Multimedia/ video interaktif: yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film. Multimedia dan video interaktif sering diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer (CBI). 5. Media realita: yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya.
24
2.4.5
Faktor dalam Pemilihan Media Pembelajaran
Djamarah dan Zain (2002:104-102) Faktor dalam memilih media pembelajaran meliputi 6 yaitu: 1) Objektivitas 2) Program pengajaran 3) Sasaran program 4) Situasi dan kondisi 5) Kualitas teknik 6) Kefektifan dan efisiensi penggunaan.
2.5
Video Pembelajaran Interaktif
2.5.1 Pengertian Video Pembelajaran Interaktif Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Sejalan dengan definisi di atas, Smaldino (2008:374) mengartikannya video pembelajaran adalah “the storage of visuals and their display on television-type screen” yang artinya penyimpanan/perekaman gambar dan penanyangannya pada layar televisi. Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar (Setyosari & Sihkabuden,2005:117). Sedangkan video interaktif dirancang secara khusus sebagai media belajar yang efektif. Berisi tuntunan praktis secara tepat sasaran, disajikan lewat presentasi audio visual (gambar dan suara) yang dilengkapi dengan suara penuntun berbahasa indonesia yang jelas dan mudah dipahami dan dikemas dalam program autorun (Niswa,2012:3). Video interaktif juga merupakan sarana pembelajaran dengan pengendalian komputer sehingga terlihat seperti gambar hidup yang dapat memberikan respon aktif kepada siswa dalam menentukan hasil belajar siswa (Arsyad,2006:36).
25
Jadi dapat disimpulkan video pembelajaran interaktif adalah media yang dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya memperhatikan objek dan materi yang terdapat di dalam video saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran lewat penggunaan komputer. 2.5.2 Karakteristik Video Pembelajaran Interaktif Pembelajaran menggunakan media video pembelajaran interaktif atau teknologi audio visual adalah satu cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesanpesan audio visual. Arsyad (2011:31) mengemukakan bahwa media video pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Video interaktif biasanya bersifat linear. b. Video interaktif biasanya menyajikan visual yang dinamis. c. Video interaktif digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/ pembuatnya. d. Video interaktif merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak. e. Video interaktif dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif. f. Umumnya video interaktif berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah. 2.5.3 Kelebihan Video Pembelajaran Interaktif Kelebihan video pembelajaran menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008:310) antara lain: Video dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe belajar, dan setiap ranah mulai dari kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif, pembelajaran bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Pada ranah kognitif, siswa tidak hanya menonton video saja namun setelah atau sebelum membaca materi video dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar. Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang
26
efektif. Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Sedangkan video interaktif menurut Kumala (2004:45) antara lain lebih praktis dalam pelaksanaan siswa, menyenangkan siswa, tidak klasik, dan membosankan. Siswa dapat mengukur tenaga yang harus ia keluarkan untuk mendapatkan nilai yang baik, dapat dipantau oleh guru, menumbuhkan pemahaman tentang materi secara menyenangkan. Peter
Shea
memandang
bahwa
nilai
media
pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman. Menurutnya, pengalaman itu mempunyai enam (6) tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah yang paling abstrak.
Berdasarkan modus pengalaman belajar yang diungkapkan oleh Peter Shea, maka siswa belajar 10% dari apa yang telah mereka baca, 20% dari apa yang telah mereka dengar, 30% dari apa yang telah mereka lihat, 50% dari apa yang telah mereka lihat dan dengar, 70% dari apa yang telah mereka katakan, dan yang terakhir 90% dari apa yang telah mereka katakan dan lakukan.
