BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu PIPIN SOPIAH. (2006). Melakukan penelitian dengan judul Analisis Harga Pokok Produksi Pada Rumah Potong Ayam Tradisional ”X” Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor. Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat Indonesia serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemenuhan protein akan cenderung meningkatkan permintaan produk peternakan. Berkembangnya usaha peternakan ayam broiler membuka peluang bagi masyarakat yang ingin bergerak dalam usaha pemotongan ayam broiler,baik pemotongan ayam yang dilengkapi dengan peralatan moderen, maupun usaha pemotongan ayam yang bersifat tradisional. Harga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan dalam persaingan. Pembentukan harga dipengaruhi oleh struktur biaya produksi atau harga pokok produksi. Perhitungan harga pokok produksi digunakan sebagai dasar bagi penentuan harga jual, serta sebagai sarana pengendalian biaya produksi untuk tujuan efisiensi biaya. Ketepatan perusahaan menghitung atau memperkirakan harga pokok produksi akan memudahkan perusahaan untuk mengambil kebijaksanaan dalam menentukan harga jual, serta dapat menilai efisien atau tidak proses produksi yang selama ini digunakan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Potong Ayam (RPA) Tradisional ”X”Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan
9
10
pada tanggal24 Maret sampai 25 April 2006. Metode penelitian adalah studi kasus. Desain yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Bentuk deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran umum Usaha Pemotongan Ayam. Analisa kuantitatif digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi metode perusahaan (variable costing) dan metode Activity Based Costing (ABC). Analisa kualitatif digunakan dalam pengkajian terhadap hasil kedua metode perhitungan harga pokok produksi selama tahun 2005. Berdasarkan hasil analisis, perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC menghasilkan harga pokok yang lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan (variable costing) setiap bulannya. Harga pokok rata-rata metode ABC sebesar Rp 11.663,63 sedangkan harga pokok rata-rata metode variable costingsebesar Rp 11.646,15. Rata-rata selisih sebesar Rp 17,48 perbulan. Harga pokokyang lebih tinggi pada metode ABC disebabkan karena penggunaan sumberdaya yang lebih banyak dibandingkan bila menggunakan metode variable costing. Meskipun metode ABC menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, tetapi perhitungan metode ABC mencerminkan pemakaian sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi. Metode ABC dapat digunakan sebagai alternatif dalam perhitungan harga pokok perusahaan. 8 MUHAMMAD HAFIZ (2009). Melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Pedagang Daging Ayam Broiler di Pasar Tradisional Kabupaten Semarang. (Analysis of Income of Chicken MeatSeller at
8 http://www.getbookee.org/get__book.php?u=aHR0cDovL3JlcG9zaXRvcnkuaXBiLmFj LmlkLJpdHN0cmVhbS9oYW5kbGUvMTIzNDU2Nzg5LzMxOTMvMjAwNwnBzby5wZGY/c2 VxdWVuY2U9NApBTkFMSVNJUyBIQVJHQSBQT0tPSyBQQURBIFJVTUFIIFBPVE9ORyB BWUFNIC4uLg==
11
Traditional Market in Semarang Regency) .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui volume penjualan daging ayam broiler pada pedagang, untuk mengetahui biaya dan pendapatan pedagang daging ayam broiler, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang daging ayam broiler dipasar-pasar Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008, di pasar tradisional Kabupaten Semarang.Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Pengambilan sampel pasar diambil dengan cara cluster random sampling, dan metode pengambilan sampel
yang
digunakan
adalah
dengan
metode
simple
random
sampling.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara dan observasi langsung dengan responden. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal, Dinas Pasar, dan Kantor Pusat Statistik Kabupaten Semarang. Dari 10 pasar yang terpilih, penjual daging ayam broiler dikumpulkan sebanyak 117 orang yang kemudian diacak diambil 105 responden yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis melalui uji beda dengan bantuan program SPSS versi 150. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pedagang daging ayam broiler di sepuluh pasar Kabupaten Semarang memiliki rata-rata volume penjualan sebesar 84,60 kg/hari, yang terbesar adalah pasar Bandarjo, yaitu sebesar 4.618,3 kg/hari, dan yang terkecil adalah pasar Banyubiru, yaitu sebesar 90 kg/hari. Biaya usaha pemasaran daging ayam broiler di Kabupaten Semarang
12
memiliki rata-rata sebesar Rp. 1.467.516,38/hari, yang paling besar adalah pasar Bandarjo, yaitu sebesar Rp. 3.277.671,28/hari, dan yang terkecil adalah pasar Jambu, Rp.542.469,31/hari. Pendapatan rata-rata pada pedagang daging ayam broiler sebesar Rp. 1.589.890,41/hari, yang paling besar adalah pasar Bandarjo, sebesar Rp.239.850,21/hari, dan yang terkecil adalah pasar Jambu Rp. 33.556,34/hari. Secara serempak pendapatan pedagang daging ayam broiler secara sangat nyata (P <0,01) dipengaruhi oleh volume penjualan, harga beli daging, harga jual karkas, harga jual kepala,harga jual kaki, harga jual jeroan, pengalaman berjualan, dan biaya pemasaran. Secara parsial pendapatan daging ayam broiler secara sangat nyata dipengaruhi oleh volume penjualan, harga beli daging, harga jual karkas, harga jual kepala, dan biaya pemasaran. TRASRIFIN NOR (2011), Melakukan penelitian dengan judul Proses Penyembelihan Ayam Potong Di Kota Palangka Raya Ditinjau Dari Hukum Islam. Penyembelihan ayam potong di Kota Palangka Raya menjadi salah satu profesi yang dapat mempermudah masyarakat mendapatkan daging ayam potong yang halal dan segar. Oleh karena itu penyembelihan menurut syariat Islam, apabila syarat wajib telah terpenuhi maka tidak ada keragu-raguan bagi anggota masyarakat untuk mengkonsumsi ayam potong yang dipotong ditempat pemotongan ayam. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana proses penyembelihan
13
ditempat pemotongan ayam di Kota Palangka Raya dan bagaimana ditinjau dari hukum Islam terhadap proses penyembelihan ayam potong tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
proses
penyembelihan ayam potong (TPA) Kota Palangka Raya terdapat perbedaan, adapun letak perbedaan itu adalah bacaan Basmallah. Ada yang membaca satu kali baca untuk semua ayam potong dan membacanya hanya dalam hati, dari beberapa TPA yang diteliti serta karyawannya tidak mengetahui secara pasti mengenai syarat wajib penyembelihan secara hukum Islam dan hanya mengetahui dari pemilik TPA dan pengalaman pribadi serta berbuat ihsan terhadap ayam potong masih belum menunjukkan perlakuan baik9 Setelah melihat penelitian terdahulu diatas, maka dapat diketahui kesamaannya dengan penelitian yang saya teliti tentang penjual ayam, yang menjadi objeknya adalah sama-sama meneliti tentang ayam broiler. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel penelitian yang diangkat. Penelitian ini mengangkat tema tentang pengaruh Penerapan etika bisnis terhadap kepuasan konsumen ayam potong di pasar tradisional Puruk Cahu Jadi, karena variabel yang menjadi objek dan subjek dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu sehingga rumusan masalah yang akan dibahas juga berbeda.
