4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Menurut Gagne (dalam Tasfirani 2008), belajar merupakan suatu proses dimana suatu organism berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway (dalam Tasfirani, 2008) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya. Menurut Hudoyo (2003), seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan bahwa di dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Tidak semua perubahan sikap dan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena proses belajar memiliki cirri-ciri tertentu. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah: (1) perubahan itu terjadi secara sadar, (2) perubahan itu bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan itu bersifat positif dan aktif, (4) perubahan itu bukan bersifat sementara, (5) perubahan itu memiliki tujuan dan terarah, dan (6) perubahan itu mencakup seluruh aspek tingkah laku. Ciri pokok belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, karena matematika berkaitan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.Untuk mempelajari matematika haruslah bertahap, berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu (sebelumnya). Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. Menurut Sukahar (1992), belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur menurut urutan logis. Belajar matematika tidak ada artinya kalau hanya dihafalkan saja.Belajar matematika baru bermakna bila dimengerti.
5
2.1.2. Pendekatan Belajar Matematika Pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh guru atau peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses atau materi pembelajaran itu, umum atau khusus dikelola (Ruseffendi dalam Fauzi, 2002). Soedjadi (1999), mengklasifikasikan pendekatan pembelajaran matematika menjadi dua, yaitu: (1) Pendekatan materi (material approach), yaitu proses penjelasan topic matematika tertentu menggunakan materi matematika lain. (2) Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian atau penyajian topic matematika tertentu agar mempermudah peserta didik memahaminya. Treffers
(dalam
Nurhadi,
2003),
mengklasifikasikan
pendekatan
pembelajaran matematika berdasarkan pada penekanan penggunaan komponen proses matematisasinya, yakni matematisasi horizontal dan matematisasi vertical, ke dalam empat macam pendekatan, yaitu: mechanistic, structuralistic, empiristic, dan realistic. Menurut Yuwono (2001), dalam proses matematisasi horizontal, dengan pengetahuan
atau
pengalaman
yang
dimilikinya,
peserta
didk
dapat
mengorganisasikan dan memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain proses matematisasi horizontal bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol. Proses ini meliputi proses informal yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan suatu soal. Contohnya adalah proses yang dilalui peserta didik untuk: membuat model, membuat skema dan menemukan hubungan-hubungan. Sedangkan proses matematisasi vertikal, merupakan proses pengorganisasian kembali dengan menggunakan matematika. Ini berarti proses matematisasi vertikal bergerak dari dunia simbol ke dunia nyata. Proses ini antara lain meliputi: proses menyatakan suatu hubungan dengan suatu formula (rumus), membuat berbagai model, merumuskan konsep/prinsip dan melakukan generalisasi. Menurut Yuwono (2001), berdasarkan uraian di atas, perbedaan dari keempat
pendekatan
pembelajaran
matematika
pematematikaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
berdasarkan
intensitas
6
(1) Pendekatan mekanistik, lebih memuasatkan pada tubian (drill) dan hafalan, sedang proses pematematikaannya tidak tampak. (2)Pendekatan strukturalistik, lebih menekankan pada pematematikaan vertikal dan cenderungmengabaikan pematematikaan horizontal. (3)Pendekatan empiristik, lebih menekankan pada pematematikaan horizontal dan mengabaikan pematematikaan vertikal. (4)Pendekatan
realistic,
memberikan
perhatian
yang
seimbang
antara
pematematikaan horizontal dan pematematikaan vertical dengan penyampaian secara terpadu. Berdasarkan berbagai pendapat dan uraian di atas, dalam penelitian ini akan digunakan pembelajaran matematika yang terpadu pada pendekatan realistik. 2.1.3. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha oleh usaha (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995). Sehingga hasil belajar adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya. Hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang telah diperoleh melalui kegiatan belajar secara aktif otomatis akan tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa. Menurut Slameto (2003), perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya. Karena itu, sudah tentu tidak setiap perbahan dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki cirri-ciri: 1. Perubahan terjadi secara sadar. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3. Perubahan dalam bersifat positif dan aktif. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Secara garis besar pembelajaran matematika harus mengacu pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar matematika.Standar kompetensi matematika
7
merupakan kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada hasil belajarnya dalam pelajaran matematika (Depdiknas, 2005). Dengan berdasar uraian di atas, maka hasil belajar matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang telah ditetapkan. 2.1.4. Model Pembelajaran Agar pembelajaran matematika dapat diserap dengan baik oleh siswa, selain diperlukan strategi pembelajaran, guru juga perlu memilih metode dan model pembelajaran yang dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa.Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah metode pembelajaran.Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Jadi istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada metode pembelajaran. Model pembelajaran menurut Saripuddin dalam Abba (2000) adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganiasasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. 2.1.5. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompokkelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam-macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas.
