BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Hakekat Model Pembelajaran Soekamto (Hamruni, 2012: 5) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukisikan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Eggen dan Kauchak (Hamruni, 2012: 5) bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan metode, dan teknik pembelajaran. Strategi pembelajaran Kemp (Hamruni, 2012:2) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (1990) (Hamruni, 2012:2) menjelaskan bahwa starategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dalam prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan pembelajar tertentu. Menurut mereka startegi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Metode Menurut Fathurrahman Pupuh (Hamruni, 2012:6) metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pembelajaran pada perserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang
6
7
sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Rusman (2010: 132) model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, dan analisis system teori-teori lain yang mendukung Joyce dan Weil (Rusman, 2010: 133). Setiap model pembelajaran memiliki cara belajar yang berbeda-beda tergantung guru dalam memgelolaan kelas untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman. Misalnya, model pembelajaran kooperatif tipe student teamsachievement division (STAD) memerlukan lingkungan belajar yang nyamanuntuk dikelola seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan untuk siswa berkerja kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa perlu berkomunikasi satu sama lain dalam tugas kelompok.
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif (Humruni, 2012: 161) adalah rangkaian pembelajaran kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran
yang
telah
dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok. Menurut Sanjaya (Rusman, 2012: 203) Model pembelajaran adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalm kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Nurulhayati, 2002:25 ( Rusman, 2012:203) Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam sutu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar berkerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalm sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
8
Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian belajar kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan menurut Sanjaya (Rusman: 203) sedangkan menurut Tom V. Savage mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif maka dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkelompok yang terdiri dari 4-6 orang untuk penguasaan materi pembelajaran setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi, saling bertukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman. Teori
yang
melandasi
pembelajaran
kooperatif
adalah
teori
konstruktivisme. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Impikasi dari teori Viotsky dikehendakinya susunan kelompok berbentuk kooperatif. Dari pandangan konstruktivisme dan menurut ahli di atas keberhasilan belajar bukan hanya bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.
2.1.2.1 Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif Menurut Riger dan David johnson (Rusman, 2010: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu, sebagai berikut : 1. prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
9
2.
3.
4.
5.
Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. Partisipasi dan komunikasi (participacion communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain . sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin 1994). Model pembelajaran koopertait dikembangkan untuk mencapai setidak tidaknya tiga tujuan pembelajaran pending yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: 1. Hasil Belajar Akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran koperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas tugas
10
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini anak muda masih kurang dalam ketarampilan sosial. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting dimana guru mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial, karena semuanya itu sangat penting dimiliki oleh siswa, seperti yang kita ketahui masih banyak anak-anak maupun orang dewasa saat ini masih kurang dalam melaksanakan keterampilan sosial.
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Slavin (Rusman, 2011:213) model Student Teams-Achievement Division (STAD) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model Student Teams-Achievement Division (STAD) juga merupakan salah satu model pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model pembelajaran yang paling baik untuk pemulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan Kooperatif. Di samping itu metode ini juga sangat mudah diadaptasi dapat digunakan pada mata pelajaran Matematika, Sains, ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, tingkat sekolah menengah sampai perguruan tinggi Sharan (Taniredja, Faridli, dkk. 2011:64). Rusman
(2010:213)
dalam pembelajaran
model Student
Teams-
Achievement Division (STAD), siswa dibagi menjadi bebrapa kelompok beranggotakan 4-6 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pembelajaran tersebut. Guru memberikan materi pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Siswa mempresentasikan kerja kelompok,.
Kemudian, seluruh siswa diberikan tes
11
tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Dan dari hasil kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan penghargaan Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dalam pandangan konstruktivisme. Pembelajaran ini siswa lebih mudah dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman dan bertukar pendapat. Dalam belajar bersama kelompok-kelompok kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras satu sama lain saling membantu tampa membedakan tujuan untuk memberi kesepatan kepada siswa untuk berpendapat dan mencapai ketuntasan dari materi yang disampaikan oleh guru. Selama kegiatan belajar mengajar model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama kegiatan belajar. Dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, guru memberi materi yang di ajarkan kepada siswa, lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang diberikan pada siswa. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan materi yang disampaikan oleh guru dan saling membantu diantara teman-teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan. Pada model pembelajaran cooperative learning tipe STAD, tim yang terbaik akan mendapatkan sebuah penghargaan. Menurut Nur, 2008, penghargaan diberikan pada tim dengan kriteria tertentu. Kriteria itu dapat diambil dari skor tim, kekompakan tim dalam bekerja sama, saling membantu teman satu tim dalam mempelajari materi, dan saling memberi semangat kepada teman satu tim untuk melakukan yang terbaik. Nur, 2008 juga menyatakan bahwa “ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru”.
12
2.1.3.1 Langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut : Menurut Slavin (2009) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima langkah, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok. Kelima langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut diuraikan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan, hal-hal yang perlu dilakukan guru antara lain: 1. Guru memberikan apersepsi dan motivasi tentang materi pelajaran yang akan diberikan 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diberikan 3. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen b. Kegiatan inti Pada kegiatan inti, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 1. Guru memberikan materi pelajaran yang dibahas pada hari itu 2. Guru memberikan tugas untuk dibahas secara berkelompok oleh masing-masing kelompok 3. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk menemukan jawaban pada tugas yang diberikan 4. Kelompok mempresentasikan hasil diskusinya 5. Tanggapan dari kelompok lain (tanya jawab) c. Kegiatan penutup 1. Guru menyimpulkan materi pelajaran yang diberikan 2. Guru memberikan tes yang dikerjakan secara individual. 3. Guru memberikan penghargaan terhadap individu ataupun kelompok yang aktif di dalam berdiskusi pada tugas yang diberikan Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cooperative learning tipe STAD menempuh 5 langkah pembelajaran yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok.
