BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1 Ruang Lingkup Kajian PKn di SD Permendiknas no.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, terdapat perubahan standarisasi materi kurikulum setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memuat ruang lingkup materi, tujuan, dan struktur materi yang harus diajarkan di masing-masing jenjang pendidikan. Dengan mengacu kepada Permendiknas tersebut, mata pelajaran PKn secara umum telah mengalami perubahan paradigma. Paradigma tersebut meliputi aspek keilmuan, tujuan pembelajaran, dan struktur kajian PKn. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat interdisiplinerter utama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat interdisipliner ini menjadikan PKn jelas batang keilmuannya (body of knowledge). Dalam paradigma PKn sekarang dikenal tiga komponen yang saling berkaitan. Menurut Udin Saripuddin Winataputra, dkk (2007), tiga komponen tersebut adalah sebagaimana uraian berikut ini. a. Komponen pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic knowledge) berupa materi pelajaran PKn yang harus dicapai peserta didik. b. Komponen keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) berupa kemampuan bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual. c. Komponen watak/karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions) seperti bertanggung jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai dan martabat kemanusiaan; rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi untuk mencapai kebaikan publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
6
7
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 pp. 272, 280, 287. Pembelajaran PKn memiliki beberapa tujuan untuk siswa. Adapun tujuan pembelajaran PKn sebagaimana uraian berikut ini. a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Pendidikan Kewarganegaraan. b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Rumusan tujuan tersebut memiliki kemiripan dengan tujuan pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan dalam dokumen National Standards for Civics and Government yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (1994) Calabasas, Amerika Serikat. National Standards for Civics and Government merumuskan tujuan pembelajaran civics dalam tiga bentuk komponen kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic knowledge), karakter Pendidikan Kewarganegaraan (civic dispositions), dan keterampilan Pendidikan Kewarganegaraan (civic skills) yang memuat kecakapan intelektual dan partisipatori. 2.1.3 Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, delapan materi pokok standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan pendidikan dasar dan menengah memuat komponen sebagai berikut. (1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa (2) Norma, Hukum dan Peraturan (3) Hak Asasi Manusia (4) Kebutuhan Warga Negara
8
(5) Konstitusi Negara (6) Kekuasan dan Politik (7) Pancasila dan (8) Globalisasi. Moral Pancasila. Masing-masing topik/ruang lingkup kajian tersebut secara rinci dijabarkan sebagai berikut. a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. c. Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan Warga Negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat,
kebebasan
berorganisasi,
kemerdekaan
mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. f. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
9
g. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi. Bagan dibawah ini menjelaskan tentang standar isi yang digunakan di jenjang pendidikan sekolah dasar pada kelas 5. Tabel 2.1 Standar Isi PKn Kelas 5 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kelas 5 Semester 1 1. Memahami pentingnya 1.1 Mendeskripsikan Negara keutuhan Negara Kesatuan Kesatuan Republik Indonesia Republik Indonesia (NKRI) 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 2. Memahami peraturan 2.1 Menjelaskan pengertian dan perundang-undangan tingkat pentingnya peraturan pusat dan daerah. perundang-undangan tingkat pusat dan daerah. 2.2 Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, larangan merokok Kelas 5 Semester 2 3. Memahami kebebasan 3.1 Mendeskripsikan pengertian berorganisasi organisasi 3.2 Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat 3.3 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi di sekolah 4. Menghargai keputusan bersama 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama 4.2 Mematuhi keputusan bersama
10
2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Menurut Amir M.T (2009), Model pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Teori yang mendukung dari Model pembelajaran berbasis masalah adalah teori yang dirumuskan oleh Prof. Howard Barrows yang merupakan pelopor pengembangan PBL dan Kelson. Bahwa (Problem Based Learning) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf pendidikan
John
Dewey
(1923,
1938),
yang
menekankan
pentingnya
