BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Kata “IPA” merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu Natural Science, yang secara singkat disebut dengan Science. Natural artinya alamiah, atau berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari tentang peristiwapristiwa yang terjadi dialam. Menurut kurikulum KTSP (BSNP, 2006: 161) bahwa "IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Para ahli mendefinisikan IPA sebagai berikut: Menurut Wahyana (Trianto, 2010:137) IPA adalah suatu kumpalan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam. IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kaitmengkait antara antara cara yang satu dengan yang lain (Das Salirawati,2008:24). Menurut H.W. Flower (Laksmi Prihantro,1986:1.3) Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang dimatikan menurut Kardi dan Nur (Triyanto, 2010:136). Robert B. Sund (Laksmi Prihantro, 1986:1.3) berpendapat bahwa IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan juga proses. Trianto (2013:153) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
7
8
(universal), dan merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Sedangkan James B. Conant (Laksmi Prihantro, 1986:1.3) mendefinisikan IPA adalah suatu rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagian-bagian konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperimen dan observasi dan bermanfaat untuk eksperimen serta observasi lebih lanjut. Dari beberapa definisi menurut ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam baik makhluk hidup maupun benda mati yang diproleh dengan cara menggunakan metode observasi dan eksperimen dan kemudian ditarik kesimpulan, sehingga dapat bermanfaat dan diterapkan dalam observasi dan eksperimen yang lebih lanjut. Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. IPA dipandang sebagai
proses,
sebagai
produk,
sebagai
prosedur,
menurut
Marsetio
Donosepoetro (Triyanto,2010:137). IPA dikatakan sebagai proses karena semua kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menyempurnakan penetahuan tentang alam maupun untuk pengetahuan yang baru. IPA sebagai produk karena IPA merupakan kumpulan hasil empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan dari berabad-abad. Bentuk dari ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip. IPA sebagai prosedur maksudnya adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui suatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah. Triyanto (2013:153) menyimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yakni :Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum, Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari. Menurut Laksmi Prihantro dkk (1968:1.4) berpendapat bahwa hakikat IPA merupakan suatu produk, proses dan penerapan. IPA sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan dan kumpulan konsep-konsep dan bagan konsep yang merupakan hasil suatu proses tertentu. IPA sebagai proses merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
9
produk-produk IPA. Penerapan teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan. Penerapan-penerapan IPA ini juga berguna untuk mengembangkan teori dan teknologi yang baru. Fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi Depdiknas 2003 (Trianto 2010: 138) adalah (1) menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, (3) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi, (4) menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Dari fungsi dan tujuan diatas semakin memperjelas bahwa hakikat IPA tidak hanya pada dimensi pengetahuan, IPA lebih menekankan pada dimensi ukhrawi, di mana dengan memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dasyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu kekuatan Tuhan YME. Menurut Laksmi Prihantro (dalam triyanto 2010:141) Merujuk pada hakikat IPA yang telah dijelaskan diatas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA sebagai berikut: (a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah, (b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah (c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu alat untuk mancapai tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah memiliki tujuan tertentu. Menurut Laksmi Prihanto (Dalam Triyanto, 2010:142) menyatakan tujuan pendidikan IPA adalah sebagai berikut: (a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap, (b) Menanamkan sikap hidup ilmiah, (c) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, (d) Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya, dan (e) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Kardi dan Nur (Triyanto, 2010:142) melihat tujuan pendidikan yang dikemukakan diatas menyatakan bahwa hakikat IPA tercermin dalam tujuan pendidikan dan metode mengajar yang digunakan. Sehingga pembelajaran IPA
10
pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia. Dari hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan beberapa hal, sebagai berikut: (a) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi, (c) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi, (d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama, (e)Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam, dan (f) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. (Depdiknas 2003, dalam Trianto 2010:143). Menurut Mulyasa (2010:111) adapan tujuan pendidikan mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), agar peserta didik mampu sebagai berikut : Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Menurut Mulyasa (2010:111) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek, sebagai berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
11
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya yang meliputi: benda cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.1.2 Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier (Ramani, 2002:90) mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi, yaitu: tubuh atau somantik, pendengaran atau auditory, penglihatan atau visual, dan pemikiran atau intelektual. Dari pendapat terebut Dave Meier kemudian mengajukan pembelajaran aktif atau yang biasa disingkat dengan SAVI. Menurut Dave Meier (Rahmani, 2002:90) pembelajaran aktif atau pembelajaran SAVI adalah bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran SAVI merupakan suatu pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki oleh siswa, (Warta, 2010:40). Merut Sudarni (Wahyuni, 2013:2) menyatakan bahwa model pembelajaran SAVI dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi anak. Pelajaran dikemas suasana bermain dan bereksperimen. SAVI merupakan singkatan dari Somantik, Auditory, Visualization dan Intelectually. Pembelajaran SAVI merupakan mempebalajaran yang menekankan pemanfaatan semua indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri/ teori triune, pilihan modalitas (Visualization, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda, pendidikan (holistic) menyeluruh, belajar berdasarkan pengalaman, dan belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan bahwa belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta
12
keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan semua indra yang dimiliki oleh tubuh siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung. Menutur Dave Maier (Rahmani, 2002:91) sesuai dengan singkatan SAVI, pembelajaran SAVI mempunyai empat unsur, yaitu: 1. Somantik Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh- soma. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran berarti belajar dengan bergerak dan berbuat. Jadi pembelajaran somatik berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktismelibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewktu-waktu. 2.
