BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Dalam melakukan penelitian, dibutuhkan referensi sebelumnya untuk dapat membedakan bagaimana hasil yang dicapai dari penelitian yang dilakukan. Dibawah ini adalah tabel 2.1 sampai tabel 2.5 penelitian sebelumnya (state of the art) yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh mengenai budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi pada perusahaan Baidu Indonesia, sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya (State of The Art) Judul
Peneliti Metode Penelitian Tahun Variable Hasil
Lembaga Publikasi
Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Pada PT. Pos Indonesia Cabang Kudus) Maulvi Nizar Kuantitatif 2011 Variabel X : Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Variabel Y : Kepuasan Kerja Karyawan Hasil pada penelitian hipotesis pada penelitian ini adalah budaya organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan tenaga kerja. Sedangkan kepemimpinan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan tenaga kerja karyawan. sedangkan hasil koefesieon determinasi yang kecil menunjukan bahwa kemampuan variable x ( kepemimpinan dan budaya organisasi) dalam menjelaskna variable y (kepuasan kerja karyawan). Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro Semarang Sumber : Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
7
Tabel 2.2 Penelitian sebelumnya (State of The Art) Judul Peneliti Metode Penelitian Tahun Variable Hasil
Lambaga Publikasi
Judul Peneliti Metode Penelitian Tahun Variable Hasil
Lembaga publikasi
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Komunikasi Internal pada PT. Krakatau Tirta Industri Vina Ariani Kuantitatif 2008 Variabel X : Budaya Organisasi Variabel Y : Efektivitas Komunikasi Internal Hasil penelitian pada penelitian ini adalah adanya pengaruh antara budaya organisasi terhadap efektifitas komunikasi internal pada PT. Krakatau Titra Industri sebesar 52,1% yang bersifat positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi internal. Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Sumber: e-journal.lib.unika Tabel 2.3 Penelitian sebelumnya (State of The Art) Budaya Oganisasi Dalam Meningkatkan Efektivitas Organisasi Lita Wulantika Kualitatif 2010 Variable X : Budaya Organisasi Variable Y : Efektivitas Organisasi Budaya berguna bagi organisasi dan karyawan. budaya mendorong terciptanya komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi sikap karyawan. Budaya merupakan suatu kecendrungan pada saat nilai – nilai bersama tidak selaras dengan efektivitas organisasi untuk waktu selanjutnya. Universitas Komunikasi Indonesia Sumber: e-journal.unikom
8
Judul Peneliti Metode Penelitian Tahun Variabel Hasil
Lembaga Publikasi
Judul
Peneliti Metode Penelitian Tahun Variabel Hasil
Lembaga Publikasi
Tabel 2.4 Penelitian sebelumnya (State of The Art) Managing Organizational Culture For Effective Communication Solomon George Anacto Kualitatif 2010 Variabel X : Managing Organizational Culture Variabel Y : Effective Communication Setiap organisasi memiliki budaya dan budaya bisa di mengatur sebuah keefktivitasan komunikasi didalam sebuah organisasi tersebut. Setiap organisasi harus memiliki strategi tentang apa yang mereka butuhkan untuk membuat suatu budaya itu. Karena efektivitas komunikasi menjadi kunci untuk menjadi budaya organisasi yang positif. Departement of Mass Communication, Babcook Universit, Ilisan-Roma, Orgun State, Nigeria Sumber: Medwell.mg.journal Tabel 2.5 Penelitian sebelumnya (State of The Art) Management: A Study of Organizational Culture and the Relationship between Emotional Intelligent and Communication Effectiveness (Case Study in Organizational in Iran) Hassan Jorfi Kuantitatif 2011 Variabel X : Emotional Intellegent Variabel Y : Communication Effectiveness Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara emotional intelligent dengan efektifivitas komunikasi pada organisasi yang ada di Iran. Budaya organisasi menjadi pengatur untuk keefektivitasan komunikasi tersebut. Universitas Technology Malaisya (UTM)
9
