BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan dalam kajian teori ini berisi tentang Ilmu Pengetahuan Alam, hasil belajar, pembelajaran imajinatif, kajian-kajian yang relevan, dan hipotesis tindakan.
2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu tentang pengetahuan alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang benar dan pengetahuan yang benar diartikan sebagai pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Sedangkan pengetahuan alam diartikan sebagai pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Berdasarkan uraian tersebut, Ilmu Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Ilmu Pengetahuan alam memiliki arti yang sempit apabila dilihat dari segi istilah, seperti yang telah diuraikan di atas. Menurut pendapat dari beberapa tokoh Ilmu Pengetahuan Alam, pengertian dari Ilmu Pengetahuan Alam jauh lebih luas dari sekedar kumpulan pengetahuan. Menurut Nash (dalam Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:3) menyatakan bahwa: IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara atau metode tersebut harus bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena dengan fenomena yang lain. Metode tersebut dapat membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Metode tersebut adalah metode berpikir ilmiah.
7
8
Menurut Trianto (2010:137), “Ilmu Pengetahuan Alam dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur”. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam untuk menemukan pengetahuan yang baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil dari suatu proses, hasil tersebut berupa pengetahuan yang diajarkan di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Sebagi prosedur dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengetahui metode ilmiah yang digunakan. Menurut Harre (dalam Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:4), “IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati secara saksama”. Pendapat tersebut memuat bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yaitu berupa teori-teori dan teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam. Dari beberapa definisi tersebut dapat diuraikan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah kumpulan pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya yang dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur yang menggunakan metode ilmiah serta memuat teori-teori yang menjelaskan mengenai gejala alam. Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar serta ruang lingkup bahan atau materi ajar yang sesuai.
2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Berdasarkan
(BSNP,2006),
ruang
lingkup
mata
pelajaran
Ilmu
Pengetahuan Alam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, (2) Benda / materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) Energi dan perubahannya meliputi gaya bunyi panas magnet listrik cahaya dan pesawat sederhana, (4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah bumi tata surya dan benda-benda langit lainnya. Ilmu Pengetahuan Alam diajarkan kepada siswa Sekolah Dasar karena dapat memberikan pengetahuan tentang alam dan juga tercapainya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
9
2.1.3 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah (UUSPN:1989) Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dalam (BSNP,2006) diharapkan siswa dapat: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dirancang dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
2.2 Hakikat Hasil Belajar Saat proses pembelajaran, peran seorang guru sangat penting dan guru memiliki tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk membantu meningkatkan keberhasilan, karena di dalam setiap proses pembelajaran siswa akan memperoleh hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran siswa mengharapkan untuk mendapat hasil belajar yang baik dan maksimal, karena dengan hasil belajar yang baik akan dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan
10
yang akan dicapai. Hasil belajar yang baik hanya akan dicapai melalui proses belajar yang baik. Menurut Rusman (2012:123), “Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”. Sedangkan menurut Nasution (2006:36), “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan siswa”. Nawawi (dalam Susanto, 2013:5), menyatakan bahwa “Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam dkor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”. Sedangkan menurut Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013:37), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan (learner’s performance)”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil atau kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes dan dengan adanya perubahan yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor dari diri siswa untuk mencapai tujuan serta suatu proses hasil belajar dianggap berhasil apabila mencapai prestasi tinggi dan juga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hasil
belajar
yang
diperoleh
siswa
dalam
mempelajari
materi
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Slameto (2010:54), “Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa”. Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (Internal), yang meliputi:
11
a) Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Apabila ada salah satu dari faktor biologis terganggu maka akan mempengaruhi hasil belajar. b) Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. c) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, rasa lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. 2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal, yang meliputi: a) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. b) Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. c) Faktor Masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar. Faktor internal dan faktor eksternal sangat mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang menjadi penyebab utama masalah dalam belajar salah satunya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar.
