BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.2. Pengertian Belajar Pengertian belajar dalam dunia pendidikan diartikan sebagai proses yang disengaja dan direncanakan agar terjadi perubahan perilaku seseorang. Dalam belajar terjadi proses transfer sikap kognitif, afektif,dan psikomotorik. Perubahan perilaku tersebut sifatnya adalah menetap, hanya prosesnya antara individu yang satu dengan yang lain tidak sama. Ada yang
dapat berlangsung cepat ada pula yang
berlangsung lama. Sedangkan Suprayekti (2003:5) memberikan definisi bahwa
perubahan
kedewasaan
yang
diakibatkan
oleh
proses
kematangan seseorang bukan disebut sebagai proses belajar. Karena dalam belajar terjadi interaksi antara manusia dewasa dengan manusia belum dewasa yang disengaja dan direncanakan untuk menuju kearah kekedewasaan. Definisi tentang belajar duiraikan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai berikut : 1) Belajar, menurut Gegne dalam M. Ngalim Purwanto (1997:84), terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tersebut. 2) Belajar, menurut Bloom dalam Suprayekti (2003 :4-9), adalah suatu proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan tingkah laku. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang
7
8
menghasilkan
perubahan-perbahan
yang
relatif
konstan
dan
berbekas. 3) Belajar, menurut Morgan dalam M. Ngalim Purwanto (1997:84), adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 2.1.3. Pengertian Hasil Belajar Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. (Muhibbin Syah 1997:65). Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Hasil
belajar
adalah
hasil
yang
harus
dicapai/dilakukan.
(Poerwodarminto, 2001: 895). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Yang diungkap dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas V di SD NEGERI 3 Nglinduk Kecamatan Gabus Grobogan. 2.1.4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Pada dasarnya pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar merupakan penanaman konsep dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Keberadaan ilmu pengetahuan alam sebagai salah satu cabang ilmu yang akan selalu berkaitan dengan ilmu pegetahuan dan
9
teknologi yang selalu berkembang. Dedi Supriadi (1995:120), menguraikan tentang beberapa pengertian ilmu Alam yang bila diartikan secara sempit sebagai ilmu-ilmu terbatas atau eksakta seperti halnya fisika, kimia, biologi dan astronomi. Ilmu pengetahuan alam, adalah merupakan gabungan antara ilmu dan pengetahuan tentang alam. 1) Ilmu a) Ilmu adalah pengetahuan yang telah memiliki stematika tertentu, b) ilmu telah memiliki ciri-ciri yang khas. c) Ilmu mempunyai standar tertentu sebagai hasil konsesnsus para ilmuwan, yaitu bercirikan : (1) Ilmu memiliki obyek formal dan materiil tertentu. (2) Ilmu mempunyai sistematika isi dan wilayah studi
yang
disebut
disiplin.
(3)
Ilmu
terbuka
dengan
perkembangan. (4) Ilmu memiliki metode-metode tertentu. Oleh karena itu setiap mempelajari suatu ilmu harus menggunakan metode yang sesuai dengan sifat ilmu tersebut. (5) Ilmu mengimplikasikan kemampuan untuk melakukan eksperimen terkendali dalam rangka menguji teori dan hipotesis. (6) Ilmu dipahami berdasar dimensi pasifnya yang mengacu pada akumulasi fakta dan informasi sehingga membentuk sistematika. 2) Pengetahuan Pengetahuan atau knowledge adalah suatu generalisasi dari berbagai hal yang pada perkembangannya ada yang dapat menjadi ilmu. Tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan didapat karena berbagai alasan seperti : a) Sikap mencoba-coba. b) Sikap pembiasaan menaksir atau memperkirakan sesuatu karena beberapa alasan kesamaan yang sering mengikuti terjadinya suatu peristiwa. c) Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara alamiah dan bukan karena belajar. d) Fenomena alam atau gejala alam yang sering terjadi dan
10
dijadikan patokan untuk menentukan sesuatu. e) Pengembangan ilmu yang dapat menghasilkan suatu penemuan besar sehingga kemudian muncul istilah ilmu pengetahuan. 3) Ilmu Pengetahuan Ilmu Pengetahuan adalah ilmu dan pegetahuan yang memuat tentang berbagai cabang yang terdiri dari ekskta dan non eksakta. Untuk non eksakta antara lain adalah disiplin ilmu yang tidak dapat dilakukan secara murni, seperti halnya astronomi dan geologi yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Berdasarkan uraian di atas, untuk sementara dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah mempunyai ciri dan standar tertentu dan memiliki obyek formal dan materiil tertentu sebagai hasil konsensus para ilmuwan, sedangkan pengetahuan adalah semata-mata hanya merupakan akal manusia berdasar alamiah. 2.1.5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Sesuai Silabus KTSP 2007 SD Negeri 3 Nglinduk, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan (2003:25), Pembelajaran iIlmu pengetahua alam di sekolah dasar bertujuan untuk melatih keterampilan anak untuk berfikir secara inovatif dan kreatif sehingga pada akhirnya anak mampu untuk berfikir secara kritis. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam didasarkan pada fungsi, tujuan dan ruang lingkup. Oleh karena itu dalam memberikan materi pelajaran ilmu pengetahuan alam bagi siswa sekolah dasar harus dilandasi penanaman konsep yang kuat untuk mengubah pemahaman abstrak menjadi pemahaman bentuk konkrit. Hal tersebut harus diperhatikan oleh guru karena pemahaman untuk anak usia sekolah dasar pada umumnya masih dalam taraf pemikiran sederhana. 1) Fungsi Pembelajaran