Sumber: e-journal macrothink institute Seperti yang telah dijabarkan pada penelitian sebelumnya, bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang sangat penting didalam suatu organisasi. Menurut Maulvi Nizar (2011) bahwa budaya organisasi dan kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Cabang Kudus. Sedangkan menurut Vina Ariani (2008) adalah adanya pengaruh antara budaya organisasi terhadap efektifitas komunikasi internal pada PT. Krakatau Titra Industri sebesar 52,1% yang bersifat positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi internal. Sedangkan menurut Lita Wulantika (2010) Budaya berguna bagi organisasi dan karyawan. budaya mendorong terciptanya komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi sikap karyawan. Budaya merupakan suatu kecendrungan pada saat nilai – nilai bersama tidak selaras dengan efektivitas organisasi untuk waktu selanjutnya. Menurut 2 Jurnal Internasional, dalam judul Managing Organizational Culture For Effective Communication dari Solomon George Anacto (2010), Setiap organisasi memiliki budaya dan budaya bisa mengatur sebuah keefktivitasan komunikasi didalam sebuah organisasi tersebut. Setiap organisasi harus memiliki strategi tentang apa yang mereka butuhkan untuk membuat suatu budaya itu. Karena efektivitas komunikasi menjadi kunci untuk menjadi budaya organisasi yang positif. Sedangkan menurut Hassan Jofri (2011) dalam jurnal internasionalnya yang berjudul Management: A Study of Organizational Culture and the Relationship between Emotional Intelligent and Communication Effectiveness (Case Study in Organizational in Iran), bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara emotional intelligent dengan efektifivitas komunikasi pada organisasi yang ada di Iran. Budaya organisasi menjadi pengatur untuk keefektivitasan komunikasi tersebut. 2.2 Landasan Teoritis 2.2.1 Teori Budaya Organisasi
10
Budaya organisasi adalah pola asumsi bersama yang dipelajari oleh suatu kelompok dalam memecahkan masalah melalui adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja cukup baik untuk dipertimbangkan kebenarannya. Oleh karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk melihat, berfikir, dan merasakan kaitannya dengan masalah – masalah yang ada. (Schein, 2010 : 27) Menurut Robbins (2013 : 256), budaya organisasi “a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organization”budaya organisasi merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Dengan mendasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan unsur terpenting dalam perusahaan yang hakikatnya mengarah pada perilaku – perilaku yang dianggap tepat, megikat, dan memotivasi setiap individu yang ada didalamnya. Menurut Schein (2010 : 28) hal yang dapat kita sadari bahwa budaya itu bersifat stabil dan sulit untuk berubah karena budaya mencerminkan akumulasi pembelajaran dari sebuah kelompok (cara mereka berfikir, merasakan, meyakinkan dunia bahwa budaya dapat menciptakan kesuksesan suatu organisasi. 2.2.2 Asumsi Budaya Organisasi Menurut Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo dalam West dan Turner (2012, 320), terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya organisasi, yaitu: 1. Anggota – anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai – nilai sebuah organisasi. 2. Penggunaan dan interprestasi symbol sangat penting dalam budaya organisasi 11
3. Budaya bervariasi dalam organisasi – organisasi yang berbeda, dan interprestasi tindakan dalam budaya ini juga beragam.
2.2.3 Karakteristik Budaya Organisasi Budaya organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini, adalah sekumpulan karakteristik kunci yang ditunjang oleh organisasi. Ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan, merupakan hakikaat budaya sebuah organisasi (Robbins, 2013 : 256) 1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko, sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. 2. Perhatian kepada hal – hal rinci, sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal – hal detail. 3. Orientasi hasil, sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. 4. Orientasi orang, sejauh mana keputusan – keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam organisasi. 5. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan – kegiatan kerja diorganisasi pada tim ketimbang pada individu – individu. 6. Keagresifan, sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai. 7. Stabilitas, sejauh mana kegiatan – kegiatan organisasi menekankan dipertahankan
status
pertumbuhan.
