BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Menulis merupakan segenap rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami (Gie, 2002). Menulis juga dapat diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis, dimana ketepatan ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata, dan gramatikal serta penggunaan ejaan (Abbas, 2006). Definisi lainnya tentang menulis diungkapkan oleh Zuhdi (1996) “Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif”. Menurut Tarigan (2008) menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Menulis, menurut Semi, M.A (2007) merupakan tindakan memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambanglambang. Sementara, Djibaran (2008) mengatakan bahwa Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Berdasarkan beberapa definisi tentang menulis di
atas, dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah suatu cara mengungkapakn ide, gagasan, pengetahun, dan perasaan dengan memperhatikan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata, dan gramatikal serta penggunaan ejaan yang disampaikan kepada pihak lain dengan menggunakan media.
7
8
2.1.2
Prinsip Menulis Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menulis
menurut Combs (Rofi’uddin, 1999) antara lain : 1) Prinsip keterulangan (recurring principle) Pada prinsip ini anak menyadari bahwa dalam suatu kata bentuk yang sama terjadi berulang-ulang mereka memperagakannya dengan cara menggunakan suatu bentuk secara berulang-ulang. 2) Prinsip generative (generative principle) Pada prinsip ini anak menyadari bentukbentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam. Mereka mulai memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata. 3) Konsep tanda (sign concept) Pada prinsip ini anak memahami kearbriteran tanda-tanda dalam bahasa tulis. Untuk mempermudah kegiatan komunikasi, orang dewasa perlu menghubungkan benda tertentu dengan kata yang mewakilinya 4) Fleksibilitas (flexibility) Pada prinsip ini anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat berubah menjadi tanda yang lain. Dengan menambahkan tanda-tanda tertentu, huruf I dapat berubah menjadi tanda T, E, F dan sebagainya 5) Arah tanda(directionality) Pada prinsip ini anak yang menyadari bahwa tulisan bersifat linier, bergerak dari suatu huruf ke huruf lain sampai membentuk suatu kata, dan arah kiri menuju arah kanan, bergerak dari ba ris yang menuju baris yang lain.
2.1.3 Manfaat Menulis Terdapat 4 manfaat menulis menurut Graves (Akhadiah, 1998) yaitu: 1) Menulis mengasah kecerdasan Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek yang terdiri dari aspek pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, aspek penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan aspek penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan.
9
2) Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas Seseorang yang hendak menulis mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri berbagai unsur yang berkaitan dengan menulis antara lain unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, unsur bahasa topik dan unsur pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. 3) Menulis menumbuhkan keberanian Ketika menulis seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif atau pun negatif. 4) Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpul informasi. Menulis membuat seseorang mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Akan tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekadarnya.
2.1.4 Tujuan Menulis Menurut Suriamiharja (1997) tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami dengan benar oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Selanjutnya Suparno, dkk (2006) menambahkan tujuan dari menulis adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar. Membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan. Menjadikan pembaca beropini. Menjadikan pembaca mengerti. Membuat pembaca terpesuasi. Membuat pembaca senang dan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan oleh penulis seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika.
10
2.2 Pengertian Pantun Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2007), menjelaskan bahwa pantun adalah puisi Indonesia (Melayu), yang memiliki bait serta terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab pada tuduhan dan sebagainya. Asrifin (2008), menjelaskan bahwa pantun merupakan bentuk puisi lama yang asli berasal dari Indonesia dan merupakan jenis puisi tertua. Dari segi bahasa pantun berarti ibarat, seperti, umpama atau laksana. Pantun berasal dari bahasa sansekerta berarti pribahasa yang artinya perumpamaan (Rizal, 2010). Sedangkan menurut Djuanda (2006), pantun adalah jenis puisi lama yang terikat bait dan baris. Pantun merupakan puisi tradisional yang biasanya hanya terdiri dari empat baris. 2.2.1 Ciri-ciri Pantun Menurut Zaidan (1994) ciri-ciri dari pantun adalah : 1) 2) 3)
4) 5)
Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata. Separuh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separuh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan). Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab, abc-abc atau aa-bb) Berlaun dua.
