BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1. IPS 2.1.1.1 Hakikat IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Sedangkan IPS menurut Zuraik dalam Susanto (2013: 137) adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar- benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilainilai. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan untuk media pelatihan siswa sebagai warga negara sedini mungkin.Tidak jauh berbeda menurut Banks dalam Susanto (2013: 141) mengatakan bahwa pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies, merupakan bagian dari kurikulum yang di sekolah yang bertujuan untuk membantu
mendewasakan
siswa
supaya
dapat
mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, bahkan dunia. Banks
7
8
menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di sekolahsekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah. Definisi yang hampir sama dikemukakann oleh Jarolimek dalam Susanto (2013: 141) yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilainilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari- hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek sebagai berikut: 1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Dari uraian pembelajaran IPS di atas peneliti mendeskripsikan bahwa IPS di sekolah dasar yang meliputi materi sejarah, geografi, sosiologi, dan ekonomi tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap yang yang berguna dalam kehidupan sehari- hari untuk menjadi warga negara yang baik.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah dasar Menurut Mutakhin dalam Susanto (2013: 145) merumuskan tujuan pembelajaran IPS, sebagai berkut: 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai- nilai sejarah dan kebudaayan masyarakat.
9
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu- ilmu social yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah- masalah sosial. 3.
Mampu mmenggunakan model- model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu- isu dan masalah- masalah social, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5.
Mampu
mengembangkan
membangun
diri
sendiri
berbagai agar
potensi survive
sehingga yang
mampu kemudian
bertanggungjawab membangun masyarakat. Pendapat yang hamper sama dikemukakan oleh Nur Hadi dalam Susanto (2013: 146) ada 4 tujuan pendidikan IPS yaitu knowledge, skill, attitude, dan value. Pertama, knowledge, yaitu membantu para siswa sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, dan mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosiologi psikologi. Kedua, skill yaitu mencakup keterampilan berpikir (thinking skills). Ketiga, attitudes, yang terdiri atas tingkah laku berpikir (intellectual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior). Keempat, value, yaitu nilai yang terkandung di dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintahan, termasuk di dalamnya nilai ekonomi, pergaulan antar bangsa, dan ketaatan kepada pemerintah dan hukum. Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPS di tingkat SD / MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
10
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki
kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama
dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. Kemampuan peserta didik yang memiliki kestandaran yang dinamakan standar kompetensi (SK) yang kemudian dirincikan ke dalam kompetensi dasar (KD). Pembelajaran IPS untuk kelas V Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (BNSP: 2008) sebagai berikut: Tabel 2 SK dan KD Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V Semester 1 dan 2 Standar Kompetensi 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam, dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal makna peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu, Budha, dan Islam Indonesia.
1.2 Menceritakan tokoh- tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam Indonesia. 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia. 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia 1.5 Mengenal jenis- jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia 2. Menghargai peranan 2.1 Mendiskripsikan perjuangan para tokoh tokoh pejuang dan pejuang pada penjajah Belanda dan masyarakat dalam Jepang. mempersiapkan dan mempertahankan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh kemerdekaan perjuangan dalam mempersiapkan Indonesia. kemerdekaan Indonesia. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan
11
kemerdekaan Indonesia. 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Adapun SK dan KD yang berkaitan dengan penelitian ini adalah SK ke 2 yaitu menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesiadan KD ke 2.1 Mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang. Pada intinya tujuan pendidikan IPS adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik (good citizenship). Adapun karakeristik warga negara yang baik, seperti yang dikemukakan Barth & Shermis dalam Susanto (2013: 146), sebagai berikut: 1. Memiliki sikap pratiotisme, yaitu cinta tanah air, bangsa dan negara. 2. Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai- nilai, pranata, dan praktik kehidupan kemasyarakatan. 3. Memiliki sikap integritas sosial dan tanggung jawab sebagai warga negara. 4. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap nilai- nilai budaya atau tradisi yang diwariskan oleh bangsanya. 5. Mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam pelaksanaan kehidupan demokratis. 6. Memiliki kesadaran (tanggap akan) masalah- masalah sosial. 7. Memiliki ide, sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai seorang warga negara. 8. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi yang berlaku. Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah dasar
adalah untuk
memiliki penhetahuan dan keterampilan dasar untuk berinteraksi antar individu dengan lingkungannya di masyarakat agar menjadi warga negara yang baik.