Auditori Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran auditory lebih kuat daripada
apa yang kita pelajari. Tanpa kita sadari telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori. Ketika kita membuat suara dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Sehingga dapat kita artikan bahwa dalam belajar hendaknya menyuruh mereka untuk menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak siswa berbicara tentang apa yang sudah dipelajari, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model pengumpulan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka. 3.
Visualization Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Di dalam otak terdapat lebih
banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada indra yang lainnya. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat “melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar.
13
4. Intelectually Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru, dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya. Hal itu merupakan sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi keaktifan. Tujuan pembelajaran SAVI adalah 1.
Mengaktifkan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang melibatkan seluruh indra yang dimiliki siswa.
2.
Meningkatkan hasil pembelajaran karena pembelajaran bersifat memberikan pengalaman belajar sehingga siswa sulit untuk melupakan.
3.
Meningkatkan cara berfikir kritis. Menurut Dave Maier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok
dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut: 1.
Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
2.
Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
3.
Kerjasama membantu proses pembelajaran.
4.
Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan.
5.
Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
6.
Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7.
Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Dalam pembelajaran SAVI terdapat kelebihan dan kelemahan. Berikut
kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran SAVI. 1.
Kelebihan Menurut Sanjaya (2008:249) kelebihan pembelajaran SAVI adalah a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri. b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan. c. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
14
d. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. h. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. 2.
Kelemahan Kelemahan pembelajaran SAVI, sebagai berikut: a.
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c.
Saat kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan memerlukan waktu yang cukup lama.
Langkah-langkah pembelajaran SAVI menurut Dave Meir (Rahmani, 2002:105) membagi tahapan pembelajaran SAVI sebagai berikut: 1.
Tahap Persiapan Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar Tahap persiapan digunakan untuk menimbulkan minat para pembelajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Tujuan mempersiapkan pembelajar adalah untuk: 1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau resisten. 2) Menyingkirkan rintangan belajar. 3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar.
15
4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran. 5) Menciptakan pembelajar aktifyang tergugah untuk berpikir, belajar, mencipta, dan tumbuh. 6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam komunitas belajar. 2.
Tahap penyampaian materi Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik.Tahap penyampaian materi ini membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan pembelajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya.
3.
Tahap pelatihan Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan.
4.