pembelajaran melalui pengalaman. Dengan adanya kegiatan langsung atau (learning by doing) maka siswa akan mendapatkan pengalaman pendidikan yang akan tersimpan di memori siswa lebih lama dan mudah untuk memahami materi. Menurut Dewey (1910) pada dasarnya, seorang anak merupakan para pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasilingkungan mereka. Pihak sekolah diharapkan dapat membawa dunia luar ke dalam proses pembelajaran. Dengan begitu pengetahuan menjadi berguna dan hidup ketika diterapkan sebagai solusi untuk memecahkan masalah. Dengan melibatkan lingkungan sekitar sekolah atau dunia luar membantu siswa untuk mampu menemukan data sebagai modal untuk menyelesaikan masalah yang telah disuguhkan dalam proses belajar mengajar. Supriyono (2009), model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Bruner.Konsep tersebut adalah
11
belajar penemuan atau (discovery learning). Discovery learning adalah proses pembelajaran
yang
berfokus
pada
aktivtas-aktivitas
penyelidikan
yang
mengangkat masalah kontekstual serta kelak pada akhir kegiatan siswa atau peneliiti dapat menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang diteliti. 2.2.2 Karakteristik Umum Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Gijbels (2005), terdapat beberapa karakteristik umum dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah : 1. Pembelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permasalan atau satu pertanyaan yang nantinya menjadi focal point untuk keperluan usaha-usaha investigasi siswa. 2. Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah-masalah dan memburu pertanyaan-pertanyaan. Tanggung jawab sangat penting, baik secara instruksional maupun secara motivasional, karena siswa dalam pelajaran-pelajaran berbasis masalah secara prakteknya melakukan learning by doing. 3. Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan guru untuk lebih membantu secara tidak langsung dengan mengemukakan masalah atau pertanyaanpertanyaan yang bermanfaat, peran guru tersebut membedakan dari pembelajaran yang berorientasi pada konten (content-oriented models) dimana guru secara aktif memberikan informasi. Menurut
Departemen
Pendidikan
Nasional
(2003),
ciri
utama
pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik multidisiplin menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam pembelajaran berbasis masalah situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Menurut Sanjaya, W (2009) terdapat tiga ciri dari model pembelajaran berbasis masalah : a) Model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah
12
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Model pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi dalam Model pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan model ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Menurut Tan (2003), karakteristik yang tercakup dalam proses Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain adalah. a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. b) Masalah yang digunakan adalah masalah nyata, namun disajikan dalam keadaan yang belum jelas. c) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). d) Masalah membuat siswa menggunakan dan mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru. e) Proses pembelajaran dilakukan secara mendiri oleh siswa. f) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Saat proses penyelesaian masalah ada beberapa hal penting diantaranya pencarian, evaluasi, serta penggunaan pengetahuan. g) Pembelajaran bersidat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan melakukan pelaporan dalam bentuk presentasi.
13
2.2.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah. Menurut Suprijono (2009) hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik yang memiliki ketrampilan penyelidikan.Peserta didik mempunyai ketrampilan mengatasi masalah.Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa.Artinya bahwa dalam pemecahahan masalah peserta didik mendapatkan data atau informasi dari para ahli dibidangnya, jadi peran orang dewasa disini sebagai sumber data.Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang nmandiri dan independen. Menurut Kauchak D dkk (2009) pelajaran-pelajaran berbasis masalah memiliki tiga tujuan yang saling berhubungan satu sama lain. Tujuan pertama adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat menyelidiki secara sistematis suatu pertanyaan atau masalah. Dengan berpatisipasi dalam aktivitasaktivitas berbasis masalah yang telah tersusun rapi, siswa belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah yang sama dengan cara yang komprehensif dan sistematis. Tujuan kedua adalah mengembangkan pembelajaran yang selfdirected.Artinya adalah pembelajaran berbasis masalah mengajarkan siswa untuk bertanggungjawab atas investigasi mereka sendiri, sesuai dengan Meltzer (2007),siswa belajar untuk mengatur dan mengontrol pembelajaran mereka sendiri. Tujuan ketiga, banyak konten yang dipelajari siswa dalam pelajaranpelajaran berbasis masalah bersifat implisit dan insidental dalam pengertian bahwa tidak ada satu pun dari guru dan siswa yang mengetahui dengan pasti di mana penyelidikan akan berlangsung. 2.2.4 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah. Menurut Gerry (2011) Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa. 3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