12
2.1.2. Belajar 2.1.2.1.Hakikat Belajar Ada pepatah mengatakan “tiada hari tanpa belajar”, yang maksudnya adalah setiap hari kita belajar baik tentang mempelajari suatu hal secara langsung maupun tidak secara langsung. namun, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan belajar? Berikut beberapa definisi belajar menurut pakar pendidikan (Suprijono: 2013): 1. Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. 2. Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 3. Cronbach Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). 4. Harold Spears Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). 5. Geoch Learning is change in performance as aresult of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan). 6. Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman). 7. Reber Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar pendidikan di atas, menurut peneliti, hakikat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena ada interaksi antara individu yang satu dengan yang lainnya melalaui pengalaman atau pengetahuan yang telah didapatkan. 2.1.2.2 Hasil Belajar Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siapapun hendaknya kita mengetahui bagaimana hasilnya, apakah hasilnya sudah baik atau belum.
13
Menurut Bloom dalam Suprijono (2013: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan,
ingatan),
comprehension
(pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain
afektif
(memberikan
adalah
respon),
receiving valuing
(sikap
(nilai),
menerima),
organization
responding (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre- routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Gagne dalam Suprijono (2013: 5) mengemukakan hasil belajar berupa: 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2. Keterampilan
intelektual
yaitu
mempresentasikan
konsep
dan
lambang. 3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Hasil belajar dimanfaatkan sebagai ukuran apakah apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil atau tidak. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi pula hasil belajarnya. Proses
14
belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2004). Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar peneliti mendeskripsikan hasil belajar adalah suatu gambaran umum tentang kemampuan pemahaman siswa terhadap suatu materi yang telah diajarkan oleh guru. Dalam penelitian ini hasil belajarnya lebih dominan ke ranah kognitif
yaitu
kemampuan
knowledge
(pengetahuan,
ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), analysis (menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, membentuk bangunan baru). Di dalam soal tes yang diberikan nanti berkaitan dengan ke empat aspek yang termasuk ranah kognitif. Untuk kemampuan knowledge (pengetahuan, ingatan) bisa dalam soal pilihan ganda dan isian, kemampuan comprehension bisa dalam soal isian dan uraian, sedangkan kemampuan analysis dan synthesis bisa dalam soal berbentuk uraian.
2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang baik atau buruk dipengaruhi oleh banyak faktor. Slameto
(2010:
54)
faktor
yang
mempengaruhi
hasil
belajar
menggolongkannya menjadi dua yaitu intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern meliputi: a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh. b. Faktor psikologis, meliputi intelegensj, perhatian, minat, bakat, motif, keuntungan, kesiapan. c. Faktor kelelahan, baik itu kelelahan jasmani maupun rohani. Faktor ekstern meliputi: a. Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
15
b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar, tugas rumah. c. Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Dari beberapa faktor di atas, peneliti berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi belajar juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, teutama faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti minat, bakat, kesiapan, perhatian dan faktor dari luar seperti keluarga sebagai lingkungan pertama dan yang paling lama didapatkan siswa tentunya perhatian dari orang tua sangat berperan penting dalam aktivitas belajar siswa. Namun dalam penelitian ini lebih fokus pada faktor ektern yang berasal dari sekolah yaitu metode mengajar yang dilakukan oleh guru.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.3.1 Hakikat Model Pembelajaran Menurut (Komalasari, 2010), model pembelajaran adalah bentuk khas pembelajaran yang disajikan oleh guru dari awal sampai akhir. Model pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai pembungkus antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Pendekatan pembelajaran adalah “titik tolak atau cara pandang terhadap proses pembelajaran” (Sanjaya, 2011). Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi, serta program tindak lanjut untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Iskandarwassid & Sunendar, 2011). Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh pengajar dalam mengaplikasikan metode secara khusus. Sedangkan taktik pembelajaran adalah gaya pengajar dalam melaksanakan
metode
atau
teknik
pembelajaran
yang
individual
(Komalasari, 2010). Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2011, h. 133) model pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan untuk
16
membentuk kurikulum, merencakan pembelajaran di kelas, dan merancang bahan ajar. Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hosnan (2014, h. 181) yang menyatakan bahwa model pembelajaran adalah sebuah kerangka konseptual yang menjelaskan langkah-langkah pembelajaran secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar untuk merencanakan dan melaksanakan strategi dan aktivitas prinsip pembelajaran. Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah prosedur pembelajaran yang sistematis yang dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun kegiatan pembelajaran yang
mencakup
pendekatan,
strategi,
metode,
tehnik,
dan
taktik
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
2.1.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif Pengertian model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Isjoni (2013: 15) adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4- 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sedangkan menurut Anita Lie dalam Isjoni (2010: 16), menyebutkan dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang member kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas- tugas yang terstruktur. Rusman (2011: 207) juga menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif meliputi: 1. Pembelajaran secara tim 2. Didasarkan pada manajemen kooperatif 3. Kemauan untuk bekerja sama 4. Keterampilan bekerja sama Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswanya dibentuk berkelompok untuk saling
17
bekerjasama menyelesaikan suatu tugas dalam sebuah pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif, diperlukan langkah-langkah (prosedur) pembelajaran yang jelas. Rusman (2011: 211) membagi langkah-langkah pembelajaran kooperatif ke dalam tiga tahap pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan
Guru
menyampaikan
tujuan
memotivasi siswa
pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari
dan
memotivasi
siswa belajar. Tahap 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke
Guru menjelaskan kepada siswa
dalam kelompok-kelompok
bagaimana
belajar.
