BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18). Kemudian istilah IPS di Indonesia mulai dikenal dari tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975. Lingkup pendidikan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, antropologi, sejarah, ekonomi, politik, dan psikologi. Ilmu pengetahuan sosial merupakan bidang studi yang mempelajari mengenai fenomena dan kenyataan yang terjadi di lingkungan sosial masyarakat. Hakikat IPS menurut Gunawan (2011:93) adalah “telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya”. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (Akbar & Sriwiyana, 2011:78). Menurut Sapriyadi (2009:194-195) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
7
8
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan. b. Waktu, Berkelanjutan, dan Perubahan. c. Sistem Sosial dan Budaya. d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (Akbar & Sriwiyana, 2011:78). 2.1.2 Model Pembelajaran Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala, 2008: 175-176). Menurut Suprijono, (2012:45-46) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Menurut Trianto (2010:51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berdasarkan dari pendapat-pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan model pembelajaran yaitu suatu pedoman yang direncanakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran didalam kelas 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2006:29) Cooperative Learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran
9
kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Slavin (2010:4) pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dengan struktur yang heterogen guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan belajar secara berkelompok diharapkan siswa dapat lebih nyaman dalam belajar dan dapat menyampaikan pendapat atau pengetahuan mereka dengan lebih leluasa. Menurut Isjoni (2011:14) pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran dengan strategi kelompok dengan anggota kelompok yang kecil dengan kemampuan yang berbeda-beda, dimana setiap anggota bertanggung jawab atas anggota lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli mengenai pembelajaran kooperatif tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif yaitu pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang menekankan adanya kelompok belajar dan pada setiap kelompok saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Karakteristik model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut: 1. Pembelajaran secara tim. 2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. 3. Kemauan untuk bekerja sama. 4. Keterampilan bekerja sama (Rusman, 2010: 207) 2.1.4 Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Menurut Aqib (2013: 28) model pembelajaran Course Review Horay adalah suatu metode pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab secara individu dengan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab dengan benar dapat berteriak “Horay”. Menurut Huda (2013: 229),
model
pembelajaran
Course
Review
Horay
merupakan
model
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak „horee!!‟ atau yel-yel lainnya yang disukai.
10
Berdasarkan beberapa pengertian dari ahli, peneliti menyimpulkan bahwa Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana dalam kelas menjadi meriah dan menyenangkan. Karena setiap kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar yang diberikan oleh guru maka siswa dalam kelompok tersebut diwajibkan berteriak „Horay!‟. Melalui model pembelajaran CRH siswa diharapkan dapat menjadi lebih kompak dalam menyelesaikan masalah di kelompok, namun dengan suasana yang menyenangkan atau tidak tegang. Sehingga siswa dapat meraih hasil dengan nilai yang tinggi. Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay menurut Hamid (2011: 223): 1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. 2) Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi. 3) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai kebutuhan dan tiap kotak diisi angkan sesuai dengan selera masing-masing siswa. 4) Guru membacakan soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya telah disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x). 5) Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertikal atau horizontal, atau diagonal harus berteriak hore atau yel-yel lainnya. 6) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah hore yang diperoleh. 7) Penutup. Selain menurut Hamid, berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay menurut Huda (2013: 227): a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, b. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi dengan tanya jawab, c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 orang dalam satu kelompok, d. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru, e. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru, f. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi, g. Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya,
11
h. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay, i. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay, j. Penutup. Langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dapat disimpulkan secara singkat yaitu dengan pemberian materi dari guru kemudian pembentukkan kelompok kecil, dan pemberian soal secara acak. Kelompok yang dapat menjawab dengan benar langsung berteriak hore, karena inilah ciri khas dari model pembelajaran kooperatif tipe course review horay. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini dikemas dalam suatu permainan. Setelah penjabaran tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay tentu terdapat kelebihan dan kelemahan pada model ini.
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay No. 1.
Langkah-langkah
Penjelasan
Guru menyampaikan kompetensi yang Kompetensi ini disampaikan ingin dicapai.
dengan maksud agar pembelajaran lebih terarah tujuannya.
2.
3.
4.
Guru mendemonstrasikan/menyajikan
Siswa diberi penjelasan sesuai
materi.
dengan materi yang diajarkan.