9
Trasrifin Nor,Proses Penyembelihan Ayam Potong dikota Palangka Raya diTinjau dari Hukum Islam,2011
14
B. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pasar Perspektif teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah satu mekanisme yang bisa dijalankan oleh manusia untuk mengatasi problemproblem ekonomi yang terdiri atas: produksi, konsumsi dan distribusi. alternatif solusi yang mencuat dalam sejarah peradapan untuk problem ekonomi adalah mekanisme pasar. Oleh sebab itu, sangat utama bagi umat Islam untuk secara kumulatif mencurahkan semua dukungannya kepada ide keberdayaan, kemajuan, dan kecerahan peradaban bisnis dan perdagangan. Islam secara ketat memacu umatnya untuk bergiat dalam aktivitas keuangan dan usahausaha yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Perdagangan adalah aktifitas yang paling umum dilakukan di pasar, untuk itu teks-teks Al-Qur’an selain memberikan stimulasi imperatif untuk berdagang dilain pihak juga mencerahkan aktivitas tersebut dengan sejumlah rambu atau aturan main yang bisa diterapkan di pasar dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak, baik individu ataupun kelompok.10 Al-Ghazali dikenal sebagai ahli tasawuf, yang berpikir mengenai pasar. Pandangannya dijabarkan dengan rinci, bahwa aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai kekuatan permintaan
10
Mustafa Edwin Nasution,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,Jakarta:Kencana Prenada Media Groub,2007
15
dan penawaran. Pasar merupakan bagian dari keteraturan alami. Pedagang bekerja keras memenuhi kebutuhan konsumen. 11 2. Pengertian Jual Beli Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar-menukar barang dengan barang. Kata bay’ yang artinya jual beli termasuk kata bermakna ganda yang berseberangan, seperti halnya kata syiraa (beli). Baik penjual maupun pembeli dinama baa’i’un dan bayyi’un, musytarin dan syaarin. Secara terminologi, jual beli menurut ulama Hanafi adalah tukarmenukar maal (barang atau harga) dengan maal yang dilakukan dengan cara tertentu. Atau, tukar-menukar barang yang bernilai dengan semacamnya dengan cara yang sah dan khusus, yakni ijab-qabul atau mu’aathaa’(tanpa ijab qabul). Imam Nawawi dalam kitab majmu’ mengatakan bahwa jual beli adalah tukar menukar barang dengan barang dengan maksud memberi kepemilikan. Dan menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mugni mendefinisikan jual beli dengan tukar-menukar barang dengan barang yang bertujuan memberi kepemilikan dan menerima hak milik. Kata bai’adalah pecahan dari kata baa’un (barang), karena masing-masing pembeli dan penjual menyediakan barangnya dengan maksud memberi dan menerima, karena itu, yang dimaksud jual beli adalah transaksi yang terdiri dari ijab qabul.12
11
Imam Syafi’ie & Amir Mu’allim,DKK,2002,Millah (Jurnal Studi Agama),Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia,h 43-44. 12 Wahbah Az-Zuhaili,Fiqih Islam,Jakarta:Gema Insani,2011, h .25-26
16
a.
Rukun atau Cara Terjadinya Jual Beli Menurut Hanafi, rukun jual beli adalah ijab-qabul yang menunjukkan adanya maksud untuk saling menukar atau sejenisnya (mu’athaa) dengan kata lain. Rukunnya adalah tindakan berupa kata atau gerakan yang menunjukkan kerelaan dengan berpindahnya harga dan barang. Inilah pernyataan ulama Hanafi dalam hal transaksi Adapun mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa jual beli memiliki empat rukun yaitu: 1) Penjual, Maksudnya seorang penjual atau pedagang itu harus ada, tanpa perantara orang lain. Agar transaksi itu dapat dilakukan dengan baik. 2) Pembeli, yang dimaksud pembeli adalah konsumen atau pelanggan yang melakukan pembelian. 3) Pernyataan kata ijab-qabul, yaitu hal yang paling utama untuk mensahkan transaksi jual beli, agar mendapatkan keridhoan dari Allah. Dan saling suka sama suka antara penjual dan pembeli untuk ikhlas melakukan jual beli tanpa ada paksaan. 4) Barang, barang yang dimaksud adalah barang yang diperjual belikan itu harus ada.
b.
Syarat-Syarat Jual Beli. Dalam transaksi jual beli harus terpenuhi empat syarat, yaitu sebagai berikut:
17
1) Syarat terjadinya transaksi, adalah hal-hal yang disyaratkan terpenuhi agar transaksi dianggab legal menurut syariat. Sedangkan jika tidak terpenuhi maka transaksi dianggap batal. Untuk syarat terjadinya transaksi, Hanafi mensyaratkan empat hal, pada pelaku transaksi. Transaksi itu sendiri, tempat transaksi, dan objek transaksi. 2) Syarat sah jual beli, yaitu ijab dan qabul, tiga syarat, legalitas pelaku transaksi adalah hendaknya seorang penjual dan pembeli harus berakal sehingga tahu apa yang dia katakan dan putuskan, hendaknya pernyataan qabul sesuai dengan kandungan pernyataan ijab, maksudnya penjual harus menjawab apa yang diucapkan pembeli, transaksi dilakukan disatu tempat yaitu hendaknya dalam mengucapkan ijab dan qabul dinyatakan dalam satu tempat. 3) Syarat
berlakunya
jual
beli,
transaksi
jual
beli
dalam
pelaksanaannya membutuhkan adanya barang, harga, penjual, pembeli dan proses jual beli. 4) Syarat keharusan (komitmen) jual beli. Pembeli benar-benar ingin membeli, tanpa ada rasa keragu-raguan. Tujuan dari syarat-syarat ini secara umum untuk menghindari terjadinya sengketa diantara manusia, melindungi kepentingan kedua belah pihak, menghindari terjadinya (kemungkinan) manipulasi, dan menghilangkan kerugian karena faktor ketidaktahuan. Dengan begitu sebuah transaksi tidak memenuhi syarat terjadinya transaksi, maka
18
transaksi dianggab batal. Jika tidak memenuhi syarat sah, maka transaksi menurut Hanafi dianggap rusak jika tidak memenuhi syarat berlaku.13 3. Konsep Islam Tentang Jual Beli Menurut Racmat Syafei, secara etimologi jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. Namun secara terminologi para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan jual beli tersebut: a. Menurut ulama Hanafiah, jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan). b. Menurut Imam Nawawi, dalam al majmu yang dimaksud jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan. c. Memurut Ibnu Qudamah, dalam kitab al-mugni, yang dimaksud jual beli adalah pertukaran harta dengan harta,untuk saling menjadikan milik. Dari beberapa definisi diatas dipahami bahwa inti jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima bendabenda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara dan disepakati.
