BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya (state of ther Art)
Jurnal lokal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Volume 16 nomor 1, juni 2014 karya Maisaratun Najmi mengenai “Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya” dalam jurnal ini dijelaskan produksi televisi komunitas Grabag TV dalam siaranan utama dalam program seni dan budaya, dan menunjukkan bahwa televisi komunitas di Grabag TV dapat bertahan dan eksis karena dukungan penuh dari masyarakat. Jurnal lokal ilmu komunikasi, 2013, 1 (4): 340-352 karya Dina Febriyana mengenai “Proses Produksi Program Talkshow “Redaksi 8” Pada Televisi Lokal Tepian TV Samarinda”. Dalam jurnal ini dilakukan penelitian mengenai proses produksi yang terdiri dari proses pengangkatan tema dan brainstorming, dan tahap di dalam studio, tahap produksi secara live, tahap pasca produksi hanya meng-edit rekaman untuk ditayangkan. Jurnal Komunikologi Volume11 Nomor 1, Maret 2014 “Strategi Penyajian Program Pendidikan di Televisi Edukasi” karya Herry Kuswita yang membahas bagaimana format sajian program pendidikan yang meliputi tata panggung Journal of tion AnalysisThi-Qar University number 2 Vol.6 (2011) “TV Talk Show as Institutional Talk: Topicalization Analysis”, meneliti mengenai pentopikan dalam sebuah program talkshow, perbincangan yang dilakukan host dapat menciptakan skema yang unik dan khusus untuk program TV talkshow. Jurnal Canadian Journal of Communication, Vol 34 (2009) 41-59 “Reality TV Format: The Case of Canadian Idol” karya Doris Baltruschat dalam penellitian ini menjelaskan pembuatan sebuah program yang menggunakan interaktif dari penonton.
7
8
Tabel 2.1 State of Art
Jurnal
Proses
Produksi
TV Talk
Reality TV
Strategi
Analisa
Produksi
Dan
Show as
Formats: The
Penyajian
Unsur
Program
Penyiaran
Institution
Case of
Program
Kebudayaan
Talkshow
Program
al Talk:
Canadian
Pendidikan di
Dalam
“Redaksi
Seni Dan
Topicaliza
Idol
Televisi
Proses
8” Pada
Budaya Di
tion
Edukasi
Produksi
Televisi
Grabag TV
Analysis
Program
Lokal
Dialog
Tepian TV
“Obrolan
Samarinda
Budaya” TVRI
Metode
perband ingan
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Dalam
Penelitian
Menjelask
penelitian
yang
Kualitatif
kualitatif
Penelitian
Penelitian
an adanya yang
yang
ini
ini melihat melihat
topicalizat
menjelaskan
menjelaskan
menjelaskan
produksi
produksi
ion
produksi
penyajian
unsur
sebuah
dari sebuah Analysis
dalam
dalam sebuah budaya
program
program
dalam
program
produksi
yang
talkshow
budaya
sebuah
reality
program
ditanamkan
pendidikan
dalam
dalam
program
televisi
talkshow
lokal
Penelitian
Kualitatif
proses produksi sebuah program dialog
9
2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Komunikasi menurut asal katanya berasal dari bahasa latin Communicaten, dalam perkataan ini bersumber kata Communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna (Wiryanto, 2006). Menurut Bernard Bereslson dan Gary A. Steiner komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain - lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain (Riswandi, 2009). Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2010) menurut David K.Berlo, ia memperkenalkan sebuah model komunikasi yang dikenalkan dengan model SMCR kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), Receiver (penerima). Sebagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Dari berbagai macam definisi komunikasi yang sudah dijabarkan diatas, penulis dapat menyimpulkan komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang disampaikan pengirim kepada penerima pesan melalui saluran atau media penyampaian.
2.2.2 Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa) (Nurudin, 2007). Definisi komunikasi massa dari Meltzke berikut ini memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka
10
melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar (Ardianto, Komala, & Karlinah, 2007). Komunikasi massa merupakan satu topik di antara banyak ilmu sosial dan hanya satu bagian dari lingkup penelitian dari komunikasi manusia. Di bawah istilah ilmu komunikasi (communication science), wilayah ini menurut Berger dan Chaffee adalah ilmu yang mencoba memahami produksi, pengolahan, dan efek dari sistem simbol dan sinyal dengan membangun teori yang dapat diuji, mengandung generalisasi yang sah yang menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, pengolahan, dan efek (McQuail, 2012). Dari definisi – definisi diatas penulis dapat mengartikan komunikasi massa merupakan sebuah proses penyampaian pesan kepada massa, khalayak, atau masyarakat, melalui media penyampaian pesan.