Siswa dibagi dalam kelompok-
Agar terjadi kerjasama antar siswa
kelompok kecil 4-5 orang.
dalam proses pembelajaran.
Untuk menguji pemahaman, siswa
Tabel (kotak) dapat dapat berisi 9,
diminta membuat tempat jawaban.
16 atau 25. Banyaknya kotak
Tempat jawaban disini berbentuk
tempat jawaban disesuaikan
tabel (kotak) sesuai kebutuhan.
dengan kebutuhan dan tiap kotak jawaban diisi angka sesuai dengan selera masing-masing kelompok.
12
No. 5.
Langkah-langkah
Penjelasan
Guru membaca soal secara acak dan
Soal yang telah dibacakan
siswa menuliskan jawaban didalam
langsung didiskusikan, kalau benar
kotak yang nomornya telah
diisi tanda benar (√) dan salah diisi
disebutkan guru.
tanda silang (x). Disini dibutuhkan kejujuran dari siswa yang telah menjawab salah ataupun benar.
6.
Kelompok yang sudah mendapat
Seperti yang sudah dijelaskan
tanda (√) secara vertikal atau
bahwa ciri khas dari model
horizontal, atau diagonal harus segera
pembelajaran kooperatif tipe
berteriak “horay” atau yel-yel lainnya.
course review horay ini adalah berteriak “horay” atau yel-yel lainnya, yang menandakan bahwa kelompok tersebut dapat menjawab soal dengan benar.
7.
Nilai dihitung dari jawaban benar dan
Dari nilai yang diperoleh, guru
jumlah horay yang diperoleh.
memberikan reward kepada kelompok yang mendapatkan nilai tinggi.
8.
Penutup
Berupa kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dibimbing guru.
Berikut merupakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay menurut Huda (2013:231): a) Strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya. b) Metode yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan. c) Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan. d) Skill kerjasama antar siswa yang semakin terlatih.
13
Berikut merupakan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay menurut Huda (2013:231): a) Antara siswa yang aktif dan pasif nilainya cenderung sama, sulit untuk memberi nilai. b) Adanya peluang untuk curang (menyontek pekerjaan teman sebelah). c) Menggangu suasana belajar kelas lain. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay yang dikutip dari Miftahul Huda, peneliti menarik kesimpulan bahwa model ini lebih menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran dan membuat interaksi antar sesama siswa lebih dekat terutama dalam bekerja sama. Meski kekelemahannya akan mengganggu suasana belajar kelas lain, dan dalam pemberian nilai karena ini dalam kelompok jadi hasil antara siswa yang aktif maupun pasif cenderung sama. 2.1.5 Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Suprijono (2011:8) Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Menurut Ismail, (2008:27) Snowball Throwing berasal dari dua kata yaitu “snowball” dan “throwing”. Kata snowball berarti bola salju, sedangkan throwing berarti melempar, jadi Snowball Throwing adalah melempar bola salju. Pembelajaran
Snowball
Throwing
merupakan
salah
satu
model
dari
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang dimana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Dalam pembuatan kelompok, siswa dapat dipilih secara acak atau heterogen. Hal ini diungkapkan oleh para ahli berikut ini. Berdasarkan pengertian dari para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing (melempar bola salju) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang didesain seperti permainan
14
melempar bola. Bola yang dimaksut yaitu merupakan kertas yang berisi pertanyaan. Metode ini bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok. Karena berupa permainan, siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ramai. Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing menurut Riyanto (2010: 276): 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih ± 15 menit. 6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7) Evaluasi. 8) Penutup. Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing No. 1.
Langkah-langkah
Penjelasan
Guru menyampaikan materi yang
Materi yang sesuai dengan standar
akan disajikan.
kompetensi dan kompetensi dasar yang sedang berlangsung.
2.
Siswa dibagi dalam kelompok-
Dibuat berkelompok agar terjadi
kelompok kecil 4-5 orang. Guru
kerjasama antar siswa dalam proses
memanggil masing-masing ketua
pembelajaran.
kelompok untuk maju kedepan.
Masing-masing ketua kelompok diberi penjelasan tentang materi.
15
No. 3.