13
Ibid., Az-Zuhaili, wahbah, Fiqih Islam, h.29-34
19
4. Landasan hukum jual beli Jual beli disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, sunnah, dan ‘Ijma yakni: a. Al-Qur’an.
Artinya
: Padahal
Allah
telah
menghalalkan
jual-beli
dan
mengharamkan riba (QS.Al-Baqarah:275)
Artinya
... ... : “Dan
bersaksikanlah
apabila
kamu
berjual-beli”
(QS. Al-Baqarah: 282)
Artinya
: “Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka”. (QS. An-Nisa : 29)
b. As-sunnah.
اَيﱡ: َ ﺳ ُ ﺌِﻞ، َ ْﻦِ ر َ اﻓِﻊٍ أَنﱠ اﻟﻨﱠﱯ ِ ﱠ ﺻ َ ﻠﱠﻰ اﷲ ُ ﻋَ ﻠَﻴ ْ ﻪِ و َ ﺳ َ ﻠﱠﻢ ﺪِ ﻩِ و َ ﻛُﻞﱡ ﺑـ َ ﻴ ْﺒـ ْﻊٍ ﺮﻣَُو ْ رٍ )رواﻩ اﻟﺒﺰار:َ اﻟﺮﱠﺟ ُ ؟ﻞِﻗَﺎلَﺑِﻴ ﻋَﻤﺐَ ُﻞ ُأَﻃْﻴ َﺐ ْ اﻟْﻜَﺴ 14
14
(وﺻﺤﺤﻪ اﳊﺎﻛﻴﻢ
Imām Hafi>z{ Ahmad Ibnu ‘Ali Asy-Syafi’i, Bulu>gul Mara>m (fi ba>bil buyu>’), Jakarta: Dār Al-Kutub Al-Islāmiyah, 2002, h. 171
20
Artinya
: “Rifa’ah bin Rāfi’ berkata bahwa nabi SAW ditanya, Apa mata pencaharian yang paling baik?, Nabi menjawab : Seseorang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih” (diriwayatkan oleh Bazzar dan disahihkan oleh Imam Hakim). 15
Maksud mabrur dalam hadis diatas adalah jual-beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain, dalam jual beli harus dipastikan harus saling meridhoi. c. Ijma’ Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain, Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.16 Maksudnya penjual pasti memerlukan konsumen/pembeli untuk memenuhi kebutuhannya, harus diganti atau dibayar dengan harga yang sama. 5. Pengertian Etika Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos (tunggal) atau ta etha (jamak) yang berarti watak/kebiasaan, dan adat istiadat. Pengertian ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, pada diri seseorang maupun suatu masyarakat yang diwariskan dari satu generasi kegenerasi yang lain. pengertian etika yang pertama, edentik dengan pengertian moralitas. Moralitas berasal dari bahasa Latin, mos (tunggal) atau mores (jamak) yang
15 Rachmat Syafe’i, Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Bandung : Pustaka Setia, 2003, h. 113. 16. Shalih Fauzan Al-Fauzan,Perbedaan antara Jual-Beli dan Riba ,Bogor:AtTibyan,2002.
21
berarti adat istiadat atau kebiasaan. Jadi etika dan moralitas mempunyai arti yang sama tentang sebagai manusia harus hidup baik yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi sebuah kebiasaan.17 Pengertian etika yang kedua berbeda dengan moralitas. Etika dalam pengertian kedua ini dipahami sebagai filsafat moral ilmu yang menekan pada pendekatan kritis dalam melihat dan memahami nilai dan moral serta permasalahan-permasalahan
moral
yang
timbul
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Berbeda dengan yang pertama maksudnya dari etika itu cuma berkaitan dengan hidup yang baik, didalamnya tanpa adanya moralitas atau aturan agama. karena tidak berisikan nilai dan norma-norma kongkritnya menjadi pedoman hidup manusia. Jika etika dihubungkan dengan moral, tentang nilai dan norma yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Dan jika dilihat berdasarkan nilai dan norma yang terkandung didalamnya etika dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis: a. Etika teologi Etika teologi merupakan etika ketuhanan,yaitu berbicara tentang tindakan dan perilaku manusia harus mencerminkan kehendak tuhan untuk kepentingan dan kebaikan manusia sendiri.18Ketika seorang muslim hendak membeli dan menjual,menyimpan dan meminjam, menginvestasikan uang, selalu berdiri pada batas-batas yang telah
17.
http://bagus19.blogspot.com/2012/10/pengertian-filsafat-etika-dan-etika.html Muhammad. Paradigma,Metodologi & Aplikasi Ekonomi Syariah,Yogyakarta:Graha Ilmu,2008, h.65 18
22
ditentukan Allah. Seorang muslim seharusnya sangat paham terhadap segala perintah dan larangan Allah, seperti halnya jual-beli dan haramnya riba, haramnya memakan harta manusia secara batil. 19 Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berlandaskan ketuhanan, terpancar dari aqidah ketuhanan, akidah tauhid, akidah yang dengan sengaja diturunkan Allah pada rasul-Nya untuk manusia. Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berlandaskan ketuhanan, bertitik tolak dari tuhan dan memiliki tujuan akhir pada tuhan. Tujuan ekonomi ini membantu manusia untuk menyembah tuhannya. Yang memberi makan ketika mereka lapar, serta mengamankan mereka dari ketakutan.20 b. Etika Religius (Agama) Etika Religius (agama) teori etika yang bersumber dari agama ini menjustifikasikan bahwa tindakan atau perilaku ekonomi dan para pembisnis yang baik dan benar adalah perintah tuhan. Etika yang bersumber dari agama tidak akan mengalami perubahan meskipun kehidupan manusia mengalami dinamika dan berkembangan secara terus menerus. Dalam bidang ekonomi nilai-nilai agama turut mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai jenis komoditi yang diproduksi terbentuknya kelembagaan ekonomi dan tentu juga praktek atau perilaku ekonomi.21
19
Yusuf Qardhawi. Norma dan Etika Ekonomi Islam,Jakarta:Gema Insani, 2006, h 32 Ibid, Yusuf Qardhawi,Norma dan Etika Ekonomi Islam,h, 35-36 21 Muhammad. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam,Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007, h.80. 20
23
c. Etika Manfaat (Utilititarianisme) Istilah utilititarianisme berasal dari bahasa latin utilis yang memiliki arti manfaat atau kegunaan. Etika ini mengajarkan tentang apa yang berguna itu adalah baik atau menilai baik buruk. Tujuan tertinggi dari tindakan dan perilaku ekonomi menurut etika ini adalah mencapai kesenangan, kebahagian. Etika utilitarianisme ini mendominasi cara pandang manusia dalam konteks perilaku ekonomi moderen, dimana para pelaku ekonomi bisnis cenderung menekankan pada pencapaian hasil, output dengan mengabaikan proses. Akibatnya manusia terjebak pada pemikiran pragmatis yang cenderung menghalalkan cara untuk mencapai tujuan.22 d. Etika deskriptif Etika deskriptif merupakan etika yang berbicara mengenai suatu fakta, yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat. e. Etika normatif Etika normatif merupakan etika yang memberikan penilaian serta hibauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Perbedaan etika deskriptif dengan etika normatif adalah bahwa etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku yang akan dilakukan, sedangkan
22
Ibid,Muhammad. Paradigma,Metodologi, h.54-55
24
etika normatif memberikan penilaian sekaligus memberikan norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. 23 f. Etika umum Etika umum adalah etika tentang kondisi-kondisi dasar dan umum, bagaimana manusia harus bertindak secara etis. Etika ini merupakan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.24 Adapun etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam kehidupan khusus. Penerapan dalam bidang khusus tersebut misalnya bagaimana seseorang bertindak dalam bidang kehidupan
tertentu
yang
dilatarbelakangi
oleh
kondisi
yang
memungkinkan bagi manusia untuk bertindak secara etis. Ada beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan etika. Masing-masing konsep tersebut memiliki arti berbeda yaitu: Etika adalah norma manusia harus berjalan, bersikap sesuai nilai/norma yang ada. Moral merupakan aturan dan nilai kemanusian seperti perilaku dan nilai. Etika adalah tata krama/ sopan santun yang dianut oleh suatu masyarakat dalam kehidupannya. Menurut Issa Rafiq Beekun, Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena berperan 23.