11
Berbeda dengan Zaidan, Rizal (2010) mengatakan bahwa, terdapat empat ciri dari pantun yaitu : 1) 2) 3) 4)
Satu bait terdiri dari empat baris/larik Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi Setiap baris terdiri dari 8-12 kata suku kata. Rima akhir berpola a-b-a-b
2.2.2 Jenis-jenis Pantun Terdapat beberapa pendapat para ahli tentang jenis-jenis pantun. Asrifin (2008) mengatakan bahwa pantun terdiri dari pantun sukacita dan pantun dukacita. Pantun sukacita berisi tentang ungkapan kegembiraan dan kesenangan. Sedangkan pantun dukacita adalah pantun yang berisi tentang kesedihan dan kesengsaraan, contoh dari pantun duka cita adalah. Pantun Sukacita Bersepeda pergi ke toko Perginya ke pasar sampangan Senang sekali hati Satrio Bermain bola bersama teman
Pantun Dukacinta Hari minggu pergi ke kali Ke kali sampangan berkejaran Sedih sekali hatiku ini Dimarahi guru saat pelajaran Menurut Rizal (2010) pantun terdiri dari tiga jenis yaitu pantun bersukacita, pantun teka-teki dan pantun berdukacita. Pantun bersukacita berisi tentang ungkapan kegembiraan dan kesenangan hati, pantun teka-teki adalah pantun yang berisi tebak-tebakan dan pantun berduka cita berisi tentang ungkapan kesedihan dan kesengsaraan.
12
Pantun Sukacita Senam bersama di Jumat pagi Sorenya ikut ekstra pramuka Senang sekali hatiku ini Bertemu dengan artis idola
Pantun Teka-teki Sedang istirahat waktunya bersantai Penjual jajan Bu Kus tentunya Siswa IVB pandai-pandai Yang terpandai siapa namanya
Pantun Dukacita Siang ini panas sekali Minum es duhai nikmatnya Aku ingin menolong sekali Pengemis yang minta-minta Jenis-jenis pantun lainnya diungkapakan menurut Sumaryanto (2011) yang mengatakan bahwa terdapat tiga jenis pantun yaitu pantung jenaka, pantun kedudukan, dan pantun teka-teki. Pantun jenaka adalah pantun yang berisi tentang humor, pantun kedudukan adalah pantun yang berisi tentang duka atau kesedihan sedangkan pantun teka-teki berisi tentang teka-teki atau tebakan. Pantun Jenaka Simpang lima di hari minggu Simpang lima tugu muda Banyak tertawa sakit perutku Melihat kucing sedang mengaca
13
Pantun Sukacita Beli gorengan depan gerbang Enaknya makan bersama-sama Hatiku sedih melihat abang Sudah besar belum bekerja
Pantun Teka-teki Beli buku tulis di gramedia Buku tentang Bahasa Indonesia Guru yang paling disuka Hayo siapa ya namanya
2.3 Cooperative Learning 2.3.1 Pengertian Cooperative Learning Menurut Slavin (1985) dalam Isjoni (2011:15) cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Cooperative learning dapat diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri (Solihatin, 2008). Definisi lainnya di ungkapkan oleh Suprijono (2013:54) bahwa Cooperative learning adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
14
Menurut Thompson, et al (1995) dalam Isjoni (2011:17) pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi social pada pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung, dimana siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil yang telah dibentuk oleh guru secara heterogen. Kelompok heterogen adalah terdiri keragaman kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku budaya. Pengeretian tentang cooperative learning terdahulu dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang heterogen. Kelompok belajar dituntut untuk bertanggung jawab kepada masingmasing tugas yang diperolehnya. Siswa dituntut berperan aktif dalam tugas individu maupun kelompok, sementara guru hanya sebagai fasilitator dalam belajar. Dalam cooperative learning sangat menekankan pada karakterristik sikap saling menghormati sesama. 2.3.2 Manfaat Cooperative Learning Davidson dalam (Trianto, 2011) mengatakan bahwa strategi pembelajaran cooperative learning memiliki sejumlah manfaat antara lain : 1)
2)
Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar Dalam kelompok kecil terdapat sikap saling ketergantungan yang pisitif antara siswa, setiap siswa dapat bekerjasama dan saling membantu dalam hal menanyakan pertanyaan yang tidak jelas, mendiskusikan pendapat, belajar memberikan pendapat, maupun kritikan yang membangun kepada orangl ain. Setiap anggota adalah bagian dari kelompok yang saling terikat dan bekerjasama untuk mencapai satu tujuan, serta menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa Dalam hal ini interaksi siswa akan semakin meningkat, hal ini dirancang agar semua siswa mampu mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah secara bersama-sama dan saling membantu dalam mencapai sukses.
15
3)
4)
5)
Setiap siswa mempunyai keterampilan interpersonal Dalam kelompok siswa belajar untuk berinteraksi dalam hal diskusi maupun mengambil sikap dalam membantu dan mencari solusi dalam permasalahan kelompok melalui argumentasi yang logis, bermanfaat dan lebih objektif. Proses kelompok Dalam proses kelompok setiap siswa mendiskusikan cara dalam mencapai tujuan dan hubungan kerja yang baik dengan ide-ide yang menarik dan lebih menantang. Pencapaian kesukessan bersama. Pencapaian tujuan diberikan kepada kelompok yang mampu mencapai kriteria yang ditentukan, yakni setiap anggota kelompok mampu menguasai materi pelajaran dan siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.