2.3 Pembelajaran Imajinatif Imajinatif dalam KBBI (1999) bermakna mempunyai atau menggunakan daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambargambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian terjadi berdasarkan
12
kenyataan atau pengalaman seseorang. Dapat pula bermakna khayalan atau proses menghasilkan ide. Kant
(1724-1804),
mengemukakan
bahwa
imajinatif
merupakan
kemampuan untuk menyempurnakan semua objek yang tidak lengkap dari panca indra, selain itu ia juga berpendapat imajinatif merupakan proses menghidupkan kembali persepsi-persepsi sebagai gambar-gambar, mengubah dan menyusunnya ke dalam pola-pola atau kesatuan baru. Tuturan imajinatif dapat membantu mencapai tujuan bercerita, seperti yang dikatakan Priyono (2006:14), “Pencerita harus mampu mengantarkan keindahan alam, situasi, sifat, dan lain-lain ke hadapan penyimak”. Oleh sebab itu, perlu penunjang pembangunan daya bayang sehingga penyimak dapat memahami. Warnock (dalam Beetlestone, 2012:130) mengatakan bahwa “imajinasi itu tentang kesan-kesan sederhana yang muncul secara original dari waktu yang berbeda”. Kesan-kesan tersebut bersama-sama bergabung untuk membentuk sebuah kesan yang kompleks. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pembelajaran imajinatif adalah pembelajaran yang menggunakan daya pikir, membayangkan serta menyusun konsep tentang kesan-kesan yang sederhana dan menyusunnya ke dalam pola-pola atau kesatuan-kesatuan baru untuk membentuk sebuah kesan yang kompleks sehingga membuat siswa menjadi kreatif dan juga aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran imajinatif akan membuat suasana kelas menjadi menarik apabila dalam kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran imajinatif.
2.3.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Imajinatif Proses pembelajaran dengan model pembelajaran imajinatif terdapat
langkah-langkah. Silberman (2009:183), sintak model pembelajaran imajinatif adalah sebagai berikut: 1) Perkenalkan topik yang akan dibahas
13
Guru menyampaikan topik pelajaran kepada siswa. Pelajaran ini menuntut kreatifitas dan penggunaan imajinasi. 2) Instruksikan kepada siswa untuk menutup mata Guru memperkenalkan latihan relaksasi yang memperjelas pikiran-pikiran dari siswa agar lebih fokus menggambarkan apa yang dipikirkan, dilihat, dan didengar. 3) Latihan pemanasan untuk membuka pemikiran siswa Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membangun imajinasi siswa. 4) Penggambaran imajinasi Pada saat siswa sudah merasa rileks kemudian guru memberikan sebuah imajinasi tentang permasalahan yang akan dipecahkan sesuai dengan materi pembelajaran melalui cerita imajinatif. 5) Membuat simpulan Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mengingat khayalan atau imajinasi mereka sesuai dengan materi pembelajaran. 6) Membentuk kelompok-kelompok kecil Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk melukiskan imajinasi yang dimiliki siswa berdasarkan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Di dalam langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pasti memiliki kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran imajinatif.
2.3.2
Kelebihan Model Pembelajaran Imajinatif Silberman (2009:13-14), mengungkapkan beberapa kelebihan model
pembelajaran imajinatif yang akan dijelaskan dalam pemaparan berikut: 1) Menjadikan siswa aktif sejak awal a) Membantu siswa lebih mengenal satu sama lain atau menciptakan semangat kerja dan saling ketergantungan. b) Membantu proses belajar secara langsung sehingga menimbulkan minat awal terhadap pelajaran. 2) Menjadikan siswa kreatif 3) Menyampaikan pikiran, perasaan, dan persoalan yang dihadapi siswa.
14
4) Membantu siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara aktif 5) Meningkatkan dan mengikhtisarkan apa yang dipelajari dapat mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan keterampilan atau sikap. Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran imajinatif juga memiliki kelemahan.