http://edywidianto.blogspot.com/2011/11/pengertian-etika.html http://tanudjaja.dosen.narotama.ac.id/2012/02/06/pengertian-etika-moral-dan-etiket/
24.
25
menentukan apa yang harus dilakukan dan yang tidak dilakukan seorang individu.25 6. Etika Jual Beli Al-Qur’an menjelaskan tentang etika jual beli agar menjauhkan yang haram dalam jual beli Qs.Al-An’am(6): 152.Sebagai ayat berikut ini:
Artinya
: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,hinggasampaiia dewasa.dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata,maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabatmu,dan penuhilah janji Allah yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.26
Jual beli memiliki beberapa etika diantaranya sebagai berikut: a. Tidak boleh berlebihan dalam mengambil keuntungan. Penipuan dalam jual beli yang berlebihan didunia dilarang dalam semua agama karena hal seperti itu termasuk penipuan yang diharamkan dalam semua
25
Muhammad. Etika Bisnis Islam,Yogyakarta:Akademik Manajemen Perusahaan YKPN,2002, h.38 26. Mardani.Ayat-ayat.h. 10
26
agama. Namun,penipuan kecil yang tidak bisa dihindari oleh seseorang adalah sesuatu yang boleh. sebab,kalau dilarang maka
tidak akan
terjadi transaksi jual beli sama sekali,karena biasanya jual beli tidak bisa lepas dari unsur penipuan. Dengan begitu, jual beli yang mengandung unsur jual penipuan yang berlebihan dan bisa dihindari maka harus dihindari. Ulama Malikiyah menentukan batas penipuan yang berlebihan itu adalah sepertiga keatas, karena jumlah itulah batas maksimal yang dibolehkan dalam wasiat dan selainnya. b. Berinteraksi
yang jujur dengan menggambarkan barang-barang
dagangan dengan sebetulnya tanpa ada unsur kebohongan. c. Bersikap toleran dalam berinteraksipenjual bersikap mudah dalam menentukan harga dengan cara menguranginya,begitu pula pembeli tidak terlalu keras dalam menentukan syarat-syarat penjualan dan memberikan harga lebih. d. Menghindar sumpah meskipun pedagang itu benar dianjurkan untuk menghindari sumpah dengan nama Allah dalam jual beli. e. Memperbanyak sedekah disunnahkan bagi seorang pedagang untuk memperbanyak sedekah sebagai penebus dari sumpah, penipuan, penyembunyian cacat barang, melakukan penipuan dalam harga.
27
f. Mencatat utang dan mempersaksikannya untuk mencatat transaksi dan jumlah utang, begitu juga mempersaksikan jual beli yang akan dibayar dibelakang dan catatan utang. 27 g. Merugikan orang dalam jual beli dengan tipuan hukumnya haram, karena perbuatan tersebut merugikan dan menzalimi orang lain.28 Salah satu profesi yang dianjurkan dalam Islam bahkan sering tersebut dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah adalah profesi petani dan pedagang. Karenanya banyak sekali sahabat Rasulullah SAW berprofesi menjadi petani atau pedagang. Hanya saja, di dalam Islam setiap profesi yang dibenarkan
untuk
ditempuh
tujuannya
bukan
semata-mata
untuk
menghasilkan uang atau meraih kekayaan. Akan tetapi yang jauh lebih penting daripada itu adalah untuk mendapatkan keberkahan dari hasil jerit payahnya. Keberkahan dari harta bukan dinilai dari kuantitasnya akan tetapi dinilai dari kualitas harta tersebut, darimana dia peroleh dan kemana dia belanjakan. Dalam Islam perdagangan dan jual beli Islam menuntunkan beberapa etika diantaranya:29 1) Tidak boleh curang dalam jual beli atau mengurangi timbangan. 2) Tidak boleh menutupi cacat barang dagangan dari para pembeli. 3) Menjelaskan dengan sejelas-jelasnya kebaikan dan kekurangan barang yang dijual.
27
Ibid,wahbah Az-Zuhaili,Fiqih Islam,Jakarta:Gema Insani,2011 Mardani. Ayat-ayat... h.180 29 http://al-atsariyyah.com/etika-dalam-berdagang.html 28
28
4) Tidak boleh terlalu banyak bersumpah,walaupun sumpahnya benar dengan tujuan melariskandagangannya. Karena terlalu sering menyebut nama Allah pada jual beli atau pada hal-hal sepele menunjukkan kurangnya pengagungan dia kepada Allah. 5) Haramnya bersumpah dengan sumpah dusta untuk melariskan dagangannya. Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tentang etika bisnis, maka landasan filosofis yang harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya konsepsi hubungan manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhannya, yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah (hablum minallah wa hablumminannas). Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap Muslim yang berbisnis atau beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran “pihak ketiga” (Tuhan) disetiap aspek hidupnya. Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap Muslim dalam berbisnis. Hal ini karena Bisnis dalam Islam tidak semata-mata orientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam.30 Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang bertentangan, sebab bisnis yang merupakan simbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akherat. Artinya, jika orientasi bisnis dan upaya investasi akhirat
30
Muhammad. Etika Bisnis Islam.., h.54
29
(diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Tuhan), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita di dunia yang “dibisniskan” (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala akhirat. Stekmen ini secara tegas di sebut dalam salah satu ayat Al-Qur’an. Wahai Orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan pada suatu perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab pedih? yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Sebagaimana sabda Rasullulah, “Barang siapa yang menginginkan dunia, maka hendaknya dia berilmu, dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka hendaknya dia berilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka hendaknya dia berilmu.” Pernyataan Nabi tersebut mengisaratkan bahwa disamping persoalan etika yang menjadi tumpuan kesuksesan dalam bisnis juga ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu skill dan pengetahuantentang etika itu sendiri.31 Gagal mengetahui pengetahuan tentang etika maupun prosedur bisnis yang benar secara Islam maka akan gagal memperoleh tujuan. Jika ilmu yang dibangun untuk mendapat kebehagiaan akhirat juga harus berbasis etika, maka dengan sendirinya ilmu yang dibangun untuk dunia pun harus
31
.Muhammad.Etika Bisnis...,h.36
30
berbasis etika. Ilmu dan etika yang dimiliki oleh siapapun dalam melakukakan aktifitas apapun (termasuk bisnis) maka ia akan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat sekaligus.32
7. Pengertian Etika Bisnis Bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Skinner (1992) Mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat, Menurut Anoraga dan Soegiastuti (1996) bisnis memiliki makna dasar sebagai ‘’the buying and selling of goods and services’’ (pembeli dan penjual dari barang dan jasa). Adapun dalam pandangan Straub dan Attner (1994), bisnis tak lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasajasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit.33 Yusanto dan Wijayakusuma (2002) mendefinisikan lebih khusus tentang bisnis Islam adalah serangkaian aktifitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram. 34
32
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12 63:etika-bisnis-dalam-perpektif-islam&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid 33 Muhammad Ismail Yusanto & Muhammad Karebet Widjajakusuma,Menggagas Bisnis Islam,Jakarta:Gema Insani Press, 2003 .h.15 34 Ibid,Muhammad,Etika Bisnis Islam,. h.37-38.