8
1. Penggunaan metode kerja kelompok: a. Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno, Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukupuntuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa, kelas dibagi atas beberapa kelompok.Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan guru. b. Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan belajar Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagaimana melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakni berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, ia menemukan bahwa ada lima orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman-teman lainnya. Guru menyadari bahwa ia tidak mungkin mengajar kelas dengan menyamaratakan seluruh siswa, karena ada perbedaan dalam kesanggupan belajar. Maka ia membagi para siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf kemudian diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau secara bergilir untuk melihat kelompok mana yang membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya. c. Pengelompokan atas dasar perbedaan minat belajar Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk memilih suatu pokok bahasan yang terdiri dari beberapa sub pokok bahasan. Siswa yang berminat sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari sub pokok bahasan yang dimaksud. d. Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan.Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru.Dikemukakanlah masalah-masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia menginginkan setiap siswa berpartisipasi secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi.Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi
9
kelompok-kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat terbatas.Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok mengemukakan pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut.Cara mengajar ini dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam setiap masalah secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa mendapat tugas lebih berat dari pada yang lain. e. Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan Pengelompokan ini didasarkan pada luasnya masala.Serta membutuhkan waktu untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat menunjang pemecahan masalah. Untuk keperluan ini pokok permasalahan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok menyelesaikan satu aspek permasalahan). Siswa harus mengumpulkan data, baik dari lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. f. Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju ke suatu tujuan Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis atau sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok. Di sini jelas walaupun siswa bekerja dalam kelompok masing-masing dan melaksanakan bagiannya sendiri-sendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai, dan menjaga agar jangan sampai keluar dan persoalan pokok. Kelebihan dan kelemahan kerja kelompok: Kelebihan: 1) Dapat memupuk rasa kerjasama 2) suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan 3) Adanya persaingan yang sehat Kelemahan 1) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya, yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain. 2) Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan menghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.
10
2.1.6. Pemanfaatan Media Gambar dalam Pembelajaran Matematika 2.1.6.1. Pengertian Media Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Santoso S. Hamidjoyo dalam Amir Achsin (1980), media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga idea tau gagasan itu sampai pada penerima. Selanjutnya Mc. Locan dalam Arif S. Sadiman (1984) berpendapat bahwa media adalah sarana yang juga disebut channel, karena pada hakekatnya media memperluuas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengarkan, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang hamper tak terbatas lagi. Dari pengertian media serta batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, terdapat beberapa kesamaan diantaranya, bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 2.1.6.2. Jenis-jenis Media Jenis-jenis media pembelajaran matematika menurut Gatot Muhstyo, dkk (2008), media dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) media sederhana, misal: papan tulis, papan grafik, (2) media cetak, misal: buku, modul, LKS, (3) media elektronik, misal: OHT, OHP, Audio, Audio Visual, Kalkulator, Komputer dan Internet. 2.1.6.3. Manfaat Media dalam Pembelajaran Gambar pada dasarnya bermanfaat membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran.Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Arif S. Sadiman, 1984).
11
Di samping itu media gambar berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. 2.1.6.4. Media Gambar Gambar fotografi merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran hal ini disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan dan tidak diproyeksikan untuk mengamatinya.Media gambar termasuk kepada gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu yang pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan cetak. Kedua adalah transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparancies. Jadi media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual. 2.2. Kajian Hasil Penelitian yang relevan a.
Penelitian serupa pernah dilaksanakan oleh Sri Hidayati, Mahasiswa UKSW tahun 2009. Di dalam penelitian tersebut yang dilakukan di kelas I SD Negeri Tanjungsari Kecamatan Tersono terbukti efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
b.
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Mukaromah, mahasiswa UT tahun 2008. Di dalam penelitian tersebut juga menekankan pada media gambar, dan terbukti dengan menggunakan media gambar ternyata lebih menarik perhatian siswa sehingga hasil belajar meningkat.
c.
Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas I” yang dilakukan oleh Sri Utami (2007) juga terbukti hasil belajar meningkat.
12
2.3.
Kerangka Berfikir Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagaimana tergambar dalam gambar berikut:
Guru mengajar masih konvensional
KONDISI AWAL
Menerapkan kerja kelompok & media gambar
TINDAKAN
Hasil belajar matematika meningkat
KONDISI AKHIR
2.4.
Hasil belajar siswa rendah
Siklus I: menerapkan kerja kelompok & media gambar
Siklus II: menerapkan kerja kelompok & media gambar
Hipotesis Tindakan Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah: “melalui metode kerja kelompok dan perbantuanmedia gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang perkalian dan pembagianpada siswa kelas II Semester II SD Negeri Pungangan 02 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”.