Ilmu
berfungsi untuk :
Pengetahuan
Alam
di
Sekolah
Dasar
11
a) Memberikan ilmu pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. b) Mengembangkan keterampilan proses. c) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kwalitas hidup sehari-hari. d) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan alam dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. e) Mengembangkan
kemampuan
untuk
menerapkan
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk bekal melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. 2) Tujuan a) Mahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan seharihari. b) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar. c) Mempuyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan seitar. d) Mampu menerapkan konsep IPAuntuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. e) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. f) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagunganTuhan Yang Maha Esa. 3) Ruang Lingkup a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya.
12
b) Materi, sifat dan kegunaan yang meliputi udara, air, tanah dan batuan. c) Listrik dan Magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya. d) Sumber daya alam,kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya. Berdasar hasil pemantauan Depdikbud Kabupaten Grobogan, khusus tentang proses pembelajaran IPA di sekolah dasar, sering dijumpai dalam kegiatan belajar dan mengajar IPA, siswa kurang dilibatkan secara aktif sehingga materi pembelajaran yang disajikan guru terkesan kurang bermakna dan kurang diminati siswa. Sebagai akibatnya dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif, kurang tertarik dan kurang tertantang untuk mengamati, meneliti serta menafsirkan materi pelajaran walau materi tersebut sifatnya sederhana. Pada pelaksanaan proses pembelajaran terdapat unsur materi pelajaran yang dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru dituntut untuk
mampu
mengembangkan
kurikulum
dan
mampu
mengembangkan strategi mengajar melalui aneka metode dan media yang membantu siswa memahami materi yang disampaikan. Guru merupakan kunci utama keberhasilan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran Guru perlu memahami secara mendasar tentang : a) Materi yang akan disampaikan, b) Mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat, c) Mampu memilih dan menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien, d) Mengorganisasikan kelas. Depdikbud Kabupaten Grobogan (1999/2000) menguraikan bahwa untuk dapat melaksanakan pembelajaran dan memperoleh hasil yang maksimal, keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran tidak
13
hanya karena penguasaan materi saja, tetapi juga harus didukung oleh banyak faktor, diantaranya adalah tentang strategi pembelajaran yang antara lain meliputi : (a) Penentuan pendekatan, (b) Penentuan metode, (c) Penentuan sarana, (d) Penentuan alat peraga, (e) Perhitungan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran, (f) Penyusunan evaluasi. 2.2. Media Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Agar siswa mampu memahami konsep belajar dan mampu mencapai hasil belajar sesuai tujuan pembelajaran, salah satu pendukung untuk mencapai tujuan tersebut adalah dalam pelaksanaan pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar hendaknya guru selalu menggunakan media pembelajaran. Bahwa untuk dapat mengajar IPA dan mencapai tujuan pembelajaran, guru tidak hanya dituntut menguasai materi
saja,
tetapi
juga
dipengaruhi
oleh
penggunaan
media
pembelajaran. Penekanan penggunaan media pembelajaran di sekolah dasar adalah karena sesuai dengan pola pikir siswa yang masih bersifat konkrit. Sedangkan materi pelajaran IPA pada umumnya bersifat abstrak sehingga dalam penjelasan materi pelajaran, guru menggunakan model, tiruan, foto, miniatur atau benda asli, sehingga pelajaran yang bersifat abstrak dapat dikonkritkan. Menurut teori Behaviorisme BF. Skinner dalam Aristo Rahadi (2003:9) diuraikan tentang manfaat penggunaan media pembelajaran
yang
dapat mengubah tingkah laku siswa
sebagai hasil proses pembelajaran. Manfaat praktisnya antara lain adalah : a. Media dapat mengubah materi yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit. b. Materi yang membutuhkan penjelasan rumit dapat disederhanakan dengan melalui penggunaan media. c. Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. d. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia, baik indera penglihat, pendengar, peraba, pencium dan pencecap.