2.2.2.1 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Nurudin, 2007) ciri – ciri komunikasi sebagai berikut : 1. Komunikator Dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. 2. Komunikan Dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut. 1. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. 2. Berisi individu – individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
11
3. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal yang melekat pada diri komunikan Jadi, semakin jelas sifat heterogen yang melekat pada diri komunikan. 3. Pesannya Bersifat Umum Pesan – pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau sekelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan – pesannya ditjukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan – pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus di sini artinya pesan memang tidak disengaja untk golongran tertentu. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung meberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). 5.
Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan – pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan juga tentunya bersifat relatif. Majalah atau media sebagai contohnya. Surat kabar di tempat terbit pukul 5 pagi, di luar kota baru pukul 6 pagi. Ini masalah teknis semata. Namun, harapan komunikator dalam komunikasi massa, pesan tetap ingin dinikmati secara bersamaan oleh para pembacanya. Tidak terkecuali bahwa pesan tersebut (lewat surat kabar) disebar (didistribusikan) oleh media cetak secara bersamaan pula. Hanya karena wilayah jangkauannya yang berbeda, memungkinkan terjadi perbedaan penerimaan. Akan tetapi, komunikator dalam media massa berupaya menyiarkan informasi secara serentak.
12
6.
Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayak sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar. Apalagi dewasa ini sudah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan, saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live), dan bukan siaran yang direkam (recorded). Peralatan teknis merupakan sebuah kniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa. Tidak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.
7.
Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau sering disebut penapis informasi / palang pintu / penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterprestasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan – pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula gatekeeping (pemalangan pintu atau penapisan informasi) yang dilakukan. Bahkan bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalangan pintu ini.
2.2.2.2
Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa dalam (Nurudin, 2007) menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4)
13
transmission of culture (transmisi budaya). Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media Mass Communication (1991) disebutkan; (1) providing information, (2) providing entertaiment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yakni, (1) surveillance of the environment (fungsi pengawasan), (2) correlation of the part of society is responding to the environment (fungsi korelasi), dan (3) transmission of the social heritage from one generetion to the new (fungsi pewarisan sosial). Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright menambah fungsi entertaiment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. Fungsi komunikasi massa (Ardianto, Komala, & Karlinah, 2007) menurut Dominick terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertaiment (hiburan). 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (a). warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (b). instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Sebuah stasiun televisi mengelola program untuk menayangkan sebuah peringatan atau menayangkannya, bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian ayau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga – harga saham di bursa
14
efek, produk – produk baru, ide – ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya, adalah contoh – contoh pengawasan instrumental.
2. Intrepretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian – kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa – peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan pini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok. 3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga
membentuk
linkage
(pertalian)
berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai - Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. 5. Entertaiment (Hiburan)
15
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Memang ada beberapa stasiun televisi dan radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan beita. Demikian pula halnya dengan majalah. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, teka teki silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).
