BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Basirun, mahasiswa STAIN Palangka Raya, sebelumnya juga pernah meneliti tentang portofolio. Berbeda dengan yang penulis teliti sekarang, Basirun lebih fokus kepada aplikasi portofolio itu sendiri dalam pembelajaran, sementara penulis lebih banyak membahasnya dari segi evaluasinya. Dalam skripsinya yang berjudul Aplikasi Portofolio dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MAN Model Palangka Raya, Basirun menyebutkan bahwa Perencanaan Portofolio adalah perencanaan pembelajaran yang disiapkan oleh guru mata pelajaran. Perencanaan tersebut meliputi beberapa pokok yang sangat menunjang berhasilnya atau tidaknya sebuah proses pembelajaran. Pokok-pokok dimaksud, antara lain: a) Pembuatan Program Tahunan; b) Pembuatan Program Semester; c) Pembuatan Silabus; d) Pembuatan RPP; dan e) Memperbanyak portofolio.1 Adapun terkait dengan penelitiannya di MAN Model Palangka Raya, disebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran portofolio yang dilakukan oleh guru
1
Basirun, "Aplikasi Portofolio dalam Pembelajaran Al-Qur'an Hadits di MAN Model Palangka Raya", Skripsi Sarjana, Jurusan Tarbiyah, STAIN Palangka Raya: Palangka Raya, 2008, h. 64.
8
9
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MAN Model Palangka Raya sudah dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan itu sendiri meliputi beberapa tahapan, yaitu: a) Waktu dan tempat pelaksanaan; b) Metode; c) Sistem penilaian; d) Hasil penilaian; dan e) Laporan hasil penilaian.2 Penelitan yang kedua yang dilakukan oleh Sundari NIM. 072 111 0891 dengan judul Penerapan Metode demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Thaharah dan Shalat pada Siswa Kelas VII di MTs Miftahul Jannah Palangka Raya dengan hasil penelitian hasil penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan penggunaan metode demontrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas VII MTs Miftahul Jannah PalangkaRaya. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan terhadap kreativitas siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. 2. Dalam pembelajaran fiqih materi thaharah dan salat di kelas VII MTs Miftahul Jannah PalangkaRaya sangat dibutuhkan metode demontrasi . 3. Penerapan metode demontrasi efektif dapat meningkatkan motivasi belajar dalam proses belajar mengajar, apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Setiap kegiatan belajar mengajar siswa harus mendapat mempraktikan serta hasilnya dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. b. pemberian tugas yang diberikan harus bisa memperluas pengetahuan dan membantu proses berfikir siswa. Agar siswa bisa mengambil kesimpulan
2
Ibid.,hal ...
10
4. Metode demontrasi melatih siswa untuk mandiri dan lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Faktor penghambat dan penunjang yang paling bararti dalam pelaksanaan demontrasi adalah, masih terdapatnya beberapa siswa yang kurang serius dalam mengerjakan, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dengan alasan malu serta alasan lain.3 B. Deskripsi Teoritik 1. Penerapan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penerapan adalah “pengenaan, perihal mempraktekkan”.4 Bloom’s yang ditulis oleh Team Didaktik Metodik Kurikulum PBM Surabaya, menyatakan bahwa salah satu dominan cognitive adalah penerapan (application) yaitu “kemampuan”, menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang kongkrit”. 5 Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan penerapan adalah penggunaan/mempraktikkan suatu ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari ke dalam situasi dan lingkungan yang konkrit/nyata.
3
Sundari, "Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fiqih Materi Thaharah dan Shalat pada Siswa Kelas VII di MTs Miftahul Jannah Palangka", Skripsi Sarjana, Jurusan Tarbiyah, STAIN Palangka Raya: Palangka Raya, 2007, h. 69. 4 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 935 5 Team Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998, h. 169
11
2. Pembelajaran Dalam Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dinyatakan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.6 Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono menyatakan “Pembelajaran adalah
meningkatkan
kemampuan-kemampuan
Kognitif,
Afektif
dan
Psikomotor”.7 Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu daya upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar antara pendidik itu sendiri dengan peserta didik dan sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki peserta didik, baik itu kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. Kata pembelajaran sama artinya dengan pengajaran. Jadi menurut Arikunto pengajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan, pengetahuan, keterampilan oleh obyek yang sedang belajar.8
6
7 8
Sisdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Citra Umbara, 2003, h. 5. Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, h. 159. Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiasi, Jakarta, Rineka Cipta, 1990, h. 2.
