BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPS di SD Sapriya (2009: 19) menyatakan “Ilmu Pengetahuan Sosial” yang disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies”. Senada dengan Sapriya, Pusat kurikulum (2001: 9), mendefinisikan IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyerderhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi diorganisasikan dari konsep–konsep ketrampilan-ketrampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran yang memadukan konsep–konsep dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah, antropologi dan psikologi untuk diajarkan pada jenjang pendidikan. IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang merupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Dalam Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dinyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan
lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
6
7
Tujuan tersebut dapat dicapai, kalau ruang lingkupnya jelas. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Pengukuran pencapaian tujuan mata pelajaran IPS dilakukan melalui kompetensi yang standar yakni SK dan KD. Adapun SK dan KD untuk kelas 5 semester 1 disajikan secara rinci melalui tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas 5 Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa HinduBudha dan Islam, keragaman kenampak- an alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
KOMPETENSI DASAR 1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia. 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa HinduBudha dan Islam di Indonesia. 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta / atlas / globe dan media lainnya. 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia
2.1.2. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Rasyid (2009:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan itu tidak hanya dikaitkan dengan perubahan ilmu pengetahuan, melainkan juga berbentuk percakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Senada dengan pendapat Rasyid (2009:4), Masbied (2012) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Menurut Horwart Kingsley membagi tiga
8
macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Rayid, 2009:7). Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi dan ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Hasil belajar meliputi tiga ranah seperti dikemukakan dalam taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif yang dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll (2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif meliputi (1) pengetahuan dan ingatan (knowledge); (2) Pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh (comprehention); (3) penerapan (application) ; (4) menguraikan, menentukan hubungan (analysis); (5) menilai (evaluation), dan (6) kreasi (create). (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:3.6) Menurut taksonomi Krathwohl, dalam ranah afektif ada lima tingkatan yaitu (1) sikap menerima receiving (attending); (2) partisipasi (participation) (responding); (3) menentukan penilaian (valuing); (4) mengorganisasi (organization); dan (5) pembentukan pola hidup (characterization). Sedangkan taksonomi yang dikemukakan oleh Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay, ds, ranah psikomotor terdiri dari lima tingkatan yakni (1) persepsi; (2) kesiapan; (3) respon terpimpin; (4) mekanisme penggunaan; dan (5) respon yang kompleks. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran dapat diartikan sebagai penetapan angka pada suatu gejala, peristiwa ataupun pada benda. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:47), “pengukuran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberi angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda”. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Instrumen tes digunakan untuk pengukuran hasil belajar yang bersifat kuantitatif, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk pengukuran hasil belajar yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner
9
berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, siswa diminta untuk menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan siswa, misalnya potensi siswa. Teknik non tes berkaitan dengan kemampuan siswa pada aspek afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Berdasarkan pernyataan mengenai teknik dalam penilaian belajar, untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar melalui teknik non tes. Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan sistematis, menyebarkan angket ataupun menilai dokumen–dokumen yang ada (Sudjono:2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur ranah afektif dan psikomotorik. Ada beberapa macam teknik non tes menurut, Poerwanti Endang (2008:3-19 – 3-31) yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 3. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires). 4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja) Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya. 5. Task Analysis (Analisis Tugas) Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
10
6. Checklists dan Rating Scales Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. 7. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. 8. Komposisi dan presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. 9. Proyek individu dan kelompok Masing-masing instrumen di atas, kemudian dilakukan penskoran atau pengukuran yaitu penetapan angka. Hasil dari pengukuran tentang pencapaian KD dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:51) mengartikan evaluasi sebagai proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan penilaian acuan norma/ penilaian acuan relatif (PAN/PAR). Berdasarkan pernyataan mengenai pengukuran, maka kriteria yang digunakan sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan PAP karena kriteria yang digunakan sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran ditentukan setelah pelaksanaan pengukuran.
11
2.1.2. Model Pembelajaran Quantum Teaching (MPQT) Menurut Trimo dalam artikelnya MPQT dinyatakan bahwa QT adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental dan emosionalnya dengan Tandur (re-searchengines.com/0408trimo.html). Senada dengan Trimo, Syaiful Sagala (2010: 108) mendefinisikan QT adalah mengubah belajar meriah dengan segala nuansanya, juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan untuk memaksimalkan momen belajar. QT berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Menurut Udin Syaefudin (2010: 127) menyebutkan istilah quantum dipinjam dari dunia ilmu fisika berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran quantum mengubah bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar. Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru secara efektif dan efesien. siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuannya dalam belajar. Berdasarkan pendapat-pendapat yang disebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa QT merupakan proses belajar mengajar yang efektif, karena menekankan kepada keaktifan siswa dalam interaksi belajar dan kemampuan guru dalam memaksimalkan momen belajar dengan cara menggunakan unsur pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi didalam kelas. Sugiyanto (2010:69) menyebutkan bahwasanya tokoh utama dibalik pembelajaran quantum adalah Bobbi De Porter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun dibidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak di Kirkwood Meadows, negara bagian California, Amerika Serikat. Dengan dibantu oleh rekan-rekannya DePorter secara terprogram dan terencana menguji-cobakan gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp. “Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 25 ribu siswa dan sinergisitas pendapat ratusan guru di SuperCamp”. Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode QT menemukan bentuknya.
