BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1
Hasil Belajar IPA
2.1.1.1
Hakekat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan suatu
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini dapat sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA dapat berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan “. Selain itu IPA juga merupakan kumpulan ilmu yang bersifat empiric dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal melainkan faktual juga. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empiric dan factual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk suatu sains dapat ditemukan. Cayangsamultan (2013:), menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, serta membuat suatu hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan suatu produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru. Sehingga di dalam pembelajaran IPA di SD perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran
merupakan
suatu
kegiatan
yangmengintestivigasi
terhadap
permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan suatu investigasi selanjutnya perlu nmelakukan generalisasi agar siswa memiliki suatu pemahaman konsep yang 8
9
baik. Oleh karena itu siswa memerlukan suatu bimbingan secara induktif saat berpikir. Selain itu, ada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa memerlukan verifikasi dan penerapan suatu hukum atau suatu prinsip. Sehingga pada saat itu siswa juga harus dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan pada pembelajaran IPA seperti ini dapat menumbuhkan suatu sikap ilmiah pada diri siswa. Dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA dapat meliputi beberapa aspek antara lain factual, keseimbangan anatara proses beserta produk, keaktifan dalam suatu proses penemuan, mampu berpikir induktif dan deduktif, serta dapat mengembangkan sikap ilmiah. Pada pelaksanaan pembelajaran IPA seperti yang sudah dijelaskan dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui suatu pembelajaran tersebut. Tujuan dari pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah sebagai berikut : a. Memperoleh suatu keyakinan terhadap kebesaran dari Tuhan yang maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman suatu konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam suatu kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif serta kesadaran tentang adanya suatu hubungan yang dapat mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi dan masyarakat. d. Mengembangkan
ketrampilan
proses
untuk
menyelidiki
alam
sekitar,
memecahkan masalah dan membuat suatu keputusan. e. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta untuk memelihara, menjaga serta melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai suatu dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP ataupun MTs. Ruang lingkung dalam bahan kajian IPA di Sd secara umum dapat meliputi dua aspek yaitu yaitu kerja ilmiah dan pembahasan suatu konsep. Lingkup kerja ilmiah dapat meliputi kegiatan suatu penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan
10
suatu kreatifitas, pemecahan masalah, sikap serta nilai ilmiah. Ruang lingkup pemahaman suatu konsep dalam Kurikulum KTSP relative sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya sudah digunakan Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP yaitu : a. Makhluk hidup dan proses kehidupanya, yaitu meliputi manusia, hewan, tumbahan dan interaksinya dengan lingkungan, beserta kesehatan. b. Benda atau materi, sifat dan kegunaanya meliputi : cair, padat dan gas. c. Energi dan perubahanya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam dapat meliputi : tanah, bumi, tata surya, serta benda-benda langit lainya.
Dengan demikian, dalam suatu pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berkaitan. Aspek dalam kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh suatu pemahaman atan penemuan konsep IPA.
11
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kelas 5, Semester II adalah sebagai berikut : Tabel 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 5 Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahanya 5. Memahami hubungan 5.1 Mendiskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan antara gaya,gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya energi serta gesek, pembentukan tanah). fungsinya. 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat Membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. 6. Menerapkan sifat-sifat 6.1 Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya. cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model. 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Bumi dan Alam Semesta 7. Memahami perubahan 7.1 Mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. yang terjadi di alam dan hubunganya dengan penggunaan sumber daya alam. 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi. 7.4 Mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air. 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
12
Sebagai ilmu pengetahuan IPA juga memiliki suatu ciri khusus sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain. Depdiknas (2006) menjelaskan beberapa ciri khusus IPA, yaitu: 1) IPA mempunyai suatu nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan suatu metode ilmiah dan prosedur yang seperti dilakukan oleh penemunya yang terdahulu; 2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dalam di dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala alam; 3)Perkembangan IPA selanjutnya ditandai tidak hanya oleh ada sekumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya suatu “metode ilmiah” (scientific metods) yang dapat terwujud melalui suatu rangkaian “kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes). Pembelajaran IPA di sekolah khususnya pada sekolah dasar diharapkan siswa mampu belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal baik dari sikap ilmiah, proses ataupun produk ilmiah. Kemampuan siswa dalam menggunakan suatu yang ilmiah perlu dikembangkan agar dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata karena pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil suatu kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan suatu konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang dapat diperoleh dari pengelaman melalui serangkaian proses ilmiah.