14
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5. Pemecahan
masalah
dapat
membantu
siswa
untuk
mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. Menurut Yusfi (2012), Pembelajran Berbasis Masalah memiliki kelebihan. Antara lain adalah. a) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi. b) Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. c) PBL membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran. d) PBL membantu siswa untuk mempelajaribagaimana cara untuk mentransfer pengetahuan mereka kedalam masalah dunia nyata. e) PBL dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa serta kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru. f) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. g) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. h) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 2.2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Proses Belajar Mengajar Secara umum, penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, dimulai dengan adanya masalah yang oleh siswa harus mendapatkan pemecahan masalahan. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pengajar. Model
15
pembelajaran ini berpusat kepada siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Menutur Nurhayati (2002) pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah meliputi enam tahapan, antara lain adalah: 1. Pemberian masalah. Masalah dapat berasal dari guru maupun siswa. Guru bertugas untuk memotivasi siswa agar terlibat sepenuhnya dalam menemukan pemecahan masalah tersebut. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencari atau mempelajari serta berketrampilan hal yang baru untuk terlibat dalam pemecahan masalah. 2. Manuliskan apa yang diketahui. Guru membantu
peserta didik untuk
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Siswa dalam kelompok menuliskan apa yang diketahui dari masalah yang telah diberikan di awal pembelajaran. 3. Menuliskan inti permasalahan. Atas dorongan atau motivasi guru terhadapa siswa, siswa melakukan eksperimen atau penyelidikan dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan. Dengan kegiatan tersebut siswa mampu mendapatkan inti dari permasalahan. 4. Menuliskan cara pemecahan masalah. Siswa menemukan sendiri bagaimana atau langkah-langkah apa saja yang digunakan untuk memecahkan masalah. 5. Menuliskan tindakan kerja yang akan dilakukan. Pada tahap ini, siswa menuliskan dan mengerjakan tindakan kerja serta mengkoordinasikan tugastugas tersebut dalam kelompok. 6. Menuliskan hasil pekerjaan. Siswa melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas yang meliputi proses yang dilakukan dan uraian hasil atau pemecahan masalah. Menurut Amir (2009) Proses Pembelajaran Berbasis Masalah akan dapat dijalankan apabila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Perangkata tersebut seperti permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa, form urutan kegiatan dan perangkat-perangkat yang lain. Guru juga harus memastikan bahwa siswa sudah paham dengan proses yang akan dijalankan sepanjang kegiatan dalam pembelajaran berbasis masalah. Siswa juga sudah terbentuk dalam
16
kelompok kecil yang telah dibagi oleh guru agar kelompok tersebut terdiri dari siswa yang heterogen.Setiap kelompok pada umumnya menjalankan 7 langkah. Antara lain adalah sebagai berikut. 1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Hal ini bertujuan untuk memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. 2. Merumuskan masalah. 3. Menganalisis masalah. Siswa mengeluarkan pengetahuan yang mereka miliki. Pengetahuan tersebut memiliki kaitan dengan masalah yang akan dibahas. Kemudian didalam kelompok siswa juga mengadakan curah pendapat seperti mengemukakan informasi-informasi seputaran masalah. 4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya secara dalam. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membetuknya. 5. Memformasikan tujuan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang dilakukan di dalam kelompok tidak meluas kepada tujuan lain. 6. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain. Tambahan dari sumber lain dilakukan tidak dengan sesama anggota kelompok. Hal ini tergantung dengan sejauh mana setiap anggota dapat mencari berbagai macam informasi yang efektif. 7. Menggambungkan dan menguji informasi baru. Dari laporan-laporan yang telah dipresentasikan di hadapan semua kelompok lain. Kelompokakan mendapatkan informasi-informasi baru. Pada langkah 7 ini kelompok diharapkan sudah dapat membuat sintesis, menggambungkannya dan mengombinasikan hal-hal yang relevan. Kemampuan yang sangat penting dalam langkah ini antara lain adalah meringkas, mendiskusikan dan meninjau ulang hasil diskusi untuk disajikan dalam bentuk laporan. Kemampuankemampuan
tersebut
sangat
membantu
dalam
keberhasilan
siswa
mengkomunikasikan laporan secara oral agar kelompok lain dapat memahami informasi yang disampaikan.