14
e. Media dapat membantu menjelaskan obyek yang bersifat berbahaya dengan melalui audio dan visual. f. Media juga dapat berupa bahan pengamatan benda sebenarnya untuk memperjelas suatu proses. g. Informasi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan media yang tepat akan memberikan kesan yang mendalam bagi siswa dan penanaman konsep akan tertanam kuat. Pada bagian lain Aristo Rahadi (2003:12), dalam penjelasannya juga menyatakan bahwa pengertian media pembelajaran hendaknya diasumsikan sebagai alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar (guru) kepada penerima pesan belajar (siswa).. Dengan demikian peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer
pembelajaran
yang
mempunyai
tanggung
jawab
utama
menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat belajar dengan hasil maksimal dan fungsi guru baik sebagai penasihat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran terlaksana secara optimal. 2.2.1. Pengertian Media Realita Media realita merupakan media yang ditampilkan merupakan benda nyatanya. Penggunaan media realita lebih mendekatkan peserta didik (penerima pesan) dengan benda nyatanya sehingga akan semakin mudah memahaminya. ”Akan tetapi sebenarnya suatu benda asli merupakan benda yang paling tepat guna, dibandingkan tiruannya”. (Latuheru, 1988:52). Media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi nyata atau merupakan benda nyata akan memberikan pengalaman tersendiri bagi peserta didik yang tidak akan mudah dilupakan. Dengan melihat sendiri benda
nyatanya
maka
diharapkan
peserta
didik
akan
mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan bukan hanya secara teori yang dipahaminya, namun benda sendiri hanya dilihat melalui gambar. Sebagai ilustrasi seorang pilot yang diberikan pembelajaran praktek langsung dengan yang hanya diberikan teori dan melihat gambarnya,
15
tentunya akan mampu dilihat hasilnya. Seorang pilot yang sudah terbiasa praktek langsung akan lebih terampil dalam menjalankan pesawatnya. ”Mereka akan belajar lebih banyak tentang binatang serangga yang dikumpulkan dari hasil perjalanan karya wisata, dibandingkan dengan melihat difilm strip mengenai kehidupan binatang tersebut”. (Sudjana, dan Rival, 1990:196). Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan opersi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut : (1) Mulai memandang dunia secara obyektif, bergeser dari suatu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Mempergunakan hubungan sebab-akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, CV. Timur Putra Mandiri, 2006). Kecenderungan belajar anak usia SD memiliki tiga ciri, yaitu: a.
Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.
b.
Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal yang umum ke bagian demi bagian.
16
c.
Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana kehal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan dan kedalaman materi. Menggunakan media realita tidak selalu tepat dan baik, karena terkadang terhambat dengan biaya dan benda aslinya. Sebagai contoh untuk menunjukkan bentuk bumi, tentunya akan merasa kesulitan apabila tanpa adanya bantuan media lainnya seperti media gambar (globe). Penggunaan media realtia merupakan alat peraga yang paling tepat karena peserta didik dapat langsung mengamati benda aslinya/nyatanya. Dalam penggunaan media realia/benda nyata ini terdapat kelebihan dan keterbatasan. Diantara kelebihan-kelebihan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a.