12
Dalam pembelajaran kuantum berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Ada tujuh kunci keunggulan yang dimiliki dalam pembelajaran kuantum diantaranya, menurut Sugiyanto ( 2010: 81): 1. Terapkan hidup dalam integritas 2. Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan 3. Berbicaralah dengan niat baik 4. Tegaskanlah komitmen 5. Jadilah pemilik 6. Tetaplah lentur 7. Pertahankanlah Keseimbangan Menurut Bobby DePorter (2006: 10), QT memiliki langkah – langkah strategi belajar yang dikenal dengan istilah TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan), yang mempunyai makna: 1. Tumbuhkan Maksudnya dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotifasi untuk belajar dan memahami “Apa Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Penerapan dalam penelitian ini adalah guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan appersepsi menarik dengan membawakan gambar atau media, dengan demikian siswa diajak menyimak gambar. 1. Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Maksudnya berikan pengalaman nyata kepada siswa untuk mencoba. Tindakan guru dalam penelitian ini adalah siswa mencoba mengerjakan materi sesuai dengan pengalaman nyata siswa dari lingkungan sosial yaitu dengan mengidentifikasi gambar. 2. Namai Sediakan kata kunci, konsep, rumus, model, strategi, sebuah “masukan”. Siswa merencanakan untuk membuat laporan hasil diskusi secara lengkap dengan memberi nama gambar. 3. Demonstrasikan
13
Sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hasil dari menamai gambar, disampaikan di depan kelas untuk dipertanggung-jawabkan kepada setiap kelompok. 4. Ulangi Tunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Maksudnya diberi kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung, kesulitankesulitan yang dialaminya, yang akhirnya mendatangkan kesuksesan. Penerapan pada penelitian ini guru memberikan penguatan dengan mengulangi apa yang telah siswa pelajari agar tidak terjalin salah konsep yakni dengan membuat kesimpulan gambar. 5. Rayakan Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Bintang prestasi dan tepuk tangan merupakan sebuah perayaan untuk menghargai hasil siswa optimal. Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran QT adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas,2001:5).
2.2. Kajian hasil penelitian yang relevan Skripsi Nelly Maghfiroh dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2010 berjudul ‘Upaya Peningkatan Prestasi Belajar melalui Metode Quantum Teaching Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas IV SD N Talang III’. Hasil penelitian Nelly menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode QT yang semula nilai rata-rata kelas dari nilai sebesar 6,55 meningkat menjadi 7,93 atau sekitar 4% siklus I, sedangkan peningkatan prestasi belajar antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 30%. Secara keseluruhan dengan penggunaan metode QT tersebut mampu meningkatkan hasil belajar siswa 2,11. Hal ini berarti melalui pembelajaran QT, prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn mampu ditingkatkan.
14
Dari hasil penelitian terdahulu ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran QT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SD. Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Nelly Magfiroh dapat menumbuhkan antusias siswa dalam belajar dan menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri siswa serta dapat memotivasi siswa dalam berekspresi. Namun demikian dalam penelitian ini ada kelemahannya yaitu siswa menjadi kurang terkontrol. Solusi dalam penelitian ini adalah menerapkan kekuatan ambak yaitu memberi motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat suatu putusan, pada saat ini siswa akan diberi motivasi oleh guru agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat atau makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah proses belajar. Di samping itu, mata pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian selanjutnya adalah IPS dan variabel penelitiannya bukan prestasi belajar namun hasil belajar. Penelitian Mohammad Zulkifli Isa Universitas Negeri Yogyakarta 2011. berjudul ‘Peningkatan Keterampilan Membaca Kritis Menggunakan Pendekatan Quantum Learning Siswa Kelas IV SD Negeri Kotagede V Kotamadya Yogyakarta’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Quantum Learning (QL) dapat meningkatkan keterampilan membaca kritis siswa kelas IV SD Negeri Kotagede V. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan skor yang diperoleh siswa pada kondisi awal skor rata-rata adalah 44,5%, setelah menggunakan pendekatan QL skor rata-rata meningkat yaitu pada siklus I menjadi 65,43% dan pada siklus II menjadi 82,71%. Kelebihan penelitian ini adalah dapat memberi semangat siswa untuk mencapai hal yang tertinggi yang diharapkan. Namun demikian dalam penelitian ini memiliki kekurangan yaitu siswa akan merasa terlalu bebas dan berani dalam berkreatifitas oleh sebab itu perlu adanya pengawasan yang sangat ketat serta penataan lingkungan belajar. Di samping itu, penilaian menekankan pada ketrampilan (non tes), sedangkan penelitian ini menekankan pada tes dan non tes. Penelitian yang dilakukan oleh Suweni dengan judul ‘Pembelajaran Matematika Materi Sifat-sifat Bangun Datar kelas V Semester 2 Tahun 2010/2011 dengan Menerapkan Quantum Teaching di SD Negeri Gajahkumpul Batangan Pati’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% (10 siswa) tuntas dengan distribusi skor 71 sampai dengan 80 di atas KKM 70 ada 3 siswa (30 %), skor 81 sampai dengan 90 ada 3 siswa (30 %), yang mendapat nilai 91 sampai dengan 100 ada 4 siswa (40 %). Kelebihan penelitian ini adalah
15
sukses seperti indikator yang diharapkan yakni 100 % siswa tuntas dan belajar akan terasa nyaman dan menyenangkan bagi para siswa karena disajikan suasana yang sangat konduksif dalam proses pembelajaran, namun perlu persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung serta fasilitas yang memadai.