31
Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan itu melalui bekerja, sedangkan salah satu dari ragam bekerja adalah berbisnis. Islam mewajiban setiap Muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja, merupakan salah satu sebab pokok yang
memungkinkan
memungkinkan
manusia
manusia
memiliki
berusaha
harta
mencari
kekayaan.
nafkah,
Allah
Untuk SWT
melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki. Disamping islam sangat menekankan (mewajibkan) aspek kehalalanya, baik dari sisi perolehan maupun pendayagunaanya (pengelolaan dan pembelanjaannya) Dari paparan diatas bisnis Islam dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang) termasuk profitnya. Namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haramnya).35 Bisnis adalah “keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus menerus. Berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan,
dipertukarkan,
atau
disewakan
dengan
tujuan
mendapatkan keuntungan. Bisnis adalah sebuah aktifitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan 35
jasa,
Ibid, Muhammad Ismail Yusanto & Muhammad Karebet Widjajakusuma,Menggagas Bisnis Islam,h.17-18
32
perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Dalam terminologi bahasan pembiayaan merupakan pendanaan, baik aktif maupun pasif yang dilakukan oleh lembaga. Sedangkan bisnis merupakan aktivitas berupa jasa, perdagangan dan industri memaksimalkan nilai keuntungan. Didalam Islam istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah etika didalam Alqur’an adalah khuluq. Al-qur’an juga menggunakan beberapa istilah lain yaitu menggambar konsep tentang kebaikan. 8. Unsur-unsur Etika Bisnis Islam Jika kita telusuri sejarah, dalam agama Islam tampak pandangan positif terhadap perdagangan dan kegiatan ekonomi. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang (pebisnis) dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui pedagang muslim. Dalam al-Quran terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, tetapi tidak dilarang mencari kekayaan dengan cara yang halal. 36 Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat strategis di tengah kegiatan manusia mencari rezeki dan penghidupan. Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu sebabnya misi diutusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis Islami yang mencakup husnul khuluq.37
36
Achyar Eldine, Etika Bisnis Islam, dalam http://www.uikabogor.ac.id/doc/public/etika%20bisnis%20islam.pdf diakses tanggal 15 Agustus 2010. 37 Ibid.
33
Islam sebagai agama yang telah sempurna sudah barang tentu memberikan rambu-rambu dalam melakukan setiap transaksi. Dalam menjalankan usaha bisnis tetap harus berada dalam aturan-aturan yang telah ada.38 Seorang pebisnis harus menerapkan prilaku seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah sebagai berikut: a. Kejujuran Sifat jujur atau dapat dipercaya merupakan sifat terpuji yang disenangi Allah, walaupun disadari sulit ditemukan orang yang dapat dipercaya. Kejujuran adalah barang yang mahal. Dalam dunia bisnis pada umumnya kadang sulit untuk mendapatkan kejujuran.39 Sehingga tidak diragukan lagi bahwa kepercayaan pelanggan (pengguna jasa) memainkan peranan vital dalam perkembangan dan kemajuan bisnis. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah berikut ini:
Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian 38
Marpuji Ali, Etika Bisnis dalam Islam (Kritik terhadap Kapitalisme), dalam http://eprints.ums.ac.id/journal/index/php?t=shabran, 2005, diakses tanggal 15 Agustus 2010. 39 Ibid.
34
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 188) Bagi orang-orang yang bergerak dalam bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik dalam dunia nyata sekarang ini apalagi dalam kehidupan nanti di akhirat. Hendaknya kehidupan dunia terutama dalam bisnis, tidak terlepas dari kehidupan di hari kemudian itu. Oleh karena itu kejujuran sangatlah penting dalam dunia bisnis, terutama dalam bisnis warnet ini, karena dengan adanya kejujuran dalam hal biaya pembayaran yang harus dikeluarkan oleh pengguna jasa warnet haruslah terdapat kejujuran dari operator warnet tersebut. Sehingga apabila ia ingin mempertahankan bisnis warnetnya tersebut, maka salah satu dari kejujuran di atas tadi harus diterapkan agar bisnisnya tetap berdiri dan dapat tetap dipertahankan. b. Keadilan Menurut Islam, adil merupakan norma paling utama dalam seluruh aspek perekonomian. Hal itu dapat ditangkap dalam pesan alQur’an yang menjadikan adil sebagai tujuan agama. Bahkan adil adalah salah satu asma Allah.40 Tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa keadilan merupakan inti semua ajaran yang ada dalam al-Qur’an. Al-Qur’an
40
Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 1997, hal. 182.
35
sendiri secara tegas menyatakan bahwa maksud diwahyukannya adalah untuk membangun keadilan dan persamaan. 41 Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku zalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang lain selalu dikurangi. 42 Keadilan dalam hal ini yaitu keadilan dalam pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa warnet oleh pelaku bisnis warnet atau operator warnet tersebut. Seperti bersikap adil kepada pengguna komputer tersebut, siapa yang lebih dulu dating, maka dialah yang mendapatkan pelayanan yang pertama dan sesuai dengan waktu kedatangannya. Sehingga tidak ada diskriminasi di dalam warnet tersebut. c. Kehalalan Barang atau produk yang dijual haruslah barang yang halal, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya. Berbisnis dalam Islam boleh dengan siapapun, dengan tidak melihat agama dan keyakinan dari mitra bisnis, karena ini persoalan muamalah, yang penting barangnya halal. 43
41
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam,...,hal. 99. Ibid. 43 Ibid. 42
36
Yang dimaksud dalam hal ini ialah seorang muslim atau seorang pengusaha muslim haruslah cara mendapatkan modal dalam usahanya haruslah dana yang halal dan jasa yang ditawarkannya juga adalah jasa yang halal digunakan. d. Tidak ada unsur penipuan Penipuan sangat dibenci oleh Islam, karena hanya akan merugikan orang lain, dan sesungguhnya juga merugikan dirinya sendiri. Apabila seseorang menjual sesuatu barang dikatakan bahwa barang tersebut kualitasnya sangat baik, kecacatan yang ada dalam barang disembunyikan, dengan maksud agar transaksi dapat berjalan lancar. Tetapi setelah terjadi transaksi, barang sudah pindah ke tangan pembeli, ternyata ada cacat pada barang tersebut.44 Tidak adanya unsur penipuan dalam hal ini maksudnya yaitu dalam besarnya biaya jasa warnet maupun dalam hal biaya yang harus dibayar oleh pengguna jasa warnet. Semua hal itu haruslah tidak terdapat penipuan di dalamnya. 9. Pengertian Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.