2.3.3 Karakteristik Cooperative Learning Terdapat beberapa karakteristik atau ciri dari cooperative learning yaitu : 1) Setiap kelompok kecil terdiri dari siswa yang heterogen yang mempunyai tingkatan kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah. 2) Setiap kelompok kecil terdiri dari kemampuan, jenis kelamin, suku, ras yang berbeda-beda yang saling membantu. 3) Tujuan dari dibentuknya kelompok-kelompok kecil adalah memberikan kesempatan kepada setiap siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. 4) Setiap anggota kelompok bertugas mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya dalam ketuntasan belajar.
16
5) Setiap anggota kelompok berkumpul dalam kelompok dalam beberapa kali pertemuan, dimana dalam kelompok siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar siswa dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik, berdisikusi,dan lain sebagainya. 6) Dalam proses pembelajaran siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. 7) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu dimana kelompok dikatakan berhasil mencapai pembelajaran nya ketika setiap anggota kelompok mampu menguasai materi pelajaran, demikian sebaliknya ketika setiap anggota kelompok belum mampu menguasai materi pelajaran maka dikatakan kelompok tidak berhasil dalam mencapai pembelajarannya. 2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning Dilihat dari berbagai aspek siswa terdapat keunggulan dari cooperative learning yaitu: 1) Memberi kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerjasama dalam merumuskan satu pandangan kelompok. 2) Memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar, melatih siswa memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setiakawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelasnya.
17
3) Memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. 4) Memungkinkan
siswa
memiliki
motivasi
yang
tinggi,
peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai
informasi,
belajar
menggunakan
sopan
santun,
meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar, mengurangi tingkah laku yang kurang baik serta membantu menghargai pokok pikiran orang lain.
Menurut Sanjaya (2008) strategi pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah kelebihan dan yaitu: 1) Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu bergantung pada guru akan tetapi, siswa diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menmukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain. 2) Melalui strategi pembelajaran koooperatif siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide- ide orang lain. 3) Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa dapat membantu untuk respek pada oranglain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampu untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. 5) Strategi pembelajaran kooperatif membantu siswa lebih bertanggung jawab dalam belajar.
18
Selain dari pada kelebihan, terdapat beberapa kekurangan yang kemukaan oleh Sanjaya (2008) yaitu : 1) Penilaian yang diberikaan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok, bukan berdasarkan individual. 2) Membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan stategi pembelajaran yang lain. 3) Bagi siswa yang memiliki kelebihan atau tingkat kecerdasan yang diatas rata-rata siswa lainnya, strategi ini akan menghambat perkembangan mereka yang mampu menyerap informasi selama proses belajar secara lebih cepat dibandingkan teman – teman yang lain.
2.3.5 Langkah-langkah Cooperative Learning Langkah-langkah cooperative learning terdiri dari enam tahapan yang pelaksanaannya tergantung pada pendekatan atau model yang digunakan. Tabel 2.1 Sintak Cooperative Learning Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi
Fase 6 Memberikan penghargaan
Tingkahlaku Guru Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu kelompok melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya Guru mencari cara-cara agar menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
19
2.4 Cooperative Learning Teams-Games-Tournament (TGT) Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe belajar kooperatif dimana dalam Teams-Games-Tournament (TGT) para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Selanjutnya guru menyampaikan pelajaran, siswa belajar dalam mereka dan memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Setelah itu siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbang point bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “ Meja turnamen”, dimana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Tim dengan kinerja tinggi mendapatkan sertifikat atau penghargaan dari tim lain (Slavin, 2010). TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah – masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi tanggun jawab individual. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa.
20
2.5 Komponen Teams-Games-Tournament (TGT) Terdapat lima komponen utama dalam TGT yaitu : 1) Presentase kelas Materi dalam TGT pertama di perkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi palajaran yang dipimpin oleh guru atau presentasi audiovisual. Dengan cara ini para siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu dalam game dan skor game mereka menentukan skor tim mereka. 2) Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnik. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk memberi kontribusi dalam game. Tim adalah fitur yang penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberi perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa percaya diri, penerimaan terhadap siswa mainstream. 3) Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.
21
4) Turnament Turnamen adalah sebuah struktur game berlangsung. Biasanya berlangsung akhir minggu atau setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen- tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya berada pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam. Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor yang telah tertera dibalik kartu tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim. Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya atau waktu turnamen habis. 5) Rekognisi Tim Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar (Slavin, 2010).