Tahap penampilan Tujuan tahap penampilan adalah membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru yang mereka miliki. Menurut Fitriana Ella (2012) (Rizki, 2011:12) tahap pembelajaran SAVI
meliputi: 1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan) Pada tahapan ini guru menggali pengetahuan siswa serta meningkatkan minat belajar siswa agar siswa termotivasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. 2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melibatkan semua panca indra yang dimiliki siswa berupa kegiatan melakukan sesuatu, mendengarkan, melihat dan berfikir yang melibatkan
16
semua modalitas belajar siswa dalam pembelajaran SAVI sehingga pembelajaran lebih bermakna dan membekas dibenak siswa. 3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Guru memberikan pelatihan keterampilan kepada siswa sehingga dapat terjadi timbal balik positif sesuai tujuan pembelajaran. 4) Tahap Penampilan (Kegiatan Penutup) Adanya refleksi terhadap proses pembelajaran serta penguatan terhadap siswa. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Somantic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) yang telah dikemukan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran Somantic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) dalam kegiatan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Somantic Auditory Visualization Intellectually LangkahKeterangan Kegiatan langkah Guru Siswa Kegiatan Awal Mempersiapkan Guru menyiapkan Siswa (Tahap lingkungan alat dan madia menyiapkan Persiapan) belajar yang yang digunakan buku yang positif unuk proses digunakan untuk pembelajaran mengikuti pembelajaran Guru Siswa memeriksa mengkondisikan kebersihan kelas, kelas dengan cara kerapian kelas memperhatikan dan cara duduk. kebersihan kelas, kerapian kelas dan cara duduk siswa
17
Melakukan Guru memberikan kegiatan motivasi pernyataan yang dan atau apersepsi memberi manfaat positif tentang pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat dalam kehidupan seharihari
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan
Guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan (Audio, intelektual) Guru memberikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan Guru mengajak siswa terlibat penuh dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran
Kegiatan Inti (Tahap Penyampaian)
Penyampaian materi
Membentuk kelompok heterogen setiap kelompok yang terdiri 4-5 siswa
Guru berbagi pengetahuan dengan cara ceramah bervariasi Guru membentuk kelompok heterogen masingmasing 5 anggota
Siswa menyimak pernyataan guru yang memberikan manfaat positif tentang pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
Siswa menyimak penyampaian tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan Siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran Siswa menyimak penyampaian materi yang disampaiakan Siswa berkumpul sesuai kelompoknya
18
Bekerja kelompok dan menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru
Kegiatan Inti (Tahapan Pelatihan)
Menyampaikan hasil diskusi kelompok
Kegiatan penutup (Tahap Penampilan Hasil)
Merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan Kesimpulan dan evaluasi kinerja
Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan dunia nyata (V)
Siswa melakukan pengamatan tentang alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum Guru melaksanakan Siswa melakukan kegiatan belajar praktikum sesuai yang melibatkan dengan lembar seluruh otak, kerja yang seluruh tunuh diberikan guru (intelektual, somantik) Guru melatih siswa Siswa menjawab memecahkan pertanyaan pada masalah (I) lembar kerja yang diberikan guru Guru memberikan Siswa kesempatan pada mempresentasika siswa untuk n hasil diskusi mempresentasikan kelompoknya hasil belajar kedepan kelas Guru bersama siswa merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
Guru bersama siswa menyimpulakan materi pelajaran Guru membagiakan Siswa lembar evaluasi mengerjakan lembar evaluasi
2.1.3 Motivasi Belajar Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, Nasution (dalam Handani, 2011:142). Motivasi menurut Sadirman (Handani, 2011:142) adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi menurut Ngalim Purwanto (dalam Handani, 2011:142 ) adalah segala sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu.
19
Menurut Winardi (2001:207) motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas
nyata
untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002:14). Sedangkan menurut Suardiman (1986:9) motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, bila ia tidak suka maka ia akan meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak seka itu. Priyatno (1989:13) motivasi belajar adalah suatu energi yang menggerakkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2013:163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang yang dapat dipengaruhi oleh dirinya sendiri ataupun kekuatan luar yang dapat menimbulkan rasa senang sehingga merasa bersemangat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Menurut Djamarah (2002: 124) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ada enam, yaitu: 1.
Faktor angka atau nilai
2.
Faktor hadiah
3.
Faktor kompetisi
4.
Faktor ego-involment
5.
Faktor pujian
6.
Hukuman Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 86) motivasi terdiri dari dua macam
yaitu: 1.
Motivasi primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan motif-motif dasar. Motif-
motif dasar tersebut umumnya berasal dari biologis atau jasmani manusia. 2.
Motivasi sekunder
20
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Misalkan seseorang yang merasa lapar akan tertarik untuk makan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan orang tersebut harus bekerja terlebih dahulu, agar dapat bekerja dengan baik orang tersebut haruslah belajar bekerja dengan baik. “Belajar bekerja dengan baik ” merupakan motivasi sekunder. Selain itu, motivasi juga dibedakan menjadi dua (Dimyati, 2006: 90) adalah sebagai beriku: 1.
Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya tidak perlu
ada adanya dorongan dari luar, kerena didalam diri seseorang sudah terdapat dorongan dari diri seseorang. Sebagai ilustrasi, seorang siswa diberi tugas untuk membaca oleh gurunya. Siswa tersebut akan terus membaca karena siswa ingin mengetahui kisah seorang tokoh yang ada didalamnya, bukan karena tugas yang diberikan oleh guru. Setelah siswa menyelesaikan membaca pada buku yang diberikan oleh guru, siswa akan mencari buku yang lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang baru. Motivasi intrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan kemudian diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. 2.
Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di
luar perbuatan yang dilakukan. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Misalnya: seorang siswa akan belajar dengan giat agar nilai ulangannya mendapatkan nilai yang terbaik, karena apabila mendapatkan nilai baik ia akan mendapatkan hadiah dari orang tuanya. Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya terdapat aktivitas belajar yang dimulai dan kemudian diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang secara mutlak tidak berkaitan dengan aktivitas belajar.
21
Ditinjau dari sudut operasionalnya, motivasi terdiri atas beberapa bentuk, yaitu (Hamdani, 2011: 290): 1.
Motif Seorang siswa yang belajar diasumsikan di dalam dirinya ada dorongan untuk
memulai, melaksanakan, dan mengatur aktivitasnya. Dorongan tersebut tergantuk pada tiap diri siswa. Dalam hubungan ini dapat dilihat dua macam motif, yaitu motif biogenis dan motif sosiogenis. Motif biogenis adalah motif yang berasal dari masalah biologis, yaitu motif yang sifatnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis. Kebutuhan biologis ini merupakan kebutuhan fundamental. Yang artinya sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain, seseorang harus memenuhi kebutuhan biologis terlebih dahulu. Motif sosiogenis adalah motif yang berasal dari segi sosial. Motif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidup seseorang. Guru harus mengetahui adanya motif ini dalam diri setiap siswa, untuk dimanfaatkan dalam pencapaian belajar. 2.
Minat Minat mempengaruhi proses hasil belajar yang juga berpengaruh terhadap
motivasi. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka orang tersebut tidak diharapkan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal itu. Minat seseorang terhadap suatu hal dapat dilihat dari keinginannya untuk mengetahui atau belajar lebih banyak. Menurut Hamdani (2011:292) fungsi motivasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, antara lain sebagai berikut: 1.
Fungsi penggerak dalam motivasi Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan melalui beberapa
cara, antara lain: a. Metode penemuan (Bruner). Metode ini dimaksudkan agar siswa memberikan stimulan terhadap dirinya sendiri sehingga ia melakukan fungsi penggerak motivasinya. b. Motivasi
kompetensi
(Robert
White).
Motivasi
kompetensi
menggerakkan tindakan-tindakan, seperti menyelidiki, memerhatikan, berbicara, penalaran, dan memanipulasi.
22
c. Belajar terprogram (Bert Kersh). Kelompok belajar secara terbimbing berisi serangkaian pertanyaan dan jawaban yang disusun secara terhadap sampai pada penyelesaian masalah. d. Prosedur brainstorming (Torranca). Prosedur ini dimaksudkan agar siswa mampu memproduksi ide-ide yang berbobot tinggi, melalui diskusi dan kritik. 2.
Fungsi harapan Guru memberi harapan-harapan tersebut untuk menggugah motivasi belajar.
Cara-cara yang dapat dilaksanakan untuk memenuhi fungsi harapan ini antara lain: a.
Merumuskan tujuan instruksional sekhusus mungkin.
b.
Tujuan instruksional hendaknya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tujuan instruksional yang langsung, intermediete, dan jangka panjang.
c.
Perubahan-perubahan harapan.
d.
Tingkat aspirasi. Tingkat aspirasi dimasudkan sebagai pembangkit motivasi dengan berpedoman bahwa keberhasilan masa lampau mengkondisikan siswauntuk menambah harapan-harapan mereka.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar (Dimyati,2006: 97) adalah sebagai berikut: a.
Cita-cita atau aspirasi siswa
b.
Kemampuan siswa
c.
Kondisi siswa
d.
Kondisi lingkungan siswa
e.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
f.
Upaya guru dalam membelajarkan siswa Menurut Mulyasa (2010: 266) terdapat beberapa prinsip yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan motivasi peserta didik, diantaranya: 1.
Peserta didik akan belajar lebih giat kompetensi dasar yang dipelajari menarik, dan berguna bagi dirinya.
2.
Kompetensi dasar harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui dengan jelas.
23
3.
Peserta didik harus selalu diberitahu tentang hasil belajar dan pembentukkan kompetensi pada dirinya.
4.
Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan.
5.
Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.
6.
Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
7.
Usahakan untuk
memenuhi
kebutuhan peserta didik dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memperhatikan rasa aman, menunjukan bahwa
guru
memperhatikan
mereka,
mengatur
pengalaman
belajar
sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar
ke
arah
keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri. Menurut Hamdani (2011: 294) beberapa teknik atau pendekatan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam belajar, antara lain: 1.
Berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan lebih lanjut.
2.
Ciptakanlah suasana kelas yang menyenangkan.
3.
Aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi.
4.
Pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan.
5.
Kembangkan pengertian para siswa secara wajar.
6.
Berikan komentar pekerjaan siswa.
2.1.4 Hasil Belajar Menurut Reigelut (Hamzah,2007:137) Hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek yang dimaksud bisa berupa efek yang sengaja dirancang, karena merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Dimyati dan Mudjion (1999:250) berpendapat, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan dari sisi
24
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Menurut Mulyono Abdurrahman (1993:31) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar yang dimaksud merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Menurut Nasution (2003:42) hasil belajar suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sedangkan Nana Sudjana (2004:14) berpendapat hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2009:5), hasil belajar berupa : a.
b.
c.
d.
e.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip – prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa menginternalisasi dan eksternalisasi nilai – nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai – nilai sebagai standar perilaku. Dari pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi, afektif, kognitif,
25
dan psikomotor yang merupakan hasil dari proses pembelajaran dengan menggunakan motode tertentu. Menurut Nana Sudjana(2004:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1.
Faktor dari dalam diri siswa, Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan sangat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Selain faktor kemampuan juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan praktis.
2.
Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan. Menurut Caroll dalam Nana Sudjana (2004: 40) hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: a.
Bakat belajar
b.
Waktu yang tersedia untuk belajar
c.
Waktu yang diperlukan siswa unuk menjelaskan pelajaran
d.
Kualitas pengajaran
e.
Kemampuan individu.
2.1.5 Hubungan Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Pembelajaran
Somatic
Auditory
Visualization
Intelectually
(SAVI)
merupakan pembelajaran yang menekankan pemanfaatan seluruh panca indra yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran
Somatic
Auditory
Visualization
Intelectually
(SAVI)
menggabungkan antara pemikiran dan gerakan. Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) dimulai dengan mengkondisikan kelas
26
sehingga terbentuk kondisi yang positif, kemudian menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah kerja yang akan dipelajari siswa. Dengan seperti itu akan membuat siswa merasa ingin tahu materi yang akan dipelajari, sehingga siswa akan mengikuti pembelajaran dengan semangat. Tidak hanya itu saja, ketika siswa sudah mempunyai semangat untuk mempelajari materi yang akan disampaikan. Tetapi guru menjelaskan hanya dengan ceramah tidak membawa alat peraga, semangat dan rasa ingin tahu tersebut akan hilang. Pada pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) setelah dikondisikan sedemikanrupa dalam pembelajaran guru akan menjelaskan pembelajaran dengan prinsip akan memanfaatkan seluruh panca indra yang akan miliki, dalam pembelajaran tersebut anak dapat mendengar, berbicara, melihat dan meraba, sehingga siswa termovasi untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Motivasi pada anak ketika pembelajaran akan terbentuk ketika anak mengetahui manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dapat melakukan percobaan sehingga pembelajaran menjadi konkrit tidak abstrak lagi. Ketika motivasi anak sudah meningkat untuk mempelajari materi tersebut pasti akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Walberg dkk yang menimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan McCelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi samapai 64% terhadap prestasi (Agus Suprijana, 2009: 162). Dari uraian diatas jelas bahwa ketika siswa dalam pembelajaran tersebut dapat menarik rasa ingin tahu siswa dan dalam pembelajaran siswa dapat melihat, mendengarkan, berbicara, meraba dan melakukan sesuatu, akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang meningkat tersebut dapat meningatkan hasil belajar terhadap mata pelajaran tersebut. Terlebih-lebih mata pelajaran IPA, siswa menganggap IPA itu membosankan karena harus menghafal, tetapi dengan penerapkan pembelajaran
Somatic Auditory Visualization
Intelectually (SAVI) siswa dalam proses pembelajaran akan diajak untuk memanfaatkan seluruh indra yang dimiliki anak dengan melihatkan video,
27
melakukan percobaan dan presentasi sehingga motivasi anak akan meningkat untuk mempelajari IPA. Anggapan IPA itu sulit dan membosankan akan hilang, sehingga motivasi anak meningkat dan hasil belajarnya pun dapat meningkat.