2.1.1.2 Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) “ hasil belajar merupakan tujuan akhir telah dilaksanakanya suatu kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui suatu usaha yang sadar dilakukan secara sistematis yang dapat mengarah ke perubahan yang positif yang kemudian dapat disebut dengan suatu proses belajar. Berakhirnya suatu proses belajar akan diperoleh suatu hasil yang disebut dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di dalam kelas terkumpul dalam suatu himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut adalah suatu hasil dari suatu interaksi tindak saat belajar dan tindak saat mengajar. Tindak
13
mengajar yang terdapat dari sisi guru biasanya diakhiri dengan proses evaluasi suatu hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar itu sendiri merupakan telah berakhirnya penggal dan puncak suatu proses belajar”. Menurut Anni dalam Zakwaan Priaji (2013: 36), hasil belajar merupakan “suatu perubahan perilaku yang dapat diperoleh setalah mengalami suatu aktivitas belajar”. Sedangkan
menurut Sudjana (2010:22), “hasil belajar adalah suatu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima suatu pengalaman belajar”.. Abdurahman (2003 : 37), mengemukakan “hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar”. Hamalik (2006:30) berpendapat bahwa, “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar dan akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari hal tidak tahu menjadi lebih tau, dan dari hal yang tidak mengerti menjadi mengerti”. Menurut Mudjiono (1999:250), hasil belajar adalah suatu hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar adalah tingkat perkembangan mental yang lebih baik jika dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut dapat terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari sisi guru, hasil belajar adalah pada saat terselesaikanya suatu bahan pelajaran. Hasil belajar itu sendiri dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siwa hasil belajar dapat dikatakan sebagai suatu tingkat perkembangan mental siswa yang lebih baik dibandingkan sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar adalah sudah terselesaikanya suatu bahan pelajaran atau suatu materi pembelajaran yang harus disampaikan. Hasil belajar merupakan suatu hasil yang dicapai siswa atau suatu bukti keberhasilan siswa melalui suatu proses pembelajaran yang dapat diukur menggunakan alat evaluasi tertentu dan dapat dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar memiliki peranan penting, peranan penting tersebut antara lain adalah guna menginformasikan kepada guru mengenai tindak lanjut, guru menyusun atau merancang apa yang akan dilakukan ketika siswa mendapatkan nilai memenuhi standar KKM ataupun siswa yang mendapatkan nilai di
14
bawah KKM. Jika perolehan hasil belajar siswa baik maka akan memberikan kebanggaan pada diri sendiri, orangtua, dan orang lain. Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Slameto (2010: 54-72) ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor intern dan faktorn ekstern. a. Faktor intern terdiri dari : Faktor Jasmaniah, yaitu meliputi faktor kesehatan, dan cacat tubuh. Faktor Psikologi, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Faktor Kelelahan Faktor kelelahan sangat mempengaruhi hasil belajar, agar siswa mampu belajar dengan baik maka harus menghindarinya jangan sampai terjadi kelelahan pada saat belajar. Sehingga perlu diasah kondisi yang bebas dari kelelahan. b.
Faktor Ekstern terdiri dari : Faktor Keluarga, meliputi bagaimana orang tua mendidik, relasi antar
anggota,suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor Sekolah, meliputi metode pada saat mengajar, kurikulum, guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa yang lainya, disiplin sekolah, alat pelajaran,waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor Masyarakat, meliputi kegiatan siswa di dalam masyarakat, media massa,teman bergaul, dan bentuk kehidupan di masyarakat. Dari pengertian-pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dapat diperoleh seseorang setelah belajar, menerima suatu pengalaman belajar, mengalami suatu aktivitas belajar atau suatu kegiatan belajar yang terjadi dan dapat merubah tingkah laku menjadi lebih positif. Perubahan tingkah laku dapat meliputi pengetahuan, sikap, minat, kebiasaan, kecakapan, ketrampilan dan dari hal yang tidak tahu menjadi lebih tahu, dari hal yang tidak mengerti menjadi
15
lebih mengerti dimana hasil belajar diukur dengan menggunakan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru dan suatu pembelajaran yang mencapai hasil belajar.