44
Ibid.
37
Oliver mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau atau masa lalu.45 10. Pengertian Konsumen Konsumen berasal dari bahasa Inggris-Amerika yaitu consumers, atau dalam bahasa Belanda disebut consument atau konsumen artinya memakai, menurut para sarjana konsumen diartikan pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka dari para produsen. Menurut pengertian pasal 1 angka 2 UU PK,” konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain, maupun mahluk hidup yang lain dan tidak untuk diperdagangkan.” 46 Terdapat beberapa pengertian dan batasan mengenai konsumen, yaitu menurut : 1) Kamus besar bahasa Indonesia.
45
http://pujihpoltekkes.wordpress.com/2010/12/10/kepuasan/ http://williamfuture.blogspot.com/2010/04/pengertian-konsumen.html
46
38
Konsumen diartikan sebagai pemakai barang-barang hasil industri (bahan pakaian, makanan dan sebagainya) didefinisikan juga sebagai pesan iklan. 2) Tata krama dan Tata cara Periklanan Indonesia. Konsumen adalah sebagai pengguna produk atau penerima pesan iklan, 3) Menurut Az Nasution. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk keperluan komersial.47 Menurut beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen adalah setiap orang memakai barang dan jasa. Istilah konsumen pengertiannya akan berbeda-beda, disesuaikan dengan kepentingannya. Dalam ilmu ekonomi ada dua jenis konsumen, konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen dan pengencer, mereka
membeli
barang
bukan
untuk
dipakai,
melainkan
untuk
diperdagangkan sedangkan pengguna barang adalah konsumen akhir. Yang dimaksud sebagai konsumen adalah konsumen akhir. karena konsumen akhir memperoleh barang dan jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan untuk digunakan baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan mahluk hidup lain. a. Perilaku produsen 47
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2295178-pengertian-konsumen-danpelaku-usaha
39
Produsen dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah maximizer. Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua komponen yaitu keuntungan dan berkah. Produsen akan selalu berusaha memproduksi yang baik untuk memberikan hasil yang memuaskan untuk konsumen. Jika konsumen mengkonsumsi barang dan jasa untuk mendapatkan mashlahah, maka produsen akan memproduksi barang dan jasa yang dapat memberikan mashlahah, jadi produsen dan konsumen memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai mashlahah. Perilaku produsen meliputi motivasi dan tujuannya dalam memproduksi, perilaku yang berkaitan dengan upaya meraih mashlahah, hingga prinsip dan nilai yang harus dipegangnya. Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat berwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami, sebagaimana dalam kegiatan konsumsi. Sejak dari kegiatan mengorganisasi faktor produksi, proses produksi, hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas dan aturan teknis yang dibenarkan oleh Islam.48
48
Pusat Pengkajian & Pengembangan Ekonomi Islam,Ekonomi Islam, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2009, h .229-253
40
Dalam memasarkan produknya produsen juga harus pandai menarik minat dan merayu konsumen untuk terus menerus membeli dan mengkonsumsi produk yang ditawarkan melalui berbagai strategi.49 b. Perilaku konsumen Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk). Perilaku konsumen Muslim ditentukan sebagian besar oleh kepercayaan dan ketentuan hidup secara Islam.50 Maka perilaku konsumsi Islam berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan hadits perlu didasarkan atas rasionalitas yang disempurnakan yang mengintegrasikan keyakinan kepada kebenaran yang melampaui rasionalitas manusia yang sangat terbatas ini51 Sebagaimana kita pahami dalam pengertian ilmu ekonomi konvesional, bahwa ilmu ekonomi pada dasarnya mempelajari upaya
49
Kasmir,Manajemen Perbankan,Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,2011,h.170 M.M.Metwally & M.Husein Sawit,Teori dan Model...,h.34 51 Ibid,Mustafa Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusifh.60 50
41
manusia baik itu individu maupun masyarakat dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna memenuhi kebutuhannya.
Ilmu
ekonomi
konvensional
tampaknya
tidak
membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dari pemilihan antara keinginan (wants) dan kebutuhan (needs),perbedaan antara wants dan need adalah, kalau keinginan (wants) bukan sesuatu yang dibutuhkan. hanya mengikuti hawa nafsu. Sedangkan (needs) adalah sesuatu yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Dari perbedaan inilah konsumen Muslim harus bisa mengendalikan hawa nafsunya dan lebih mengutamakan kebutuhan. Akan sangat terlihat betapa bedanya ilmu ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional dalam cara mengkonsumsi.52 Fungsi daya guna dan kendala pengeluaran konsumen Muslim amat berbeda dengan konsumen non Muslim. Konsep kepuasan maksimum harus dijabarkan yang lebih luas sehingga mampu menampung semua perilaku konsumen, tidak hanya bersifat individualis yang hanya terpaku pada kepuasan material semata. Konsumen Muslim memperoleh kepuasannya tidak saja berasal dari konsumsi barang dan penguasa barang konsumsi tahan lama, tapi juga pengeluaran untuk sedekah yang juga merupakan unsur penting dalam agama Islam.53 Dari pengertian perilaku konsumen pada bahasan sebelumnya, ada dua elemen penting yaitu elemen proses pengambilan keputusan dan elemen kegiatan secara fisik. Kedua elemen tersebut melibatkan 52
Mustafa. Pengenalan Eksklusif..., h.69 M.M.Metwally & M.Husein Sawit. Teori dan Model..., h.53
53
42
individu dalam menilai, mendapatkan serta menggunakan barang dan jasa. Konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut. Jadi perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen saja, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi macam apa produk dan jasa yang dibeli. Kesuksesan dalam melakukan persaingan bisnis terletak pada kemampuan menciptakan
dan mempertahankan
pelanggan dengan cara menghasilkan dan menyampaikan
cara
berdagangnya dengan baik yang sesuai dengan keinginan pelanggan dan perilaku konsumen pada harga yang layak. oleh karena itu setiap penjual harus berupaya memahami perilaku konsumen. karena kelangsungan para pedagang sangat ditentukan oleh pelanggan atau konsumen, melalui pemahaman perilaku konsumen secara mendalam, maka pedagang dapat menyusun strategi dan program pemasaran
yang tepat untuk
memanfaatkan setiap peluang yang ada secara optimal untuk menghasilkan laba di atas para pesaingnya. 54 Dengan memahami perilaku pelanggan atau konsumen secara tepat,maka penjual akan mampu memberikan kepuasan secara tepat dan lebih baik kepada pelanggan atau konsumennya sesuai yang diinginkan dan tujuan pembeli. Ada beberapa perilaku konsumen yang berkembang dalam individu atau dalam masyarakat:
54
Ali Hasan. Marketing Bank Syariah,Bogor:Ghalia Indonesia, 2010, h.50.
