4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari ”medium” yang secara harfiah berarti ”perantara” atau ”pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman, Raharja, Haryono, dan Rahadjito, 1984:6). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 menegaskan bahwa (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Media pendidikan memegang peranan penting dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Pengertian media menurut Smaldino, Sharon E, James D Russel, Koher Heinich, & Michael Molenda (2002: 9) dalam Parmin (2009:24) adalah sebagai berikut : A Medium (plural, media) is a means of communication and source of informatian. Derived from the latin word meaning " between " the term refers to anythin that carries information between a source and receiver. Examples include video, television, diagram, printed materials, computers program, and instructor. These are considered instructional media when they provide message with an instructional purpose. The purpose of media is to facilitate communication and learning. (Media adalah persamaan dari komunikasi dan sumber informasi. Diperoleh dan kata latin disamakan dengan " perantara " tempat penghubung sesuatu yang membawa informasi diantara sumber dan penerima. Yang termasuk contoh antara lain video, televisi, diagram, bahan cetakan, program komputer, dan pengajar. Dengan mempertimbangkan media pembelajaran yang menyediakan pesan untuk tujuan pembelajaran. Tujuan dari media untuk memfasilitasi komunikasi dan pembelajaran). Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagaian yang harus mendapatkan perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun 4
5 kenyataannya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih. Apabila kita telah menentukan alternatif media yang akan kita gunakan dalam pembelajaran, maka pertanyaan berikutnya adalah sudah tersediakah media tersebut di sekolah atau di pasaran? Jika sudah tersedia, maka kita tinggal meminjam atau membelinya saja. Itupun jika media yang ada memang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah kita rencanakan, dan terjangkau harganya. Jika media yang kita butuhkan temyata belum tersedia, mau tak mau kita harus membuat sendiri program media sesuai keperluan tersebut. Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing. 1.1.1.1 Fungsi Media Media memiliki beberapa fungsi diantaranya : a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknya lah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audiovisual dan audial. b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan karena : obyek terlalu besar, obyek terlalu kecil,obyek yang bergerak terlalu lambat, obyek yang bergerak terlalu cepat, obyek yang terlalu kompleks,
6 obyek yang bunyinya terlalu halus, obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. h. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut : a. Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. b. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. c. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio. Media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: memotivasi belajar peserta didik, memperjelas informasi/pesan pengajaran, memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting, memberi variasi pengajaran, dan memperjelas struktur pengajaran. Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu
7 dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan alat yang dapat membantu dalam proses penyampaian pesan kepada pihak lain. Sebuah pesan yang disampaikan tentunya akan lebih bermakna apabila pesan tersebut dapat dMatematikahami dengan baik oleh penerima pesan tersebut. Peran media dalam penyampaian pesan sangat besar, pesan yang disampaikan dengan media yang menarik penerima pesan akan lebih cepat memahami pesan tersebut. 1.1.1.2 Jenis-jenis media : Media cukup banyak macamnya, Ada media yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka. Contoh macam-macam media : a. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon. b. Media Visual : – Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe. – Media visual gerak : film bisu. c. Media Audio-visual -
Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara ,
buku dan suara. - Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara. d. Media Serba aneka : - Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetik, white board, mesin pangganda. -
Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
- Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi, pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.