17
2.2.6 Karakeristik Masalah dalam (Problem Based Learning) Menurut Taufiq (2009) Masalah yang disuguhkan (problem based learning) harus memiliki beberapa karakteristik. Antara lain adalah sebagai berikut. 1. Masalah dapat berupa tugas melakukan sesuatu, pertanyaan atau hasil identifikasi dari keadaan yang ada di sekitar siswa. 2. Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang jelas sehingga merangsang siswa untuk mencari informasi dan data-data untuk menjadikan masalah tersebut sedikit demi sedikit menjadi jelas. 3. Masalah harus cukup komplek dan ambigu sehingga menjadikan siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk menggunakan strategi yang seperti apa yang akan digunakan. 4. Masalah harus bermakana dan ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa memiliki dorongan agar mereka menjadi aktor utama dalam penyelesaian masalah tersebut. 5. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok dengan tujuan untuk memberikan pengalamanpengalaman belajar yang beraagam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi serta kemampuan mengemukakan dan mendengarkan pendapat. 2.2.7 Sintaks Pembelajaran Menurut Ismail 2002, sintaks pembelajaran yang digunakan dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah sebagai berikut. Table 2.2 Sintaks Pembelajaran Fase-fase Tingkah laku guru Fase 1 Guru menjelasknan tujuan pembelajaran menjelaskan Orientasi siswa pada logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat masalah pada aktivitas pemecahan masalah. Fase 2 Guru membantu siswa mendfinisikan dan Mengorganisasikan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan siswa untuk belajar dengan masalah tersebut. Fase 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulka informasi
18
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
2.2.8 Standar Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, urutan kegiatan dari kegiatan awal, kegiatan inti hingga penutup dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut.
Table 2.3 Standar Proses No 1.
Tahap Pendahuluan
2.
Inti Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
3.
Penutup
Kegiatan Keterangan 1. Guru memimpin doa dan menyapa siswa. 2. Guru mengabsen siswa 3. Guru memeriksa kesiapan siswa. 1. Siswa diberi sebuah permasalahan. 2. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai masalah tersebut. 1. Siswa diperlihatkan alat peraga yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dibahas. 2. Siswa diminta untuk mengumpulkan data untuk menyelesaikan masalah. 3. Siswa dibagi kelompok untuk berdiskusi 4. Siswa diminta maju untuk menyampaikan hasil diskusi. 5. Guru meluruskan penjelasan mengenai materi. 1. Guru mengoreksi pekerjaan siswa 2. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. 1. Guru bersama siswa menarik kesimpulan.
19
2. Guru meminta siswa untuk membaca materi selanjutnya di rumah. 3. Guru memberi evaluasi
2.3 Belajar 2.3.1 Pengertian Belajar Menurut Abdillah (2002) Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.Pengertian tersebut dilatarbellakangi dari deskripsideskripsi belajar menurut para ahli. James O. Whittaker mengungkapkan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suau perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Aunurrahman (2011) Belajar adalah suatu aktivitas menuju suatu perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Belajar tidak harus didalam kelas.Belajar bisa dilakukan individu dimanapun dan dari siapapun. Dalam buku Educational Psychology, H.C Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Dari beberapa pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu tindakan sadar yang dilakukan individu baik di dalam maupun di luar kelas untuk mendapatkan perubahan tingkah laku ke arah yang baik dalam hal kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. 2.3.2 Ciri Umum Belajar Menurut Wragg (1994) mengemukakan beberapa ciri umum kegiatan belajar, antara lain adalah sebagai berikut. a) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek
20
mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Kegiatan belajar semakin baik bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. b) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupunn sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatiaan kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Dapat disimpulkan bahawa semakin kuat interaksi individu dengan objek tau lengkungannya maka semakin besar pula perhatian dan dorongan individu tersebut memahami aktivitasnya. c) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Perubahanperubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan aspek-aspek motorik. Selain dapat diamati, perubahan tingkah laku juga bersifat tidak bisa diamati, hal tersebut berkaitan dengan aspek afektif dan emosional. Hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir. 2.3.3 Faktor-faktor dalam Belajar 2.3.3.1 Faktor Internal Menurut Aunurrahman (2011) Keberhasilan dalam belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal antara lain adalah. a) Ciri khas/karakter siswa. Persoalan intern pembelajaran berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa, baik fisik maupun mental. Persoalan-persoalan pembelajaran lebih banyak berkaitan dengan dimensi mental atau emosional. Minat, kecakapan dan pengalaman-pengalaman adalah masalah belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar. b) Sikap terhadap belajar. Sikap berbeda dengan perbuatan. Perbuatan adalah implementasi atau wujud nyata dari sikap. Sikap siswa yang terpenting dalam belajar, terletak ketika ingin memulai kegiatan belajar. Bilamana ketika akan memulai kegiatan belajar siswa memiliki sikap menerima untuk belajar, maka