12
Menurut Slameto yang dikutip oleh Djamarah bahwa: Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 9 Sedangkan menurut Poerdakawatja belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.10 Menurut Wasty beberapa aktivitas belajar antara lain: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)
Mendengarkan Memandang Meraba, membau dan mencicipi/mencecap Menulis atau mencatat Membaca Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan Menyusun paper atau kertas kerja Mengingat Berpikir Latihan atau praktek.11
Ahli-ahli pengetahuan dan juga orang-orang mengenal bahwa ada perbedaan antara individu-individu didalam bakat-bakat untuk belajar. Adanya perbedaan dalam tingkat bakat untuk belajar ini terdapat baik pada anak-anak yang normal maupun pada anak-anak yang tidak normal. Adanya perbedaan-perbedaan ini tidak memaksa anak-anak untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Di samping itu, guru juga harus memperhatikan gejala9
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, h. 13. Poerdakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta, PT Gunung Agung, 1981, h. 99. 11 Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1990, h. 102-107. 10
13
gejala yang menunjukkan perlunya pemeriksaan dokter, misalnya terhadap gangguan penglihatan dan pendengaran.12 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu kegiatan yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Sarifuddin mengemukakan bahwa: Pengajaran adalah suatu sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yang diciptakan dalam rancangan proses pembelajaran. 13 Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Dewantara yang dikutip oleh Suwarno mengatakan bahwa pengajaran adalah tidak lain dari pendidikan yang memberikan kecakapan bagi anak yang dapat bermanfaat buat hidup anak baik lahir maupun bathin. 14 Lain
halnya
dengan
apa
yang
dikemukakan
oleh
Sardiman
mengemukakan bahwa pengajaran adalah suatu aktivitas menyampaikan pengetahuan kepada anak didik yang belum mengetahui.15 Dari beberapa pendapat para pakar di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa pengajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswa untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan 12
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung, Sinar Bari Algensindo, 2002, h. 46. Sarifuddin, Udin, Winataputra, Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Universitas Terbuka, 1997, h. 4. 14 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1992, h. 9. 15 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali Pers, 1997, h. 47 13
14
sehingga terjadinya penguasaan, pengetahuan dan keterampilan serta memberikan kecakapan kepada siswa baik dalam bertindak maupun dalam pemikiran lahir dan batin. Pengajaran merupakan dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis antar pengajar itu sendiri dengan orang yang belajar yaitu siswa. Adanya jalinan komunikasi yang harmonis akan menjadi indikator suatu apa yang direncanakan. Pengajaran bisa berjalan dengan baik apabila seorang pengajar mampu mengubah
tingkah
laku
dari
peserta
didik
dalam
arti
mampu
menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh selama ia terlibat dalam proses pengajaran dapat dirasakan manfaatnya. 3. Konsep Penilaian Dalam Kurikulum 2004 telah dikembangkan penilaian otentik berbasis kelas. Penilaian dilakukan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran, artinya penilaian tidak hanya dilakukan terhadap produk, tetapi juga pada proses. Penilaian dilakukan dengan berbagai cara, tidak hanya tes tertulis, tetapi juga tes perbuatan/unjuk kerja (performance test) dan penilaian kumpulan hasil kerja. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
15
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.16 Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Kegiatan penilaian merupakan tugas professional guru yang wajib dilakukan secara terus menerus. Kegiatan penilaian meliputi, beragam kegiatan seperti mengamati, mencatat, merekam, membuat kesimpulan, dan memberi saran hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan siswa belajar. Oleh karena itu, kegiatan penilaian ini merupakan upaya mengumpulkan informasi tentang kemampuan siswa belajar selain membuat keputusan tentang posisi kemajuan siswa belajar pada rentang tercapai–tidak tercapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, makna penilaian menyangkut dua gagasan kunci yaitu, mengumpulkan informasi (collecting information) dan membuat keputusan (making judgements).17
16
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h.180 17 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h.182
16
Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat berbentuk tes tertulis, performance, penugasan, atau proyek, dan portofolio. Penilaian kognitif semata-mata menilai sejauh mana seorang siswa memiliki pengetahuan terhadap fakta, konsep, dan teori. Penilaian ketrampilan mengukur kemampuan motorik siswa dalam ”bekerja ilmiah” mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan. 18 Di samping itu, penilaian yang dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan hasil belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan hasil belajar siswa dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor. Diharapkan penilaian kelas mampu mengatasi permasalahan penilaian yang ada sehingga hasil belajar siswa dapat dinilai sesuai dengan tuntutan kompetensi. Hasil dari penilaian ini akan mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Penilaian dan kegiatan pembelajaran akan bermuara pada penguasaan kompetensi yang sudah ditetapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu mengungkapkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Beberapa alasan mengapa ini terjadi antara lain, karena cara dan alat yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi, karena keterbatasan kemampuan dan waktu,
18
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h.180
17
penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa. Hasil evaluasi pelaksanaan Kurikulum 1994 (Pusat Kurikuum, 2000) menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan guru di kelas selama ini, kurang mampu memperlihatkan tuntutan hasil belajar siswa, yang antara lain adalah; a. Mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri secara lisan dan tertulis; b. Mengekspresi gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik, diagram, atau symbol lainnya; c. mengembangkan keterampilan fungsional sebagai hasil interaksi dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya; d. menggunakan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) sebagai sumber dan media belajar; e. membuat laporan penelitian dan membuat sinopsis; dan f. mengembangkan kemampuan bereksporasi dan mengaktualisasi diri.19 Evaluasi adalah merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena hasil dari sebuah penilaian dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil dari sebuah pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah untuk mencari pecahan masalah serta jalan keluar untuk berubah menuju kearah yang lebih baik. Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih 19
Ibid, h 181
18
baik, maka dari itu Jadi secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Akan tetapi penggunaan evaluasi yang tidak sesuai dengan cara evaluasi yang seharusnya juga tidak akan memberikan hasil yang efektif terhadap pendidikan serta ini yang kadang-kadang menjadikan polemik mendasar dalam dunia pendidikan sekarang. Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan
informasi
itu,
dapat
dibuat
keputusan
tentang
pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri. Hasil evaluasi yang didapat sampai sekarang tentang dunia pendidikan Nasional kita cukup memperihatinkan, tidak hanya dalam segi kualitas tapi juga kegagalan dalam membentuk karakter building generasi muda bangsa. Pendidikan pada dasarnya menjadi tanggung jawab semua pihak, dimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. membentuk SDM yang berkualitas. Namun sayang kebijakan pendidikan yang ada sampai sekarang masih jauh dari harapan. Mengingat terlalu luasnya cakupan dalam evaluasi
19
pendidikan maka penulis akan membatasi hanya pada evaluasi hasil belajar siswa dikarenakan masalah ini sangat sesuai dengan tugas penulis sebagai guru. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang sebaik-baiknya, para evaluator dalam hal ini para guru dituntut untuk memiliki hal-hal sebagai berikut : a. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik. b. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi. c. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, atau juga keinginan/tekanan dari pihak lain agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti. d. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa. e. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya. 20 Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Akan tetapi
20
MANAJEMEN-SISTEM-EVALUASI-PENDIDIKAN. (online,juni2009)
20
kebanyakan guru merasa enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, dan juga mungkin belum mengetahui teknikteknik evaluasi yang baik mereka beranggapan lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut. Contoh lain ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian tidak mutlak dengan tes tertulis. bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penilaian tersebut. Karenanya ada juga guru yang tidak menghiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum. Salah satu rumusan mengenai evaluasi menyatakan bahwa evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggung jawabkan (Morison). Dalam rumusan ini terdapat
21