2.1.1.3
Hasil Belajar IPA
Hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakikat dari IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dapat dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meiputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagi produk, proses, dan sikap ilimiah. a. IPA dalam segi produk, dalam hal ini siswa diharapkan dapat memahani konsepkonsep IPA dan keterkaitanya dalam kehidupan sehari-hari. b. IPA dalam segi proses, dalam hal ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan suatu masalah yang dialami mereka dalam kehidupan sehari-hari. c. IPA dalam segi ilmiah, dalam hal ini siswa diharapkan memiliki minat untuk mempelajari benda-benda yang berada di sekitarnya, dapat bersikap ingin tahu, tejun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta dapat mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar. Dengan demikian dalam hasil belajar IPA, siswa harus mampu memahami suatu konsep-konseo, mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep IPA dengan mengaitkanya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga haris mampu mempelajari benda-benda yang nyata dan asli di lingkungan sekitar sehingga hasil belajar IPA siswa dapat meningkat.
2.1.2 Minat Belajar IPA 2.1.2.1 Minat Belajar Menurut Slameto (2010:180), “minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa pada suatu keterkaitan sesuatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”..
16
Pada dasarnya minat adalah penerimaan pada suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat dan dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya. Dalam belajar siswa yang berminat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mempunyai suatu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu hal yang dipelajari secara terus menerus. b. Mempunyai rasa suka dan senang pada sesuatu hal yang diminati. c. Memperoleh suatu rasa kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu hal yang diminati. Ada rasa keterkaitan pada suatu aktivitas yang diminatinya. d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainya. e. Dimanifestikan melalui suatu partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa menyukai suatu hal daripada hal yang lainya, minat juga dapat dimanifestikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat pada subyek tertentu akan cenderung memberikan suatu perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat diperoleh pada kemudian. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar pada selanjutnya dan mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan mendorong belajar selanjutnya. Berdasarkan pengertian minat menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa minat adalah merupakan suatu perasaan senang dan ketertarikan pada sesuatu dan kesenangan tersebut lalu akan cenderung untuk memperhatikan dan akhirnya akan aktif mengikuti ke dalam hal yang disenangi tersebut. Seseorang yang mempunyai minat pada suatu aktifitas tertentu akan memperhatikanya secara konsisten dengan rasa senang dan apabila minat terhadap sesuatu yang sedang dipelajarinya maka hasil belajar juga akan meningkat. Minat belajar IPA pada siswa dapat dicapai dengan cara memberikan suatu informasi pada siswa mengenai hubungan anatara bahan pengajaran yang akan
17
diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaanya bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat belajar IPA juga dapat dicapai dengan cara digunakanya media-media nyata dan benda asli pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga siswa akan lebih tertarik dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA juga akan meningkat. IPA mempunyai kecenderungan yaitu mempelajari alam dimana sebaiknya siswa diberikan suatu konsep yang nyata agar siswa lebih mudah untuk memahaminya. Dalam hal ini guru juga harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, menyenangkan, menarik dan dapat melibatkan semua siswa dalam berpartisipasi pada pembelajaran IPA. Sehingga siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA. Dengan adanya pembelajaran yang aktif, inovatif, menyenangkan, menarik, dan melibatkan siswa dalam berpartisipasi maka minat belajar siswa akan menjadi lebih tinggi dan meningkat. Jika minat belajar IPA siswa tinggi maka hasil belajar IPA siswa juga akan berpengaruh atau akan meningkat.