Dapat memperlihatkan seluruh atau sebagian besar rangsangan yang relevan dari kerja, dengan biaya yang sedikit.
b.
Dapat memberikan kesempatan yang semaksimal mungkin pada siswa untuk melaksanakan tugas-tugas nyata, atau tuga-tugas simulasi dan mengurangi transfer belajar.
c.
Memudahkan pengukuran penampilan siswa, bila ketangkasan fisik atau ketrampilan koordinasi diperlukan dalam pekerjaan.
d.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami dan melatih ketrampilan manipulatif mereka dengan menggunakan indera peraba. Dari kelebihan-kelebihan penggunaan media realita, ada keterbatasan-
keterbatasan penggunaan media tersebut, yaitu: a.
Tidak selalu memberikan gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung dengan media lain.
b.
Sulit untuk mengontrol hasil belajar, karena konflik-konflik yang mungkin terjadi dengan pekerjaan atau dengan lingkungan kelas.
17
c.
Seringkali dapat menimbulkan bahaya bagi siswa atau orang lain dalam lingkungan kerja.
d.
Mahal, karena biaya yang diperlukan untuk peralatan tidak sedikit.
e.
Seringkali sulit mendapatkan tenaga ahli untuk menangani latihan kerja, mengambil tenaga ahli dari pekerjaannya untuk melatih yang lain dapat menurunkan produktivitasnya. Setiap media yang digunakan dalam pembelajaran akan mencapai keberhasilan apabila sesuai dengan materi yang tepat. Media realita mempunyai kelebihan dan keterbatasan, namun apabila disesuaikan dengan materi yang akan digunakan maka dapat mngurangi keterbatasan yang terjadi. Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S, 2003: 11). Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif. 2.2.2 Syntax Media Realita Dalam Pembelajaran Penggunaan media realia dalam penelitian ini di SD N Ngawen Kecamatan Wedung Kabupaten Demak yang diterapkan pada mata pelajaran IPA dengan materi Cahaya dan Sifat-sifatnya. Sebelum pembelajaran dilaksanakan diadakan dulu pre-test. Nilai pre-tes dapat diambil dari ulangan harian Setelah selesai pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa, setelah diadakan pre-tes baru dilakukan pembelajaran dengan media realita yaitu dilakukan dengan cara mengajak siswa mengamati dan melihat langsung sumber-sumber cahaya seperti cahaya yang berasal dari matahari, cahaya yang berasal dari lampu, cahaya yang berasal dari senter. Kemudian
18
siswa diajak untuk mempelajari sifat-sifat cahaya dengan cara mengamati, melihat dan praktek langsung dengan benda seperti : a. Untuk mengetahui bukti cahaya dapat merambat lurus dengan cara siswa diajak mengamati dan melihat cahaya lilin pada 3 karton yang dilubangi. b. Menunjukkan contoh benda yang dapat memantulkan cahaya yaitu cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung beserta manfaatnya masingmasing cermin. Dan kemudian guru mengajak siswa untuk mengamati hasil pemantulan cahaya dari masing-masing cermin tersebut. c. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya yaitu dengan pensil yang dimasukkan dalam gelas bening yang berisi air terlihat patah. Serta mengajak siswa untuk mengamati anak yang sedang berenang, dengan adanya pembiasan cahaya maka kaki anak yang berenang terlihat lebih pendek. Setelah semua materi selesai diajarkan guru bersama siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran kemudian siswa mengerjakan soal post test untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diajar dengan menggunakan media realita 2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Joko
Supriyanto
(2005:55)
dalam
penelitiannya
“Perbedaan
pembelajaran dengan audio visual dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa MTS kelas II”. Menyimpulkan pembelajaran menggunakan media audio visual lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena media audia visual dapat menimbulkan minat belajar dengan kelebihan media tersebut yang berupa efek suara, animasi, power point pada tampilan. Di antara kelemahan dan kelemahan penggunaan media dan tanpa media lebih banyak kelebihannya antara lain dapat diputar ulang, diperlambat, dipercepat, dihentikan, tidak memerlukan ruang gelap, dan mudah dilakukan. Penelitian tersebut memberikan saran perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika dengan media audio visual.
