BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Media Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran Kata media dalam “media pembelajaran” secara harafiah berarti perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai “suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”. Dengan demikian media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain pada saat kegiatan belajar berlangsung, bahan belajar (learning matlerial) yang diterap siswa diperoleh melalui media. Latuheru (dalam Nur Rohnat), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses mengajar . Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran, pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. 5
6
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”. 2.1.1.2 Jenis Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu (Ridha Sarwono, 2008): 1. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model 3 dimensi seperti diora dan mokup. 2. Media audio adalah media yang hanya dapat didengar saja seperti kaset audio, radio, MP3 Player, dan iPod. 3. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar seperti film bersuara, video, televisi dan sound slide. Dalam penemuan baru contoh media audio visual yang dibuat dengan menggunakan komputer adalah media ulead video editor. 4. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering diidentikkan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer. 5. Media realita yaitu semua media nyata yang berada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang, insektarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya. 2.1.1.3 Tujuan menggunakan media pembelajaran. Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran diantaranya yaitu: 1. Memudah proses belajar-mengajar. 2. Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar. 3. Menjaga relevansi dengan tujuan belajar. 4. Membuat konsentrasi mahasiswa. 5. Menurut Gagne:Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar. 6. Menurut Briggs: Wahana fisik yang mengadung materi instruksional.
7
7. Menurut Schramm: Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional. 8. Menurut Y. Miarso: Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa. Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum mengunakan media,itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan,situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain,media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru yang bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi,penjelasan pesan dan karakteristik siswa. 2.1.1.4 Pengertian VCD Pembelajaran VCD (Video Compact Disk) adalah bahan ajar yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi, dan video) dimana pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD, komputer, dan proyektor (Majid, 2006). Media ini dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, memperjelas konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Arsyad dalam Natael, 2008). Video/VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik (Natael, 2008). VCD pembelajaran merupakan media atau bahan ajar audio-visual, media ini biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setiap akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis kurikulum, pengetahuan media, skema yang menunjukan sekuensi (skenario) dari sebuah program video, film, strip, pengambilan gambar dan proses editingnya. Penggunaan VCD pembelajaran dilakukan ketika pembelajaran berlangsung, dapat dilakukan di ruang kelas maupun di ruang peraga tergantung fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. Waktu yang diperlukan dalam menggunakan media VCD pembelajaran tergantung pada panjang video dan cakupan materinya, media ini digunakan
8
dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan oleh semua guru baik guru TK, SD, SLTP, SMU serta dosen di Perguruan Tinggi. Untuk dapat memperoleh VCD pembelajaran guru dapat memanfaatkan VCD yang telah siap dipasaran yang dapat dibeli di toko buku seperti Gramedia atau dapat juga membuatnya sendiri dengan menggunakan program Ulead Video Editor pada komputer. 