2.3.3
Kelemahan Pembelajaran Imajinatif Kelemahan model pembelajaran imajinatif, yaitu sebagai berikut:
1) Model pembelajaran imajinatif hanya menjadi kumpulan kegembiraan dan permainan semata atau hanya sekedar bersenang-senang. 2) Model pembelajaran imajinatif hanya berfokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari. 3) Banyaknya waktu yang dihabiskan dalam penggunaan model pembelajaran imajinatif Pembelajaran imajinatif memiliki kelebihan dan juga kelemahan, dengan adanya kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memberikan solusi.
2.3.4 Solusi Model Pembelajaran Imajinatif Peneliti memberikan solusi dengan adanya kelemahan pada model pembelajaran imajinatif, yaitu sebagai berikut: 1) Di dalam kegiatan pembelajaran imajinatif selalu dikaitkan pada materi pembelajaran sehingga tidak hanya menjadi kesenangan semata atau permainan di dalam kelas. 2)
Di dalam kegiatan pembelajaran imajinatif disisipi dengan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga siswa tidak hanya berfokus pada kegiatan imajinatif tetapi juga memahami materi pembelajaran.
3) Pemberian cerita imajinatif tidak semata-mata hanya cerita saja, tetapi terdapat materi pembelajaran di dalamnya sehingga cerita tersebut hanya sebagai pengantar dalam pembelajaran dan tidak akan menghabiskan waktu.
15
2.3.5 Implementasi Pembelajaran Imajinatif pada Ilmu Pengetahuan Alam Implementasi model pembelajaran imajinatif pada Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagai berikut: a)
Dalam kegiatan awal, selalu diawali dengan apersepsi dan motivasi.
b) Guru menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. c)
Siswa diajak memasuki alam imajinasi dengan menutup mata.
d) Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang membangun imijinasi siswa mengenai materi yang akan disampaikan. e)
Adanya kegiatan penggambaran imajinatif dengan cerita imajinatif, melakukan petualangan imajinatif melalui media gambar, penggambaran imajinatif, melakukan drama imajinatif.
f)
Siswa merasionalkan dengan menghubungkan penggambaran imajinatif dengan materi pembelajaran.
g) Siswa memperhatikan penggambaran imajinatif berdasarkan video dan drama imajinatif. h) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. i)
Guru menyampaikan tugas kelompok berdasarkan video dan drama imajinatif.
j)
Siswa dalam kelompok melakukan kegiatan diskusi.
k) Guru membimbing kegiatan diskusi kelompok. l)
Setiap kelompok membacakan hasil diskusi di depan kelas.
m) Siswa bersama guru melakukan kegiatan tanya jawab mengenai hasil diskusi kelompok yang sudah dibacakan. n) Siswa mengerjakan kuis individu untuk mengukur tingkat pemahaman terhadap materi. o) Siswa bersama guru melakukan kegiatan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami. p) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pertemuan berikutnya.
16
2.4 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Tri Hariningsih dengan judul penelitian Pendekatan Model Pembelajaran Imajinatif (Imaginatife Study) dalam Pemahaman Penulisan Kalimat Langsung pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Kademangan Kabupaten Blitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendekatan model pembelajaran Imajinatif (Imaginatife Study) dalam pemahaman penulisan kalimat langsung pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VI Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Kademangan Kabupaten Blitar. Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pembelajaran dengan cara belajar aktif model pengajaran terarah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (11%), siklus II (33%), siklus III (89%). 2) Pemahaman cara belajar aktif model pengajaran terarah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn model belajar aktif sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan model pembelajaran imajinatif dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus pembelajaran. Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Meirini Wulandari dengan judul penelitian yaitu Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Imajinasi Terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Sugestif Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Binjai Tahun Pembelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran imajinasi dalam kemampuan menulis paragraf narasi sugestif siswa kelas X SMA. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA NEGERI 5 BINJAI.