tiga faktor utama, yakni : (1) pertimbangan (judgment), (2) deskripsi objek penilaian, (3) kriteria yang dapat dipertanggung jawabkan. 21 Istilah evaluasi sering kali dipertanyakan dan menurut perumusan tertentu. Istilah evaluasi dibedakan dengan istilah-istilah lainnya seperti pengukuran, penelitian, dan sampling pendapat. Untuk kejelasannya, ada baiknya istilah tersebut kita batasi terlebih dahulu agar kita berangkat dari titik awal yang sama. Dengan demikian akan lebih memudahkan kita untuk memahami
semua
persoalan
yang
berkenaan
dengan
permasalahan
pembelajaran. Salah satu kebijakan evaluasi pendidikan yang bersifat makro adalah dengan digulirkannya Ujian Nasional (UN). Ujian Nasional ini digulirkan dengan maksud untuk mengevaluasi hasil akhir belajar siswa dalam satu jenjang pendidikan tertentu dan sekaligus Ujian Nasional ini menjadi faktor evaluasi pendidikan yang menentukan apakah siswa lulus atau tidak lulus. Hal inilah yang menjadi biang perdebatan di masyarakat dan juga para ahli pendidikan di negara kita karena UN ini dianggap membawa kontroversi dan ketidakadilan bagi para siswa. Seluruh hasil belajar siswa harus ditentukan kelulusannya hanya dengan ujian selama 4 hari dan empat pelajaran. Padahal kalau kita perhatikan dalam UU No 20/2003 terdapat dua ketentuan relevan: Pasal 58 Ayat (1) mengatakan :
21
Oemar Hamalik. Evaluasi Kurikulum, (Bandung. Remaja Rosdakarya.1989). h. 2
22
"evaluasi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik", dan Pasal 61 Ayat (2) yang mengatakan bahwa "ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi". Kedua ayat tersebut mengandung makna bahwa evaluasi yang berimplikasi kelulusan sertifikasi adalah kewenangan pendidik dalam satuan pendidikan yang terakreditasi. Evaluasi dalam
pengertian examination bermaksud mengukur
pemahaman dan prestasi peserta didik dan bernuansa seleksi serta menentukan lulus atau tidak lulus, sedangkan evaluasi dalam pengertian assessment bermaksud mengukur kinerja sistem atau bagian dari sistem pendidikan dan berimplikasi perbaikan penyelenggaraan dan sistem/komponennya. Dalam UU No 20/2003 terdapat dua ketentuan relevan:
Pasal 58 Ayat (1) yang mengatakan bahwa "evaluasi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik", dan Pasal 61 Ayat (2) yang mengatakan bahwa "ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi". Kedua ayat tersebut mengandung makna bahwa evaluasi yang
berimplikasi kelulusan (sertifikasi) adalah kewenangan pendidik dalam satuan pendidikan yang terakreditasi. 22
22
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 180.
23
Melihat kedua makna evaluasi, timbul sebuah pertanyaan, siapa yang berwenang melakukan evaluasi untuk masing-masing makna tersebut? Dalam tulisan ini penulis mencoba menyoroti evaluasi pendidikan, termasuk ujian nasional (UN) dalam konteks perundangan yang berlaku dan dalam konteks substantif evaluasi pendidikan dalam berbagai makna serta implikasi dan kelayakannya. Dengan menempatkannya dalam perspektif yang lebih komprehensif dan substantif. Sedangkan konsep penilaian dan prinsip yang dikembangkan oleh KBK dan KTSP tidak ada perbedaan, bahkan sangat sinergis. Keduanya beranggapan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Dengan demikian, penilaian diarahkan pada proses, mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. 23 4. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) Menurut Zainal Arifin penilaian-berbasis-kelas menjelaskan bahwa PBK yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsipprinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten, serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
23
Masnur Muslich. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. (Jakarta. Bumi Aksara. 2008) h. 92
24
standar yang harus telah dicapai disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan pelapornya. 24 Penilaian berbasis kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.25 Penilaian dalam KBK dan KTSP saat sekarang ini menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna untuk mendukung upaya untuk memandirikan siswa dalam belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Oleh karena itu penilaian dilaksanakan dalam kerangka Penilaian Berbasis Kelas (PBK). Mengapa dikatakan PBK ? karena kegiatan penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Dalam implementasi KTSP sebaiknya guru menggunakan penilaian berbasis kelas yang memandu sejauh mana transformasi pembelajaran di kelas. Authentik assessment (penilaian yang sebenarnya) menjadi acuan dalam penilaian di kelas, artinya penilaian tentang kemajuan belajar siswa diperoleh di sepanjang proses pembelajaran. Oleh karena itu penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintregrasi dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan
24
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 181. 25 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 181