2.1.1.5 Penggunaan Media VCD Pembelajaran Penggunaan VCD pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk meningkatkan keterampilan berbicaranya. Anak senang melihat gambar-gambar, VCD pembelajaran merupakan salah satu media yang menyajikan pesan audio visual. Dengan gambar yang menarik dan lucu perhatian anak akan langsung tertuju kesana, sehingga akan menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar dan suara yang muncul membuat anak tidak cepat bosan, sehingga mendorong ia untuk mengetahui lebih jauh sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar (Ermayani, 2009). Dengan menggunakan VCD pembelajaran sebagai salah satu media untuk menyampain pesan kepada anak, akan mempermudah menyampaikan materi kepada anak karena proses pembelajaran tidak membosankan. Eliyawati (2005) mengatakan bahwa salah satu fungsi media adalah untuk memgkongkritkan konsep-konsep yang abstrak pada anak.Maka dengan digunakannya VCD pembelajaran informasi-informasi yang anak dapatkan akan diperjelas melalui gambar-gambar,dan informasi-informasi tersebutlah yang akan mengembangkan keterampilan berbicara anak. Sebagaiman penelitian yang telah dilakukan oleh Juwita (2009) telah membuktikan bahwa media VCD lebih unggul daripada media gambar berwarna dalam meningkatkan keterampilan menyimak anak TK. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Hermana (2007) yang membuktikan bahwa penggunaan media VCD memberikan pengaruh yang besar dibandingkan dengan penggunaan media slide presentation terhadap hasil belajar anak. Penulis melakukan penelitian di kelompok A TK X dikarenakan keterampilan berbicara anak kelompok A di TK tersebut masih harus ditingkatkan. Berdasarkan observasi pendahuluan, pembelajarannya sebagian besar masih bersifat konvensional dan media yang digunakannya pun masih kurang bervariatif. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan asumsi bahwa Video
9
pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berbicara anak, maka penulis memilih fokus penelitiannya pada "Pengaruh Penggunaan Media VCD Pembelajaran Terhadap Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-kanak". Pembelajaran hendaknya mengarah pada pengembangan kreativitas berpikir peserta didik dan peningkatan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dalam pembelajaran guru harus mengetahui hakekat materi pelajaran sebagai bahan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar (Sagala, 2007 dalam Nur Rohnat). 2.1.1.6 Cara Menggunakan VCD Pembelajaran VCD pembelajaran dapat ditampilkan melalui komputer, LCD dan TV. Agar penggunaan VCD pembelajaran lebih maksimal guru dapat melakukan : 1. Jika bahan itu dibeli, disewa atau dipinjam, usahakan agar guru mempunyai waktu untuk mempelajarinya. 2. Guru sebaiknya memahami benar isi, buatlah catatan tentang istilah-istilah baru, konsep dan fakta-fakta, juga harus dipersiapkan dengan bahan-bahan diskusi dan evaluasi. 3. Sebelum film itu disajikan, diskusikanlah dahulu dengan para siswa tujuan dari video, juga istilah-istilah dan pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab mengenai penggunaan media. 4. Pasanglah VCD atau video sebelum kelas dimulai. 5. Penataan kelas/tempat duduk, suhu, ventilasi dan cahaya harus baik agar tenang ketika melihat film yang diputar. 6. Setelah siswa melihat, diskusikanlah istilah, konsep, fakta dan pertanyaan-pertanyaan (Kartawidjaja, 1988).
10
2.1.1.7 Pola-pola yang dapat digunakan dalam penggunaan VCD pembelajaran (Angkowo dan Kosasih, 2007) 1. Pola klasikal Pola klasikal adalah pola pemanfaatan video pembelajaran yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas. VCD pembelajaran dalam pola ini bisa berfungsi sebagai pengayaan atas materi yang diajarkan oleh guru di kelas. Namun demikian program video pembelajaran juga bisa menjadi materi pokok sedangkan pendalamannya dilakukan melalui penjelasan guru. Hal ini tergantung isi materi yang terdapat dalam program apakah materinya merupakan program pokok atau program pengayaan. Guru hendaknya dapat merangsang siswa agar mereka dapat berpartisipasi secara aktif, misalnya dengan memberikan sugesti, pertanyaanpertanyaan atau tugas-tugas yang jawaban atau petunjuknya terdapat di dalam program. TV monitor yang digunakan dalam pemanfaatan secara klasikal hendaknya menggunakan TV monitor berwarna minimal ukuran 21 inch. TV diletakkan pada ketinggian yang cukup agar siswa yang duduk di belakang dapat menyaksikan gambar secara jelas. Akan lebih bagus lagi bila penayangannya menggunakan LCD proyektor, karena gambar dapat diproyeksikan dengan ukuran yang lebih besar. Jarak tempat duduk siswa yang paling dekat dengan TV adalah 4 x lebar layar televisi, sedangkan tempat duduk terjauh adalah 12 x lebar layar TV. Tempat duduk harus berada pada area sudut 90 derajat, karena siswa yang duduk di luar titik pandang itu tidak dapat menyaksikan program dengan baik. Setelah menyaksikan tayangan program usahakan ada kegiatan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat berupa diskusi atau tugas-tugas yang berhubungan dengan materi yang dibicarakan dalam program. 2. Pola Kelompok Kecil Jika program video dimanfaatkan oleh sekelompok kecil siswa (antara
5-10
orang), maka pemanfaatan program tersebut disebut pola kelompok kecil. Pola ini akan lebih efektif bila dikaitkan dengan tugas kelompok. Tiap kelompok diberikan tugas yang berbeda, untuk memanfaatkan program. Pemanfaatannya bisa dilakukan