17
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X2 dengan jumlah 40 dan X4 dengan jumlah 40, sehingga 80 orang dimana 40 orang untuk kelas kontrol dan 40 orang untuk kelas eksperimen. Desain penelitian ini adalah Control Group Posttest-Only Design atau disebut juga Two Group Posttest Only Design. Desain ini memberikan perlakuan setelah dilakukan penentuan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Diketahui bahwa kemampuan menulis paragraf narasi sugestif siswa termasuk kategori sangat baik sebanyak 1 siswa atau 2,5%, baik sebanyak 14 siswa atau 35%, kategori cukup sebanyak 17 siswa atau 42,5% dan kategori kurang sebanyak 8 siswa atau 20%. Identifikasi hasil post test kelas kontrol tersebut dalam kategori normal dan wajar. Diketahui bahwa kemampuan menulis rangkuman buku nonfiksi siswa termasuk kategori sangat baik sebanyak 11 siswa atau 27,5%, baik sebanyak 15 siswa atau 37,5%, kategori cukup sebanyak 12 siswa atau 30% dan kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 5%. Identifikasi hasil posttest eksperimen tersebut dalam kategori normal dan wajar. Kemampuan menulis paragraf narasi sugestif yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Binjai tahun pembelajaran 2012/2013 adalah cukup dengan nilai rata-rata 63,75 sedangkan kemampuan menulis paragraf narasi sugestif yang menggunakan strategi pembelajaran Imajinasi pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Binjai tahun pembelajaran 2012/2013 adalah baik dengan nilai rata-rata 73,12. Berdasarkan penjabaran tersebut hasil kemampuan menulis paragraf narasi sugestif dengan menggunakan strategi pembelajaran imajinasi lebih berpengaruh dibandingkan dengan hasil kemampuan menulis paragraf narasi sugestif dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori siswa kelas X SMA Negeri 5 Binjai tahun pembelajaran 2012/2013. Persamaan kajian yang relevan di atas dengan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran imajinatif, sedangkan perbedaannya terletak pada cara mengaplikasikan model pembelajaran ke dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran imajinatif dalam kajian relevan di atas diaplikasikan ke
18
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dalam kemampuan menulis kalimat langsung dan paragraf, sedangkan pada penelitian ini diaplikasikan ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam kemampuan berimajinasi mengenai halhal yang berhubungan dengan materi serta mengaitkan imajinasi ke dalam materi daur air yang ditunjang melalui kegiatan diskusi kelompok
2.5 Kerangka Berpikir Langkah awal yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah guru harus dapat menentukan model, metode, media dan juga strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Model, metode, media dan strategi yang digunakan dengan tepat dan sesuai akan menentukan berhasil atau tidaknya dalam penyampaian materi yang disampaikan guru kepada siswa. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru menjadi fasilitator, penasihat dan juga innovator bukan menjadi salah satu sumber ilmu bagi siswa. Kaitannya dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang hanya menjadi pendengar atau terlihat pasif. Begitu juga dengan hasil belajar belum tentu tingkat keberhasilannya maksimal. Hal ini tidak terlepas dari pemilihan model pembelajaran yang digunakan sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar. Model pembelajaran imajinatif berhubungan erat dengan pembelajaran yang kreatif. Pembelajaran yang dirancang dengan kreatif akan membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran akan berjalan dengan baik. Siswa yang aktif dan kreatif akan lebih banyak berpengaruh terhadap hasil belajar daripada siswa yang pasif dan hanya mendengarkan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Adapun kerangka berpikir mengenai penerapan model pembelajaran imajinatif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui peta konsep sebagai berikut:
19
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Guru menyampaikan
Pembelajaran
materi
Konvensional
Siswa pasif
Guru sebagai
Model Pembelajaran
Hasil belajar IPA
fasilitator
Imajinatif
rendah, di bawah KKM < 70
Cerita imajinatif, penggambaran imajinatif,
Siswa merasa bosan
petualangan imajinatif, dan
dan kurang
drama imajinatif
memahami materi Siswa aktif dan
Kuis individu
kreatif
Hasil belajar IPA tinggi, di atas KKM ≥ 70 Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penerapan model pembelajaran imajinatif dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada materi daur air kelas 5 SDN Salatiga 01 Kota Salatiga” secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 70 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA meningkat dari KKM = 70 yang ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar secara klasikal 80% dari 49 siswa.