27
Dari tingkatan tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa ternyata pembelajaran dengan penuturan katakata mempunyai nilai yang sangat rendah dalam alur pembelajaran siswa. Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih berarti bagi peserta didik, perlu dipikirkan bentuk-bentuk media pembelajaran tertentu seperti media berbentuk video interaktif yang dapat membawa peserta didik kepada pengalaman belajar yang lebih konkrit. Agar pengalaman belajar atau hasil belajar itu dapat diperoleh secara efektif melalui kegiatan belajar, maka media pembelajaran yang digunakan mempertimbangkan kemanfaatannya sesuai dengan tingkatan di atas. Dengan demikian, pemilihan bentuk-bentuk media pembelajaran tertentu disesuaikan dengan kepentingannya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. 2.5.4 Kekurangan Video Pembelajaran Interaktif Video pembelajaran interaktif juga memiliki kekurangan, menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008:310) kekurangan media video antara lain: Sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut, pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi guru honorer yang mendapat tempat di daerah pelosok, dengan gaji pas-pasan di negeri ini dan penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lainlain. Pemakaian media video sebagai media ajar sangat membantu pengajar dalam menyampaikan materi terlebih nilai tambah dalam pemanfaatan IT namun tetap metode pembelajaran lainnya misalkan yang bersifat konvensional seperti ceramah atau penugasan juga berperan penting dalam penyampaian materi ajar. Ketersediaan tenaga listrik, layar dan media yang lain juga perlu diperhatikan karena apabila salah satu dari fasilitas tersebut tidak ada maka guru harus kreatif memanfaatkan fasilitas yang ada agar tidak menghambat pembelajaran. Jadi diperlukan perpaduan antara penggunaan media berbasis IT dengan penggunaan media konvensional.
28
2.5.5 Kepraktisan Video Interaktif dalam Pembelajaran Penggunaan media video pembelajaran interaktif dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis s]ebagai berikut: 1. Media video interaktif dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. 2. Media video interaktif dapat mengatasi ruang kelas. 3. Media video interaksi memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. 4. Media
video
interaktif
menghasilkan
keseragaman
pengamatan.
Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 5. Media video interaktif dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. 2.5.6 Penggunaan Video Interaktif dalam Pengajaran Menurut Andre R. (1982:53-56) ada beberapa cara dalam penggunaan media video di dalam pengajaran, sehingga memungkinkan peserta didik ambil bagian secara aktif dan kreatif yang memungkinkan anak didik mampu menyumbangkan pemikiran dan pengalamannya. Terdapat 2 cara yang merupakan cara dasar dari berbagai variasi penggunaan metode mengajar dengan video interaktif yakni sebagai berikut: 1) Cara pertama (diskusi kelompok) Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Guru memberikan keterangan singkat akan jalannya pelajaran yang akan dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat mempersiapkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapai. b. Siswa dibagi dalam kelompok yang nantinya juga akan menjadi kelompok diskusi dan media diperlihatkan kepada siswa. Media berupa video interaktif akan diputarkan melalui alat yang sudah disediakan sebelumnya sambil guru menjelaskan dan siswa juga mencermati lewat komputer yang sudah dibagi untuk digunakan secara berkelompok.
29
c. Setelah itu guru mengajukan beberapa pertanyaan yang sederhana kepada siswa namun mampu merangsang anak didik untuk menjawab. d. Diskusi berlangsung dalam bimbingan guru, agar kelas tidak gaduh guru harus cermat dalam memperhatikan siswa baik yang aktif dalam diskusi maupun yang pasif supaya semua siswa dapat menyumbangkan pemikirannya melalui diskusi yang dilakukan. e. Setelah diskusi selesai siswa diminta melaporkan hasil diskusi dalam bentuk presentasi sederhana dan anggota kelompok lainnya memberikan tanggapan. Guru di sini sebagai mediator dan penilai dalam presentasi hasil diskusi. f. Guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran hari ini dan memberikan penekanan pada butir-butir penting terkait materi yang diajarkan. 2) Cara kedua (diskusi klasikal) a. Guru memberikan penjelasan singkat akan jalannya pelajaran yang akan dibahas dan dialami bersama-sama, supaya peserta didik dapat mempersiapkan diri sehingga tujuan intruksional dapat tercapai. b. Media diperlihatkan kepada siswa. Media berupa video interaktif akan diputarkan melalui alat yang sudah disediakan sebelumnya sambil guru menjelaskan dan siswa mencermati materi lewat komputer masing-masing. c. Guru mengajukan pertanyaan tidak lebih dari 3 butir. d. Siswa dipersilahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada buku tulisnya. Waktu yang diberikan kurang lebih 15 menit. e. Guru meminta siswa menghentikan tugasnya. Lalu guru minta agar siswa mengungkapkan jawaban yang ditulisnya. Demikian seterusnya hingga jawaban yang tertulis ini dapat mewakili jawaban siswa secara keseluruhan. f. Guru memilih dan mengumpulkan jawaban-jawaban yang sekiranya mirip atau senada. Lalu mengajak anak didik menyimpulkan secara bersamasama.