12
quo
dalam
perbandingan
dengan
Masing – masing karakteristik ini berada di suatu kontinum mulai dari rendah sampai tinggi. Karenanya, menilai organisasi berdasarkan tujuh karakteristik ini akan menghasilkan suatu gambaran utuh mengenai kultur sebuah organisasi. 2.2.4 Fungsi – Fungsi Budaya Dalam Organisasi Menurut Robbins (21013 : 262), Budaya memiliki sejumlah fungsi dalam organisasi, yaitu: 1. Budaya berperan sebagai penentu batas – batas, artinya: budaya menciptakan perbedaan atau distingsi antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. 2. Budaya memuat rasa identitas organisasi 3. Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu. 4. Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial. Budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan. 5. Budaya bertindak sebagai mekanisme sense-making serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
2.2.5 Tingkatan Budaya Organisasi Menurut Schein (2010, 26) mengidentifikasikan budaya organisasi memiliki tiga tingkatan, yaitu: 1. Artifact Budaya yang dilihat secara nyata, hasil proses kebudayaan semua hal dapat dilihat, didengar dan diamati seseorang dan penglihatan para anggota organisasi (misalnya: pakaian, pola perilaku, symbol fisik, upacara organisasi, tata letak kantor) 2. The Norm and Values 13
Pemahaman tentang norma dan nilai yang berlaku untuk menunjukan benar atau salah, baik atau buruk dan penting atau tidak
penting.
Dilihat
dari
seseorang
menjelaskan
dan
membenarkan apa yang mereka perbuat dan diinterprestasikan dan kisah – kisah, bahasa dan symbol organisasi yang dapat digunakan para anggota untuk menggambarkan mereka. 3. Basic Underlying Assumtions Asumsi dasar yang menjadi pedoman seseorang memahami nilai – nilai dan norma yang berlaku. Inti dari budaya dan secara dibawah sadar membimbing perilaku dan keputusan.
2.2.6 Komunikasi Organisasi Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. (Pace & Faules, 2010 : 34) Komunikasi
dalam
organisasi
penting berfungsi
sebagai
adanya
penciptaan dan pendistribusian pesan dari satu anggota kepada anggota organisasi yang lainnya. Pesan tersebut diciptakan, ditafsirkan, dan dicipta ulang dalam suatu proses berkelanjutan. Dicipta ulang fungsinya agar apa yang dikerjakan di dunia nyata dapat sesuai dengan pesan yang telah diterima. Dari beberapa definisi mengenai komunikasi organisasi para ahli, ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan, yaitu komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang mempengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal; komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media; komunikasi organisasi
14
meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan / skilnya. (Muhammad, 2011 : 67) Komunikasi organisasi hanya terjadi dalam sistem yang terbuka, karena merupakan organisasi segala informasi yang ada tidak tertutup melainkan diberitahukan secara umum kepada seluruh anggota organisasi. Konteks dalam komunikasi organisasi harus diperhatikan sehingga mampu mengetahui bagaimana strategi dalam penyampaian pesan dan penerimaan pesan serta strategi dalam mengolah pesan. Dalam komunikasi organisasi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu orang serta sikap orang tersebut ketika memperoleh informasi, perasaan orang tersebut bila menerima informasi tersebut dan hubungan serta keterampilan / skil. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal merupakan komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja didalam organisasi, produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan didalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi. Sedangkan informasi informal merupakan komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. (Romli, 2011 : 2) Komunikasi pada umumnya cenderung menggunakan komunikasi informal karena manusia memiliki keegoisan dalam dirinya maupun dalam berorganisasi, sehingga manusia lebih menginginkan kepentingan individualnya diutamakan dibandingkan kepentingan bersama. Namun, mayoritas perusahaan lebih menggunakan komunikasi formal, karena manusia akan cenderung besar kepala jika segala keinginannya diikuti.