2.1.2.2 Unsur-Unsur Minat a. Perhatian Perhatian sangat penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, hal ini juga akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar. Wasti Sumanto(1984:32) berpendapat bahwa “perhatian merupakan pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa yang tertentu kepada suatu objek, atau suatu pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas”. Menurut Sumadi Suryabrata (1989:14) “perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan”.Aktivitas yang disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses dan prestasinya akan lebih tinggi.
18
b. Perasaan Perasaan anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya merupakan unsur yang sangat penting. Menurut (Suryabrata, 1989:66) “perasaan dapat didefinisikan sebagai segala psikis yang bersifat subjektif yang pada umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf”. (Winkell, 1983:30) berpendapat bahwa “perasaan merupakan suatu aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek”. c. Motif Kata motif dapat diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. (Sardiman, 1986:73) mengatakan motif yaitu “sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan suatu kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Sumdadi Suryabrata (1989:32), motif adalah “keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan”.
2.1.2.3 Fungsi Minat dalam Belajar Minat adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan oleh seseorang. Jika minatnya kuat maka akan menimbulkan usaha yang gigih dan serius serta tidak akan mudak putus asa dalam menghadapi tantangan. Seorang siswa memiliki rasa ingin belajar yang tinggi, maka ia akan cepat mengerti dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak yang sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid yaitu sebgai berikut: a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. d. Minat membawa kepuasaan karena minat terbentuk sejak kecil/masa anak-anak hinggan terbawa seumur hidup.
19
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang mempunyai minat pada pelajaran akan terlihat terdorong untuk terus belajar, berbeda jika ada siswa yang mempunyai sikap hanya menerima pelajaran, mereka hanya akan tergerak untuk mau belajar tetapi sulit tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran yang akan mendorong ia untuk terus belajar sehingga akan memperoleh yang baik.
2.1.2.4 Aspek-aspek Minat Belajar Hurlock mengatakan minat belajar adalah pengalaman atau proses belajar. Lebih jauh Hurlock mengemukakan bahwa minat belajar memiliki dua aspek antara lain: a. Aspek Kognitif Aspek ini berdasarkan konsep yang dikembangkan seseorang mengenai suatu bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang membangun pada aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari di lingkungan. b. Aspek Afektif Aspek afektif adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang akan menimbulkan minat belajar. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam meminatkan tindakan seseorang (Hurlock, 2990 : 422). Berdasarkan uraian diatas, maka minat belajar yang dimiliki seseorang terhadap mata pelajaran tidak merupakan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui suatu proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain jika penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang tersebut terhadap objek minat belajar adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan minat belajar akan timbul.
20
2.1.2.5
Indikator Minat Belajar Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator merupakan alat pemantau
(sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan (Depdikbud, 1991: 329). Berkaitan dengan minat belajar siswa, maka indicator merupakan alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk kearah minat belajar. Minat belajar siswa yang tinggi dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah, di dalamnya terdapat beberapa indikator yang dimiliki siswa antara lain: 1. Perasaan Senang Seorang siswa jika memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran, tanpa ada unsur terpaksa maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan pelajaran tersebut. 2. Perhatian dalam Belajar Perhatian adalah salah satu indikator minat belajar. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap suatu pengamatan, pengertian dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain daripada itu. Jika ada seseorang yang mempunyai minat belajar pada objek tertentu dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. 3.
Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik Tidak semua siswa menyukai suatu mata pelajaran karena faktor minat
belajarnya sendiri. Beberapa ada yang mengembangkan minat belajarnya kare pengeruh daru gurunya, teman sekelas, dan bahan pelajaran yang menarik. Jika lama kelamaan siswa mampu mengembangkan minat belajrnya terhadap mata pelajaran maka kemungkinan dia bisa memperoleh prestasi belajar walaupun ia tergolong siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata. Brown mengemukakan seperti yang dikutip Ali Imran (1996 : 88) sebagai berikut: Tertarik pada guru, mempunyai arti tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi dapat mengendalikan perhatianya terutama pada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin orang lain mengetahui identitas dirinya, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu
21
dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya. 4. Manfaat dan fungsi Mata Pelajaran Selain perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik, adanya manfaat dan fungsi pelajaran juga merupakan salah satu indikator minat belajar. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya.