8 - Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan. -
Belajar terprogram Komputer
e. Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya : Papan tulis / whiteboard, Transparansi (OHT), Bahan cetak ( buku, modul, handout ). f. Media
yang
memerlukan
keahlian
khusus
:
Program
audio
visual
Program slide, Microsoft Powerpoint, Program internet. 1.1.1.3 Cara Memilih Jenis Media untuk Pembelajaran Media adalah merupakan sarana dalam peningkatkan kegiatan proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai seoptimal mungkin. “Tujuan yang ingin dicapai, ketepatgunaan, keadaan anak didik, ketersediaan, mutu teknis dan biaya”, Koyok dan Zulkarnaen NST dalam Zainudin HRL 1984 : 38 (Parmin ,2009:25). Dari pendapat tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut : 1) Tujuan yang ingin dicapai Media yang dipilih haruslah yang menunjang pencapaian tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. dan ini merupakan syarat utama di dalam memilih media pembelajaran. 2) Ketepatgunaan Media yang dipilih haruslah disesuaikan dengan aspek yang hendak dipelajari (aspek gerak atau aspek diam), bila gerak misalnya, maka media yang cocok adalah film atau sejenisnya. 3) Keadaan anak didik Dalam memilih haruslah dipertimbangkan akan tingkat kemampuan anak didiknya dan besar kecilnya kelompok pemakai. 4) Ketersediaan Hendaklah dalam memilih media dipertimbangkan akan kemudahan dalam mendapatkan media tersebut serta dalam menggunakan. 5) Mutu Teknis Media yang dipilih haruslah dapat dioperasionalkan dengan baik dan tidak membahayakan diri pemakainya. 6) Biaya Diusahakan serendah mungkin dalam mewujudkan media tersebut, tetapi memiliki efektivitas yang tinggi. Dalam proses pembelajaran tentunya tidak semua berjalan dengan sempurna, ada hambatan-hambatan
yang
dialami.
Hambatan-hambatan
pembelajaran adalah sebagai berikut (Santyasa : 2007) :
komunikasi
dalam
proses
9 a. Verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. b. Salah tafsir,artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. c. Perhatian tidak terpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain ; gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. d. Tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. 1.1.1.4 Kriteria Pemilihan Media Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan di kemudian hari. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebelum kita
menentukan pilihan media
tertentu.
Secara
umum, kriteria
yang
harus
dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan sebagai berikut. 1) Tujuan Apa tujuan pembelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang ingin dicapai? Apakah tujuan itu masuk ranah kognitif, afektif, psikomotor, atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya. 2) Sasaran didik Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. Apabila kita mengabaikan kriteria ini, maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya
10 sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai benar dengan kondisi mereka. 3) Karakteristik media yang bersangkutan Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya, sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasamya adalah kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut. 4) Waktu Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu yang tersedia/yang kita memiliki, cukupkah? Pertanyaan lain adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran? Tak ada gunanya kita memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula terjadi, media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajaran temyata kita kekurangan waktu. 5) Biaya Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media. Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria yang harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau menyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan biaya tersebut/apakah besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak mungkinkah tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu, adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar dibandingkan media sederhana dan murah. 6) Ketersediaan Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran? Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk membuatnya?
11 Kalau semua itu ada, pertanyaan berikutnya adalah tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? 7) Konteks penggunaan Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana media tersebut akan digunakan. Misalnya: apakah untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok besar atau masal? Dalam hal ini kita perlu merencanakan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran. 8) Mutu Teknis Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai yang telah ada, misalnya program audio, video, grafis atau media cetak lain. Bagaimana mutu teknis media tersebut, apakah visual jelas, menarik, dan cocok? Apakah suaranya jelas dan enak didengar? Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita paksakan penggunaannya.
2.1.2 Media Realia Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinum konkrit–abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat menurut beberapa ahli (dalam Lies Malaiati, 2010:21). Pertama, Jerome Bruner bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian
ke
belajar
dengan
simbol,
yaitu
menggunakan
kata-kata
(symbolik
representation).Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisMatematikasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan simbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment).
12 Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada proses operasi mental siswa pada saat mengamati obyek. Media realia merupakan media yang ditampilkan merupakan benda nyatanya. Pengguanaan media realia lebih mendekatkan peserta didik (penerima pesan) dengan benda nyatanya sehingga akan semakin mudah memahaminya. ”Akan tetapi sebenarnya suatu benda asli merupakan benda yang paling tepat guna, dibandingkan tiruannya”. (Latuheru, 1988:52). Media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi nyata atau merupakan benda nyata akan memberikan pengalaman tersendiri bagi peserta didik yang tidak akan mudah dilupakan. Dengan melihat sendiri benda nyatanya maka diharapkan peserta didik akan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan bukan hanya secara teori yang dMatematikahaminya, namun benda sendiri hanya dilihat melalui gambar. Sebagai ilustrasi seorang pilot yang diberikan pembelajaran praktek langsung dengan yang hanya diberikan teori dan melihat gambarnya, tentunya akan mampu dilihat hasilnya. Seorang pilot yang sudah terbiasa praktek langsung akan lebih terampil dalam menjalankan pesawatnya. ”Mereka akan belajar lebih banyak tentang binatang serangga yang dikumpulkan dari hasil perjalanan karya wisata, dibandingkan dengan melihat difilm strip mengenai kehidupan binatang tersebut”. (Sudjana, dan Rival, 1990:196). Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan opersi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut : (1) Mulai memandang dunia secara obyektif, bergeser dari suatu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Mempergunakan hubungan sebab-akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume, panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, CV. Timur Putra Mandiri, 2006). Kecenderungan belajar anak usia SD memiliki tiga ciri, yaitu :
a.
Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
13 lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan. b.
Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal yang umum ke bagian demi bagian.
c.
Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana kehal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan dan kedalaman materi. Menggunakan media realia tidak selalu tepat dan baik, karena terkadang terhambat
dengan biaya dan benda aslinya. Sebagai contoh untuk menunjukkan bentuk bumi, tentunya akan merasa kesulitan apabila tanpa adanya bantuan media lainnya seperti media gambar (globe). Penggunaan media realia merupakan alat peraga yang paling tepat karena peserta didik dapat langsung mengamati benda aslinya/nyatanya. Dalam penggunaan media realia/benda nyata ini terdapat kelebihan dan keterbatasan. Diantara kelebihan-kelebihan yang dimaksud adalah sebagai berikut : a.
Dapat memperlihatkan seluruh atau sebagian besar rangsangan yang relevan dari kerja, dengan biaya yang sedikit.
b.
Dapat memberikan kesempatan yang semaksimal mungkin pada siswa untuk melaksanakan tugas-tugas nyata, atau tugas-tugas simulasi dan mengurangi transfer belajar.
c.
Memudahkan pengukuran penampilan siswa, bila ketangkasan fisik atau ketrampilan koordinasi diperlukan dalam pekerjaan.
d.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami dan melatih ketrampilan manipulatif mereka dengan menggunakan indera peraba. Dari kelebihan-kelebihan penggunaan media realia, ada keterbatasan-keterbatasan
penggunaan media tersebut, yaitu:
14 a.
Tidak selalu memberikan gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung dengan media lain.
b.
Sulit untuk mengontrol hasil belajar, karena konflik-konflik yang mungkin terjadi dengan pekerjaan atau dengan lingkungan kelas.
c.
Seringkali dapat menimbulkan bahaya bagi siswa atau orang lain dalam lingkungan kerja.
d.
Mahal, karena biaya yang diperlukan untuk peralatan tidak sedikit.
e.
Seringkali sulit mendapatkan tenaga ahli untuk menangani latihan kerja, mengambil tenaga ahli dari pekerjaannya untuk melatih yang lain dapat menurunkan produktivitasnya. Setiap media yang digunakan dalam pembelajaran akan mencapai keberhasilan
apabila sesuai dengan materi yang tepat. Media realia mempunyai kelebihan dan keterbatasan, namun apabila disesuaikan dengan materi yang akan digunakan maka dapat mengurangi keterbatasan yang terjadi. Kita juga dapat memilih media yang lebih murah dan mudah didapat atau dibuat. Matematika merupakan kreatifitas yang mengekspresikan keindahan bentuk aksioma, teorema, relasi logika, relasi numerik, yang semuanya menarik bagi penelitinya karena kesempurnaan logikanya, sehingga
menjadikannya sebuah ilmu yang mendorong
peningkatan kapasitas manusia. Karena kesempurnaan logika inilah, maka dalam matematika tidak ada kontradiksi tentang nilai kebenaran di dalamnya. Tokoh matematika seperti Pythagoras, Plato sampai Gauss melihat bahwa matematika dipandang sebagai sistem yang teratur dan lebih sempurna daripada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari.Dari sisi aplikasi, matematika dapat mengungkap fenomena-fenomena alam, masalah kehidupan sehari-hari, dan masalah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. Matematika merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif.