43
1) Konsumen langsung membeli maksudnya tanpa meneliti atau melihat kualitas barang tersebut, karena konsumen membutuhkannya tanpa melihat kekurangan atau kelebihan dari kualitas ayam yang akan dikonsumsi. 2) Konsumen memeriksa dulu baru membeli, yaitu konsumen atau pelanggan tidak langsung membeli, melainkan bertanya atau melihat terlebih dahulu tentang kualitas ayam tersebut. Sebelum konsumen mengambil keputusan untuk membelinya. 3) Konsumen menyetujui harga yang ditetapkan oleh penjual, yaitu konsumen mengikuti harga yang sudah ditetapkan oleh penjual, selama itu masih sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen, dan tidak terlalu jauh dengan harga pasaran lainnya. 4) Tawar-menawar dalam jual beli, yaitu konsumen melakukan penawaran terhadap harga ayam yang ditentukan oleh pedagang, tawar menawar dalam jual beli hukumnya boleh, asal suka sama suka dan tidak ada yang terzalimi.55 5) Konsumen
mampu
membandingkan
biaya
dengan
manfaat,maksudnya konsumen tidak memesalahkan harga,asalkan ayam yang akan dibeli itu sehat dan berkualitas,manfaatnya lebih bermanfaat bagi konsumen. Lebih jauh John Sturat Mill berpendapat bahwa setiap orang dalam masyarakat harus bebas dalam menentukan atau mengejar
55
Mardani, Ayat-ayat..., h.182
44
keinginan dan kepentingannya dengan cara yang dipilihnya sendiri, namun kebebasan seseorang untuk bertidak itu dibatasi oleh kebebasan orang lain, artinya kebebasan untuk bertindak
itu tidak boleh
mendatangkan kerugian bagi orang lain. Dasar filosofis tersebut melatar belakangi analisis mengenai perilaku konsumen dalam teori ekonomi konvensional. Beberapa prinsip dasar dalam analisis perilaku konsumen adalah: 1) Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan.adanya kelangkaan dan terbatasnya pendapatan memaksa orang menentukan pilihan.agar pengeluaran senantiasa berada dianggaran yang sudah ditetapkan, dengan meningkatnya konsumsi suatu barang atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi pada barang atau jasa yang lain. 2) Konsumen mampu membandingkan biaya dengan manfaat. jika dua barang memberi manfaat yang sama, konsumen akan memilih yang biayanya lebih kecil. Di sisi lain,bila untuk memperoleh dua jenis barang yang dibutuhkan biaya yang sama,maka konsumen akan memilih barang yang memberi manfaat lebih besar. 3) Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat,saat membeli suatu barang,bisa jadi manfaat yang diperoleh tidak sesuai dengan harga yang harus dibayarkan.
45
4) Setiap barang dapat disubstitusi dengan barang lain.dengan demikian konsumen dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai cara.56 c. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen adalah perasaan seseorang yang puas atau sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah produk atau jasa. Kepuasan konsumen hanya dapat tercapai dengan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada konsumennya. dalam sebuah masyarakat no need society, konsumen memiliki posisi signifikan. Kesuksesan atau ambruknya perusahaan atau pedagang banyak bergatung pada kesetian konsumen,semakin banyak konsumen yang setia, maka semakin sukses sebuah perusahaan atau pedagang, sebaliknya semakin banyak konsumen yang meninggalkan maka dipastikan tinggal menunggu waktunya suatu kebangkrutan.dan kunci kesetian pelanggan itu ada pada service (pelayanan) yang diberikan oleh pedagang. pelayanan yang bagus akan membuat konsumen betah untuk selalu membeli dari pedagang tersebut, apalagi kalau pelayanan yang optimal. 57 Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan konsumen sebagai penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh
56
Mustafa Edwin Nasution. Pengenalan Eksklusif...,h 56-58 Muhammad Firdaus,DKK. Dasar & Strategi Pemasaran Syariah,h.53-54
57
46
pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharabkan oleh konsumen.58 Begitu juga sebaliknya, pelayanan yang tidak optimal, kasar, seolah yang membutuhkan ‘hanya’ konsumen, dan beragam sifat buruk lainnya bisa berakibat pada hilangnya para konsumen dan lunturnya kesetian mereka hanya karena masalah waktu saja. Nabi Muhammad Saw.telah mengajarkan pada umatnya untuk selalu berbuat baik pada orang lain.inilah sebenarnya dasar dari pelayanan yang optimal.Sabda Nabi’’Semoga Allah Swt memberikan rahmat-Nya kepada orang yang murah hati/sopan pada saat dia menjual,membeli,atau pada saat dia menuntut haknya.’’ ‘’Allah Swt,juga telah menginstruksikan untuk senantiasa berbuat baik pada orang lain.Firman Allah di antaranya,’’Dan berendah dirilah kamu pada orang-orang yang beriman’’(QS Al-Hijr (15):88) ‘’Dan sekirannya kamu bersikap kasar,tentulah mereka menjauhkan kamu’’(QS.AliImran (3):159)
keras lagi berbuat diri dari sekeliling
Di sini menjadi jelas, pada dasarnya konsep servicing client telah tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits. Praktik servicing client ini tidak optimal diterapkan oleh umat Islam. Sebaliknya, servicing client betulbetul secara optimal diterapkan oleh kaum non Muslim.59 Pelayanan yang baik sering dinilai oleh konsumen secara langsung dari karyawan sebagai orang yang melayani atau disebut juga sebagai produsen jasa, karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan
58
Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan...,h.28 Muhammad Firdaus NH,Muhammad Azis Hakim,Sofiniyah Ghufron,Mukhtar Alsidiq,Dasar dan Stategi Pemasaran Syariah,Jakarta:Renaisan Anggota IKAPI,2005 h.54 59
47
kualitas sistem pelayanan yang diberikan agar dapat memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan konsumen. Jadi kualitas pelayanan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan agar dapat tercapai kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan konsumen. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan konsumen serta kebutuhannya. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan pada gilirannya kepuasan tersebut dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas konsumen. Dengan tercapainya
kualitas
layanan
yang
sempurna
akan mendorong
terciptanya kepuasan konsumen karena kualitas layanan merupakan sarana untuk mewujudkan kepuasan konsumen. Kualitas layanan dapat diwujudkan dengan memberikan layanan kepada konsumen dengan sebaik mungkin sesuai dengan apa yang menjadi harapan konsumen. Ketidakpuasan pada salah satu atau lebih dari dimensi layanan tersebut tentunya akan memberikan kontribusi terhadap tingkat layanan secara keseluruhan, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas layanan untuk masing-masing dimensi layanan harus tetap menjadi perhatian.60 Kepuasan