2.2.2.3
Elemen – Elemen Komunikasi Massa Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi
komunikasi massa. Secara ringkas proses sederhana komunikasi meliputi komunikator mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima). Ada beberapa elemen dalam komunikasi massa, antara lain komunikator, isi, audience, umpan balik, gangguan (saluran dan semantik), gatekeeper, pengatur, filter, dan efek (Nurudin, 2007). 1. Komunikator Komunikator
dalam
komunikasi
massa
sangat
berbeda
dengan
komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf taknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi, komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Komunikator dalam komunikasi massa buka individu, tetapi kumpulan orang yang bekerja sama satu sama lain. Meskipun ada orang yang dominan, pada akhirnya ia akan terbatasi perannya oleh aturan kumpulan orang,. Kumpulan orang itu bisa dapat disebut organisasi, lembaga, institusi, atau jaringan. Jadi, apa yang dikerjakan oleh komunikator dalam
16
komunikasi massa itu “atas nama” lembaga dan bukan atas nama masing – masing individu dalam lembaga tersebut. Komunikator dalam komunikasi massa bersifat mencari keuntungan. Bukan semata – mata mencari keuntungan, tetapi orientasi keuntungan menjadi dasar pembentukan organisasi. Media massa tentu tidak sekadar menyiarkan informasi semata, tetapi membutuhkan pemasukan bagi kelangsungan hidup lembaga itu sendiri. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator dalam komunikasi massa. Herbert, Ungurait, dan Bohn (HUB) pernah mengemukakan setidak – tidaknya lima karakteristik: 1) daya saing (competitiveness), 2) ukuran dan kompleksitas (size and complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4) spesialisasi (specialization), dan 5) perwakilan (representation). 2. Isi Masing – masing media massa mempunyai kebijakan sendiri – sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing – masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Bagi Ray Eldon Hiebert dkk, isi media setidak – tidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1) berita dan informasi, 2) analisis dan interprestasi, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan. 3. Audience Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing – masing audience berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, pdan orientasi hidupnya. Akan tetapi masing – masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. Menurut Hiebett dan kawan – kawan, audience dalam komunikasi massa setidak – tidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut. 1. Audience cenderung berisi individu – individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. Individu – individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran
17
2. Audience cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan maupun jutaan tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda, tetapi perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu. 3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada. Majalah yang dikhususkan untuk kalangan dokter, memang sama secara profesi, tetapi status sosial ekonomi, agama, dan umur tetap berbeda satu sama lain. 4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaan? Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu per satu kasus, tetapi meliputi semua audience. Sebab, bisa saja sesama audience Trans 7, antaranggota keluarga saling mengenal. Akan tetapi, saling mengenal di sini bukan sperti itu maksudnya. 5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Anda berada di Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi di Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer? Dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu. 4. Umpan balik Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpersona yang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi tidak secara langsung. Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain.
18
Umpan balik secara tidak langsung, misalnya bisa ditunjukkan dalam letter to the editor / surat pembaca / pembaca menulis. Dalam rubrik ini biasanya sering kita lihat koreksi pembaca atas berita atau gambar yang ditampilkan media cetak. Umpan
balik
merupakan
bahan
yang
direfleksikan
kepada
sumber/komunikan setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. 5. Gangguan 1. Gangguan Saluran Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media gangguan berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, katanya yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Hal itu juga termasuk gambar tidak jelas di pesawat televisi, gangguan gelombang radio, baterai yang sudah aus, atau langganan majalah yang tidak datang. 2. Gangguan Semantik Gangguan berhubungan dengan saluran mungkin ada di mana – mana dan menjadi penghambat dalam komunikasi massa,tetapi tidak demikian halnya dengan gangguan semantik (kata). Semantik bisa diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Oleh karena itu, gangguan semantik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. 6. Gatekeeper Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan peranan dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan atau mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan. Mereka pun bisa menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang lain. 7. Pengatur
19
Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media tersebut, tetapi di luar media. 8. Filter Filter dibagi menjadi tiga jenis: 1) filter psikologis, 2) filter fisik, dan 3) filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejarah politik). Semua filter tersebut akan mempengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang diterima dan respons yang dihasilkan. Sementara itu, audience memiliki perbedaan filter satu sama lain. 2.2.3 Media Massa Dalam (Nurudin, 2007) menjelaskan akan arti penting media massa, Dennis McQuail pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok berikut: 1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma – norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di pihak lain, institusi media diatur oleh masyarakat. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. 3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. 4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembagnan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengambangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma – norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai – nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