Oleh karena itu dalam
penelitian ini, dipersiapkan RPP yang benar, mata pelajaran yang berbeda, dan KKM ≥ 80. 2.3. Kerangka Berpikir Hasil belajar IPS Kelas V SD Negeri Gajahkumpul Batangan semester 1 tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan lebih dari 50 % tidak tuntas. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melalui metode ceramah seluruh waktu. Guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa adalah penerima pengetahuan pasif, guru memiliki pengetahuan nantinya dihafal siswa. Kegiatan pembelajaran yang demikian merupakan pembelajaran konvensional, pembelajaran didominasi dengan metode ceramah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu diupayakan perbaikan pembelajaran IPS. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mendesain model pembelajaran dari konvensional menuju model pembelajaran modern yaitu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah MPQT. MPQT merupakan salah satu model pembelajaran yang diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar dengan KD. 1.1 mengenal peninggalan sejarah Hindu–Budha dan Islam di Indonesia siswa kelas V semester 1 tahun 2013/2014. Dalam pembelajaran dengan MPQT melibatkan siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga siswa merasakan proses pembelajaran. Adapun langkahlangkah MPQT menerapkan pembelajaran TANDUR yakni tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan. Pembelajaran TANDUR tersebut, secara operasional merupakan langkah-langkah dalam MPQT adalah: 1. menyimak gambar peninggalan sejarah Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia. 2. mengidentifikasi gambar sejarah Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia. 3. memberi nama gambar peninggalan sejarah Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. 4. menyampaikan nama gambar peninggalan sejarah Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia
16
5. membuat kesimpulan gambar peninggalan sejarah Hindu,Budha, dan Islam di Indonesia 6. bertepuk tangan bersama 7. mengerjakan tes formatif Melalui MPQT hasil belajar siswa dapat meningkat. Secara rinci keranuraian di atas digambarkan melalui gambar 2.1 di halaman berikut.
2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS tentang mengenal peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia diduga dapat diupayakan melalui model MPQT siswa kelas V SD Negeri Gajahkumpul Batangan Pati semester 1 tahun 2013/2014.
17
Pembelajaran IPS : KD 1.1 Mengenal Peninggalan Sejarah Hindu budha dan Islam di Indonesia
Pembelajaran Konvensional
Metode ceramah. Tidak PAIKEM
Model Pembelajaran Quantum Teaching
1. Menyimak gambar peninggalan sejarah
Hasil Belajar Rendah
Rubrik Penilaian Menyimak
Hindu, Budha, Islam di Indonesia
2 Mengidentifikasi gambar sejarah Hindu, Budha dan Islam di Indonesia
LKS mengidentifiksasi gambar
3. Memberi nama gambar peninggalan sejarah Hindu, Budha dan Islam di Indonesia
LKS memberi nama gambar
4. Menyampaikan nama gambar peninggalan sejarah Hindu,Budha, dan Islam di Indonesia
LKS penyampaian nama gambar
Penilaian proses belajar 5. Membuat kesimpulan peninggalan sejarah
Hindu,Budha, dan Islam di Indonesia
6 Tepuk tangan bersama
Rubrik penilaian membuat kesimpulan
Rubrik penilaian aktivitas tepuk tangan
7. Tes formatif/ penilaian hasil belajar
Gambar 2.1 Bagan Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching (MPQT)
Hasil Belajar meningkat ≥ 80