2.1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain sebagai berikut: 1. Minat Minat belajar seseorang akan semakin tinggi bila disertai minat baik yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut D.P. Tampubulon (1993 : 41). minat belajar adalah perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada minat. 2. Belajar Minat belajar dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang tadinya tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan karena dengan pengetahuan mengenai pelajaran tersebut bertambah, minat belajar akan tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi dalam mempelajari pelajaran tersebut. Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.H (1989 : 68) berpendapat bahwa minat belajar akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena dengan semakin sering belajar maka akan semakin luas pula bidang minat belajar. 3. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru Bahan pelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa akan lebih sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Sebaliknya jika bahan pelajaran kurang menarik maka siswa juga tidak akan tertarik. Seperti pendapat dari Slameto
22
(1991:187) bahwa minat belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat belajar siswa, maka tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Menurut Kurt Singer (1987 : 93). “Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan untuk kepentingan murid-muridnya . Guru yang memiliki sikap baik seperti pandai, baik, ramah, disiplin, dan disenangi murid akan memberikan pengaruh yang besar dalam membangkitkan minat belajar siswa. Begitu juga sebaliknya jika ada guru yang mempunyai sikap yang kurang baik maka kurang bisa membangkitkan minat belajar siswa. Karena bentuk kepribadian guru dapat mempengaruhi timbulnya minat belajar siswa, maka pada saat proses belajar mengajar guru harus memperhatikan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai dengan tingkatan kecerdasan para siswanya, yang artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya. 4. Keluarga Orang tua merupakan orang yang paling dekat dalam keluarga, oleh karena itu keluarga sangat mempunyai pengaruh dalam hal untuk menentukan minat belajar seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga mempunyai pengaruh bagi perkembangan jiwa anak. Dukungan perhatian dan bimibingan dari keluarga khususnya orang tua diperlukan adalam proses perkembangan minat belajar. 5. Teman Pergaulan Melalui pergaulan maka seseorang akan dapat terpengaruh arah minat belajarnya oleh teman-temanya khususnya teman akrab. Bagi para remaja, pengaruh dari teman sangat besar karena dalam pergaulan itu mereka dapat memupuk pribadi dan melakukan suatu aktifitas bersama untuk mengurangi ketegangan yang mereka alami.
23
6. Lingkungan Menurut Crow & Crow minat belajar dapat diperoleh dari kemudian sebagai pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal (1988 : 352). Lingkungan mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri beserta jasmani dan rohaninya (M. Dalyono, 1997 : 130). 7. Cita-cita Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, cita-cita dapat juga dikatakan sebagai perwujudan dari minat belajar seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. 8. Bakat Melalui bakat maka seseorang akan memiliki minat belajar. Bila seseorang yang sejak kecil memiliki bakat tertentu, maka secara tidak langsung ia akan memiliki minat belajar dalam bakat tersebut. Jika dia dipaksakan untuk menyukasi sesuatu yang lain, maka kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat yang dimiliki. 9.
Hobi Hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat belajar
pada seseorang. Seseorang yang memiliki hobi terhadap hal tertentu maka secara tidak langsung di dalam dirinya akan timbul minat untuk menekuni hal tertentu tersebut begitu juga dengan hobi yang lainya. Dengan demikian, faltor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat belajar. 10. Media Massa Hal apa saja yang ditampilkan dalam media massa, baik itu berupa media cetak maupun media elektronik dapat menarik perhatian seseorang untuk dapat memperhatikan dan meniru. Pengaruh tersebut dapat berupa gaya hidup, nilai-nilai
24
dan juga perilaku sehari-hari. Minat belajar seseorang dapat terarah dengan apa yang didengar, dilihat, ataupun diperoleh di media massa. 11. Fasilitas Berbagai fasilitas berupa sarana maupun prasarana baik yang terdapat di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat memberikan pengaruh yang positf dan negatif. Minat belajar siswa akan timbul jika fasilitas dalam segi pendidikan mendukung, tetapi jika fasilitas kurang mendukung maka minar beajar siswa akan kurang.