konsumen
menyatakan
bahwa
kepuasan
dan
ketidakpuasan adalah respon konsumen terhadap evaluasi kesesuaian
60
http://rosyidputra98.blogspot.com/2012/03/pengertian-kepuasan.html
48
(disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma kinerja lainnya) dengan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Variabel yang pertama yang menentukan kepuasan konsumen,
yaitu
expectations(apa
yang
diharapkan)
perceived
performance (pelayanan yang diterima). Apabila perceived performance melebihi expectations maka konsumen akan merasa puas, tetapi apabila sebaliknya yaitu perceived performance jauh dibawah expectation maka konsumen akan merasa tidak puas. Seorang konsumen yang puas adalah konsumen yang merasakan mendapatkan value (nilai) jika nilai bagi konsumen adalah kenyamanan maka kepuasan akan datang apabila pelayanan yang diperoleh benar-benar dapat membuat konsumen tersebut terasa nyaman.61 Faktor yang terpenting yang harus diperhatikan adalah kepuasan konsumen. Jika konsumen tidak puas, konsumen menghentikan pembeliannya. Upaya penjual untuk mencapai mutu dan pelayanan yang unggul tidak ada artinya sama sekali kalau penjual tidak berusaha untuk memuaskan konsumen.62 Philip Kotler mengatakan bahwa kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Konsumen merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi dan merasa sangat gembira jika harapan
61
Al Arif,Nur Rianto. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah ,Bandung: Alfabeta, cv,2010.h.194 62 Richad f,Gerson. Mengukur Kepuasan Pelanggan,Jakarta:PPM, 2004, h 3
49
mereka terlampaui. Konsumen yang puas cenderung tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya menguntungkan perusahaan63 1) Ciri-ciri konsumen yang puas Kotler menyatakan ciri-ciri konsumen yang merasa puas sebagai berikut: a) Loyal terhadap produk Konsumen yang puas cenderung loyal dimana mereka akan membeli ulang dari produsen yang sama b) Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif yang rekomendasi kepada calon konsumen lain dan mengatakan hal-hal yang baik mengenai produk tersebut.64 c) Puas dengan cara menjualnya yang ramah, sopan dan bersahabat, suka senyum, menyenangkan dan dalam melakukan penjual selalu cepat tanpa membuat pelanggan atau konsumen menunggu lama. d) Puas dengan harganya, baik murah ataupun mahal sesuai dengan yang diharapkan konsumen. e) Konsumen merasa senang dengan pelayanan yang bagus sesuai dengan harapan konsumen cepat dan tepat tanpa membuat konsumen menunggu dan bosan.
63
http://rosyidputra98.blogspot.com/2012/03/pengertian-kepuasan.html http://rosyidputra98.blogspot.com/2012/03/pengertian-kepuasan.html
64
50
f) Pedagang yang jujur, yaitu seorang pedagang yang baik dan jujur dalam melayani konsumen atau pelanggannya, tanpa ada yang ditutup-tutupinya. Sesuai dengan kemauan konsumen. 65 2) Mengukur Kepuasan Konsumen Pelayanan selalu berkaitan erat dengan kepuasan konsumen. dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang dijual pedagang, kepuasan konsumen ini selalu terkait dengan empat hal: a) Harga berkaitan dengan berapa biaya mendapatkan barang dan bagaimana biaya penggunaannya. b) Kualitas senantiasa berkaitan dengan bagaimana kualitas produk, sesuai dengan yang diiklankan atau tidak. bagaimana dengan daya tahannya. c) Pelayanan ukurannya adalah bagaimana seorang pedagang melakukan pelayanan yang sesuai dengan keinginan konsumen. d) Tempat, tempat usaha harus baik, sehat dan nyaman, harus juga dihindarkan melengkapi tempat usaha itu dengan hal-hal yang diharamkan. e) Penjual menceritakan harga awal dalam mengambil keuntungan, yaitu pedagang harus menceritakan kepada konsumen berapa harga awal ayam potong, dan berapa pedagang mengambil keuntungannya, konsumen tidak merasa dirugikan. C. Kerangka Pemikiran Untuk menciptakan suatu kepuasan konsumen maka seorang penjual dapat melakukan strategi
pelayanan yang baik. Salah satunya dengan
menggunakan pelayanan yang baik dan jujur. Untuk seorang penjual ayam potong sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen adalah etika dalam melakukan jual beli, yaitu pelayanan yang diberikan pada pelanggan untuk mencapai kepuasan konsumen. Sehingga memberikan respon yang positif dan
65
Mardani, Ayat-ayat...,h.177-178
51
menunjukkan loyalitas yang tinggi, karena konsumen akan merasa puas kalau mendapatkan pelayanan dan etika yang baik. Rasulullah Muhammad SAW dalam menjalankan usahanya sebagai seorang pedagang sukses, dapat dilihat dari empat aspek, yaitu: 1). Kepercayaan yang diberikan orang kepadanya. Dalam bergadang, beliau menjalaninya dengan jujur, tidak mau merugikan orang lain, tidak mengurangi timbangan, menempati janji, memberikan pelayanan terbaik, tidak mau mengecewakan pelangganannya, memberikan kemudahan transaksi dagang dan menjaga kepercayaan yang diberikan orang kepadanya. 2). Mendapat laba banyak berkat menjaga kejujuran dan kepercayaan dalam berdagang. 3). Keberhasilan dalam memanfaatkan keuntungan dagang yang besar, beliau gunakan di jalan Allah, yaitu menyebarkan kebenaran dan kedamaian Islam kepada umat manusia, di antaranya untuk membantu anak yatim dan fakir miskin. 4). Kesuksesan dalam memberikan keteladanan akhlak mulia dalam berdagang. Dari 4 aspek berdagang ala Rasulullah di atas, maka dipahami bahwa suatu pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. dimana biasanya konsumen menilai suatu kualitas pelayanan berdasarkan lima komponen. etika dalam jual beli, etika dalam bisnis, perilaku konsumen, ciri konsumen yang puas dan mengukur kepuasan konsumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa etika pelayanan yang baik diberikan merupakan jaminan terbaik bagi penjual atas kesetiaan atau gambarkan sebagai berikut.
52
(X) Etika Penjual
(Y) Kepuasan Konsumen
D. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan perumusan masalah yang telah dipaparkan. Maka penulis memiliki hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha
: Ada pengaruh secara signifikan antara etika penjual ayam potong di pasar tradisional Puruk Cahu terhadap kepuasan konsumen di kota Puruk Cahu.
Ho
: Tidak ada pengaruh secara signifikan antara etika penjual ayam potong di pasar tradisional Puruk Cahu terhadap kepuasan konsumen di kota Puruk Cahu.