kelompok belajar dan membimbing setiap
caranya
kelompok
membentuk
belajar
agar
melakukan transisi secara efektif dan efisien. Tahap 4
18
Membimbing kelompok bekerja Guru dan belajar.
membimbing
kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Tahap 5 Memberikan penghargaan
Guru
mencari
cara-cara
untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Selanjutnya Rusman (2011: 212) meringkas bahwa pada dasarnya model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Penjelasan materi Pada tahap ini berisi penjelasan pokok-pokok materi sebelum siswa belajar secara berkelompok. Tujuannya adalah agar siswa dapat memahami pokok materi pelajaran. 2. Belajar kelompok Setelah siswa paham terhadap materi kelompok, maka siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3. Penilaian Penilaian pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui tes maupun non tes, baik dilakukan secara individu maupun kelompok. 4. Pengakuan tim Tahap ini berisi penetapan kelompok yang dianggap paling menonjol dalam satu kelas. Selanjutnya kelompok tersebut diberikan hadiah atau penghargaan
untuk
memotivasi
siswa
agar
mempertahankan
prestasinya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk diaplikasikan dalam pembelajaran IPS di SD. Karena selain sesuai untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, model pembelajaran kooperatif juga sesuai dengan karakteristik siswa SD yang masih senang berkelompok dan bermain.
19
2.1.5
Metode Pembelajaran Mind Mapping
1. Hakikat Metode Pembelajaran Seorang calon guru tentunya sudah tidak asing lagi mendengar kata metode pembelajaran. Ketika kuliah, banyak sekali beberapa mata kuliah yang membahas metode- metode pembelajaran, seperti: strategi pembelajaran, micro teaching, dll. Menurut Djamarah (2002) metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini dimaksudkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode- metode pembelajaran tertentu. Definisi yang hampir sama menurut Slameto (2003) mendefinisikan metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan. Sedangkan pembelajaran menurut Sagala (2006) adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun
teori
belajar
merupakan
penentu
utama
keberhasilan suatu pendidikan. Sedangkan Riyanto (2002) berpendapat pembelajaran adalah suatu proses eksperimentasi. Selalu harus ada yang dipelajari dan karena adanya pengalaman- pengalaman baru. Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu alat atau cara
yang
mempermudah guru untuk mencapai tujuan materi pembelajaran kepada siswa agar kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dapat berhasil. Metode pembelajaran ada berbagai macam seperti: picture and picture, example non example, mind mapping, ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, kerja kelompok, karya wisata, simulasi, dan masih banyak lagi yang lain. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pembelajaran mind mapping, sehingga dalam bagian selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai metode mind mapping.
20
2. Metode Mind Mapping Menurut Buzan (2005: 4) mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “ memetakan” pikir-an-pikiran kita. Mind map didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan percikan- percikan kretifitas dalam otak karena melibatkan kedua belah otak kita (Windura, 2010). Mind map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan tradisional. Suasana yang menyenangkan di dalam kelas ketika sedang pembelajaran akan mempengerahi penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam pembuatan mind map ini. Mind mapping merupakan metode pemetaan otak terhadap semua informasi. Metode ini membuka pikiran manusia agar mampu mengembangkan pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif (Khan, 2010). Menurut peneliti setelah membaca pengertian metode mind mapping berdasarkan para ahli, metode mind mapping adalah suatu metode pembelajaran yang bisa merangsang kreativitas otak untuk memunculkan ide- ide baru dengan menggunakan garis- garis yang bercabang dan bila perlu di beri warna dan gamabar agar lebih menarik terhadap materi suatu pelajaran yang sedang dipelajari. 3.
