7
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas tentang: (1) Definisi kehamilan,Kekurangan Energi Kronis,yang meliputi: (a) Definisi, (b) Etiologi, (c) Manifestasi (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK yang meliputi: (a) Faktor social ekonomi, (b) Faktor biologis, (c) Faktor pola konsumsi, (d) Faktor perilaku, (3) Faktor yang mempengaruhi status gizi (4) pengaruh gizi pada kehamilan (5) Pemantauan status gizi ibu selama hamil (6) Kebutuhan gizi ibu selama hamil. 2.1 Definisi Kehamilan Kehamilan
adalah
hasil
dari
sperma
dan
sel
telur.Dalam
prosesnya,perjalanan sperma untuk memenuhi sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan.Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan,hanya sedikit yang bertahan dan berhasil mencapai sel telur.Dari jumlah yang sudah sedikit itu,Cuma satu sperma saja yang bias membuahi sel telur. Pengaruh fisik sangat mempengaruhi proses menghadirkan sang buah hati.Tanpa adanya fisik yang bagus,kehamilan tidak akan terwujud.Kalau kehamilan terwujud,kemungkinan fisik yang prima akan mempengaruhi janin.Oleh karena itu,calon ibu harus melakukan bebrapa hal berikut ini: (Mizra Maulana 2009) 1. Menata Pola Hidup Selain
kondisi
tubuh,gaya
hidup
dan
lingkungan
juga
mempengaruhi kepribadian fisik anda.Akan lebih baik lagi persiapan fisik ini dilakukan secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi.
8
2. Mencapai Berat Badan Ideal Inilah saatnya untuk lebih serius memperhatikan berat badan anda.Berat
badan
sangat
besar
pengaruhnya
terhadap
kesuburan.Kalau berat badan kurang atau berlebih,keseimbangan hormone dalam tubuh akan ikut terganggu.Hal ini mengakibatkn siklus ovulasi terganggu.Berat ada yang jauh dari ideal memicu teradinya ganguan kesehatan. 3. Menjaga Pola Makan Disiplin memenuhi pola makan bukannya tanpa alasan.Zat-zat gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi,mempertahankan kondisi kesehatan selama hamil,serta mempersiapkan cadangan energy bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Prinsipnya,
asuhan
makanan
ibu
hamil
haruslah
bergizi
seimbang,beragam,bervariasi serta proporsional.Asupan gizi yang baik selama kehamilan akan menyebabkan suplai kebutuhan giz untu pertumbuhan janin terpenuhi dengan baik.Jika tidak,selain kebutuhan untuk si ibu itu sendiri tak terpenuhi,ia pun akan melahirkan bayi kecil atau bayi rendah (BBLR) 2.2 Kekurangan Energi Kronis (KEK) 2.2.1 Definisi Kekuranga Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
9
menahun.Seseoang dikatakan menderita KEK bila LILA (lingkar lengan atas) < 23,5 cm. 2.2.2 Etiologi Menurut tulisan Ari Hirtiningsih, Tahun 2010 mengatakan Kurang energy kronis disebabkan oleh penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.Penyebab langsung yaitu penyakit dan pola konsumsi sedangkan penyebab tidak langsung yaitu umur,pendidikan dan pekerjaan. 2.2.3 Manifestasi Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm,ibu dengan LILA di bawah ini menunjukan adanya kekurangan energy kronis.Ibu hamil dengan kurang energy kronis dengan batas LILA 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gr).(Hariyani Sulistiyoningsih,2011) Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Depkes RI (2009) mengatakan Pita LILA adalah alat yang sederhana dan praktis yang telah digunakan di lapangan untuk mengukur KEK. Berbagai penelitian baik di Indonesia maupun di luar negeri menunjukkan bahwa LILA merupakan salah prediktor yang cukup baik untuk menentukan KEK. Selain itu LILA juga digunakan untuk prediktor terhadap risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian neonatal dini (kurang dari satu minggu setelah dilahirkan), status gizi bayi sampai dengan umur 9 tahun.