25
semata-mata hasil. Asesmen kelas suatu istilah umum yang meliputi prosedur prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran peserta didik (pengamatan, tingkat performans, tes tertulis) untuk dijadikan pertimbangan pemberian nilai dengan memperhatikan kemajuan belajarnya. 26 a. Karakteristik Penilaian berbasis Kelas Menurut Sumarna Supranata dan Muhammad hatta, penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik yaitu; (1) Pusat Belajar dan berakar dalam Proses Pembelajaran. Penilaian berbasis kelas dapat memberikan informasi dan petunjuk bagi guru dan peserta didik dalam membuat pertimbangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki hasil belajar. (2) Umpan balik. Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu aku balik (feed back loop) di kelas. Guru maupun murid dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas. Informasi tentang perkembangan peserta didik dapat dikumpulkan untuk melakukan umpan balik perbaikan terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Agar kumpulan informasi tersebut lebih valid dan dapat dipercaya maka diperlukan rancangan dan pengalaman kemampuan dan ketrampilan guru di kelas. Guru harus belajar lebih banyak tentang bagaimana peserta didik belajar, merespon teknik penilaian berbasis kelas yang sangat berfariasi ditinjau dari segi jenisnya, dan melakukan pendekatan mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi dasar yang dituntut oleh kurikulum.27 b. Bentuk Penilian Berbasis Kelas Menurut Zainal Arifin dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Tekdik dan Prosedur beberapa bentuk penilaian berbasis kelas, diantaranya: 1) Kuis; digunakan untuk menenyakan hal-hal yang prinsip daripelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan 26
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 189-190 27 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 192
26
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
dilakukan sebelum pelajaran. Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai pemahaman yang cukup mengenaipelajaran yang diterima, sekaligus juga untuk membantu huubungan antara pelajaranyang lalu dengan yang akan dipelajari (apresiasi). Pertanyaan Lisan di kelas; digunakan untuk mengungkapkan penguasaan peserta didik tentang pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari. Dengan ini diharapkan para peserta didik mempunyai bangunan keilmuan dan landasan yang kokoh untuk mempelajari materi berikutnya. Ulangan Harian; dilakukan secara periodic pada akhir pengembangan kompetensi, untuk mengungkapkan penguasaan ognitif peserta didik, sekaligus untuk menilai keberhasilan pengguna berbagai perangkat pendukung pembelajaran. Tugas Individu; dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dan dapat berupa tugas di madrasah (kelas) dan di rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkapkan kemampuan teoritis dan praktispenguasaan hasil penilaian dalam penggunaan media, metode, strategi, dan prosedur tertentu. Tugas Kelompok; igunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah, sekaligus juga untuk membangun sikap kebersamaan pada diri peserta didik. Tugas kelompok ini akan lebih baik kalau diarahkan pada penyelesaian mengenai hal-hal yang bersifat mpiric dan kesuistik. Jika mungkin kelompok peserta didik diminta melakukan pengamatan langsung atau merancanakan sesuatu proyek dengan menggunakan data informasi dari lapangan. Ulangan Semester; digunakan untuk menilai penguasaan kompetensi pada akhir program semester. Kompetensi yang disajikan berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkankompetensi dasar, hasil belajar dan indicator pencapaian hasil belajar yang dikembangkan dalam semesteryang bersangkutan. Ulangan Kenaikan Kelas; digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai materipada suatu bidang studi tertentu satu tahun ajaran. Pemilihan kompetensi ujian harus mengacu pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain yang relevan. Responsi atau Ujian Praktik; dipakai untuk mata pelajaran yang ada praktiknya, seperti Fiqih Ibadah dan Bahasa Arab, yaitu untuk
27