2.1.3
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT)
2.1.3.1 Pembelajaran Kooperatif Slavin (dalam Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four number teams to master material initially presented by the teacher”. Berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif meupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 oarang anak secara kolaboratif sehingga anak akan lebih terangsang dalam belajar. Pembelajaran yang kooperatif dapat mencerminkan pandangan bahwa manusia itu belajar dari pengalamanya yang telah mereka alami serta siswa berpartisipasi secara aktif dalam suatu kelompok kecil yang akan membantu siswa belajar mengenai ketrampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan ketrampilan yang logis. Uno & Mohamad (2011:120) menyatakan “peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pembelajaran yang memenuhi tiga kondisi, yaitu (a) adanya suatu kontak langsung (b) sama-sama berperan serta dalam suatu kerja kelompok, dan (c) adanya suatu persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut”. (Uno & Mohamad, 2012: 120) menyatakan bahwa “hal terpenting dalam model pembelajaran kooperatif yaitu bahwa siswa mampu belajar dengan cara
25
bekerja sama dengan teman. Teman yang lebih mampu, dapat menolong teman mereka yang lemah. Setiap anggota kelompok tetap memberikan sumbangan pada prestasi kelompok. Disini para siswa juga diberikan kesempatan untuk besosialisasi”. Agus Suprijono (2009:84) mengemukakan beberapa contoh teknik dalam pembelajaran kooperatif yang berguna untuk guru antara lain, “: 1) Jigsaw, (2) Think Pair Share, (3) Number Head Together, (4) Group Investigation (5) Two stay Twitray, (6) Make a match, (7) Inside outside circle, (8) Bambo dancing, (9) Point counter point, (10) The Power of two, (11) Listen team”. Dari macam teknik pembelajaran kooperaif diatas peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan menggunakan teknik Number Head Hogether (NHT) guna maningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas 5.
2.1.3.2 Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Menurut Kagan (dalam wordpress.com,2012), model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagai informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Menurut Iqbal Ali (2010:88), model pembelajaran NHT merupakan suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Menurut Isjoni
Isjoni (2011: 60) NHT adalah suatu pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan pendekatan structural yang menginformasi akademik secara sederhana, mengutamakan ketrampilan kelompok serta ketrampilan sosial, jumlah kelompoknya bervariasi (yang beranggotakan 4-6 siswa), yang memilih topik pelajaran adalah guru, dan yang bertugas mengerjakan tugas yang diberikan sosial maupun kognitif adalah siswa.
26
2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Number head Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Isjoni (2011:60), kelebihan model NHT yaitu: a. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. b. Siswa yang pandai maupun siswa yang lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. c. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan. d. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilanya untuk bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinanya. e. Semua siswa selalu siap. Sedangkan Miftahul Huda menjelaskan kekurangan dari model NHT yaitu: a. Siswa yang pandai akan lebih cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. b. Proses diskusi dapat berjalan lancer jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemehaman yang memadai. c. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda yang akan membutuhkan waktu khusus.
2.1.3.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT Dalam hal melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Number Head Together yang dikembangkan oleh Kagan (1993) terdapat 4 tahap, yaitu :
Tahap 1 - Penomoran (Numbering) Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggota 3 sampai 5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga dalam setiap kelompok siswa mempunyai nomor yang berbeda.
27
Tahap 2 - Pengajuan Pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa. Berisi pertanyaan yang bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
Tahap 3 - Berpikir Bersama (Head Together) Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. Tahap 4 – Pemberian Jawaban (Answering) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangkat dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number head Together (NHT) adalah sebagai berikut : 1.
Pendahuluan
Langkah 1 : Persiapan a. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang akan dipelajari. b. Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT. c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2.
Kegitan Inti
Langkah 2 : Pelaksanaan Pembelajaran NHT Tahap 1 : Penomoran a.
Siswa dibagi menjadi 3-4 kelompok yang telah dibuat guru secara acak.
b.