22
2.6 Implementasi Cooverative Learning Team Game Tournament (TGT) Pelaksanaan Cooverative Leaning Team Games Tournament (TGT) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Implementasi Cooverative Learning Team Game Tournament (TGT) Fase Cooverative learning
Komponen Team Games Tournament
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Kegiatan awal 1. Pembukaan 2. Apersepsi 3. Motivasi
1. Presentasi kelas 2. Tim 3. Games (Tournament)
Fase 5 Evaluasi 4. Rekognisi Tim Fase 6 Memberikan penghargaan
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Inti 1. Persentasi materi pelajaran oleh guru sebagai fasilitator. 2. Interaksi siswa dan guru (Tanya jawab berdasarkan materi presentasi). 3. Pembentukan tim/kelompok (heterogen) persiapan kegiatan games (Tournament). 4. Mempersiapkan media kegiatan game (tournament). 5. Kegiatan game (Turnament) dilaksanakan yang diikuti oleh seluruh tim/kelompok melalui bimbingan guru sebagai fasilitator. 6. Penilaian hasil game (Tournament) oleh guru berdasarkan hasil perolehan masing-masing tiap tim. 7. Kegiatan refleksi kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan Akhir 1. Evaluasi akhir sebagai penilaian individual. 2. Pemberian penghargaan kepada tim yang unggul dalam games (Tournament). 3. Menutup pelajaran.
23
2.7 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian relevan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Silvi Wahyu Setiana (2013) judul penelitian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Pecahan Pada Siswa Di Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams, games, and tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I ketuntasan klasikal hasil belajar siswa mencapai 47,61% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,33%. Pada siklus I aktivitas guru mencapai 58,96% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 91,67%. Aktivitas siswa pada siklus I menunjukan persentase sebesar 50,08 % dan pada siklus II naik menjadi 86,9%. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams, games, and tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi penjumlahan bilangan pecahan. Selanjutnya Penelitian oleh Sri Wilujeng (2013) dengan judul Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model team games tournament (TGT). Hasil penelitian yang diperoleh dari penilaian hasil belajar siswa kelas IV pada siklus I yaitu: (1) rata-rata kelas 67,29; (2) ketuntasan belajar secara klasikal 70,83%; (3) rata-rata aktivitas siswa 73,19%; (4) nilai performansi guru 83,80%. Hasil belajar pada siklus II yaitu : (1) rata-rata kelas 77,27; (2) ketuntasan belajar secara klasikal 90,90%; (3) rata-rata aktivitas siswa 79,65%; (4) nilai performansi guru 90,60%.
24
Hail penelitian relevan berikutnya adalah yang dilakukan oleh F. Herwanti (2009) berjudul Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Team Game Turnsment (TGT) di Kelas 3 SDN Bendogerit 1 Blitar. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk proses belajar mengalami penigkatan yaitu penerimaan siswa terhadap perbedaan individu mengalami peningkatan dari 80,56% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II dan pengembangan ketrampilan sosial siswa mengalami peningkatan dari 77,78% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Sedangkan hasil evaluasi juga mengalami peningkatan yaitu 66,67% pada siklus I kemudian menjadi 100% pada siklus II. 2.8 Kerangka Pikir Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan hasil belajar siswanya, misalnya dengan memilih strategi, pendekatan dan model belajar serta penggunaan media dan sumber belajar. Hal ini dilakukan supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan maksimal. Salah satu model yang akan diguakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament). Dalam model pembelajaran TGT (Team Game Tournament) ini, siswa dapat secara aktif belajar tentang bagaimana menyusun suatu kata sehingga membentuk baris atau larik bersajak dalam pantun, tidak hanya belajar menyusun pantun siswa juga bisa bekerja dalam sebuah kelompok dimana dalam sebuah kelompok siswa dapat belajar sambil bermain dengan berbalasan pantun, sehingga dapat memacu semangat dan aktifitas siswa.
25
Melalui penerapan model pembelajaran TGT (Team Game Tournament), siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan keterampilan dalam menulis pantun serta aktif dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan semua siswa paham terhadap materi yang disampaikan dan diajarkan. Seiring dengan paparan di atas dan beberapa teori serta hasil penelitian yang relevan, maka penulis memiliki pendapat atau gagasan yang disampaikan dalam bentuk bagan alur pikir semabai berikut: Kondisi Awal
Tindakan
Guru: Menggunakan Metode/ Model Konvensional
Siswa : Hasil Belajar Siswa Belum Mencapai KKM (65)
Menerapkan Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament)
Siklusi I Penerapan Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament)
Siklus II Penerapan Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament)
Kondisi Akhir
Diduga Melalui Penerapan Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament) dapat Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun Pada Siswa Kelas IV Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
26
2.9 Hipotesis Penelitian Sejalan dengan rumusan kerangka pikir di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan Pembelajaran Cooperative Learning TGT (Team Games Tournament) akan terdapat peningkatan hasil belajar keterampilan menulis pantun pada pelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 07 Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.