19
Parmin, 2009 dalam penelitiannya “Pengaruh penggunaan media model dan gambar terhadap Prestasi belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau dari Motivasi belajar siswa”. Menyimpulkan bahwa : Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan media model dan media gambar terhadap prestasi belajar IPA, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar IPA, dan ada interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan media dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA. Ami Sulistyowati, 2010 dalam penelitiannya “Studi Komparatif Tentang Efektivitas Media Pembelajaran Realia Dan Flash Cards Dalam Proses Belajar Mengajar Vocabulary Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan vocabulary antara siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran realia dengan siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran flash card pada siswa SD N Brebes. Johar Makmun, 2007 dalam penelitiannya “Studi Komparasi Penggunaan Media Realia Dan Media Grafis Bidang Diklat Menggambar Teknik Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan media realia dengan kelompok siswa yang menggunakan media grafis terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif. 2.4. Metode Praktikum Pelaksanaan PTK tentang Pemanfaatan media Realita pada mata pelajaran IPA ini guru menggunakan Metode praktikum, menurut Suparno, P (2007:77) menjelaskan bahwa metode praktikum adalah metode mengajar yang mengajak siswa melakuk an kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran. Kegiatan
praktikum dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu praktikum
terbimbing atau terencana dan praktikum bebas. Kegiatan siswa dalam
20
praktikum
terbimbing hanya
melakukan
percobaan, mengamati
dan
menemukan hasilnya saja, seluruh jalann ya percobaan sudah dirancang oleh guru. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan, serta objek yang harus diamati atau diteliti sudah ditentukan sejak awal oleh guru. Sedangkan kegiatan siswa dalam praktikum bebas lebih banyak dituntut untuk berpikir mandiri, bagaimana merangkai alat percobaan, melakukan percobaan dan memecahkan masalah, guru hanya memberikan permasalahan dan objek yang
harus diamati atau
diteliti.
Dalam
mengimplementasikan kegiatan praktikum dalam pembelajaran, umumnya siswa
dibagi
menjadi
kelompok-kelompok
kecil antara
2-6
orang,
tergantung pada ketersediaan alat dan bahan Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran IPA. Hal itu sejalan dengan pendapat Sagala, S (2005:220) yang menjelask an bahwa proses belajar mengajar dengan praktikum ini berarti siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode praktikum mempunyai kelebihan yaitu: a. Dapat membantu siswa untuk lebih percaya terhadap kebenaran atau kesimpulan Berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri dripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru atau buku. b. Dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti kerjasama,jujur, terbuka, kritis, dan bertoleransi. c. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian d. Memperkaya pengalaman siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis Djajadisastra (1982:11) mengemukakan bahwa pada pelaksanaan praktikum agar hasil yang diharapkan dapat dicapai dengan baik maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
21
1. Langkah persiapan Persiapan
yang
baik
perlu
dilakukan
untuk
memperkecil
kelemahan-
kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul. Persiapan untuk metode praktikum antara lain: a. Menetapkan tujuan praktikum. Sudah jelas dimana tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah untuk memudahkan siswa dalam memahami khususnya pada mata pelajaran IPA dan membuktikan materi tentang cahaya dan sifat-sifatnya yang disampaikan guru dengan mengguanakan media realita. b. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dimana dalam pelaksanaan praktikum ini guru dan siswa harus menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan materi cahaya dan sifat-sifat cahaya, seperti : Lilin, korek api, karton, air, baskom, cermin datar, contoh cermin cembung (spion), senter, kertas HVS, gelas bening, pensil. c. Mempersiapkan tempat praktikum. Praktikum ini akan dilaksanakan didalam kelas bersamaan dengan proses belajar mengajar d. Mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah alat yang tersedia dan kapasitas tempat praktikum. Untuk memudahkan dalam proses pelaksanaannya jumlah alat yang disediakan harus disesuaikan dengan jumlah siswa atau jumlah kelompok yang akan dibentuk sehingga dengan jumlah alat yang telah disesuaikan proses kegiatan belajar mengajar daoat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang telah direncanakan. e. Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan dilakukan Tidak kalah penting dalam praktikum juga memperhatikan faktor keamanan ini maksugnya selama kegiatan dan alat praktikum aman untuk digunakan para peserta didik, sehingga guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tenang.