15 2.1.3 Syntax Media Realia Dalam Pembelajaran Penggunaan media realia dalam penelitian ini di SD N Tejosari Ngablak Kabupaten Magelang yang diterapkan pada mata pelajaran Matematika dengan materi Bangun Ruang. Sebelum pembelajaran dilaksanakan diadakan dulu pre-test. Setelah selesai pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa, setelah diadakan pre-tes baru dilakukan pembelajaran dengan media realia yaitu dilakukan dengan cara mengajak siswa mengamati dan melihat langsung bentuk-bentuk bangun ruang. Kemudian siswa diajak untuk mempelajari jaringjaring bangun ruang dengan cara mengamati, melihat dan praktek langsung dengan benda seperti : a. Siswa mengamati aneka bangun ruang. b. Siswa memberi nama bangun ruang. c. Siswa menggunakan media bangun ruang untuk menunjukkan sisi, rusuk, dan titik sudut. d. Siswa menghitung sisi, rusuk, dan titik sudut. e. Siswa meletakkan jaring-jaring bangun ruang yang dibawa dari rumah masingmasing. f. Siswa menukar jaring-jaringnya dengan teman sebangku. g. Memperhatikan jaring-jaring bangun ruang yang dMatematikajang guru didepan. h. Siswa menggunting jaring-jaring bangun ruang. i. Siswa mampu membentuk model jaring-jaring bangun ruang. j. Siswa mengelompokan sisi-sisi yang sama dan sebangun. Setelah semua materi selesai diajarkan guru bersama siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran kemudian siswa mengerjakan soal post test untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diajar dengan menggunakan media realia. 2.1.4 Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Belajar Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Belajar adalah ”suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu”. (Mahfudz Shalahuddin, 1990:29).
16 Belajar adalah : ”suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan
yang
menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. W.S. (Winkel, 1991:36) Belajar adalah : ”sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar”. (Menurut S. Nasution M.A. 1982 : 68). Dari berbagai pendapat tentang belajar, semua dapat digunakan dalam pembelajaran karena belajar harus diterapkan dalam siswa untuk memperoleh perubahan siswa dalam hal perilaku siswa. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan,yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2003: 54). Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelehan. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. (Muhibbin Syah 1997:65). Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Hasil belajar adalah hasil yang harus dicapai /dilakukan. (Poerwodarminto, 2001: 895). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari
17 proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Yang diungkap dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas IV di SD N Tejosari Ngablak Kabupaten Magelang. 2.1.4.3 Teori Belajar Dalam teori belajar terdapat beberapa teori yang dikemukakan, beberapa teori belajar diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Teori Conditioning Teori Conditioning adalah teori yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang terpenting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu. (dalam Purwanto, 1999).
b.
Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget Bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
c.
Teori Belajar Gestalt Teori belajar Gestalt yaitu teori yang menyatakan bahwa dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama, yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi halhal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insigt. (Slameto, 2003 : 9). Berdasarkan teori-teori di atas, teori yang paling tepat dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah teori belajar kognitif menurut piaget karena dalam teori ini dijelaskan bahwa peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Dari teori tersebut dapat dilihat bahwa fasilitas dalam belajar sangat diperlukan agar hasil dari pembelajaran yang dilakukan dapat tercapai secara optimal.
18 2.1.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu keberhasilan belajar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini. a. Faktor Intern Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor inter dapat dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a) Faktor jasmaniah Faktor jasmaniah meliput faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, kesehatan badanya harus tetap terjamin. Keadaan cacat tubuh mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. b) Faktor pikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang cerdas menunjukkan cirri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi (Hamalik, 2001 : 59). Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 1992 : 44). Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan. Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan sebagai akibat, hasil belajarnya menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan dorongan atau moivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah, sangat diharapkan peranannya. Jika kebosanan terjadi di sekolah, maka guru dapat mengarahkan siswa untuk memperhatikan pelajaran.
19 Minat belajar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, memiliki pengaruh yang besar. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai hasil belajar dalam suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan pendorong bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif-motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring). Dari manipulasi dan explorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan akan timbul minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik (Purwanto, 1990 : 56). Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan sangat perlu dalam belajar. c) Faktor kelelahan Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Keluarga lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan siswa. Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua.orang tua harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak berkembang dalam suasana ramah tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari. Faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar anak dalam keluarga, meliputi cara mendidik, hubungan orang tua dengan anak dan ekonomi keluarga. Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut menentukan hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan siswa lain, kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana yang tersedia dan lain-lain. Masalah-masalah yang ada di sekolah dan kurang menarik bagi siswa akan mengurangi minat belajar siswa di sekolah. Dan hasil belajar yang diperoleh tidak akan maksimal. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di lingkungan itu. Akibatnya belajarnya terganggu dab bahkan siswa
20 kehilangan semangat belajar. Sebaliknya sebaliknya jika lingkungan siswa adalah orang yang baik-baik, siswa terpngaruh ke hal-hal baik. Pengaruh itu dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat, dan hasil belajar yang diperoleh akan baik.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Joko Supriyanto (2005:55) dalam penelitiannya “Perbedaan pembelajaran dengan audio visual dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa MTS kelas II”. Menyimpulkan pembelajaran menggunakan media audio visual lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena media audia visual dapat menimbulkan minat belajar dengan kelebihan media tersebut yang berupa efek suara, animasi, power point pada tampilan. Di antara kelemahan dan kelemahan penggunaan media dan tanpa media lebih banyak kelebihannya antara lain dapat diputar ulang, diperlambat, dipercepat, dihentikan, tidak memerlukan ruang gelap, dan mudah dilakukan. Penelitian tersebut memberikan saran perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika dengan media audio visual. Parmin, 2009 dalam penelitiannya “Pengaruh penggunaan media model dangambar terhadapPrestasi belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau dariMotivasi belajar siswa”. Menyimpulkan bahwa : Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan media model dan media gambar terhadap prestasi belajar matematika, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar matematika, dan ada interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan media dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Ami Sulistyowati, 2010 dalam penelitiannya “Studi Komparatif Tentang Efektivitas Media Pembelajaran Realia Dan Flash Cards Dalam Proses Belajar Mengajar Vocabulary Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Brebes Tahun Pelajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan vocabulary antara siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran realia dengan siswa yang diajar menggunakan media pembelajaran flash card pada siswa SD N Brebes. Johar Makmun, 2007 dalam penelitiannya “Studi
Komparasi Penggunaan
MediaRealia Dan Media Grafis Bidang Diklat Menggambar Teknik Dalam Peningkatan Prestasi BelajarSiswa Ranah Kognitif”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan mediarealia dengan kelompok siswa yang menggunakan media grafis terhadap peningkatan prestasi belajarsiswa dalam ranah kognitif.
21 Th. Sigit Wahjono, 2007 dalam penelitiannya “Benda Cagar Budaya Sebagai Penunjang Pengajaran Bahasa Dan Budaya”. Menyimpulkan bahwa benda cagar budaya bisa meningkatkan penghargaan terhadap bermacam-macam kebudayaan di Indonesia. Teknikteknik tersebut di atas juga bisa diadaptasi untuk mengapresiasi objek-objek lain. Misalnya objek seni (lukisan, patung), teknologi modern (mesin, komputer, elektronik), atau agrikultural (tanaman atau hasil produksi pertanian).
2.3 Kerangka Berpikir Untuk memperoleh ketrampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran yang menggunakan media akan mengurangi kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa. Salah satu media yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran Matematika adalah dengan media realia/benda nyata, karena Matemaikabukanlah pengetahuan menyendiri yangdapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika untuk membantumasalah social, ekonomi dan alam. Dengan menggunakan media realia/benda nyatanya dapat meningkatkan minat serta gairah belajar pada siswa. Sehingga dalam kegiatan belajar tidak hanya monoton di dalam kelas saja, tetapi siswa yang dengan di bimbing guru dapat belajar langsung pada obyek/benda nyatanya sehingga siswa benar-benar dapat mengamati obyek langsung. Dengan demikian pemahaman terhadap materi pelajaran dapat secara optimal, sehingga hasil belajar siswa pun menjadi optimal. Berikut bagan kerangka berfikir Pengaruh Media Realia Pada Mata Pelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa SD N Tejosari Ngablak Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2012/2013 :
Kondisi awal siswa sama
Kelas Kontrol Kelas Eksperime n
Pre Test
Perlakuan Konvension al Perlakuan Media Realia
Post Test
Hasil belaja r
22 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara media realia dengan hasil belajar siswakelas IVSD N Tejosari Ngablak Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2012/2013”.