Kegunaan Mind Mapping Kegunaan mind mapping menurut Buzan (2007: 5), meliputi: 1. Memberikan pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas.
21
2. Memnungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihanpilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. 3. Mengunpulkan sejumlah besar data di satu tempat. 4. Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan- jalan terobosan kreatif baru. 5. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat. Menurut Yahya (2010) kegunaan dari mind mapping yaitu untuk membuat catatan yang memberdayakan diri. Metode mind mapping yang menggabungkan teks dan gambar ini akan membantu seseorang dalam mengelola informasi, menambah kaitan dan asosiasi, serta menjadikan informasi lebih bertahan lama dalam ingatan. Dalam pembuatan mind map, semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan cara kerja otak. Melalui mind map daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi catatan yang berwarna- warni, dan mudah diingat yang bekerjanya sama dengan cara kerja. 4.
Bahan Membuat Mind Map Untuk membuat mind map sangat sedikit dan mudah bahan yang dibutuhkan, yaitu: 1. Kertas kosong tak bergaris 2. Pena dan pensil warna 3. Otak 4. Imajinasi Tidak perlu susah payah dan membayar mahal karena ternyata bahannya cukup murah dan mudah didapat. Dari bahan- bahan di atas dapat dilihat bahwa siapa pun bisa membuat mind map.
22
4. Langkah membuat mind map Menurut Buzan (2007: 15) ada tujuh langkah dalam membuat mind map, yaitu: 1. Siapkan kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. 2. Pada bagian tengah gunakan gambar atau foto untuk dijadikan sebagai ide sentral. Diletakkan di tengah kertas dimaksudkan agar tetap fokus dan menarik. 3. Berilah warna. Warna membuat otak menjadi tertarik dan lebih hidup . 4. Hubungkan gambar yang digunakan sebagai ide sentral dengan cabangtingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. 5. Buat garis hubung yang melengkung. Garis lengkung ini lebih menarik dan tidak membosankan otak dibandingkan dengan garis lurus. 6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Dengan satu kata kunci ini bisa memicu ide dan pikiran baru. 7. Gunakan gambar pada cabang- cabangnya. Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi jika ada 10 gambar, mind map kita sudah setara dengan 10.000 kata catatan. Berikut contoh mencatat dengan menggunakan metode mind mapping:
Gambar 1 Contoh Mind Map Sumber: gambar mind map
23
5. Cara Kerja Mind Map Dalam membuat mind map disarankan menggunakan warna. Cara ini dapat mempermudah untuk menyusun pokok pikiran yang berbeda serta memperkuat efek asosiasi yang dibentuk oleh kata kunci, gambar, warna (Muhammad, 2009). Dengan bimbingan dari guru, siswa akan tertarik untuk membuat mind mapnya sendiri. Metode yang menggabungkan kerja otak kanan dan otak kiri ini, masing- masing mempunyai kelebihan dan tingkat kecerdasan yang berbeda. Maka dari itu, mind map yang telah dibuat akan berbeda karena tergantung pada informasi yang ia dapat dan kreativitas yang dimiliki. Berikut contoh sederhana: Coba bayangkan kata “kucing”. Ketika Anda membayangkannya dengan seekor anjing, maka yang Anda lihat seekor binatang yang mempunyai kaki empat, dua daun telinga, bulu yang indah, atau binatang piaraan yang sangat menggemaskan. Pernahkah mendengar kata anjing, tetapi yang terbayang di benak Anda adalah kucing? Kemungkinan sedikit jika hal itu yang Anda bayangkan. Demikian juga mind map, cukup dengan menulis kata kunci yang mewakili dan gambar yang paling sesuai dengan asosiasi Anda. 6. Kelemahan dan Kelebihan Metode Mind Mapping Dalam setiap metode pembelajaran tentunya ada kekurangan dan kelebihannya. Berikut adalah kelemahan dan kelebihan dari metode mind mapping menurut Buzan (2007: 6): a. Waktu terbuang untuk menulis kata- kata yang tidak memiliki hubungan antar kata. b. Waktu terbuang untuk mengulang kembali membaca kata- kata yang tak perlu. c. Waktu terbuang untuk mencari kata kunci. d. Hubungan kata kunci terputus oleh kata- kata yang memisahkan. e. Kata kunci terpisah oleh jarak. f. Hanya siswa aktif saja yang terlibat. Adapun kelebihannya dari metode mind mapping adalah:
24
a. Menjadi lebih kreatif dalam memecahkan masalah. b. Memudahkan untuk melihat gambaran keseluruhan. c. Membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan. d. Pengulangan materi bisa lebih mudah dan cepat. e. Menambah informasi baru. f. Peta pikiran yang dibuat membuat unik dan tertarik. Dari paparan kelemahan dan kelebihan metode mind map peneliti dapat merangkum bahwa kelemahannya hanya siswa yang aktif saja yang dapat mengikuti pembelajaran sedangkan yang pasif kurang dapat mengikuti sehingga guru harus cermat dalam membimbing siswanya, sedangkan untuk kelebihannya dari metode mind map adalah siswa menjadi tertarik terhadap suatu materi yang menyajikan bacaan yang banyak, yaitu dengan mencatat materi tersebut dengan cara yang unik seperti menggambarnya atau menggunakan foto yang kemudian dihubungkan dengan garis- garis lengkung sehingga tidak membosankan dan meningkatkan pemahaman dengan mudah. 7. Penerapan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran Metode pembelajaran mind maaping dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di sini dalam mata pelajaran IPS. Siswa dapat tertarik dengan kegiatan pembelajaran walaupun IPS banyak menyajikan konsep- konsep abstrak. Siswa dapat menciptakan ide- ide yang baru dalam materi pelajaran IPS. Metode
Mind
Mapping
menurut
(Silberman:
2004)
dapat
dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : a. Memberikan topik pembelajaran b. Membagi siswa dalam beberapa kelompok c. Menentukan kata kunci dari topik pembelajaran d. Menambahkan informasi dari setiap kata kunci e. Mempresentasikan hasil diskusi
25
f. Memberikan konfirmasi dari hasil diskusi g. Memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran Metode
Mind
Mapping
ini
dapat
membuat
suasana
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tentunya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran IPS dibutuhkan tingkat penguasaan materi yang luas, sehingga dibutuhkan suatu metode yang dapat digunakan oleh siswa secara efektif untuk membantu mereka agar lebih mudah dalam menyerap materi yang diberikan. Dalam penerapan model ini, siswa didorong untuk menggunakan kemampuan kedua belah otaknya untuk membuat mind map yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap siswa. Dan yang terpenting adalah mereka dapat meningkatkan daya ingatnya pada materi yang telah dipelajari dan dapat memahami materi dengan lebih menyeluruh. 2.1.6
Media Kertas Lipat
2.1.6.1 Media Pembelajaran Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, media berasal dari bahasa Latin yaitu medium (bentuk jamak), yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau sumber pesan. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Oemar Halik dalam Susanto (2014: 111) media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan dalam rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sedangkan menurut Blake dalam Susanto ( 2014: 111) media adalah medium yang dipergunakan untuk membawa atau menyampaikan pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi kepada peserta didik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kertas lipat yang biasanya digunakan
26
sebagai salah satu permainan untuk dijadikan media dalam pembelajaran IPS.