20
2.2.3.1
Jenis-Jenis Media Massa
Dalam buku Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Mondry, 2008) menjelaskan Media massa pada masyarakat luas dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Media Cetak Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan media Acta Diura dan Acta Senatus di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar (Koran), tabloid, dah majalah. 2. Media Elektronik Media elektronik muncul karena perkembangan teknologi modern yang berhasil memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan suara (radio), bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. 3. Media Online Media online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan. 2.2.3.2
Peran Media Massa
Dijelaskan dalam (Mondry, 2008) menurut Bungin, menyebutkan media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of chance yang menjadi lembaga pelopor perubahan. Peran media massa ini merupakan paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigma, media massa berperan sebagai berikut :
21
1. Institusi pencerahan masyarakat, melalui perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang selalu mendidik masyarakat agar menjadi cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju serta dewasa. 2. Media massa juga menjadi media informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur, dan benar yang disampaikan oleh media massa kepada masyarakat akan menjadikan masyarakat kaya terhadap informasi, masyarakat menjadi memiliki pikiran terbuka dengan informasi. Media sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, merupakan institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan dan perkembangan masyarakat. Sebagai agen perubahan itu, media massa juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi kepentingan manusia. 2.2.3.3
Empat Model Media Massa Dikutip dari buku Teori Komunikasi Massa, (McQuail, 2012). Empat
model media massa sebagai berikut : 1. Model penyiaran Menurut model ini, komunikasi massa merupakan proses yang mengatur diri sendiri dan dipandu oleh ketertarikan dan permintaan khalayak yang hanya dapat diketahui oleh pilihan dan respons dari apa yang ditawarkan. Proses semacam itu tidak lagi dapat dilihat sebagai linear karena secara kuat dibentuk oleh umpan balik dari khalayak, baik kepada media maupun kepada komunikator aslinya. Pandangan ini melihat media massa sebagai sesuatu yang terbuka dan melayani secara netral dalam masyarakat sekular, berkontribusi terhadap kinerja lembaga sosial lainnya. Pandangan ini juga menggantikan kepuasan khalayak sebagai tindakan atau peforma efisien terhadap transfer informasi. 2. Model ritual atau ekspresif Model penyiaran masih merupakan perwujudan sempurna akan kinerja rasional dan umum dari beberapa media dalam beberapa fungsinya (terutama media berita dan iklan). Bagaimanapun, model ini tidak utuh dan menyesatkan sebagai sebuah perwakilan dari banyak aktivitas media
22
dan keragaman proses komunikasi yang ada. Model ini menggambarkan keterlibatan, hubungan sebab – akibat, dan aliran satu arah. James Carey menekankan pada pandangan alternatif komunikasi sebagai ritual di mana komunikasi berhubungan dengan istilah, seperti pertukaran, partisipasi, asosiasi, kesamaan, dan kepemilikan keyakinan bersama. Pandangan ritual ini tidak ditujukan untuk perluasan pesan dalam ruang, tetapi pemeliharaan masyarakat seiring waktu; bukan tindakan membagi informasi, tetapi representasi dari keyakinan bersama. Alternatif ini dapat juga disebut sebagai model komunikasi yang ekspresif karena penekanannya juga pada kepuasan intrinsik si pengirim (atau penerima) alih – alih hanya sebuah tujuan instrumental. 3. Model publisitas Sering kali tujuan utama dari media massa bukanlah untuk menyiarkan informasi tertentu atau untuk menyatukan publik dalam satu kebudayaan, keyakinan, atau nilai tertentu, tetapi hanya untuk menarik perhatian secara visual dan suara. Model ini lebih berorientasi kepada penonton (spectatorship); dan khalayak media lebih sering menjadi penonton daripada partisipan atau penerima informasi. Faktanya adalah dari adanya perhatian lebih utama daripada kualitas perhatian (yang mana lebih jarang dapat diukur dengan layak). Ide bahwa komunikasi sebagai sebuah proses pertunjukan dan perhatian memiliki beberapa ciri tambahan yang tidak berlaku pada model ritual atau penyiaran: -
Mencari perhatian adalah proses yang sangat beresiko. Waktu yang dihabiskan mengikuti satu tampilan oleh satu orang tidak dapat diberikan kepada yang lain, dan waktu khalayak yang tersedia adalah terbatas, walaupun waktu dapat diperpanjang dan perhatian dapat dilemahkan. Secara kontras, tidak ada batasan yang dapat diambil dari berpartisipasi dalam proses komunikasi ritual.
-
Komunikasi dalam model pertunjukan – perhatian hanya ada di masa sekarang. Tidak ada masa lalu, dan masa depan hanya merupakan keberlanjutan atau perpanjangan masa kini. Pertanyaan akan sebab – akibat berkaitan dengan penerima tidak muncul.
23
-
Mendapatkan perhatian adalah tujuannya dan dalam jangka pendek bebas nilai dan tidak bermakna. Bentuk dan teknik dapat mengalahkan konten pesan itu sendiri.
Tiga hal yang disebutkan di atas merupakan ciri yang mendasari, ketertarikan, kompetitif, realitas/keafnaan dan objektivitas, yaitu ciri – ciri komunikasi massa, terutama dalam lembaga media komersial.