mengetahuipenguasaan akhir baik dari segi kognitif, efektif, maupun psikomotoriknya28 Jadi dapat dapat kita lihat, banyak bentuk dan cara variatif yang digunakan oleh seorang pendidik dalam melakukan penilaian berbasis kelas ini serta berkelanjutan. c. Tujuan Penilaian Berbasis Kelas Menurut Thohari MM mengatakan bahwa tujuan penilaian berbasis kelas atau kemudian disebut penilaian kelas adalah (1) Menjamin agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan kurikulum. (2) Memeriksa kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. (4) Menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai seluruh atau sebagian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian berbasis kelas juga harus memperhatikan hal-hal dalam penilaian berbasis kelas, antara lain; (a) Tujuan program pembelajaran setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. (b) Standar keberhasilan yang harus dicapai oleh peserta didik berdasarkan kriteria yang dijadikan rujukan. Oleh karena itu perlu ada kesepakatan dan penggunaan kriteria agar kualitas pencapaian kriteria akan selalu diperbaiki dari waktu ke waktu. (c) Penilaian berbasis kelas sebagai penilaian internal yang dilakukan guru merupakan bagian internal dari penilaian ekternal. Misalnya : seperti ujian akhir nasional. (d) Model penilaian berbasis kelas menitik beratkan pada aspek perbaikan mutu pengajaran bagi guru dan pembelajaran bagi peserta didik. (e) Memanfaatkan hasil penilaian berbasis kelas akan sangat beragam dari suatu penilaian dengan penilaian lain, sehingga setiap penilai dalam melakukan perbaikkan mutu pembelajaran berbeda satu dengan yang lain.29
28
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 192-193 29 Surapranata dan Dr. Muhammad Hatta,Penilaian portofolio implementasi kurikulum 2004,
28
d. Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas Prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan dalam rangka pencapaian kompetensi, adalah (1) motivasi, (2) validitas, (3) adil, (4) terbuka, (5) berkesinambungan, (6) bermakna, (7) menyeluruh, (8) edukatif. Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau
29
mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa : a) tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), b) tugas (tugas ketrampilan,
tugas
investigasi
sederhana
dan
tugas
investigasi
terintegrasi), c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, daftar cek, presentasi oral dan debat). Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah : a) melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan dengan kehidupan nyata siswa, b) tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional, c) melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang luas, d) menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e) merupakan alat penilaian dengan latar standar (standard setting), bukan alat penilaian yang distandarisasikan, f) berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher centered), dan g) dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar dan latar belakang kulturalnya. 30 Hal-hal yang terkait dengan penerapan penilaian otentik atau penilaian berbasis kelas adalah : 1) penilaian belajar tidak dapat hanya dilaksanakan secara eksidental (tes sumatif, ujian akhir) tetapi perlu
30
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 187
30
dilaksanakan secara terus-menerus di dalam proses pembelajaran, dan 2) penilaian belajar tidak hanya mencakup konsep esensial materi pelajaran menurut ahlinya, tetapi juga melibatkan konsep esensial sesuai dengan konteks dunia nyata siswa. Prinsip-prinsip umum penilaian berbasis kelas adalah : 1) Valid: Penilaian harus memberi informasi akurat tentang hasil belajar siswa. Misalnya pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen, maka kegiatan melakukan eksperimen harus menjadi salah satu objek yang dinilai. 2) Mendidik: Penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian belajar siswa. Hasil penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi siswa yang berhasil atau sebagai pemicu semangat belajar bagi yang kurang berhasil. 3) Berorientasi pada kompetensi: Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum. 4) Adil: Penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, dan jender. 5) Terbuka: Kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak. 6) Berkesinambungan: Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai hasil belajarnya. 7) Menyeluruh: Penilaian hasil belajar siswa meliputi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), sikap dan nilai (afektif) yang direfeleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur termasuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa. 8) Bermakna: Penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna, dan bisa ditindaklanjuti oleh semua pihak.31
31
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 187-188 Ibid, 188
31
e. Teknik Penilaian Berbasis Kelas 1) Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menurut peserta didik menunjukkan kinerja. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Kinerja yang dapat diamati adalah bermain peran, membaca puisi/deklamasi,
dan
berpidato.
Penilaian
unjuk
kerja
perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut: a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. c) Kemampuan-kemampuan
khusus
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan tugas. d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua mudah diamati. e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan yang akan diamati.