11
di sekolah atau bisa juga di salah satu rumah siswa di luar jam pelajaran. Konsekuensinya pihak sekolah harus menyediakan fasiltas kepada siswa untuk dapat memanfaatkan program di luar jam sekolah. Jika pemanfaatannya di salah satu rumah anggota kelompok, maka pihak sekolah cukup menyediakan software (CD) untuk dipinjamkan ke siswa dan keesokan harinya harus sudah dikembalikan agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Kepada tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasilnya dan kelompok lain (yang tidak sedang presentasi) boleh menyanggah, menambah/ menyempurnakan bahkan mengurangi. Dalam presentasi hasil kelompok ini guru berfungsi sebagai fasilitator. 3. Pola Individual Secara individual siswa diperkenankan memanfaatkan program video pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah masing - masing. Pemanfaatan secara individual ini bisa atas inisiatif siswa itu sendiri, atau bisa juga atas inisiatif guru. Tetapi akan lebih bagus bila inisiatif itu datang dari siswa. Karena hal ini berarti siswa akan lebih termotivasi. Oleh karena itu guru harus pandai - pandai meranqsang siswa agar timbul kebutuhannya untuk menyaksikan program. Akan lebih baik jika pihak sekolah memiliki kopi program lebih dari 3 buah untuk setiap judulnya. Dengan demikian pelayanan pembelajaran kepada siswa akan lebih sempurna, sehingga sekolah diharapkan memiliki lulusan yang lebih berkualitas. 2.1.1.8 Langkah–langkah pembelajaran dengan menggunakan VCD pembelajaran (Angkowo dan Kosasih, 2007) 1. Persiapan Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program belajar yang sudah dibuat. b. Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan peralatan dengan tegangan lisrik yang tersedia di sekolah. c. Mempelajari bahan penyerta.
12
d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau tidak pertu disajikan dalam kegiatan pembelajaran. e. Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera. f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain yang diperlukan. g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar dengan baik. 2. Pelaksanaan Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran, ajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik. b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan. c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan dimanfaatkan. d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya. e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/ petunjuk teknis dan bahan penyerta. f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk gambar di layar atau mondar-mandir berkeliling kelas. Lebih baik guru mengajarkan: 1) Menjaga agar suasana kelas tetap tertib. 2) Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh siswa yang ada di ruangan. 3) Mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat televisi, sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa. g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program. h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan. i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi kepada siswa. 3. Tindak lanjut a. Memberikan tugas kepada siswa.
13
b. Memberi pertanyaan/umpan balik. c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak siswa untuk mengadakan praktek di laboratorium. d. Bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang lebih lengkap, guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan. e. Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan/ mendengarkan program video pembelajaran untuk pemanfaatan program video pembelajaran berikutnya. f. Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang relevan dengan materi yang dipelajari. 2.1.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Media VCD Pembelajaran 1. Kelebihan media VCD pembelajaran Adapun Kelebihan Media VCD (Video Compact Disc) antara lain: a. Penonton dapat memperoleh informasi dari ahli. b. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian dan penyajiannya. c. Menghemat waktu dan bisa diputar ulang. d. Bisa menyajikan lebih dekat obyek yang sedang bergerak atau obyek yang berbahaya. e. Keras atau lemahnya suara bisa diatur sesuai keinginan. f. Gambar bisa diamati dengan seksama. g. Ruangan tidak perlu digelapkan. 2. Kekurangan media VCD pembelajaran Adapun Kelemahan dari Media VCD antara lain: a. Perhatian penonton sulit untuk dikuasai. b. Komunikasi bersifat satu arah. c. Memerlukan peralatan mahal dan kompleks untuk memutar VCD (Video Compact Disc). d. Kurang mampu menampilkan detail dari obyek yang disajikan secara sempurna. e.
Media VCD (video compact disc) Mampu menyampaikan pembelajaran secara aktual lengkap dan menyeluruh serta mampu menarik minat perhatian siswa.