22
f. Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum. Guru membuat tata tertib selama kegiatan praktikum agar siswa fokus dan bisa melaksanakan kegiatan baik dengan baik. 2. Langkah pelaksanaan a. Sebelum
melaksanakan
praktikum,
siswa
mendiskusikan persiapan
dengan guru, setelah itu barulah meminta keperluan praktikum (alat dan bahan). b. Guru menjelaskan sedikit tentang materi cahaya dan sifat-sifat cahaya c. Guru menjelaskan tentang sifat cahaya misalnya cahaya merambat lurus d. Siswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan langkah-langkah kerja lembar praktikum dan bimbingan guru dibawah ini :
23
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran Metode praktikum Dengan pemenfaatan metode realita pada Mata Pelajaran IPA Cahaya dan sifat-sifatnya No
Materi/Topik
Langkah-langkah/Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran
1
Cahaya Merambat Lurus
Langkah kerja 1. Tandai ketiga karton tersebut dengan huruf A, B, dan C. 2. Lubangi ketiga karton setinggi lilin dengan paku kecil. 3. Letakkan ketiga karton secara berurutan, dengan penyangga, mulai dari karton A, B, dan C, sehingga setiap lubang terletak pada satu garis lurus. Untuk memudahkan, gunakan benang yang dimasukkan pada setiap lubang karton. Amatilah gambar di atas. 4. Nyalakan lilin dan letakkan di depan karton C. 5. Amati olehmu cahaya lilin dari balik karton A. Jawablah pertanyaan berikut 1. Apakah cahaya lilin terlihat dari lubang A? 2. Geserlah karton A atau karton B ke kanan dan ke kiri. Apakah cahaya lilin masih terlihat ketika posisi karton dipindahkan? 3. Bagaimanakah letak lubang ketiga karton agar cahaya lilin terlihat? 4. Apakah kesimpulanmu dari kegiatan itu?
e. Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode praktikum, guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun perkelompok. 3. Tindak lanjut metode praktikum Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah:
24
a. Meminta siswa membuat laporan praktikum. b. Perwakilan siswa melaporkan hasil laporan apa yang telah didapat atau dibuat selama kegiatan praktikum c. Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum. Dari beberapa hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa metode praktikum sangat tepat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar belajar IPA terutama dengan penggunaan media Realita karena siswa melakukan percobaan atau mengalami secara langsung dan untuk membuktikan sendiri sesuatu
pertanyaan
mengembangkan
yang
sikap
dipelajari
ilmiah dalam
sehingga diri
dapat
siswa,
memupuk
juga
dan
memberikan
gambaran dan pengertian yang lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan sehingga san gat bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. 2.5. Kerangka Pikir Memperoleh ketrampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai
cara.
Salah
satunya
yaitu
melalui pembelajaran,
dimana
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran yang menggunakan media akan mengurangi kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa. Salah satu media yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan media realita/benda nyata, karena IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. Maka langkah awal untuk mencapai hasil perbaikan pembelajaran yang diharapkan pada pelajaran IPA cahaya dapat dibiaskan, guru harus dapat menentukan Metode dan Media atau alat peraga yang tepat dan tidak asing bagi siswa, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang
25
disampaikan. Penentuan Metode, Media dan Alat peraga yang tepat dalam proses pembelajaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya penyampaian materi kepada
siswa. Untuk itu guru hendaknya tidak
berprinsip sebagai satu-satunya sumber ilmu tetapi lebih bersifat sebagai nasehat, Fasilitator dan inovator. Salah satu alat peraga yang tepat dalam pokok bahasan Cahaya dapat dibiaskan adalah dengan menggunakan Media realita
yaitu
media
pembelajaran dengan menggunakan gelas, Air, batang pensil atau pena. Sehingga diharapkan dengan menggunakan Media Realita ini akan menarik dan memudahkan siswa dalam membantu memahami konsep tentang pembiasan cahaya. Perlu disadari bahwa hasil belajar yang rendah bukan sepenuhnya faktor duru sebagai pendidik, tetapi juga faktor siswa itu sendiri. 2.6. Hipotesis Tindakan Melalui pemanfaatan media realita dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa Kelas V SD Negeri 3 Nglinduk kecamatan Gabus, kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun 2011/2012 .