10
Menurur Wawan Hermawan IPB (2006) mengatakan Ibu KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri, dengan harus dalam posisi bebas lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat ukur harus dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah di lipat-lipat, sehingga permukaanya sudah tidak rata-rata. LILA ibu hamil berkorelasi positif dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu hamil, sehingga pengukuran IMT ibu hamil sama akuratnya dengan pengukuran LILA ibu hamil. 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK 2.3.1 Faktor Sosial Ekonomi Faktor social ekonomi factor yang berperan dalam menetukan status kesehatan seseorang adalah tingkat social ekonomi.Ekonomi seseorang dapat mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehariharinya.Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang di butuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu hamil terpantau.Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang di tentukan dengan variabel pendapatan,pekerjaan dan pendidikan karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. a) Pendidikan
11
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya.Pendidikan ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD,SMP,SMA dan perguruan tinggi dengan di ukur dengan cara dikelompokan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi.Faktor pendidikan dapat mempengaruhi pola makan ibu hamil,tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya. Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi di harapkan pengetahuan dan informasi tentang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya.(Dr. Superyanto, M.kes)
b) Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah guna untuk kehidupan.Ibu yang sedang hamil harus
12
mengurangi beben kerja yang terlalu berat karena akan memberikan dampak kurang baik terhadap kehamilanya.(Dr. Suparyanto,M.kes) c) Pendapatan Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuntitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang di beli. ( Madanjah 2004, dalam Wawan Hermawan IPB 2006). Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan
antara
lain
tergantung
besar
kecilnya
pendapatan
keluarga,harga bahan makanan itu sendiri,serta tingkat pengolahan sumber daya lahan dan pekarangan.Kelurga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan akan makananya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.Tingkat
pendapatan
dapat
menentukan
pola
makan.Pendapatan merupakan factor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan.Semakin banyak mempunyai uang mak semakin baik makanan yang diperoleh dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,semakin besar pula presentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah,sayuran dan beberapa jenis bahan makanan lainya. 2.4 Faktor Biologis
13
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari: a) Usia ibu hamil Melahirkan anak pada usia yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu.Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dai 20 tahun dan kurang dari 35 tahun,sehingga di harapkan status gizi ibu lebih baik terhadap jalanya kehamilan.Setelah mengalami haid pertama ,yang rata-rata terjadi pada usia 13 tahun, seorang perempuan menjalani proses pendewasaan hingga usia 18 tahun.Pada awal kehamilan , remaja cenderung mempunyai berat badan kurang dari normal dan mengalami pertambahan berat badan yang kurng selama hamil. Di sampan itu, tubuh remaja pada umumnya kuang matang untuk menjalani proses kehamilan. Akibatnya, bayi lahir dengan BBLR atau ibu mengalami kesukaran dalam melahirkan. Hal ini bisa terjadi walaupun iya mengikuti pelayanan masa hamil yang baik. Usia 25-34 tahun merupakan usia paling baik untuk memperoleh hasil yang baik dari kehamilan.( Sunita Almatsier,2011) b) Jarak kehamilan
14
Ibu dikatakan sering melahirkan bayi bila jaraknya kurang dari 2 tahun.Penelitian menunjukan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat disbanding dengan jarak kelahiran di bawah 2 tahun.Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu.Ibu tidak akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energy yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya).Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin berikut yang dikandung. Pengaturan kelahiran merupakan suatu upaya agar setiap keluarga memahami dan menyadari tentang prinsip keterbatasan (BKKBN dalam Wawan Hermawan IPB 2006) c) Paritas Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang pernah dapat hidup. Paritas merupaka keadaan wanita yang bekaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan factor yang sanga berpengaruh terhadap hasil konsepsi perlu di waspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih maka akan di temukan keadaan seperti kesehatan terganggu(anemia dan
15
kurang gizi) dan kekondoran pada dindingperut dan dinding rahim (Dr. Suparyanto, M.kes). Paritas di klasifikasikan menjadi beberapa yaitu: 1)
Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan
satu kali dengan janin yang pernah mencapai batas viabilitas,tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir. 2)
Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas. 3)
Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami
lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin yang telah mencapai batas viabilitas. 2.5 Faktor Pola Konsumsi Pola Konsumsi adalah susunan jenis danjumlah pangan yang di konsumsi seseorang atau kelompok. (Baliwati dan Rosita 2004, dalam Wawan Hermawan, IPB 2006) Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal di mulai dari penyedian pangan yang cukup di peroleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok,lauk pauk,sayur-sayuran dan buah-buahan.Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan ibu,dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu.
16
2.6 Faktor Perilaku Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering di lakukan ibu diantaranya yaitu kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kafein.Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan system syaraf.Kafein merupakan bukan salah Satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,karena efek yang di timbulkan oleh kafein lebih banyak yang negative dari pada positifnya,salah satunya adalah gangguan pencernaan.Dengan adanya gangguan pencernaan makanan akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin. 2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Berat badan bayi baru lahir
di tentukan oleh (di samping factor