30
g. Setelah kesimpulan dicapai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang belum jelas. 2.5.7 Kriteria dalam Mengevaluasi Media Video Interaktif 1. Selaras dengan standar kompetensi, hasil belajar dan tujuan belajar. a. Selaras dengan standar kompetensi: materi yang terdapat di dalam video pembelajaran interaktif harus selaras dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. b. Hasil belajar: dalam video pembelajaran interaktif memuat materi ajar yang menjadikan siswa memperoleh pengetahuan baru sebagai bentuk hasil dari belajar. c. Tujuan belajar: dalam video pembelajaran interaktif memuat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai materi ajar yang terdapat di dalam video pembelajaran interaktif. 2. Informasinya akurat dan terbaru Video pembelajaran interaktif harus memuat informasi yang akurat. Agus (2009:247) mengatakan bahwa “informasi dikatakan akurat apabila indormasi tersebut tidak bias/menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan, harus jelas mencerminkan maksudnya”. 3. Bahasa yang sesuai usia Di dalam video pembelajaran interaktif penggunaan bahasa harus sesuai usia, adapun 6 kriteria bahasa yang baik adalah sebagai berikut: a. Tata bunyi b. Tata bahasa c. Kosakata d. Ejaan e. Makna f. Kelogisan g. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas instruksional didalamnya terdapat aspek media harus dapat memberikan dampak bagi siswa, memiliki kualitas memotivasi siswa … dan memiliki kualitas sosial
31
interaksi”. Sehingga video interaktif harus dapat menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar serta terlibat di dalamnya. 4. Kualitas teknis Walker & Hess (1984:306) mengatakan bahwa “kualitas teknis meliputi : (1) keterbacaan (2) mudah digunakan (3) kualitas tayangan/gambar ... Adapun kriteria gambar yang baik menurut Arsyad (2011:177) adalah sebagai berikut: a. Relevan dengan tujuan/sasaran belajar b. Kesedehanaan (rapih, teratur, tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak relevan, objek yang tidak perlu atau latar belakang yang mengganggu) c. Tidak ketinggalan jaman (mode yang kuno dapat mengundang tawadan menyebabkan siswa kehilangan maksud pesan gambar) d. Skala (ukuran relatif suatu objek harus tampak dari gambar. Objek yang biasa dapat memberikan perbandingan skala ukuran benda/objek yang asing) e. Kualitas teknis (kontras yang bagus, tajam terfokus dengan bidang fokus dan detail yang bersih, warna alamiah dan realistik) f. Ukuran (terlihat memadai cocok untuk kelompok besar, dan juga untuk kelompok kecil). g. Mudah digunakan “Video pembelajaran mudah digunakan baik dari segi pengoprasiannya maupun pendokumentasiannya”.Arsyad (2011:179) 5. Bebas bias “Materi di dalam video tidak mengandung makna bias baik dari segi bias ras, suku, gender, agama dan lain-lain”. Arsyad (2011:179) 6. Panduan dan arahan pengguna Dalam video terdapat panduan penggunaan terkait materi dari mata pelajaran terkait, serta terdapat arahan dari guru tentang penggunaan / cara kerja video .(Smaldino dkk :430) 7. Melaju dengan sesuai Materi yang terdapat di dalam video disajikan secara runtut dalam KBBI runtut diartikan “selaras/sesuai”, sehingga materi yang disajikan dalam video
32