32
2) Teknik Penilaian Kinerja Pengamatan kinerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, misalnya, perlu dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam,seperti diskusi dalam
kelompok
kecil,
berpidato,
bercerita,
dan
melakukan
wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan instrumen berupa daftar cek atau skala rentang. Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya–tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila criteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benarsalah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. 32 f. Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas Secara umum penilaian berbasis kelas antara lain terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas dan ulangan umum. Berbagai jenis penilaian berbasis kelas antara lain : tes tulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian hasil kerja peserta didik, penilaian sikap dan penilaian portofolio.
32
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 192-193
33
Tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas peserta didik memberilkan jawaban atas pertanyaan atau pertanyaan maupun tanggapan atas pertanyaan atau pertanyaan maupun tanggapan atas pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan. Tes tertulis dapat diberikan pada saat ulangan harian dan ulangan umum. Bentuk tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah, isian singkat, dan uraian (esai). Tes perbuatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang memungkinkan terjadinya praktek. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pemberian tugas dilakukan bisa dilakukan mulai awal kelas sesuai dengan akhir kelas sesuai dengan materi pelajaran dan perkembangan peserta didik. Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal sebagai berikut; (a) Banyaknya tugas mata pelajaran diusahakan tidak memberatkan peserta didik. Karena mereka memerlukan waktu bermain, bersosialisasi dengan teman dan lain-lain. (b) Jenis dan pemberian tugas harus didasarkan pada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih peserta didik menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. (c) Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreatifitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian. Penilaian proyek adalah penilaian berbasis kelas terhadap tugas yang harus disesuaikan dalam waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Penilaian Produk adalah penilaian hasil kerja peserta didik terhadap penguasaan ketrampilan peserta didik dalam membuat suatu produk dan penilaian kualitas hasil kerja peserta didik tertentu. Misalnya : Siswa diberi tugas untuk membuat kliping Koran tentang bencana alam di Indonesia, selanjutnya siswa diberi tugas untuk mengomentarinya dan solusi untuk meringankan beban mereka. Penilaian Sikap merupakan penilaian berbasis kelas. Terhadap suatu konsep psikologi yang komplek. Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran secara umum dapat dilakukan berkaiatan dengan berbagai obyek sikap antara lain, a) Sikap terhadap mata pelajaran, b) Sikap terhadap guru mata pelajaran, c) Sikap terhadap proses mata pelajaran, d) Sikap terhadap materi pembagian. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara observasi perilaku, pertanyan langsung, laporan pribadi, penggunaan skala sikap. Penilaian Portofolio. Penilaian ini merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. menurut Bartons dan Collins (1997)
34
semua obyek portofolio atau avidence di bedakan menjadi empat macam yaitu (a) Hasil karya peserta didik (arti facts), yaitu hasil kerja peserta didik yang dihasilkan di kelas. (b) Reproduksi (reproduction) yaitu hasil kerja peserta didik yang dikerjakan di luar kelas. (c) Pengesahan (affes tations) yaitu pernyataan dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pihak lainnya tentang peserta didik. (d) Produksi (productions) yaitu hasil kerja peserta didik yang dipersiapkan khusus untuk portofolio.33 5. Pengertian Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profrsinya) mengajar.34 Kemudian dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, guru ialah orang yang kerjanya mengjar; perguruan; sekolah; gedung tempat belajar; perguruan tinggi, universitas.35 Sedangkan menurut Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan “guru adalah orang yang memikul pertangungan jawab untuk mendidik.36 Sedang Suyono dalam bukunya Ilmu Pendidikan Umum: Guru atau pendidik adalah orang yang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai makhluk hidup, makhluk sosial dan individu.37 Menurut Mulyasa peran guru dalam pembelajaran guru juga harus mengacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. 33
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik dan Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009,h. 192-193 34 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 1991, h, 288 35 Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (tt), h, 166-117. 36 Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, 1993, h. 37. 37 Suyono, Ilmu Pendidikan Umum, 1989, h.6.