Setiap siswa diberikan kepala nomor dalam setiap kelompok oleh guru.
Tahap 2 : Mengajukan pertanyaan a.
Siswa diberikan pertanyaan yang telah disediakan oleh guru tentang materi IPA kelas 5.
28
Tahap 3 : Menjawab Pertanyaan a. Siswa melaporkan hasil diskusi atau menuliskan dipapan tulis sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok berdasarkan kepala nomor kelompok sesuai yang dipanggil oleh guru. (elaborasi) b. Siswa bersama siswa yang lainya dan guru memberikan skor atas jawaban kelompok yang benar. (elaborasi) c. Siswa menjawab semua pertanyaan hingga semua pertanyaan yang diajukan oleh guru terjawab semua. (elaborasi) d. Siswa yang mendapatkan skor terbanyak mendapat penghargaan dari guru. (konfirmasi) 3. Kegiatan Akhir a. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. b. Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I yang telah disediakan oleh guru.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT merupakan model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan melatih siswa dalam berinteraksi dengan siswa yang lainya maupun dengan guru. Dengan begitu diharapkan siswa akan mampu menerima pelajaran dengan baik.
1.2 Penelitian yang Relevan a.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari Sekar Melati (2012) dengan judul “Upaya
meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar melelui Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas V SDN Sunggingsari Prakan Tahun ajaran 2011/2012”, menyimpulkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model tipe Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA kelas 5 SDN Sunggingsari Prakan Kabupaten Temanggung.
29
b.
Penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati (2010), siswa kelas I SDN Boloh
Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together) pada Siswa Kelas I Semester 2 SDN 4 Boloh Tahun Pelajaran 2011/2012”, menyimmpulkan bahwa pembelajaran dengan tipe NHT telah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. c.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Maimunah (2012), yang berjudul “Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan Kooperatif Tipe NHT pada Siswa Kelas IV SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester II 2011/2012”, menyimpulkan jika model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Dari hasil 3 penelitian yang telah disebutkan diatas yang relevan dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu karena sama-sama meneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT).
1.3 Kerangka Berfikir Kondisi awal yang dialami siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 02 Salatiga pada pembelajaran IPA adalah kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, dan pembelajaran terkesan monoton karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik. Hal ini dapat berakibat pada aktivitas belajar siswa yang rendah, masih kurangnya pemahaman siswa terhadap materi IPA dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih rendah. Padahal agar hasil belajar siswa dapat meningkat, guru harus mampu membuat siswa merasa senang pada pelajaran tersebut, menarik perhatian dan antusiasnya siswa pada saat pembelajaran. Agar siswa antusias dalam proses belajar mengajar maka guru harus menarik
perhatian
siswanya.
Salah
satunya
dengan
menggunakan
model
pembelajaran. Jika dapat memilih suatu model pembelajaran yang tepat, maka guru akan mudah untuk mencapai suatu kegiatan pembelajaran yang ideal. Ini yang
30
membuat akhirnya peneliti menggunakan model pembelajaran NHT karena dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan menarik. Model pembelajaran NHT adalah pendekatan struktural informal dalam pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4 tahap dalam proses pelaksanaanya, antara lain (1) Penomoran (numbering), (2) Mengajukan pertanyaan (Questioning), (3) Berpikir Bersama (Heads Together), dan (4) Menjawab (Answering). Disini NHT juga mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa kemudian menggunakan media nyata sehingga siswa dapat saling berbagi informasi. Model pembelajaran NHT membagi siswa ke dalam kelompok kecil, dimana setiap kelompoknya mendapat nomor yang digunakan untuk patokan guru pada sat menunjuk siswa mengerjakan tugas dan siswa dalam kelompok akan saling bertukar pikiran. Dalam kelompok, semua anggota mampu dan dapat menyelesaikan semua soal yang diberikan guru, sehingga disini terjadi kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Penggunaan model NHT merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa.
1.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT)
diduga dapat
meningkatkan hasil belajar dan minat IPA pada siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 02 Salatiga Semester II tahun pelajaran 2013/2014.