14
Walaupun penggunaan media VCD (video compact disc) memiliki kelemahan, namun manfaat yang diberikan tidak dapat diabaikan dalam menyampaikan pesan-pesan secara terarah. Apabila diprogramkan secara baik maka dapat memberikan hasil yang bermakna bagisiswa, dengan demikian, perluasan wawasan tentang Ilmu Pengetahuan dapat disampaikan secara praktis dan mudah dipahami oleh siswa. 2.1.1.10 Manfaat Penggunaan VCD Pembelajaran Manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda dalam proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan perubahan wujud benda. Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel yang diamati mencapai 48 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberika media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda. Teknik analisa data menggunakan analisis menggunakan uji t hitung terhadap perbedaan hasil belajar baik sebelum pelajaran VCD pembelajaran mempunyai sifat informatif sehingga dalam mendukung proses belajar mengajar akan lebih diterima siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda dalam proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan perubahan wujud benda. Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel yang diamati mencapai 48 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberikan media VCD pembelajaran yang dipandang sebagai suatu sistem integral media mempunyai peranan penting. Media mampu merangsang minat siswa dalam memahami kontekstualisasi persoalan, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan akan dapat efektif. Selain itu media khususnya VCD pembelajaran mempunyai sifat informatif sehingga dalam mendukung proses belajar mengajar akan lebih diterima siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud. manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda dalam proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan perubahan wujud benda. Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel yang diamati mencapai 42 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberikan media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda. Teknik analisa data
15
menggunakan analisis menggunakan uji t hitung terhadap perbedaan hasil belajar baik sebelum. 2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Belajar Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia halhal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Menurut Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti apikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun makna/ pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat
16
belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. 2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar 1. Faktor-faktor Intern Di dalam membicarakan faktor intern ini,akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor Psikologis dan faktor kelelahan. a. Faktor Jasmaniah 1) Faktor Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan sesorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lelah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan kelainankelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketenttuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, isitrahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. 2) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga tergantung. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. b. Faktor Psikologi Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologi yang mempegaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian,
17
minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Upaya-upaya dapat dilaksanakan di sekolah untuk mempengaruhi faktor-faktor tersebut: 1) Inteligensi Untuk memberikan pengertian tentang inteligensi, J.P. Chaplin merumuskannya sebagai: a) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively. b) The ability to utilize abstract concepts effectively. c) The ability to grasp relationships and to learn quickly Jadi inteligensi itu adalah kecakupan yang terdiri dari tiga jenis yitu cakupan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat integensi yang rendah. Walau pun begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor di antara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif, jika siswa memiliki inteligensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
18
2) Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. 3) Minat Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: ”Interest is persisting tendancy to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatian terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segansegan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
19
4) Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakupan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat di bidang itu. Dari uraian di atas jelas bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah ial lebih giat lagi dalam belajarnya itu. 5) Motif James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut: Motive is an effective-conative factor which operates in determining the direction of an individual’s behavior towards an end or goal, consioustly apprehended or unconsioustly’’ Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya pengerak atau perdorongan. Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. 6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang,di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap utntuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum tentu berarti
20
anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latih-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakupannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakupan itu tergantung dari kematangan dan belajar. 7) Kesiapan Kesiapan
atau
readiness
menurut
Jamies
Drever
adalah
preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c. Faktor Kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis), antara lain: kelelahan jasmani terlihat dengan lemah gemulainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengnindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. 2. Faktor-faktor Ekstern Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu; a. Faktor Keluarga
21
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 1) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengarunya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipti Wirowidjojo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. 2) Relasi antar anggota keluarga Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranyaatau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya: apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh. 3) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang di sengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. 4) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar sepetri ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan bukubuku.
22
5) Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadangkadang anak mengalami lemah semangat,orang tua wajib member pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya. 6) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaankebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. b. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 1) Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ing.s.Ulih bukit karo-karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang lain kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar haruslah setepat tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu menpengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan menpengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kekurangan menguasai
23
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebaggai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu pengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa system instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian. 3) Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. 4) Relasi Siswa dengan Guru Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyi rasa rendah diri atau sedang
24
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. 5) Disiplin Sekolah Kedisiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. 6) Alat Pelajaran Alat pelajaran erat berhubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempelancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. 7) Waktu Sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertangungjawabkan. Di mana siswa beristrirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. 8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu member pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari
25
mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tapi berdasarkan terori belajar, yang meningkat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. 9) Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa. 10) Metode belajar Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadangkadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. 11) Tugas rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. c. Faktor Masyarakat 1) Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembanagan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya: berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
26
2) Mass media Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 3) Teman bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bargaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. 4) Bentuk kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, yang baik-baik maka anak akan berbuat baik seperti orang-orang yang ada di lingkungannya.
27
2.1.2.3 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analistis-sintesis factor konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetehuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merancanakan, membentuk hubungan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor juga meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotrik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakupan, informasi, pengertian, dan sikap.