24
4. 5. Model penerimaan Model ini sangat bergantung pada penerapan perspektif kritis yang digambarkan di atas, tetapi dapat juga dipahami sebagai pandangan komunikasi massa dari posisi beragam penerima yang tidak memaknai atau memahami pesan, seperti yang dikirm atau disebarkan. Model ini berakar pada teori kritis (critical theory), semiologi (semiology), dan analisis wacana (discourse analysis). Model ini lebih berada pada wilayah budaya dari ilmu sosial. Model ini dihubungkan dengan munculnya analisis penerimaan (reception analysis). Model ini melawan metodologi penelitian ilmu sosial empiris sebelumnya dan juga kajian humanistik mengenai konten karena keduanya gagal menjelaskan kekuatan khalayak dalam memaknai pesan. Inti dari pendekatan penerimaan adalah untuk menemukan pemahaman dan
pembentukan
makna
(diambil
dari
sisi
media)
dengan
penerima.Pesan media selalu terbuka dan bermakna banyak (polisemi) dan ditafsirkan menurut konteks dan budaya si penerima.
2.2.4 Kebudayaan Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan, ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (mulyana, rakhmat 2005 ). Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dengan cara belajar. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Mujianto, Elmubarok, Sunahrowi 2010). A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn mengumpulkan kurang lebih 161 definisi tentang kebudayaan. Akan tetapi, definisi klasik mengenai
25
kebudayaan yang hingga kini menjadi sumber rujukan dikemukakan oleh E.B. Tylor, antropolog terkemuka, dalam bukunya Primitive Culture, yang terbit tahun 1924, “Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan serta kebiasan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” (Sulasman, Gumilar, 2013). Dari definisi-defisini diatas, peneliti dapat menyimpulkan kebudayaan adalah benih-benih perilaku atau hasil perilaku aktivitas yang dikembangkan, dan menjadikannya sebuah kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat.
2.2.4.1 Unsur Kebudayaan Dalam buku Bernard Raho “Sosiologi” dijelaskan komponenkomponen kebudayaan. Beberapa sarjana terkemuka telah berusaha menemukan unsur-unsur atau elemen-elemen dari entitas yang disebut kebudayaan itu. Milville J. Herskovits menyebutkan empat unsur pokok kebudayaan yakni alat-alat teknolgi, sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik. Sementara itu, Bronislaw Malinowski juga menyebutkan empat unsur kebudayaan yakni sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam menguasai alam sekelilingnya, organisasi ekonomi, alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan dan keluarga, serta organisasi kekuatan. C. Kluckhon merangkum pendapat para sarjana tentang elemenelemen kebudayaan dan menyebutkan tujuh unsur kebudayaan sebagai cultural universals. Unsur-unsur itu adalah peralatan dan perlengkapan hidup manusia, mata pencaharian dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem kepercayaan. (Raho, 2014) Dari pandangan diatas, peneliti dapat meyimpulkan adanya kesamaan dalam pengertian mengenai unsur kebudayaan dengan cultural universal yang terdiri dari peralatan hidup manusia, sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan atau norma-norma, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan
agama.
26
2.2.5 Televisi Pada tahun 1950-an televisi memberikan ancaman yang lebih besar: TV menawarkan gambar bergerak dari berita, disertai hiburan. Penyebaran televisi menunjukkan bagaimana media saling terpaut. Surat kabar menyerahkan posisinya sebagai medium berita nomor satu dan dipaksa untuk membagi para khalayak dengan penyiaran. Pada akhirnya, pengaruh televisi mengubah tampilan dan isi dari banyak surat kabar (Biagi, 2010). Broadcasting Televisi secara harfiah artinya “melihat dari jauh” atau “Dunia Semakin Terasa Dekat” maksud dari pengertian yang sederhana ini bahwa broadcasting televisi merupakan “Jendela Informasi” dan berita semakin terbuka lebar, ini merupakan dua bagian utama yang cukup besar dan menantang bagi perkembangan ilmu komunikasi di Indonesia yaitu melihat dan jauh, dalam arti melihat program berita dan informasi dari kejauhan dari tempat di mana peristiwa itu berlangsung. (Arifin, 2010) Menurut (Baksin, 2006) televisi dapat didefinisikan sebagai “teknologi merupakan hasil dari produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir dan tindak individu.”