35
Dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut: 1) Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2) Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik 3) Fasilisator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakat. 4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahan. 5) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab 6) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturrahmi) dengan orang lain secara wajar. 7) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 8) Mengembangkan kreatifitas 9) Memjadi pembantu ketika diperlukan. 38 Untuk memenuhi tuntutan di atas guru harus mampu memakai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. a. Guru sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. b. Guru sebagai Pengajar sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. c. Guru sebagai Pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertaggung jawab 38
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h.37- 45.
36
atas kelancaran itu. Dalam hal ini istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spritual yang lebih dalam dan komplek. Sebagai guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. d. Guru sebagai Penasehat Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menesehati orang. e. Guru sebagai Model dan Teladan Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Keprihatinan, kerendahan, kemalasan dan rasa takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa menyebabkan seseorang berpikir atau berkata”jika saya harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan yang tepat bagi saya”. Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.39 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian khusus untuk mengajarkan ilmunya kepada peserta didik agar menjadi orang dewasa. Berkenaan dengan dengan profesi sebagai pendidik, maka tugas guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menurut Oliver yang dikutif oleh Sahertian adalah: a. Guru sebagai penceramah, atau sebagai penyaji informasi b. Guru sebagai sumber untuk disampaikan kepada anak didik c. Guru sebagai fasilisator, yaitu menyediakan berbagai lingkungan untuk belajar, melengkapi berbagai sumber yang membantu siswa untuk aktif.
39
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h.37- 45.
37
d. Guru sebagai konselor, yaitu membantu siswa memberi nasihat, mendengarkan keluhan dan menciptakan suasana belajar siswa e. Guru sebagai pemimpin kelompok yang mensimulir gejala-gejala untuk belajar bersama kelompok belajar, memandang gejala sehingga semua berprestasi. f. Guru sebagai tutor, yaitu menolong siswa dengan berbagai macam cara g. Guru sebagai menejer, yaitu menyajikan pelayanan media belajar yang disediakan.40 Berdasarkan paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya tugas guru adalah dalam kegiatan belajar mengajar adalah menyajikan materi pelajaran, mendorong, memotivasi dan menstimulus siswa agar belajar dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efesien. 6. Pendidikan Agama Islam Menurut Uhbiyati dalam bukunya Pendidikan Islam yang mengutip pendapat Mustafa Al- Ghulayainu menyatakan bahwa : Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga Akhlak itu menjadi salah salah satu kemampuan ( meresap dalam ) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, sebaiknya dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air 41 Sedangkan menurut Zuhaimi dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam memikir, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai40
Sahertian, Supervisi Pendidikan Islam Dalam Rangka Inservice Education, Jakarta: Rineka Cipta, 1990,h.36-37. 41 Uhbiyati, Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1998,h.152
38
nilai Islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai – nilai Islam. 42
C. Kerangka Pikir dan Pertanyaan Penelitian 1. Kerangka Pikir Pembelajaran adalah suatu daya upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar antara pendidik itu sendiri dengan peserta didik dan sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki peserta didik, baik itu kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. Berkenaan dengan itu Penerapan Penilaian Berbasis Kelas Di SDN–1 Pangkut Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan sebuah langkah pembaharuan yang mungkin sangat sulit diterapkan, tetapi untuk mencapai tujuan standar evaluasi nasional, maka seorang guru harus mencari solusi sehingga model itu dapat tercapai sesuai dengan pedoman yang sudah dikeluarkan oleh Depdiknas. Dalam penerapan tersebut ada beberapa masalah pokok yang harus diperhatikan oleh seorang guru antara lain penguasaan siswa terhadap kosa kata dan penerjemahan teks ke dalam bahasa Indonesia yang bagaimana yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengejar tersebut atau dengan kata lain menentukan sasaran dengan jelas dan kongkrit dari kegiatan belajar mengajar sehingga siswa benar-benar paham.
42
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, 1995,h.152
39
Kerangka pikir yang telah diungkapkan oleh peneliti di atas merupakan suatu dasar untuk data yang ada di lapangan dan dapat dituangkan dalam suatu bagan sebagai berikut :
Penilaian Berbasis Kelas
Teknik Penilaian Berbasis Kelas
Penerapan PBK
2. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana penerapan Penilaian Berbasis Kelas Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IV di SDN-1 Pangkut Kecamatan Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat?