BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Kajian Teori Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis mengutip beberapa pendapat para ahli dalam bidang pendidikan yang dapat mendukung penelitian ini.
2.1 Pengertian Bahasa Hakikat bahasa mengacu pada pembicaraan sistem/struktur atau Langue, sedangkan fungsi bahasa menyangkut pula pembicaraan proses atau parole. Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat, yakni : sistematik, mana suka, ujar, manusiawi, dan komunikatif (Saussure, 1993, Kleden, 1997:34). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88) Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. 2.1.1 Fungsi Bahasa Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi hubungannya dengan individu dan masyarakat. Santoso, dkk. (2004 dalam Harjono dan Pirenomulyo, 2009:4) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut : 1) Fungsi informasi, yakni untuk menyampaikan informasi timbal balik antar anggota keluarga ataupun anggota masyarakat. 2) Fungsi ekspresi diri, yakni untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi, dan tekanan-tekanan perasaan pembicara. 3) Fungsi adaptasi dan integrasi, yakni untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat 4) Fungsi kontrol sosial, yakni untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. 2.1.2
Keterampilan Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Standar isi dan standar kompetensi lulusan 2006 menjadi acuan bagi
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar Isi 2006, 6
7
khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,
sebenarnya
merupakan penyempumaan dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan yang mendasar antara standar isi 2006 dengan dokumen KBK 2004, maka pengembangannya juga tidak mengalami perubahan yang berarti. Pembelajaran Bahasa Indonesia dimulai dari tema tertentu, kemudian dijabarkan dalam komponen mendengarkan, berbicara, menulis, membaca, kebahasaan dan apresiasi sastra. Adapun persebaran butir pembelajaran sesuai dengan Standar Isi Tahun 2006 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 6 Semester 2 Sekolah Dasar Yang berhubungan dengan membaca pemahaman terdapat pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Butir Pembelajaran Membaca Kelas 6 Sekolah Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Membaca Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama
7.1 Menemu-kan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif 7.2 Mengiden-tifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, dan amanat) dari teks drama anak
2.2 Hakikat Membaca Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk didalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dikuasai. Pengetahuan yang diperlukan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan kebahasaan dan nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan meliputi pengetahuan tentang huruf (fonem), suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, wacana, semantik, dan intonasi. Pengetahuan nonkebahasaan meliputi pengetahuan tentang tema atau judul bacaan,
setting,
suasana,
alur,
organisasi
tulisan,
dan
sebagainya
(Haryadi,2006:4). Menurut Darmiyati dan Budiasih dalam Ika Ariyanti (2001:
8
140) butir-butir yang perlu diperhatikan dalam praktek membaca di Sekolah Dasar mencakup: (1) ketepatan menyuarakan tulisan, (2) kewajaran lafal, (3) kewajaran intonasi, (4) kelancaran, (5) kejelasan suara. Agar dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca dan teknik membaca sesuai dengan kebutuhan, sehingga siswa dapat memiliki kemampuan membaca yang baik. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerja sama sejumlah kemampuan. Untuk dapat membaca suatu bacaan, seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliknya. Lebih lanjut Anderson (1985:7) mengemukakan ciri-ciri membaca sebagai berikut: 1) Membaca adalah proses konstruktif, tidak ada satu tulisan pun yang dapat dipahami dan ditafsirkan tanpa bantuan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca. 2) Membaca harus lancar, kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan pembaca mengenai kat-kata. Artinya, pembaca harus dapat menghubungkan tulisan dengan makna. Tarigan (1993: 37) memaparkan tujuan membaca pemahaman dalam pembelajaran adalah: 1) menemukan ide pokok 2) memilih butir-butir penting 3) mengikuti petunjuk 4) menemukan citra visual dan citra lainnya 5) menarik simpulan 6) menduga makna dan merangkaikan dampaknya 7) menyusun rangkuman dan membedakan fakta dan pendapat.
9
Nurgiantoro ( 2001: 247) menjelaskan dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak daapat ditawar-tawar. Sebagian memperoleh ilmu dilakukan siswa dengan melakukan kegiatan membaca. Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu aspek yang bersifat mekanis dan aspek yang bersifat pemahaman. Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa membaca adalah kegiatan menemukan informasi baik tersirat maupun tersurat pada sebuah teks bacaan menggunakan keterampilan yang dimiliki seseorang. 2.2.1
Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna erat sekali berhubungan dengan tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini beberapa tujuan khusus membaca (Tarigan, 2008: 9): 1) Membaca untuk mendapatkan informasi Informasi yang dimaksud mencakup informasi biasa tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai iniprmasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta temuan ilmiah yang canggih. 2) Membaca dengan tujuan agar citra diri meningkat Orang membaca karya penulis kenamaan mungkin agar orang lain memberi nilai positif terhadap dirinya. 3) Membaca untuk melepas diri dari kenyataan Ketika merasa jenuh, sedih, atau putus asa, orang bisa saja melakukan membaca. Dalam hal ini membaca dapat merupakan sublimasi atau obat yang positif, apalagi dipilihnya bacaan yang bermanfaat. 4) Membaca untuk rekreatif, mendapatkan kesenangan atau hiburan Bacaan untuk tujuan ini tentu saja dipilih bacaan yang ringan atau yang menghibur. 5) Membaca tanpa tujuan apa-apa Membaca tanpa tujuan apa-apa muncul karena iseng, tak tentu apa yang akan dilakukan pembaca. Jadi, hanya untuk merintangi waktu.
10
2.2.2 Teknik Membaca Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti jika berada di ruang sekolah. Bedanya, ilmu pengetahuan yang diberikan guru atau dosen di kelas dilakukan secara lisan dan yang disampaikan tentu juga sangat terbatas. Sementara di luar itu, buku, makalah, surat kabar, majalah, dan internet merupakan sumber pengetahuan yang demikian luas. Untuk itu setiap siswa, mahasiswa atau siapa saja perlu membaca buku atau tulisan lain di berbagai media. Namun, untuk memahami isinya dengan cepat dibutuhkan ketrampilan membaca. Tidak ada perbedaan antara membaca koran dan buku teks, bahkan dibandingkan dengan membaca komik. Padahal masing-masing membutuhkan tingkat konsentrasi dan kecepatan yang berdeda. Untuk dapat membaca efektif, pertama kita harus memahami dulu tujuannya. Yang pasti, membaca dilakukan untuk memperoleh informasi, menambah wawasan, atau sekadar menghibur diri. Berikut sejumlah teknik yang lazim digunakan dalam membaca, disesuaikan dengan tujuannya (Tarigan, 2008: 13). 1) Membaca sekilas (scanning) Gunakan teknik ini untuk mencari informasi tertentu dari suatu buku/makalah, seperti sebuah definisi atau judul bab tertentu. Misalnya, Anda sedang membuat tinjauan tentang sebuah novel dan mendadak lupa nama salah seorang tokoh yang tertembak mati. Anda cukup membaca sekilas pada bagian yang memuat kejadian penembakan tersebut. 2) Skimming Teknik ini mirip dengan scanning, hanya saja tujuannya untuk mendapat gambaran ringkas akan isi suatu buku/makalah. Jika Anda mendapat tugas membaca lima judul buku dan harus membuat tinjauannya dalam waktu kurang dari tiga hari, Anda mungkin tidak dapat menyelesaikannya jika harus membaca buku itu satu per satu. Cukup membaca secara skimming dan kembangkan tinjauan Anda berdasarkan gambaran umum yang Anda peroleh. 3) Untuk memahami Teknik ini banyak digunakan untuk membaca materi pelajaran yang baru. Membaca dilakukan dengan lebih perlahan, mendalam dan terkadang diulang-
11
ulang, sehingga terserap dalam ingatan. Untuk mengulang dapat digunakan teknik skimming. Teknik ini adalah teknik yang cocok digunakan dalam penggunaan metode SQ3R dengan pendekatan komunikatif. 4) Mengeja Teknik ini digunakan jika menyangkut istilah asing atau teknis, misalnya fenilpropanolamina HCI. Tujuannya agar pengejaan nama tidak salah dan nama tersebut benar-benar masuk dalam ingatan. 5) Mencatat Kalau sudah menyangkut materi bacaan yang banyak, catatan-catatan kecil berupa kata kunci atau “jembatan keledai” akan sangat membatu mengingat keseluruhan bacaan.
2.2.3
Hakikat Membaca pemahaman Membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1999:
71) adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Jadi, seorang pembaca berusaha untuk memahami isi, menggali informasi secara lisan atau dalam hati. Tarigan (2008:36) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dengan demikian, pembaca berusaha menangkap maksud atau pesan yang diinginkan penulis. Makna dalam bacaan ada yang tercantum secara tersirat dan tersurat. Seorang pembaca dituntut untuk mampu memahami makna tersebut. Dengan demikian, makna tidak selalu dapat ditemukan dalam bacaan. Seorang pembaca harus aktif melibatkan dirinya untuk menangkap makna dan memahami maksud di luar bacaan. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa membaca pemahaman adalah aktivitas yang melibatkan pembaca, isi bacaan, dan penulis. Seseorang dikatakan memahami suatu bacaan apabila ia telah menangkap maksud penulis baik yang tersirat maupun yang tersurat.
12
2.2.4 Tingkatan Membaca Pemahaman Pada artikel Dictionary Of Reading and Related Terms (1983:226) disebutkan bahwa ada beberapa tingkatan proses pemahaman, antara lain : 1) mendapatkan makna harfiah, 2) mendapatkan makna interpretatif, 3) mendapatkan makna yang dibaca, 4) mereaksi apa yang dibaca dengan kreatif. Dalam buku Kemampuan Membaca Silitonga (1984 : 8–9) menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa dapat diukur dan dianalisis. Sasaran pengukuran mengacu pada gejala-gejala tingkah laku siswa secara langsung. Hal ini berarti, tingkah laku berbanding lurus dengan kemampuan membaca siswa. Gejala-gejala tingkah laku tersebut meliputi : 1) kemampuan menguasai bacaan dan sistem penulisannya yang mencakup kemampuan memahami kalimat, dan rangkaian kalimat, serta memahami respon yang tepat pada penggunaan tanda baca; 2) kemampuan dalam menangkap gagasan penulis dan menyimpulkan isi bacaan; 3) kemampuan memahami gaya dan pemaparan penulis yang mencakup kemampuan mengenal atau mengidentifikasi sikap pengarang. Secara rinci Davis dalam buku Analisis Kesalahan karya Pateda (1989:93) menyebutkan membaca pemahaman akan mengukur kemampuan membaca seseorang, yakni : 1) mengidentifikasi kata; 2) mengantisipasi makna; 3) menyimpulkan kata dari konteks; 4) menjalin ide dalam konteks; 5) menyimpulkan konteks menemukan maksud penulis, sikap, penekanan, caracara penulis; 6) mengidentifikasi strategi penulis; 7) mengidentifikasi struktur penulisan.
13
Dengan demikian, pengukuran dalam membaca pemahaman adalah pertanyaan-pertanyaan yang meliputi: makna kata dalam kalimat, ide pokok dan ide penjelas, maksud pengarang, penggunaan tanda baca, kesimpulan bacaan, judul, dan data-data baik yang tersirat maupun yang tersurat. 2.2.5 Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman Keberhasilan dalam membaca ditentukan oleh banyak faktor. McLaughlin dalam Hidayat (2005) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip membaca yang paling mempengaruhi pemahaman bacaan, sebagai berikut. a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial. Teori kontruktivis menyatakan bahwa pemahaman dan penyusunan bahasa sebagai suatu proses membangun. Hal ini mengandung pengertian bahwa apa yang mereka bangun dan pengetahuan sebelumnya adalah bahan untuk membangun makna. Dalam membaca, informasi baru yang akan diajarkan harus diintegrasikan dengan apa yang diketahui sehingga siswa mempunyai banyak pengalaman dalam suatu topik tertentu. b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. Kemahiraksaraan yang dimiliki seseorang akan membantunya dalam proses membaca maupun menulis secara penuh. Adapun, model pembelajaran pemahaman yang diharapkan adalah sebuah model yang memberikan kesempatan belajar, menghubungkan, dan mengintegrasikannya. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar harus diletakkan dalam kerangka kerja kurikulum sehingga dapat menciptakan suatu lingkungan yang optimal untuk pelaksanaan belajar. c. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi proses belajar. Guru yang unggul adalah guru yang mengetahui pentingnya setiap siswa untuk memiliki pengalaman kemahiraksaraan. Hal ini karena, peranan guru dalam proses membaca adalah menciptakan pengalaman memperkenalkan, memelihara, dan memperluas kemampuan siswa dalam memahami teks. Jika guru mengetahui cara mengembangkan motivasi siswa, mengenal karakteristik
14
siswa, dan strategi-strategi mengajarkannya, maka proses belajar akan lebih menyenangkan. d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca. Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat mengintegrasikan informasi dan terampil menghubungkannya dengan topik sebelumnya. Sebaliknya, pembaca yang tidak baik terlampau menekankan simbol-simbol dalam teks atau terlampau yakin pada pengetahuan sebelumnya tentang topik. e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan, sebaiknya guru memberikan teks dalam berbagai tingkat kesukaran. Guru dapat membantu siswa dengan menyuruhnya membaca nyaring apabila teksnya dianggap sulit dan menantang. Apabila teks tersebut sangat tepat untuk pembelajaran, siswa diberikan dukungan yang penuh dari gurunya. f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat. Setiap hari, siswa perlu membaca berbagai teks dengan tingkat yang berbeda. Apabila teks itu digunakan, guru perlu memberikan bantuan untuk meningkatkan dan memperluas pengalaman belajar siswa serta menerima dukungan yang bergantung pada tujuan dan setting pengajaran. Dengan mengenal berbagai jenis materi bacaan akan meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini akan memberikan siswa pengetahuan sejumlah struktur teks dan meningkatkan proses memahami suatu teks. g. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. Teori kontruktivis memiliki peranan penting pada perkembangan kosakata. Kosakata yang dimaksud adalah memperkenalkan antonim, sinonim, makna ganda, dan definisi abstrak. Ahli bahasa mengidentifikasikan empat petunjuk untuk pengajaran kosakata. Adapun petunjuk yang dimaksud yakni siswa hendaknya memperkenalkan secara aktif dalam memahami kata-kata dan dihubungkannya dengan strategi-strategi, belajar kosakata harus sesuai dengan keinginan siswa, mengakrabi kata-kata, dan mengembangkan kosakatanya
15
melalui wacana-wacana yang diulang penggunaannya dari berbagai sumber informasi. h. Pengikutsertaan merupakan faktor kunci dalam proses pemahaman. Keterlibatan pembaca dalam membangun pemahaman didasarkan pada hubungan
antara
pengetahuan
sebelumnya
dengan
informasi
baru.
Keterlibatan pembaca termotivasi untuk membaca dengan berbagai tujuan, memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya untuk membangkitkan pemahaman baru serta berpartisipasi dalam interaksi sosial yang bermakna tentang bahan bacaan. i. Strategi dan keterampilan pemahaman bisa diajarkan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa saat siswa mengalami strategi pengajaran pemahaman langsung, ternyata meningkatkan pemahaman teks tentang topik baru. Pertanyaan-pertanyaan pemahaman sering timbul pada tingkat pemahaman literal, ditugaskan dan kemudian dikoreksi, pemahaman dinilai, tetapi tidak diajarkan. Dengan mengaitkan keterampilan dan strategistrategi bisa mempermudah siswa memahami strategi pemahaman yang umumnya lebih kompleks dari keterampilan pemahaman. j. Asesmen
yang
dinamis
menginformasikan
pembelajaran
membaca
pemahaman. Penilaian merupakan sekumpulan data, seperti nilai tes dan catatan-catatan informal untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi merupakan interpretasi dan analisis data. Asesmen ini berguna untuk menilai kemajuan siswa karena memungkinkan guru untuk menemukan kelebihan dan kekurangan, merencanakan pengajaran dengan tepat, mengkomunikasikan kemajuan siswa kepada orang tua, dan untuk mengevaluasi keefektifan strategi mengajar. 2.2.6 Rumus Pengukuran KEM Menurut Ahmadslamet dan Tampubolon dalam buku Membaca I karangan Harras (1997), disebutkan bahwa untuk menentukan KEM seseorang ada dua
16
prosedur yang dilalui, yakni : pengukuran kecepatan membaca dan pemahaman isi. 1) Pengukuran Kecepatan Membaca (KM) dengan cara menghitung jumlah kata yang terbaca setiap menit. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut :
2) Pengukuran pemahaman isi bacaan (PI) secara keseluruhan dengan cara menghitung persentase skor jawaban yang benar atas skor jawaban yang ideal dari pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut : Adapun untuk mengukur KEM seseorang, kedua aspek tersebut harus diintegrasikan. Menurut Harjasujana, hal ini dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan: K : jumlah kata yang terdapat dalam bacaan W : jumlah waktu yang ditempuh dalam hitungan detik B : skor jawaban yang benar SI : skor jawaban ideal
17
2.2.7 Standardisasi Kecepatan Membaca KEM satu orang dengan yang lainnya tentu berbeda. Hal ini sangat bergantung pada tingkat pendidikan dan jabatan yang disandang. Walaupun demikian, ada formula yang dapat dijadikan acuan atau tolak ukur untuk mengetahui KEM yang harus dimiliki seseorang. Christine Nuttal (1989) dalam Harras menyebutkan bahwa jenjang SD antara kelas 1 sampai 6 pun berbeda dalam kecepatan membacanya seperti yang tercantum pada tabel 2.2. Tabel 2.2 KEM Menurut Tingkatan Kelas Kelas Kecepatan Membaca 1 60-80 kata per menit 2 90 - 110 kata per menit 3 120 – 140 kata per menit 4 150 – 160 kata per menit 5 170 – 180 kata per menit 6 190 – 200 kata per menit Standardisasi di atas digunakan umtuk menghitung kecepatan membaca saja. Adapun untuk menghitung kemampuan efektif membacanya harus diikuti oleh pemahaman terhadap wacana. 2.3 Metode SQ3R 2.3.1
Pengertian Metode SQ3R SQ3R merupakan suatu metode membaca yang terdiri dari lima langkah
yaitu Survei, Question, Read, Recite, Review (Soedarso, 2010:59). Metode ini sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional untuk keperluan studi. Metode membaca untuk studi ini dianjurkan oleh seorang guru besar psikologi dari Ohio State University, yaitu Prof. Francis P. Robinson, tahun 1941. Metode ini merupakan salah satu metode membaca yang makin lama makin dikenal orang dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima langkah sebagai berikut ini. 1) Survei (prabaca), 2) Question (bertanya),
18
3) Read (baca), 4) Recite (mengutarakan kembali), 5) Review (mengulang kembali). 2.3.2 Karakteristik Metode SQ3R Untuk menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan survei terhadap bacaan atau buku untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagian permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan membaca buku, kita menyurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar pustaka. Setelah menyurvei buku, kita merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada dalam buku itu. Hal itu akan membantu dan menuntun kita memahami bacaan. Dengan bekal rumusan pertanyaan-pertanyaan tadi, barulah kita membaca. Pertanyaan itu merupakan penentuan yang dapat membantu pembaca menemukan informasi yang diinginkannya dengan cepat. Untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan, setelah membaca, kita lakukan kegiatan menceritakan/mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri. Untuk membantu daya ingat, kita membuat catatan-catatan kecil. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagianbagian yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca sebelumnya. Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan metode SQ3R. Dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan, yaitu survei, question, read, recite, dan review.
19
2.3.2.1 Langkah-langkah Metode SQ3R Soedarso (2010:60-64) menjelaskan bahwa Metode SQ3R merupakan suatu rencana studi yang terpadu untuk memahami serta menguasai isi bacaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini meliputi: 1) Prabaca ( survey : S ) Pada langkah yang pertama ini dilakukan pengkajian sepintas terhadap seluruh struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1. Mempercepat menangkap arti, 2. Mendapatkan abstrak, 3. Mengetahui ide-ide yang penting, 4. Melihat susunan bahan tersebut, 5.Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan dan 6. Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, tetapi dengan cara yang sistematis kita dapat menentukan ide-ide penting dan sistematis bahan. 2) Mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan ( question : Q ) Langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan
sebanyak-
banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah isi judul dan subjudul serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, di mana atau mengapa. Jika teks yang sedang dipelajari berisi halhal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyakbanyaknya. Suatu pertanyaan dapat menimbulkan pertanyaan lain tentang isi secara lebih mendalam. Dengan adanya pertanyaan itu cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada. Inti dari langkah ini adalah melihat hal yang ditandai sebagai bagian penting menjadi kalimat tanya. Langkah ini dilakukan bersamaan dengan langkah pertama. 3) Membaca isi ( read : R1) Langkah ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini,
20
membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragrafparagraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua. 4) Menceritakan isi bacaan dengan kata-kata kita sendiri ( recite/recall : R2 ) Langkah keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik. 5) Meninjau kembali isi bahan bacaan ( review : R3 ) Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan untuk menelusuri kembali judul-judul dab subjudul dan bagian-bagian yang penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita lewati sebelum ini. 2.3.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode SQ3R Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing, sama halnya dengan metode SQ3R yang memiliki keunggulan dan kelemahan dalam penerapannya. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1) Keunggulan Metode SQ3R Keunggulan metode SQ3R adalah adanya langkah-langkah yang jelas dan tidak rumit. Selain itu dengan langkah-langkah metode SQ3R pembaca cenderung lebih mudah memahami isi bacaan dalam waktu relatif cepat. Metode ini sangat baik bagi pembaca yang bertujuan belajar atau mendapatkan informasi. Anif (2009) . 2) Kelemahan metode SQ3R Kelemahan metode SQ3R adalah metode ini lebih memakan waktu diawal karena ada proses Survey dan Question setidaknya 10 menit pertama. Walaupun demikian investasi waktu diawal akan memberikan manfaat besar
21
dalam pemahaman isi bacaan pada proses selanjutnya, sehingga bisa dikatakan kelemahan pada metode SQ3R ini cenderung positif, karena proses yang memakan waktu ini memberi manfaat pada pemahaman siswa saat membaca teks bacaan. Noer (2009). 2.4 Konsep Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Zuchdi, 1997:34). Di dalam konsep pendekatan komunikatif terdapat konsep kompetensi
komunikatif yang membedakan komponen bahasa menjadi dua bagian, yaitu kompetensi dan performansi atau unjuk kerja. Brumfit dan Finocchiaro dalam Sheva (2012:1) mengungkapkan bahwa ciri-ciri pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah: 1) makna merupakan yang terpenting 2) percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan secara normal 3) kontekstualisasi merupakan premis pertama 4) belajar bahasa berarti belajar berkomunkasi 5) komunikasi efektif dianjurkan 6) latihan penubihan atau drill diperbolehkan, tetapi tidak memberatkan 7) ucapan yang dapat dipahami diutamakan 8) setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik 9) segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal 10) penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak 11) terjemahan digunakan jika diperlukan peserta didik 12) membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal 13) sistem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi 14) komunikasi komunikatif merupakan tujuan 15) variasi linguistic merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
22
16) urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk memperkuat minat baca 17) guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan bahasa itu 18) bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui percobaan dan mencoba 19) kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama, ketepatan dinilai dalam konteks bukan dalam keabstrakan 20) peserta didik diharapkan berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok atau pasangan, lisan dan tulis 21) guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya 22) motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang dikomunikasikan
2.5 Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2011:3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognnitif, afektif, dan psikomotoris. Dan menurut Suprijono (2009:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nlai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah melakukan pembelajaran, perubahan tingkh laku dari yang belum bisa menjadi bisa, dari yang belum tau menjadi tau. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar , yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni
23
(a) informasi ferbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris. Sudjana (2011:22). Menurut Bloom dalam Winkel (2004:273-274), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik, penjelasannya lebih lanjut
tentang domain kognitif dan afektif sebagai berikut: Domain kognitif adalah: a.
Pengetahuan (knowledge): Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali kembali tentang nama-nama, struktur, bentuk, dan sebagainya. Ini merupakan tingkat berpikir paling rendah.
b.
Pemahaman (comprehension) Kemampuan peserta didik untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah diketahui atau diingat.
c.
Penerapan (aplication) Kemampuan siswa untuk menerapkan atau menggunakan sesuatu yang telah diketahui ke dalam situasi yang kongkrit.
d.
Analisis (analysis) Kemampuan seseorang untuk menguraikan sesuatu bahan ke dalam bagianbagian yang lebih kecil.
e.
Sintesis (synthesis) Kemampuan seseorang untuk memadukan elemen-elemen dan bagianbagian yang kecil ke dalam satu bentuk yang utuh.
f.
Evaluasi (evaluation). Kemampuan seseorang untuk memberikan pertimbangan nilai dari situasi tertentu untuk tujuan tertentu
Domain afektif adalah: a.
Penerimaan (receiving) Kepekaan seseorang untuk mnerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar dirinya. Stimulus ini dapat berupa aktifitas di kelas, buku-buku teks, musik dan lain sebagainya.
24
b.
Partisipasi (responding) Adanya partisipasi aktif dari peserta didik. kemampuan menanggapi disini adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
c.
Penilaian/ penentuan sikap (valuing) Memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
d.
Organisasi (organization) Mempertemukan perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
e.
Pemahaman pola hidup (characterization by a value or value complex) Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yakni mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
2.6 Penelitian yang Relevan Penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Fitri Setyorini dalam Penelitian Tindakan Kelasnya yang berjudul Penerapan SQ3R untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V di SDN Ketawanggede 2 Malang. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang, Tahun 2011. Bahasa Indonesia salah satu faktor pendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia salah satu penyebabnya karena kemampuan membaca mereka dalam memahami bacaan yang masih rendah. Bahasa Indonesia sering dianggap mudah padahal ppada kenyataannya kemampuan memahami bacaan masih kurang, terutama dalam menyelesaikan soal yang disertai dengan bacaan. Peneliti berpendapat bahwa dengan menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
25
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) penerapan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN Ketawanggede 2, (2) hasil kemampuan membaca pemahaman setelah menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) di kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang. Subyek dari penelitian adalah siswa kelas V sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan rancangan PTK terdiri dari 2 siklus. Instrument yang digunakan adalah tes dan lembar observasi aktivitas siswa. Tehnik analisis yang dipakai rata-rata dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang dengan menerapkan metode SQ3R memberikan dampak positif bagi siswa. Hal tersebut antara lain memudahkan pemahaman siswa membaca isi bacaan, perbendaharaan kosa kata bahasa Indonesia siswa bertambah, lebih terampil merangkai kata dalam kalimat, mampu mengerjakan evaluasi dengan benar, menjawab pertanyaan guru dan mampu menceritakan kembali isi bacaan. (2) Kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang melalui penerapan SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) mengalami peningkatan yaitu dari peningkatan pada pratindakan hasil belajar siswa terdapat 4 siswa yang berkualifikasi sangat baik, 12 siswa mendapat kualifikasi baik, dan 10 siswa dengan kualifikasi cukup. Kemudian pada siklus I meningkat yaitu terdapat 7 siswa berkualifikasi sangat baik, 13 siswa mendapat kualifikasi baik, 6 siswa dengan kualifikasi cukup. Pada siklus II berdasarkan standar kualifikasi penilaian terdapat 14 siswa yaitu 53,8% siswa dengan kriteria sangat baik dan sisanya 12 siswa yaitu 46,2% siswa dengan kriteria baik. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini: (1) penerapan SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V yaitu memudahkan pemahaman siswa membaca isi bacaan, perbendaharaan kosa kata bahasa Indonesia siswa bertambah, lebih terampil merangkai kata dalam kalimat, mampu mengerjakan evaluasi dengan benar, menjawab pertanyaan guru dan
26
mampu menceritakan kembali isi bacaan, (2) telah terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Malang yang ditunjukkan dari kualifikasi siklus I yaitu 7 siswa mendapatkan kriteria sangat baik, 13 siswa mendapatkan kriteria baik, 6 siswa mendapatkan kriteria cukup dan pada siklus II meningkat menjadi 53,8% siswa mendapatkan kriteria sangat baik dan 46,2% siswa mendapatkan kriteria baik. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan: (1) Kepala Sekolah hendaknya memotivasi dan mengarahkan guru agar lebih terfokus dalam peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa yang salah satunya dapat dilakukan dengan menerapkan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review), (2) guru bahasa Indonesia agar dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dapat menggunakan pembelajaran dengan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, (3) peneliti yang lain untuk mencoba mengembangkan penelitian lanjutan menggunakan metode SQ3R yang mencakup jenis-jenis membaca lain, karena penelitian ini masih terbatas pada membaca pemahaman. 2.7 Kerangka Berpikir Dengan metode SQ3R pendektakan komunikatif khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia dijadikan salah satu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar, karena metode ini diyakini mampu membantu siswa memahami materi membaca pemahaman. Setelah melakukan observasi di kelas 6 SD Negeri Tambakboyo 02 Ambarawa, rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia dikarenakan ketika guru menyampaikan materi pembelajaran hanya mengandalkan ceramah, yaitu guru hanya membaca buku materi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa pasif dan kurang berminat untuk mempelajari dan memahami materi pembelajaran. Perbaikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode SQ3R dengan pendekatan komunikatif.
27
Adapun
kerangka
berpikir
metode
SQ3R
dengan
pendekatakan
komunikatif dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut. Kondisi Sebelum Tindakan Guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Guru kurang memaksimalkan kegiatan belajar siswa di dalam kelas
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia masih rendah
Siswa tidak bisa menemukan gagasan sendiri dari materi pembelajaran yang disampaikan
Dilaksanakan Tindakan Guru menggunakan metode SQ3R dengan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran
Siswa dapat menemukan gagasan sendiri dari materi pembelajaran yang disampaikan
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.8 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, dan dengan mempertimbangkan dan merujuk kepada beberapa pendapat pakar dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah : 1) Penerapan metode SQ3R dengan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6 semester 2 SD Negeri Tambakboyo 02 Ambarawa tahun ajaran 2012/2013.