2.2.7 Efektivitas Komunikasi Pengertian efektivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keberhasilan, kemujaraban, pengaruh dan kesan. Efektivitas berarti sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuannya. Jadi, jika seseorang melakukan perbuatan 15
dengan tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif apabila sasaran atau tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sesuatu disebut efektif apabila proses kegiatan itu waktunya singkat, tenaga sedikit, hemat biaya, tetapi hasilnya sesuai dengan target. Definisi komunikasi menurut Joseph De Vito, (2012, 24) komunikasi adalah mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan atau (noise), terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan yang dikirimkan memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau umpan balik dari penerimanya. Menurut Joseph De Vito, (2012, 285) ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan untuk efektivitas sebuah komunikasi, yaitu: 1. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya t Openese : adanya keterbukaan. Untuk mencapai komunikasi yang efektif dibutuhkan sikap terbuka terhadap perbedaan yang ada diantara orang – orang. Terutama bersikap terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan, dan sikap, selain juga terhadap perilaku. Sikap tertutup individu dalam perbedaan yang ada dapat menghambat proses efektivitas komunikasi. 2. Saling Mendukung Kualitas saling mendukung yang dimaksud adalah, adanya suasana saling mendukung. Untuk mencapai komunikasi yang efektif dibutuhkan sikap saling mendukung, menjelaskan semua dengan deskriptif, tidak evaluatif. Saling bersaing dan menjatuhkan dapat menghambat proses efektivitas komunikasi. 16
3. Sikap Positif Bersikap positif. Untuk mencapai komunikasi yang efektif dibutuhkan sikap positif. Ini khususnya penting penting dalam situasi antar budaya. Karena begitu banyak hal yang tidak dikenal atau diketahui. Sebagai akibatnya, individu tidak akan mampu memperkirakan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
4. Empati Memahami perasaan orang lain. untuk mencapai komunikasi yang efektif dibutuhkan sikap empati. Cara ini akan lebih efektif dan memberikan perspektif baru. Dengan memahami perasaan orang lain , mereka akan merasakan kenyamanan. Isyaratkan rasa empati ini dengan ekspresi wajah, gerak – gerik yang penuh minat dan perhatian, serta tanggapan yang mencerminkan pengertian dam kesependapatan. 5. Kesetaraan Untuk mencapai komunikasi yang efektif dibutuhkan sikap kesetaraan. Hilangkan reputasi diri lebih unggul , dengan selalu bersikap bahwa kita berkomunikasi dengan pihak yang setara.
2.2.8 Komunikasi Antar Budaya Komunikasi antar budaya terjadi bila komunikator (si pemberi pesan) adalah anggota suatu budaya dan penerima pesan (komunikan) adalah suatu budaya lainnya. (Mulyana, 2006 : 20) Artinya, budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara siapa, tentang apa, dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut menentukan orang menyandi pesan, maka yang dimiliki oleh pesan tersebut dan kondisi – kondisinya untuk mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beragam pula praktik – praktik komunikasi. (Sihabudin, 2011 : 20) 17
2.2.9 Model Komunikasi Antar Budaya Pengaruh budaya atas individu dan masalah – masalah penyandian dan penyandian balik pesan, terlukis dalam model dibawah ini:
B A
C
Gambar 2.1 Model Komunikasi Antar Budaya (Sihabudin, 2011 : 22) Pengertian gambar: 1. Budaya A dan B relative serupa: diawali oleh segiempat dan segi delapan tidak beraturan yang menyerupai segi empat. 2. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan B. perbedaannya tampak pada bentuk melingkar dan jarak fisiknya dari budaya A dan B. 3. Proses komunikasi antar budaya dilukiskan oleh panah – panah yang menghubungkan antarbudaya. a. Pesan mengandung makna yang dikehendaki oleh pemberi pesan (komunikator) b. Pesan mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penerima pesan (komunikan), telah menjadi bagian dari makna pesan.