2.2.Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Tomi Agus (2012), dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran SAVI Pada Siswa Kelas V SDN Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran SAVI dapat meningkatakan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Hal itu dibuktikan dengan kondisi awal sebelum dikakukan tindakan total persentasi dengan seluruh item sebanyak adalah 3,36 (84,20%), pada siklus I menjadi 3,41 (85,47%), dan pada siklus II meningkat menjadi 3,49 (87,46%). Sehingga dapat dilihat motivasi siswa pada kondisi awal ke siklus I terjadi peningkatan sebanyak 0,05 (1,27%) dan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebanyak 0,08 (1,99%). Peningkatan hasil belajar pada kondisi awal persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 20,8, sedangkan setelah mendapatkan tindakan pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 68,75, pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 91,67. Dari situ terlihat bahwa terdapat peningkatan persentase hasil belajar siswa, yang semula pada kondisi awal ke siklus I mengalami kenaikan sebanyak 47,95%, dan siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebanyak 22,92%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI dapat meningkatakan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Theresia Natasian (2011), dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model SAVI Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Madyopuro 1 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Oleh Theresia Natasian”. Hasil penelitian ini adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 69,15 termasuk kategori (rendah),dan pertemuan 2 yaitu 75,93 dan pada siklus II pertemuan 1 yaitu 72,30 dan pertemuan kedua 82,73 kategori
28
(tinggi) dan hasil belajar siswa siklus I pertemuan 1 60,39 termasuk kategori (rendah) dan pertemuan 2 hasil belajar siswa 70,65 termasuk kategori(cukup). Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 meningkat sebesar (10,26%). sedangkan siklus II pertemuan 1 hasil belajar siswa 72,79 termasuk
kategori(cukup)
dan
pertemuan
2
mencapai
78,37
termasuk
kategori(tinggi). Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan sebesar (5,58%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran SAVI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini menekankan pada penerapan pembelajaran SAVI untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
2.3.Kerangka Berpikir Dalam kegiatan belajar mengajar di SD N Kebondowo 01 lebih berpusat pada guru, yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Sehingga siswa merasa bosan pada saat pembelajaran, rasa bosan tersebut dikarenakan siswa dalam pembelajaran hanya duduk, diam, dan mendengarkan saja tanpa melakukan sebuah kegiatan yang dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam sebuah proses pembelajaran terutama Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan suatu pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi siswa salah satunya adalah Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI). Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) merupakan pembelajaran yang memanfaatkan seluruh indra yang dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran ini siswa akan dijak untuk belajar secara konkrit, kegiatan pada awal pembelajaran adalah siswa dikondisikan pada kondisi positif untuk mengikuti pembelajaran, kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran manfaat pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran tersebut. Dengan demikian siswa akan merasa tertantang
29
untuk mengikuti pembelajaran dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap mata pelajaran tersebut. Pada kegiatan inti dalam pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) siswa akan diajak untuk belajar secara konkrit dengan cara guru menjelaskan pembelajaran dengan batuan alat peraga ataupun video, yang kemudian anak secara berkelompok melakkan percobaan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Setelah melakukan percobaan yang dilakukan secara berkelompok dan menjawab pertanyaan yang diberikan pada siswa, siswa akan melakukan presentasi hasil diskusi yang telah dilakukan. Sedangkan pada tahap akhir adalah siswa dan guru merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan, menyimpulkan pembelajaran dan melakukan evaluasi. Dengan penerapan pembembelajaran yang demikian maka akan meningkatkan motivasi siswa dan materi tersebut akan lebih membekas pada ingatan siswa, karena siswa mengalami langsung. Motivasi siswa yang meningkat tersebut, juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Motivasi yang meningkat akan mengingkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran khususnya IPA
2.4.Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis untuk jawaban sementara pada penilitian ini, sebagai berikut: 1. Pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan motivasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD N Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014. 2. Pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD N
Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014. 3. Penerapan beberapa tahapan pembelajaan Somatic Auditory Visualization Intelectually (SAVI) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD N
Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.