Langkah-langkah
Penjelasan
Masing-masing ketua kelompok
Masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya masing-
kemudian menjelaskan materi yang
masing.
disampaikan oleh guru kepada teman-teman sekelompoknya.
4.
Kemudian masing-masing siswa
Lembar kertas kerja untuk
diberikan satu lembar kertas kerja.
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5.
Kemudian kertas tersebut dibuat
Seperti namanya, model
seperti bola dan dilempar dari satu
pembelajaran kooperatif tipe
siswa ke siswa yang lain selama ± 15
snowball throwing yaitu melempar
menit.
bola soal. Untuk saling bertukar lembar kertas kerja (soal) yang sudah dibuat masing-masing siswa.
6.
Setelah siswa dapat satu bola
Untuk melatih keberanian pada
diberikan kesempatan kepada siswa
siswa menjawab pertanyaan secara
untuk menjawab pertanyaan yang
langsung. Dan menambah
tertulis dalam kertas berbentuk bola
wawasan bagi siswa lain.
tersebut secara bergantian. 7.
Penutup
Berupa kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dibimbing guru.
Seperti model pembelajaran kooperatif lainnya, tipe Snowball Throwing ini pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menurut Huda (2013:227) yaitu untuk melatih kesiapan siswa dan saling memberikan pengetahuan. Sedangkan menurut Safitri (2011:19) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing antara lain:
16
1. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. 2. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok. 3. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. 4. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. 5. Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. 6. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada teman maupun guru. 7. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah. 8. Murid akan memahami makna tanggung jawab. 9. Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial,budaya, bakat dan intelegensia. 10. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. Terdapat pula kelemahan pada model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini, yaitu karena pengetahuan yang diberikan tidak terlalu luas dan hanya berkisar pada apa yang telah diketahui siswa (Miftahul Huda, 2013:228). Berdasarkan penjelasan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat disimpulkan bahwan model ini siswa menjadi lebih berpikir kritis, memiliki tanggung jawab, melatih kerja sama, membuat pembelajaran lebih bermakna. Namun dalam penyampaian materi kurang luas. 2.1.6 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2010:3) hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku seseorang. Hasil belajar seseorang dapat berupa pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Menurut Arikunto (2010:133) hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur. Hasil belajar menurut Suprijono
17
(2009:7) adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli bahwa hasil belajar merupakan suatu proses pembelajaran dari pengalaman atau lingkungannya yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku pada individu tersebut.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian ini tentu tidak dapat terlepas dari penelitian-penelitan yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Dessy Anggraeni (2011) dengan judul, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sekaran 01 Semarang”, menunjukkan hasil penelitian Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 44%, pada siklus II sebesar 67%, dan pada siklus III sebesar 93%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran IPS mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lita Riswati (2012) dengan judul, “Keefektifan Penggunaan Pendekatan Cooperative Learning Dengan Metode Snowball Throwing Dalam Pembelajaran IPS Peserta Didik Kelas IV SD Gugus Kenanga Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang”, menujukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar untuk pembelajaran dengan menggunakan pendekatan cooperative learning metode
18
snowball throwing dengan metode pertanyaan berantai. Hasil belajar yang cukup signifikan pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata 78,71 dan 65,67 yang diketahui dari probabilitas signifikansi 0,002 < 0,005. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan cooperative learning dengan metode snowball throwing efektif dalam pembelajaran IPS peserta didik kelas IV SD Gugus Kenanga Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
2.3 Kerangka Berpikir Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dan Snowball Throwing merupakan model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siswa. Diharapkan siswa menjadi lebih mudah memperoleh informasi dan memahaminya, karena siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui kerja sama didalam kelompok. Selain itu siswa juga dapat berbagi informasi dengan teman satu kelompok maupun dengan kelompok lain melalui diskusi. Berikut ini skema dari kerangka pikir penelitian:
Kelas Eksperimen
Pretest
Kelas Kontrol
Tidak boleh ada perbedaan yang signifikan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CRH
Posttest
Terdapat perbedaan signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Gambar 2.1
Pretest
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing
Posttest
19
2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dari perumusan masalah diatas adalah ada perbedaan keefektifan antara model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (X1) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing (X2), untuk meningkatkan hasil belajar IPS (Y) siswa kelas IV SD Gugus Kartini tahun ajaran 2015/2016.