21
ia akan tertarik untuk teribat dalam kegiatan belajar smaksimal mungkin. Begitu juga sebaliknya, jika rasa sikap penolakan yang lebih dominan, maka ia tidak akan tertarik untuk terlibat dalam kegiatan belajar. c) Motivasi belajar. Motivasi adalah dorongan. Dorongan untuk terlibat aktif dalam belajar dapat terlihat dari seberapa aktif siswa bertanya dan menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan pelajaran serta kegiatan-kegiatan positif lainnya. Motivasi dapat diperoleh dari orang disekitar dan lingkungan tempat siswa belajar. d) Konsentrasi Belajar. Konsentrasi belajar berkaitan erat dengan aspek psikologis yang seringkali kurang bisa diamati oleh orang lain kecuali diri individu yang sedang belajar. Mengenai konsentrasi siswa, guru mempunyai andil untuk mengkondisikan pembelajaran semenarik mungkin. e) Mengolah bahan belajar. Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi-informasi yang diterima sehingga menjadi bermakna. Dalam proses pembelajaran, makna yang dihasilkan dari pengolahan informasi tersebut, merupakan hasil pemikiran dari siswa sendiri yang bersumber dari apa yang mereka dengar, lihat, rasakan, dan alami. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membantu siswa yang mendapati kesulitan dalam mengolah informasi. f) Menggali hasil belajar. Menggali hasil belajar adalah suatu proses mengaktifkan kembali pesan-pesan yang telah tersimpan.Proses tersebut dapat dipermudah dengan memperhatikan proses penerimaan pesan dengan sebaikbaiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal. g) Rasa percaya diri. Dari dimensi perkembangan, rasa percayadiri dapat tumbuh dengan baik bila terdapat sebuah pengakuan dari lingkungan di sekitar individu tersebut. Siswa memiliki rasa percaya diri di lingkungan pembelajaran apabila siswa tersebut dididik dengan penerapan prinsip-prinsip pedagogis yang tepat. Prinsip pedagogi yang berkaitan dengan rasa percaya diri yaitu dengan pemberian penghargaan terhadap siswa.
22
h) Kebiasaan Belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. 2.3.3.2 Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siawa antara lain adalah. a) Faktor guru. Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu hendaknya memahami karakteristik siswa dengan baik. Pengenalan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat optimal untuk kepentingan siswa, minat-minat siswa dan kemampuan siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapa. b) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya). Lingkungan dan teman sebaya yang terbentuk disekitar siswa dapat memberikan pengaruh positif juga negatif. c) Kurikulum Sekolah. Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Kurikulum menjadi pedoman mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, menentukan pendekatan dan strategi/metode, memilih dan menentukan media pembelajaran, dan menentukan teknik evaluasi. d) Sarana prasarana. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar merupakan komponen-komponen penting yang dapat mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa.
2.4 Hasil Belajar 2.4.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2001) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
23
Menurut Nasution (2006) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan, Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Dari pengertian yang diutarakan para peneliti diatas dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku, cara berpikir dan pengalaman baik yang dialami oleh individu dari proses belajar yang dilakukan secara sadar.Hasil Belajar dapat diukur, salah satunya yaitu melalui nilai tes atau ulangan yang diberikan secara berkala dan terjadwal. 2.4.2 Ranah Hasil Belajar Keberhasilan belajar tersebut dapat dilihat dan diketahui berdasarkan perubahan perilaku setelah diadakan kegiatan belajar, sebagaimana dikemukakan oleh W.S Winkel (2005), bahwa hasil belajar mencacup tiga kemampuan, antara lain adalah sebagai berikut. a. Kemampuan kognitif menurut Bloom dkk dalam W.S Winkel (2005) yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman pengetahuan dan pengertian pada suatu materi yang meliputi : 1. Pengetahuan yaitu kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari mencakup fakta, prinsip dan metode yang diketahui. 2. Pemahaman yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu konsep sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna. 3. Penerapan yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep atau ide dalam situasi yang baru. 4. Analisis yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagianbagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik. 5. Sintesis yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan kriteria tertentu.