2.2.5.1 Karakteristik Televisi Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar, dan majalah hanya satu indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan (Baksin, 2006). 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata – kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata – kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.
27
Betapa menjengkelkan bila acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara, atau suara tanpa gambar. 2. Berpikir dalam Gambar Pihak yang bertanggung jawab at kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau pembaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata – kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar – gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian Lebih Kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain – lain. Bila menyangkut acara drama musik yang lokasinya di luar studio, akan lebih banyak lagi melibatkan orang kerabat kerja televisi (crew).
2.2.6 Program Televisi
Dalam Pengantar Ilmu Broadcasting dan Cinematography (Lamintang, 2013) Ada beberapa jenis program acara televisi, yaitu: 1. Program Drama Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Untuk membedakannya dengan sinetron noncerita adalah: format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis yaitu: sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama saduran dan sinetron yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah. 2. Program Non Drama
28
Program non-drama merupakan bentuk acara yang tidak isertai bumbu cerita. Acara non-drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk program nondramatik ini bisa didapatkan dari keadaan senyatanya, bisa mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian. Program non-drama di televisi menurut Sony Set adalah acara terbanyak yang kita tonton selama hidup kita. Dari tayangan reality show, talkshow, kuis, games, features, star talent search, audisi para bintang, kombinasi program televisi dan sebagainya menghiasi hari-hari kita dengan wacana.
2.2.6.1 Program Jurnalistik dan Program Artistik Dalam
Pengantar
Ilmu
Broadcasting
dan
Cinematography
(Lamintang, 2013) program jurnalistik yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk ke dalam proses penyajian kepada khalayak. Menurut Roland E. Wolesly dan Lawrence R. Campbell di dalam exploring jouralism, yang dikutip oleh Askurifai Baskin dalam bukunya, “Jurnalistik ialah tindakan diseminasi informasi, opini dan hiburan untuk orang ramai yang sistematik dan dapat dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern. Program jurnalistik antara lain: 1.
Berita aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern
2.
Berita non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless
3.
Penjelasan masalah hangat (current affairs), seperti 1. Dialog (wawancara, talkshow, diskusi panel) 2. Monolog (pidato, pengumuman, khutbah dan lain-lain) 3. Laporan Program artistik yaitu program yang di produksi melalui pendekatan
artistik atau rasa keartistikan, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan. Siaran (rangkaian mata acara) program artistik antara lain: 1. Pendidikan atau agama 2. Features 3. Dokumenter
29
4. Seni dan budaya 5. Hiburan (musik, lawak, akrobat, sinetron dan lain-lain) 6. Iklan / Public service 7. Penerangan umum 8. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya 2.2.7 Produksi Program Televisi Proses produksi yang dikemukakan Zettl dalam buku Television Production Handbook terdiri dari praproduksi, produksi, dan paska produksi (Zettl, 2006). 1.
Perencanaan: dari ide ke skrip Untuk memaksimalkan efisiensi dan ekeftivitas dalam aktivasaktivitas praproduksi, fokus dalam 5 hal, yakni ide program, model produksi, proposal program, budget, dan skrip. 1.
Generating program ideas Dengan
brainstorming
bertujuannya
untuk
melampaui
blok
konseptual, tidak mengkritik apapaun yang siapapun katakan bahkan jika dirasa sama sekali tidak berhubungan dengan pendapat sebelumnya. Cara yang lebih terstruktur dalam generating ideas disebut clustering. Semacam brainstorming dimana menuliskan ide ide dibandingkan dengan mengucapkannya. Mulai dengan menulis sebuah keyword, lingkari, dan kemudian buat akar-akar segala yang berhubungan yang muncul di pikiran. 2.
Perencanaan praproduksi : koordinasi Setelah membuat keputusan tegas tentang pendekatan produksi yang
paling efektif, harus memberikan yang untuk dilakukan dalam proposal. Fase koordinasi terdiri dari (1) membangun saluran komunikasi yang jelas di antara semua orang yang terlibat dalam produksi; kemudian dapat melanjutkan
dengan koordinasi elemen produksi utama yang lain: (2)
permintaan fasilitas, (3) jadwal, (4) perizinan, (5) publikasi dan promosi. 1.