2.1.3.2 Penerapan Kooperatif tipe (STAD) terdiri atas 5 komponen utama yaitu : 1. Presentasi kelas/awal pembelajaran Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
13
Pada tahap ini perlu ditekankan : a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukan hafalan. c. Memberi umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa. d. Memberi penjelasan mengapa mengapa jawaban itu benar atau salah.Beralihkepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada. 2. Tim Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas. Guru sebagai fasilitator dan motivator. Hasil kerja kelompok dikumpulkan. 3. Kuis/ Tahap Tas Individu Diadakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui yang dipelajari individu, selama mereka bekerja kelompok. Siswa tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. 4. Tahap pemberian penghargaan Tahap pemberian penghargaan.Tim akan mendapatkan penghargaan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila nilai rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. 2.1.4 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya menurut Slameto (2003: 2). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan merupakan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar Sudjana(1989: 5). Menururt Gagne (Agus Suprijono,2009:2) mendefinisikan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas. Travers dalam Agus Suprijono (2009: 2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
14
kompetensi, keterampilan, dan sikap belajar. Belajar sejak manusia lahir sampai akhir hayat Buharuddin (2007:11). Berbagai pengertian tentang belajar maka penulis menyimpulkan belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.1.5 Pengertian Hasil Belajar Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar berupa : 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. 2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi kemampuan analitis-sintesis faktakonsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. 3. Sterategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah. 4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujut otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Lindgren (Agus Suprijono, 2009 : 7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Melainkan yang telah dicapai sebagai tanda atau simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil aktivitas belajar) yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai.
15
2.1.6 Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat
melakukan kegiatan belajar dan menambahkan
keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar karna termotivasi mencari prestasi. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapatkan kedudukan dalam jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalan menurut Martinis (2007:158).Mc. Donal ( dalam Martinis Yamin, 2007:157) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi mencapai tujuan. Beberapa pendapat para ahli tentang motivasi maka dapat disimpulkan bahwa motivasi yang artinya alasan atau dorongan. Motivasi dalam belajar mempunyai arti membangkitkan dan memberi arah pada dorongan-dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan perbuatan dalam belajar.
2.1.6.1 Jenis-jenis Motivasi Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah; 1. Motivasi esktrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajar sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibatkan oleh dorongan seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya. 2. Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
2.1.7 Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di SD John S. Richardson (Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis, 991: 12) mengajar dan belajar adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan. Suatu pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni ada tujuh prinsip dalam belajar dan mengajar agar suatu pelajaran IPA dapat berhasil. 1. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, merupakan bagian yang esensial dari proses mengajar IPA.
16
2. Prinsip belajar bersinambungan, proses belajar selalu dimulai dari apaapa yang telah dimiliki siswa. 3. Prinsip motivasi, sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang mau berbuat sesuatu. 4. Prinsip multi saluran, suatu kenyataan bahwa daya penerimaan masingmasing siswa tidak sama. 5. Prinsip penemuan, bahwa untuk memahami sesuatu konsep atau symbol,-simbol, siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengetahuan itu melalui pengalamannya. 6. Prinsip totalitas, bertolak dari suatu paham bahwa bahwa siswa belajar dengan segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu pancainderanya, perasaan dan pikirannya. 7. Prinsip perbedaan individu, tidak dimaksudkan untuk membedabedakan siswa, tetapi bertolak pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa perbedaan yang satu terhadap yang lain. 2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebelumnya sudah diteliti oleh beberapa orang. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Selvia Yeni (2012) Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II Pada Mata Pelajaran IPA SD Negeri Dukuh 02 Salatiga Kecamatan
Sidomukti
Tahun
Pelajaran
2011/2012.
Penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Angga Adi Wicaksono (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan metode pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divison (STAD) terhadap motivasi dan hasil belajar IPS. Dalam penelitian menyatakan didalam pembelajaran memungkinkan siswa saling berkerjasama, berinteraksi, serta mempunyai motivasi yang berasal dari stimulus yang diberikan oleh guru berupa bentuk penghargaan.
17
2.3
Kerangka Berpikir Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan
belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajran. Penggunan model pembelajaran tipe STAD lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam hal ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan pembelajaran berlansung, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswaKerangka berfikir untuk penelitian ini terdapat dalam gambar 2.1.
Kelas kontrol
Pretest
Pembelajaran Menggunakan metode konvensional
Uji T untuk Mengetahui Hasil postest + motivasi apakah ada pengaruh yang signifikan dengan penggunaan model Pembelajaran kooperatif STAD
Hasil pretest tidak boleh ada perbedaan yang signifikan
Kelas Eksperimen n
Pretest
Postest
Pembelajaran Menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
Postest
18
2.4
Hipotesis
Apakah ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Division dalam pembelajaran IPA siswa kelas 5 SD. Ho: diduga tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran STAD terhadap hasil belajar dan motivasi IPA kelas 5 SD N Dukuh 03 salatiga kecamatan sidomukti semester 2 tahun 2012/2013 H1: diduga ada pengaruh penggunaan pembelajaran STAD terhadap hasil belajar dan motivasi IPA kelas 5 SD NDukuh 03 salatiga kecamatan sidomukti semester 2 tahun 2012/2013.