24
b. Kemampuan afektif menurut Krat Wohl, Bloom dkk dalam W.S Winkel (2005) yaitu tahap-tahap perubahan sikap, nikai dan kepribadian setelah mendapatkan pengetahuan dari peoses belajar yang meliputi. 1. Penerimaan yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu. 2. Partisipasi yaitu kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartipasi dalam suatu kegiatan. 3. Penentuan sikap yaitu kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa siri sesuai dengan penilaian itu. 4. Organisasi yaitu kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. 5. Pembentukan pola hidup yaitu kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata. c. Kemampuan Psikomotor menurut Simpson dalam W.S Winkel (2005) yaitu kesatuan psikis yang dimanifestasikan dalam tingkah laku fisik (sekumpulan keterampilan dalam bidang tertentu) yang meliputi : 1. Persepsi yaitu kemampuan untuk membedakan antara dua perangsang atau lebih berdasarkan ciri-ciri khas pada masing-masing rangsangan. 2. Kesiapan yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan unuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan. 4. Gerakan terbiasa yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena telah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh. 5. Gerakan
kompleks
yaitu
kemampuan
untuk
melaksanakan
suatu
keterampilan dengan lancar, cepat dan efisien. 6. Penyesuaian pola gerakan yaitu kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjuk suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
25
7. Kreativitas yaitu kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar inisiatif sendiri. 2.5 Kajian Hasil – hasil Penelitian yang Relevan a. Skripsi karangan Neni Fitriawati (2010) dengan judul penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VIII dapat diketahui peningkatan kemampuan Berpikir kritis secara klasikal atau kelompok terjadi peningkatan sebesar 13% pada siklus I dan 6% pada Siklus 2. Serta secara individu terjadi peningkatan sebesar 6% pada siklus I dan 1,6% pada Siklus 2 serta sebesar 3% pada Siklus 2I. b. Skripsi Dwi Putra Lelana (2010) dengan judul penerapan model pembelajaran
berbasis
masalah
(problem
based
learning)
untuk
meningkatkan kemampuan Berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi siswa kelas X. Kemampuan Berpikir kritis siswa meningkat sebesar 27,04% dan hasil belajar siswa sebesar 2,63%. c. Skripsi Rozy Fahrul Ar (2012) dengan judul peningkatan hasil belajar PKn melalui model (problem based learning) di kelas 5 SDN III Geger Kabupaten
Tulungagung.
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
peningkatan persentase pada hasil belajar setelah tindakan PBL dilakukan dari siklus I sampai Siklus 2. Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes evaluasi yaitu dari siklus I ketuntasan klasikal sebesar 61% atau 9 anak meningkat menjadi 89% atau 13 anak pada Siklus 2.
2.6 Kerangka Pikir Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang didalamnya siswa bekerja secara kelompok untuk menyelesaikan masalah nyata, dalam pembelajaran menyelesaikan masalahnya siswa belajar konten materi dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi.
26
Upaya peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo pada mata pelajaran Kewarganegaraan pokok bahasan organisasi dan menghargai keputusan bersama semester 2 tahun 2012/2013. Hal tersebut dilakukan guru dengan memberikan permasalahan mengenai bagaimana menyusun organisasi di lingkungan sekolah kemudian dilanjutkan dengan sub bab mengambil keputusan bersama. Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan berpikir kritis yang kelak dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Dari uraian tersebut danberdasarkan beberapa kajian teori serta hasil penelitian yang relevan maka penulis memiliki pendapat atau gagasan. Gagasan penulis sampaikan berbentuk bagan alur pikir sebagai berikut.
Pra Tindakan
Tindakan
Hasil Akhir
Guru masih sering menggunakan cara mencatat materi di papan tulis.
Dengan memberikan permasalahan di awal pembelajaran, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Di duga Hasil belajar siswa kelas V pada Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengalami peningkatan.
Hasil belajar Kewarganegaraan siswa kelas V rendah Pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dengan memberikan permasalahan berupa bagaimana membentuk organisasi berupa pengurus kelas dan bagaimana cara mematuhi keputusan bersama sehingga siswa dapat berpikir kritis serta dapat menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri. Harapan: Siswa menjadi memiliki rasa ingin tahu yang besar dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar serta hasil belajar siswa dapat meningkat.
2.1 Bagan Kerangka Pikir
2.7 Hipotesis Tindakan Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan hasil belajar pada Standar Kompetensi memahami kebebasan berorganisasi dan Standar Kompetensi menghargai keputusan
27
bersama mata pelajaran Kewarganegaraan siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Tahun Pelajaran 2012/2013.