18
c. Makna pesan berubah selama fase penerimaan / feedback dalam komunikasi antar budaya karena makna yang dimiliki oleh penerima pesan (komunikan) tidak mengandung makna budaya yang sama dengan pemberi pesan (komunikator). 4. Panah – panah pesan menunjukan: a. Perubahan antara budaya A dan Budaya B lebih kecil daripada perubahan A ke C. b. Karena budaya C tampak berbeda dari budaya A dan B, feedback nya juga sangat berbeda dan lebih menyerupai pola budaya C. Model menunjukan bahwa bisa terdapat banyak ragam perbedaan budaya dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antar budaya terjadi dalam banyak ragam situasi, yang berkisar dari ragam interaksi antara orang – orang yang memiliki budaya dominan yang sama, tetapi memiliki sub kultur dan subkelompok yang berbeda. 2.2.10 Subbudaya dan Subkelompok Suatu
komunitas
rasial,
regional,
ekonomi
atau
sosial
yang
memperlihatkan pola – pola perilaku yang membedakannya dari subkultur – subkultur lainnya dalam suatu budaya atau masyarakat yang melingkupinya. Contoh subkultur di Jawa Barat: Cirebon, Parahyangan. Subkultur Timur: Indonesia, China, dan daerah Asia Lainnya. (Sihabudin, 2011 : 20) Suatu unsur masyarakat penting tidak memenuhi kriteria disebut subkultur. Namun, menghadapi masalah – masalah komunikasi serupa, adalah subkelompok menyimpang, misalnya: homoseksual, germo, pelacur, pecandu obat bius, dll. Subkelompok ini merupakan produk budaya yang dominan, tetapi keberadaan kelompok mereka belum berlangung cukup lama dan belum mengembangkan pola perilaku (menyimpang) yang memadai untuk disebut sebagai suatu budaya atau subbudaya. (Sihabudin, 2011 : 21) 2.2.11 Pentingnya Komunikasi Antar Budaya
19
Beberapa faktor menyebabkan pentingnya komunikasi antar budaya antara lain: (Sihabudin, 2011 : 6 – 9) 1) Mobilitas Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu Negara ke negera lain, dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan, termasuk juga perjalanan domestik, banyak dilakukan orang. Saat ini orang seringkali mengunjungi budaya – budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang – orang yang berbeda serta untuk menggali peluang – peluang bisnis. Hubungan antarpribadi semakin menjadi hubungan antar budaya. 2) Pola Imigrasi Pola imigrasi pada setiap tempat itu hadir dengan segala konsekuensinya. Hampir setiap kota besar didunia, dapat menjumpai orang – orang dari bangsa lain. 3) Saling Ketergantungan Ekonomi Kebanyakan Negara secara ekonomi bergantung pada Negara lain. Banyak kegiatan perdagangan dilakukan oleh bangsa – bangsa lain yang berbeda budaya dan bahasa. 4) Teknologi Komunikasi Teknologi komunikasi yang berkembang pesat telah membawa kultur luar yang masuk kedalam kehidupan tanpa disadari maupun tidak disadari. Film – film import yang ditayangkan ditelevisi telah membuat lebih mengenal adat kebiasaan dan riwayat bangsa – bangsa lain. 5) Stabilitas Politik Stabilitas politik pada masa sekarang ini sangat tergantung pada stabilitas politik kultur Negara lain. Kekacauan politik di belahan dunia lain misalnya Vietnam. Polandia, Timur Tengah mempengaruhi keamanan Indonesia. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya sangat penting untuk stabilitas politik.
20
2.3 Kerangka Berfikir Pada penelitian pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi pada perusahaan Baidu Indonesia mempunyai dua variable, satu variable X (variable bebas) pada penelitian ini yaitu Budaya Organisasi. Satu variable Y (variable terikat) pada penelitian ini yaitu efektivitas komunikasi.
VARIABEL X
VARIABEL Y
BUDAYA ORGANISASI
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko 2. Perhatian pada hal – hal kecil 3. Orientasi hasil 4. Orientasi orang 5. Orientasi tim 6. Keagresifan 7. Stabilitas
1. 2. 3. 4. 5.
Keterbukaan Saling mendukung Sikap positif Empati Kesetaraan
Joseph De Vito
Robbins (2013)
(2011)
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
21