genetis) status gizi janin.Status gizi janin di tentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini di pengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu hamil.Status gizi ibu sewaktu hamil di pengaruhi oleh keadaan social dan ekonomi ibu sebelum hamil,keadaan kesehatan dan gizi ibu,jarak kelahiran jika yang di kandung bukan anak pertama,parities dan usia kehamilan pertama.Status gizi ibu pada waktu melahirkan di tentukan berdasarkan keadaan kesehatan dan juga status ibu pada waktu hamil dan juga berdasarkan keadaan social fisik,asupan
pangan
dan
infeksi.(Dr.Arisman,MB,2004)
ekonomi pernah
waktu
hamil,derajat pekerjaan
tidaknya
tejangkit
penyakit
17
Usia di perlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan di berikan.Status ekonomi,terlebih jika yang bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga pra sejahtra),berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi.Manfaat riwayat obstetri ialah membantu menetukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena sering terlalu hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh.(Dr.Arisman,MB,2004) 2.8 Pengaruh Gizi Pada Kehamilan Keadaan gizi ibu sebelum hamil mempengaruhi status gizi ibu dan bayi.Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu,karena kebutuhan gizi janin berasal dari ibu.Berbagai resiko dapat terjadi jika ibu mengalami kurang gizi,diantaranya aalah perdarahan,abortus bayi lahir mati,bayi lahir dengan berat rendah,kelainan congenital,retardasi mental,dan lain sebagainya.(Hariyani Sulistioningsih,2011:108). Perempuan yang mengalami kekurangan gizi sebelum hamil atau selama seminggu pertama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi yang mengalami kerusakan otak dan sumsum tulang karena pembentukan system sarafsangat peka pada 2-5 minggu pertama.Ketika seorang perempuan mengalami kekurangan gizi pada trimester terakhir mka cendrung akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram),hal ini di karenakan pada masa ini janin akan tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi penimbunan jaringan lemak.(Hariani Sulistyoningsih,2011:108)
18
2.9 Pemantauan Status Gizi Ibu Selama Hamil Menurut Arisman (2004) dalam Hariani Sulistyoningsih (2011) mengatakan Pemantauan status gizi pada ibu dapat dilakukan dengan melihat penambaan berat badan selama kehamilan.Kenaikan berat badan bias dijadikan indicator kesehatan ibu dan juga janinnya laju pertambahan berat badan selama kehamilan merupakan petujuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri.Oleh karena itu sebaiknya ditentukan patokan besaran pertambahan berat sampai kehamilan berakhir,sekaligus serta memantau prosesnya dan dituliskan dalam KMS ibu hamil.Pemantauna yang sering dilakukan adalah dengan pemeriksaan antropometri yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan,pengukuran tinggi badan,dan penetuan berat badan ideal serta pola pertambahan berat.upaya pemantauan status gizi ibu selama hamil memerlukan data berat badan sebelum hamil serta berat badan pada kunjungan pertama.Berat badan sekarang di perlukan untuk penentuan pola pertambahan berat badan ibu hamil hal ini sangat diperlukan sebagai pertimbangan prognosis serta perlu tidaknya intervensi gizi.(Hariani sulistyoningsih,2011) Menurut pudjiadi (2005) dalam Hariani Sulistyoningsih (2011) mengatakan Selama kehamilan,ibu akan mengalami penambahan berat badan sekitar 10-12 kg,sedangkan ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 150 cm cukup sekitar 8,8-13,6 kg.Selama trimester I pertambahan berat badan sebaiknya sekitar 1-2 kg (350-400 gr/minggu),sementara trimester II dan III
19
sekitar 0,34-0,5 kg tiap minggu.Ibu yang selama hamil memiliki berat normal kemungkinan tidak memiliki masalah dalam konsumsi makanan setiap hari,namun penambahan berat badanya harus tetap di pantau agar selama hamil tidak mengalami kekurangan atau sebaliknya kelebihan.Ibu hamil dengan berat badan kurang harus mengatur asupan gizinya sehingga bisa mencapai berat badan normal,sedangakan ibu dengan berat badan berlebih tetap di anjurkan makana yang seimbang dengan bahan makanan bervariasi,dengan mengurangi bahan makanan berkalori tinggi serta lemak. Selain melihat penambahan berat badan selama hamil,status gizi ibu hamil dapat juga dilihat dari lingkaran lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin (HB) dalam darah.(Hariani Sulityoningsih,2011:110) Menurut Pusut Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Depkes RI (2009) mengatakan Hubungan antara LILA dengan BBLR tersebut dapat dijelaskan karena kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Energi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil9. Kebutuhan energi pada trimester I
20
meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Menurut Pusut Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Depkes RI (2009) mengatakan Bila ibu mengalami risiko KEK selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin. KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi.
Pengaruh KEK terhadap
proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm.
21
Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR. 2.10 Kebutuhan Gizi Ibu Selama Hamil Kebutuhan gizi selama ibu hamil meningkat karena selain di perlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya.Pemenuhan gizi selam hamil juga diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi.Salah satu indicator terpenuhinya kebutuhan gizi selama hamil adalah adanya penambahan berat badan ibu.(Haryani Sulistyonigsih,2011:110) Menurut Kasdu (2006) dalam Hariani Sulistyoningsih( 2011:110) Mengatakan kebutuhan gizi ibu hamil pada setiap ibu trimester berbeda,hal ini di sesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatan ibu.Pemenuhan kebutuhan gizi pada trimester pertama lebih mengutamakan kualitas dari pada kuantitas.Hal ini di karenakan pada masa ini sedang terjadi pembentukan sistem saraf,otak,jantung dan organ reproduksi janin,selain itu pada masa ini tidak sedikit ibu yang mengalami mual muntah sehingga tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gzi secara kuantitas.Pemenuhan kebutuhan gizi pada trimester II dan III,selain memperhatikan kualitas juga harus terpenuhi secara kuantitas. Menurut Arisman (2004) dalam Hariyani Sulistyoningsih (2011) Mengatakan Bahan makanan yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil harus meliputi enam kelompok, yaitu makanan yang
22
mengandung protein, baik hewani maupun nabati,susu dan olahanya, sumber karbohidrat baik dari roti maupun biji-bijian,buah dan sayur yang tinggi kandungan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua, serta buah dan sayur lain.