28
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Menurut Sahertian (2004:20), Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Gagne dan Brings (dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Reugeluth (dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Pendapat ini dikemukakan oleh Surya (2003:64) bahwa hasil belajar ialah Berbentuk perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Prayitno (2002:164) menyatakan bahwa hasil belajar adalah Sesuatu yang baru, baik dalam kawasan kognitif, afektif, konatif, maupun psikomotorik/keterampilan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Depdiknas (2003:3) hasil belajar siswa adalah Kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitf maupun psikomoto, dan kemampuan afektif atau perilaku. Sedangakan menurut Hamalik (2004:28), Hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku yang bulat. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Winkel (2004:162) Hasil belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti dari sustu proses usaha yang dilakukan oleh individu guna memperolah pertubahan tingkah laku yang ditempatkan dalam interksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar dapat dipengaruhi faktor: 1. Faktor Internal Faktor internal dalah faktor yang ada pada diri anak, misalnya Motif tertentu dalam diri siswa. Siswa yang mempunyai motif tertentu dalam belajar akan lebih berhasil dari pada siswa yang tidak mempunyai motif.
29
Seseorang melakukan aktivitas karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar yang belum sampai pada tataran motivasi maka belum menunjukkan aktivitas nyata. Motivasi seeorang dapat dijabarkan dalam bentuk minat. Minat merupakan kecenderuangan psikologis yang menyenangi objek, belum sampai melakukan kegiatan. Hal ini berarti pula bahwa minat adalah alat motivasi dalam belajar, maka ia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itu, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang. 2. Faktor eksternal Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak itu sendiri misalnya keluarga, lingkungan, sekolah, lingkungan, dan masyarakat. Situasi keluarga yang kurang menunjang proses belajar seperti kekacauan rumah tangga (broken home), kurang perhatian orang tua, cara orang tua mendidik kurang baik, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai, seperti kurang memadainya sarana atau sumber belajar : cara-cara guru dalam mengajar yang kurang menarik, kurikulum yang dipelajari tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik, perlengkapan belajar yang kurang, cara evaluasi, ruang belajar, sistem administrasi, waktu belajar, dan situasi sekolah. Lingkungan sosial yang kurang memadai, seperti : pengaruh negatif dalam pergaulan, situasi masyarakat yang kacau, gangguan kebudayaan seperti pengaruh film, bacaan-bacaan. Berdasarkan kajian teori tentang hasil belajar yang telah diuraikan, maka penulis dapat merarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari berupa perubahan perilaku belajar siswa. Perubahan tingkah laku ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, dan dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
30
a.
Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berubungan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis,sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa faktafakta,konsep-konsep,atau
prinsip-prinsip
saja
tetapi
juga
merupakan
proses
penemuan.Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sain, lingkungan, teknologi,dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksanakana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuri ilmiah (scientific inqury) untuk menumbuhkan
kemampuan
berpikir,bekerja,dan
bersikap
ilmiah
serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Olehkarena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. b. Tujuan IPA Mata pelajaran IPA SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
31
3. Mengembangkan rasa ingin tahu,sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,lingkungan,teknologi,dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperansertan dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tugan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. c. Ruang Lingkup Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,padat,dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya,bunyi,panas,magnet,listrik,chaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah,bumi,tata surya,dan benda-benda langit lainnya. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh perserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SD dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,bekerja,ilimiah,dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.Indikator membuat daftar sumber bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar. d. Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada hubungan antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu.
32
Hasil belajar adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru (Sumaatmadja,1996). Menurut Romiszowski (1981) bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tentang bidang yang dipelajari. Bloom (1981) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah. Analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan, perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan naturalisasi. Gagne dan Briggs (1978) mengatakan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap. Hasil belajar mata pelajaran IPA adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru pada mata pembelajaran IPA. IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan (Izzatin Kamala, 2008). 2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Berdasarkan hasil penelitian Muji Triyono ( 2009 ) dalam skripsinya yang berjudul ”Pengembangan Media Audio Visual (VCD Pembelajaran) Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Topik Tata Surya” menyatakan bahwa, “media audio visual atau VCD pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari penelitian 23 orang yang mendapat nilai <60 hanya 4 siswa dan lainnya mendapat nilai >70”. Berdasarkan hasil penelitian Miftakhul Norman Arif ( 2007 ) dalam skripsinya yang berjudul ”Efektivitas Penggunaan Media VCD Dan Gambar Cetak Dalam Pembelajaran
33
IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV Di SD Negeri 05 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008” menyatakan bahwa: 1.