mampu membuat anak paham dan memperoleh informasi baru .(Smaldino dkk :430) 8. Penggunaan alat bantu belajar kognitif (tinjauan, petunjuk,rangkuman) Di dalam video dilengkapi dengan petunjuk pengunaan serta rangkuman materi ajar sehingga siswa mampu memperoleh hasil belajar dari segi kognitifnya.(Smaldino dkk) 2.6 Aplikasi Adobe Flash CS 4.0 a. Pengertian Adobe Flash CS 4.0 Menurut Dhanta dalam Hidayatullah dkk (2011:18), Adobe Flash adalah sebuah program yang ditunjukkan kepada para desainer maupun programmer yang bermaksud merancang animasi guna ditujukan pada pembuatan halaman web, presentasi untuk tujuan bisnis, maupun proses pembelajaran hingga pembuatan games yang interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Adobe Flash CS 4.0 adalah sebuah aplikasi di mana ia biasa digunakan untuk kebutuhan seperti memberi efek pada animasi, CD interaktif, membuat film, logo, game, pembuatan navigasi, banner, menu interaktif, screen saver dan pembuatan aplikasiaplikasi yang biasa digunakan pada situs web. b. Kegunaan Adobe Flash CS 4.0 Dalam pengembangan media pembelajaran video interaktif dengan Adobe Flash CS 4.0 akan menghasilkan media pembelajaran yang interaktif dan terdapat animasi yang menarik sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk belajar seperti animasi kartun, animasi proses terjadinya sesuatu atau animasi lain yang dapat kita sesuaikan jalan dan bentuknya menurut keinginan. c. Kelebihan Adobe Flash CS 4.0 Dhanta dalam Hidayatullah dkk (2011:19) menyebutkan ada enam kelebihan dari media flash, yaitu: (1)flash menghasilkan file yang kecil dan ringan sehingga mudah diakses pada halaman slide presentasi tanpa harus menggunakan waktu loading yang lama, (2)dapat menganimasikan objek gambar, sehingga seolah-olah gambar itu bergerak di sepanjang stage,
33
(3)flash dapat dijadikan sarana untuk membuat movie yang interaktif, (4)flash memiliki beberapa tool (alat) untuk memodifikasi warna pada gambar yang memanipulasi objek gambar, (6)flash memiliki efek animasi, (7)flash juga dapat digunakan untuk menyusun slide show untuk presentasi. b.
Kekurangan Adobe Flash CS 4.0
Terdapat bahasa pemograman yaitu actionscript, di mana tidak semua orang dapat membuat media tersebut. Pembuatan media yang membutuhkan waktu relatif lama. c.
Langkah-Langkah Penggunaan Adobe Flash CS 4.0 Menjalankan Adobe Flash CS 4.0 Klik tombol Start All Programs Adobe Adobe Flash CS4 hingga tampil gambar berikut:
Open a Recent Item untuk membuka file yang baru saja tersimpan. Open untuk membuka file yang disimpan. Create New untuk membuka dokumen baru. Create from Template untuk membuka format yang telah tersedia. Don’t show again, berfungsi untuk menyembunyikan tampilan awal jendela program Flash.
34
Membuka dokumen baru Pada tampilan awal jendela program Adobe Flash CS 4.0, pilih Flash File (Actions Scripts 3.0). (lihat gambar sebelumnya) Klik menu File New atau Ctrl + N hingga tampil kotak dialog New Document. Pada rollout General pilih salah satu jenis file kemudian tekan OK.
Setelah itu maka akan tampil dokumen baru seperti pada gambar berikut:
35
Mengenal elemen flash CS4 Panel Tools yaitu bagian yang berisi tombol-tombol untuk membuat, mengatur dan mendesain objek.
Timeline yaitu bagian untuk mengatur dan mengontrol isi dokumen dalam layer frame.
Panel Motion Editor digunakan untuk mengontrol animasi.
Stage merupakan tempat untuk membuat atau memodifikasi semua objek dalam Flash.
36
Scale View digunakan untuk mengatur skala lembar kerja atau stage. Panel Properties digunakan untuk mengatur objek, frame dan stage yang terpilih.
Panel Library digunakan untuk menampung simbol seperti simbol Graphic, Button dan Movie Clip yang telah dibuat.
Workspace berfungsi untuk mengatur tampilan area kerja Adobe Flash CS 4.0. Batang Menu merupakan kumpulan perintah dalam bentuk teks. Tabulasi Dokumen merupakan tabulasi dari lembar kerja atau stage yang sedang dikerjakan. Sering juga disebut Document Tab.