Crew ( People ) Membangun komunikasi yang jelas dengan siapa saja yang terlibat
dalam produksi. 2.
facilities request Mendaftar semua peralatan produksi dan seringkali semua properti
dan kostum yang dibutuhkan untuk produksi. Dalam facilities request
30
biasanya terdiri dari informasi seperti tanggal dan waktu rehearsal, sesi tapping, dan transimisi on air; judul produksi; nama produser, director dan talent; dan semua elemen teknis seperti kamera mic, lighting, set, grafik, kostum, make-up, vtr, fasilitas postproduksi, dan kebutuhan produksi lainnya. 3.
jadwal (schedules) Jadwal produksi harus memberi tahu semua crew yang terlibat siapa
melakukan apa, kapan dan dimana. Buatlah jadwal yang realisits. Jangan terlalu singkat dan jangan terlalu lama. 4.
permits and clearances Membuat ijin kepada orang atau fasilitas yang tidak terhubung
dengan stasiun atau perusahaan produksi anda. 5.
publicity and promotions Infokan kepada departemen promosi dan publisitas selama pra
produksi dan beritahu mereka tentang produksi yang akan datang. 2.
Produksi 1.
playing host Jika ada bintang tamu maka harus menemani mereka masuk ke
studio, yakini bahwa ada yang memberi mereka salam saat mereka tiba. 2.
watching production flow Mengawasi jalannya produksi apakah sudah sesuai dengan time line
yang dibuat. Jika sudah melampaui , harus segera diperingatkan untuk kembali ke jadwal yang sudah ditentukan. 3.
evaluasi produksi Sebagai produser yang baik, bisa dilihat tayangan dari perspektif
berbeda, lebih sebagai penonton yang kritis dari pada anggota produksi. Jika ada saran yang ingin produser sampaikan kepada director, produser harus membuat notes dan disampaikan saat break. 3.
Paska Produksi 1.
Editing Dalam postproduksi memungkinkan adanya simple check bahwa
orang dan fasilitas untuk off dan online editing masih ada dan progres postproduksi sesuai jadwal. 2.
Evaluasi dan feedback
31
Melakukan evaluasi pada hasil offline editing apakah sudah sesuai lalu ditunjukan pada client. Jika program menerima feedback penonton, lihat bahwa feedback ada di tempat. Coba untuk mengumpulkan feedback sebanyak mungkin untuk tahu seberapa dekat proses pesan mencapai keaktualannya. 3.
Record keeping
Setiap kali anda selesai produksi, simpan file ke dalam kaset copy atau dvd sebagai arsip. Selain itu simpan juga proposal final program, budget, time line facilites request, list personel produksi, list talent, kontrak, ijin, skrip. 2.2.9 Analisa SWOT SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal oppurtunities dan threats. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2009). Berikut adalah cara sederhana yang dapat dilakukan dalam menerapkan analisis SWOT adalah : 1.
Melihat kekuatan (Strengths)
sesuatu yang dimiliki pada stasiun televisi dalam hal ini program acara tersebut. 2.
Melihat kelemahan (Weaknesses)
segala sesuatu yang dimiliki agar stasiun beserta tim produksi tidak memaksakan diri melakukan usaha yang sebenarnya tidak dapat dilakukan karena memiliki kekurangan tertentu. 3.
Melihat peluang (Opportunities)
Adanya kesempatan yang dapat dimanfaatkan dan memberikan keuntungan. 4.
Melihat ancaman (Threats)
Terhadap usaha-usaha yang beresiko tinggi melihat siklus yang pendek dan tidak teratur. Terlebih pesaing-pesaing yang memiliki kemampuan lebih.
32
2.3 Kerangka Pemikiran
Tabel 2.2 Kerangka berpikir
BUDAYA DALAM OBROLAN BUDAYA
Rumusan Masalah 1. proses produksi program dialog Obrolan Budaya 2. menanamkan unsur budaya dalam proses produksi 3. S.W.O.T dalam program dialog Obrolan Budaya
Kualitatif Deskriptif
Unsur Budaya
Pra - Produksi
Produksi
Pasca Produksi
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui proses dari proses produksi program dialog Obrolan Budaya. 2. Mengetahui unsur budaya dalam proses produksi program Obrolan Budaya. 3. Mengetahui S.W.O.T dalam program dialog “Obrolan Budaya”.
SWOT
33
34