Penggunaan media VCD lebih efektif dibandingkan media gambar cetak
2.
Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen 1 yang menggunakan media VCD lebih baik dari pada kelompok eksperimen 2 yang menggunakan media gambar cetak. Menurut Colletti dalam Soekartawi (1995), urutan efektivitas dalam penggunaan
media pengajaran dalam kaitannya dengan daya serap siswa dalam menangkap informasi dengan menggunakan media pengajaran VCD yang merupakan media audio visual lebih efektif, dimana daya serapnya sekitar 75% dari pada penyampaian materi dengan metode ceramah. Berdasarkan penelitian Colletti, maka dapat dilihat betapa pentingnya penggunaan media pengajaran VCD yang dapat dilihat langsung oleh siswa sehingga memiliki pengalaman belajar yang mendekati kongkrit. Menurut Nana Sudjana (2003) beberapa keuntungan yang didapat dengan penggunaan VCD pembelajaran dalam bentuk video/film, antara lain: 1. Dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri 2. Sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang kompetitif dan dapat diulang-ulang. 3. Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak kompleks yang sulit dilihat dengan mata. 4. Video dapat diproses maupun dipercepat maupun diperlambat, dapat diulang pada bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan data diperbesar. 5. Memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan berbeda diputar dalam waktu bersama. 6. Video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, promosi suatu produk, interview, dan menampilkan suatu percobaan yang berproses.
34
2.3 Kerangka Berpikir Dari kajian teori yang diuraikan maka peneliti dapat mengupas bahwa, VCD pembelajaran merupakan media audiovisual yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar dan merupakan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi, dan video) dimana pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD, komputer, dan proyektor. VCD pembelajaran dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, memperjelas konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, serta merupakan media yang dapat menyajikan suatu konsep yang lebih konkrit. VCD pembelajaran merupakan media yang sangat tepat digunakan dalam pembelajaran terutama pada pelajaran IPA karena pada dasarnya IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang lingkungan dan alam semesta sehingga perlu media yang mendekati konkrit yang dapat diperoleh dengan menggunakan VCD pembelajaran. VCD pembelajaran juga dapat lebih mempersingkat pembelajaran karena cakupan materi yang banyak dapat dipersingkat melalui media ini. Pembelajaran dengan menggunakan media VCD, harus dilakukan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran dengan menggunakan media VCD pembelajaran meliputi 3 kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Kegiatan persiapan yang dilakukan guru meliputi memeriksa kesesuaian isi materi dalam VCD, menyiapkan kesiapan siswa dan mengatur tempat duduk siswa agar dapat melihat dan mendengar tayangan VCD dengan jelas. Kegiatan pelaksanaan meliputi menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi pokok yang akan dipelajari, pemberian motivasi, pengamatan terhadap tayangan VCD, memantau kegiatan siswa ketika mengamati tayangan VCD, tanya jawab materi dalam VCD, menjelaskan kembali materi dalam VCD, memberi penegasan dan penguatan tayangan VCD. Kegiatan tindak lanjut meliputi melakukan percobaan untuk memperkaya materi, memberi pertanyaan atau umpan balik dan membuat kesimpulan materi yang dipelajari, pemberian tugas berupa evaluasi. Dengan adanya gambar yang menarik dan konkrit, maka pemahaman dan daya ingat siswa terhadap materi yang disampaikan akan lebih mudah terserap dari pada pembelajaran yang monoton dan membosankan. Siswa akan lebih terangsang dalam mengingat pembelajaran, dan ketika dihadapkan pada soal maka siswa akan lebih mudah
35
menjawab karena siswa benar-benar memahami materi yang disajikan. Dengan adanya pemahaman ini maka hasil belajar siswa pun akan lebih baik.
Bagan kerangka berpikir Kelas Kontrol
Pre test
Hasil pretes tidak boleh ada perbedaan yang signifikan.
Kelas Eksperimen
Pretest
Pembelajaran Konvensional
Post test
Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penggunaan VCD dalam pembelajaran di mana hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Pembelajaran menggunakan VCD
Post test
2.4 Hipotesis Penelitian atau Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Penggunaan VCD Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 07 semester II tahun ajaran 2011/2012”.
Hasil Belajar