Mengenal fungsi tombol
37
38
2.7 Kajian Penelitian yang Relevan 1. Wanti, Irma (2015) dengan penelitiaannya yang berjudul “Penggunaan Media Video Interaktif Pada Pembelajaran IPA Materi Pencernaan Makanan Pada Manusia Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Di Kelas V SDN Tugu 11 Cimanggis Depok”. Secara umum untuk mendeskripsikan penggunaan media video interaktif pada materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkan pemahaman siswa. secara khusus tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah-langkah dalam penggunaan media video interaktif pada materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkan pemahaman siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model spiral Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini digunakan dalam dua siklus, subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Tugu 11 yang berjumlah 33 orang. Untuk memperoleh data yang mendukung penelitian, instumen pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa data-data siswa baik berupa perkataan dan perbuatatan siswa ketika KBM berlangsung serta instrument tes dan observasi. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pemahaman siswa pada materi alat-alat pencernaan manusia. Hasil belajar pada siklus I rata-rata nilai mencapai 72 dan pada siklus II menjadi 85. Berdasarkan hasil penelitian, guru dapat menggunakan media video interaktif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa. 2. Niswa, Auliyah (2012) dengan penelitiannya berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Mendengarkan Berbasis Video Interaktif Bermedia Flash Kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan bahan ajar, kualitas bahan ajar dan implementasi bahan ajar mendengarkan berbasis video interaktif bermedia flash untuk SMP kelas VII semester I. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan model Four-D seperti yang dikemukakan oleh Thiagarajan (Triyanto, 2010: 94) yang terdiri atas empat tahap, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develope), dan penyebaran (dissemination). Karena keterbatasan waktu dan biaya, tahap penyebaran tidak dilaksanakan. Selanjutnya hasil pengembangan bahan ajar ini
39
diujicobakan dalam pembelajaran di kelas VIID SMP Negeri 1 Kedamean dan hasilnya dianalisis dengan dua cara. Hasil data dari observasi dan wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif sedangkan hasil data dari tim validator dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil validasi, kualitas bahan ajar mendengarkan berbasis video interaktif dapat dikategorikan sangat memenuhi. Hasil penilaian dari ahli bahasa dan pembelajaran bahasa mencapai persentase 94,2% dan dari ahli grafika mencapai persentase 95,4%. Implementasi bahan ajar ditinjau dari keterlaksanaan bahan ajar masuk dalam kriteria sangat baik dengan hasil 95,4%, ditinjau dari aktifitas siswa masuk dalam kriteria sangat aktif dengan hasil 89,3%. Hasil belajar siswa juga masuk dalam kiteria sangat baik dengan rata-rata nilai 90. Sedangkan respon siswa tergolong dalam kriteria sangat baik dengan hasil 85%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar mendengarkan berbasis video interaktif yang dikembangkan telah memenuhi syarat kelayakan dan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran secara luas.
2.8
Kerangka Berfikir
Dalam proses pembelajaran pemilihan metode mengajar mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai meskipun masih banyak aspek lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan media salah satu fungsi utama media adalah sebagai alat bantu mengajar Pemantulan cahaya merupakan materi penting bagi siswa untuk bekal masa depan mereka ketika mereka dihadapkan dengan penataan ruangan dalam sebuah rumah dengan kondisi sumber cahaya sedikit agar cahaya tetap bisa masuk ruangan dan terang, bagi mereka yang memakai kacamata atau untuk percobaan fisika. Untuk usia anak Sekolah Dasar membaca materi pelajaran dan mendengarkan materi dari guru tidak memungkinkan untuk mengingatnya secara keseluruhan, siswa lebih mudah menangkap dan mengingat materi pelajaran apabila guru menyajikannya dengan gambar berwarna apalagi berupa gambar kartun atau animasi yang disertai iringan lagu yang menarik. Video pembelajaran dapat
40
membantu proses pemahaman siswa dalam menangkap materi pelajaran serta menjadikan suasana kelas lebih kondusif dan menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berupa video pembelajaran interaktif untuk mata pelajaran IPA kelas 5 SD materi pemantulan cahaya yang diharapkan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Video yang dikembangkan menggunakan aplikasi Adobe Flash CS 4.0, jadi video pembelajaran interaktif ini berupa gambar kartun atau animasi berwarna disertai karakter kartun yang dapat bergerak serta diiringi lagu yang menarik sesuia dengan materi yang terdapat dalam video dari proses video pembelajaran merupakan media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
41
Proses belajar mengajar pemantulan cahaya
Hambatan
Analisis
Pengembangan media pembelajaran
Parameter
Video pembelajaran interaktif
Uji coba produk
Pengembangan video pembelajaran interaktif
2.9
Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dihadapi penulis maka hipotesis yang
digunakan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan hasil belajar antara siswa setelah diajar dengan menggunakan media pembelajaran berupa video dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
42
2. Hasil belajar IPA materi pemantulan cahaya kelas 5 SD yang
diajar
menggunakan media pembelajaran berupa video lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.