2.1.6.2 Permainan kertas lipat Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, kertas lipat berasal dari bahasa Jepang yaitu origami (折り紙). Ori yang berarti "lipat", dan kami yang berarti "kertas" dalam bahasa Jepang) merupakan sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan. Origami berasal sejak seseorang yang bernama Ts ai Lun dari Cina memperkenalkan kertas pada abad pertama. Pada abad ke enam mulai dikenal di Spanyol dan Jepang. Di Jepang origami ini menjadi warisan budaya yang diturunkan secara turun temurun oleh leluhur. Kemudian semakin berkembang menjadi origami modern yang dipelopori oleh Akira Yoshizawa dari Jepang pada tahun 1950-an. Origami yang dibuat dengan bentuk model realistic seperti binatang, benda atau bentuk- bentuk dekoratif.(Sumber dari http://saburina1504.blogspot.co.id/2013/05/sejarahorigami.html). Di Indonesia sendiri sekarang bisa kita lihat sejak Play Group sampai Taman Kanak- Kanak pelajaran melipat kertas juga diajarkan. Seni origami ini dinilai sangat menyenangkan tidak hanya untuk anakanak, kaum muda, dan orang tua pun banyak yang menyukainya. Selain menyenangkan, ternyata juga ada manfaatnya seperti dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga otak akan bekerja dengan baik. Origami atau kertas lipat ini lebih sering digunakan juga sebagai permainan. Adapun salah satu permainan kertas lipat yang peneliti gunakan adalah cumi- cumian. Bahan dan alatnya hanya kertas berbentuk bujur sangkar dan pensil/ pulpen. Berikut adalah cara membuat origami
27
cumi- cumian yang peneliti ambil dari buku IPS Aktif kelas 5 karya Tim Mitra Guru: 1. Siapkan kertas berbentuk bujur sangkar. 2. Lipatlah dua sudut yang saling berhadapan 3. Buka kembali semua lipatan. 4. Lipat sudut atas ke titik tengah. 5. Lipat sudut kiri ke titik tengah, ulangi juga pada sudut kanan. 6. Balikkan kertas. Lipat setiap sudut ke titik tengah dan kamu akan mendapatkan bujur sangkar yang lebih kecil. Kemudian lipat bujur sangkar menjadi dua bagian. Buka lipatan dan lipat dua sisi yang satunya lagi. 7. Buka lipatan dan pertemukan keempat sudut dan masukkan jari kamu keempat kantong, untuk membuat bentuk seperti berlian. Kamu akan dapat menggerak- gerakkan keempat bagian tersebut. 8. Tuliskan angka 1 sampai 4 pada keempat kotak kecil. 9. Ratakan pemberi informasi dan tuliskan potongan informasi sejarah pada masing- masing segitiga dari delapan segitiga yang ada. 10. Kemudian buka kotaknya dan tuliskan pada sisi dalam segitiga yang sama, hal- hal terkait informasi pada sisi luar segitiga.
2.2 Kajian Hasil- Hasil Penelitian yang Relevan Berikut adalah kajian dari beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yudy Guspriyanto dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2012. Dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Banyubiru 01 Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/
2012. Hasil penelitian
menghasilkan temuan sebagai berikut: minat belajar IPS di kelas eksperimen mencapai 80% sesuai dengan criteria penilaian angket minat
28
belajar setelah menggunakan model mind mapping, sedangkan hasil belajar IPS juga mencapai 80% pada kelas eksperimen. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ivandra Bagus Irawan dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2012. Dengan judul “Upaya Meningkatkan
Minat
dan
Hasil
Belajar
Menggunakan
Metode
Pembelajaran Mind Mapping Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas IV SDN Kutowinangun 09
Semester Genap Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”. Hasil penelitiannya sebagai berikut: Minat belajar meningkat sampai 70%, yang sebelumnya hanya 37,5%, sedangkan hasil belajarnya meningkat 73 % yang sebelumnya hanya 41%. Berdasarkan dua penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode mind mapping ini mempengaruhi tingkat hasil belajar yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Namun di sini peneliti menambahkan suatu permainan yaitu kertas lipat yang berhubungan dari kerja otak yaitu membutuhkan kreativitas berpikir yang juga digunakan dalam metode mind mapping. Maka peneliti serasa perlu melakukan penelitian ini dengan judul: Penggunaan Model Kooperatif Tipe Mind Mapping Berbantuan Media Kertas Lipat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada mata Pelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Regunung 01 Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016. 2.3. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal memang tingkat hasil belajar IPS siswa memang sangat rendah. Hal ini bisa terjadi karena guru kurang kreatif dalam melakukan pembelajaran. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu metode pembelajaran yang berguna untuk memudahkan pemahaman yakni metode mind mapping. Dari cara mencatatnya mind map lebih menarik dan mudah mengingat materi pembelajaran khususnya yang diteliti di sini mata pelajaran IPS. Pada kondisi akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan metode pembelajaran mind mapping tersebut.
29
Kondisi awal
Guru belum menggunakan metode mind mapping dan permainan kertas lipat
tindakan
Dalam pembelajaran guru menggunakan metode mind mapping dan permainan kertas lipat
Kondisi akhir
Hasil belajar IPS rendah
Siklus 1: ceramah, penugasan, mind mapping 1. Siklus 2: mind mapping 2 & penugasan.
Hasil belajar meningkat
Gambar 2 Kerangka berpikir 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Melalui penggunaan
model
pembelajaran kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V di SDN Regunung 01 pada semester II tahun 2015/ 2016”.