BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
Pengendalian persediaan dijalankan untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal, sehingga diperoleh penghematan-penghematan pada persediaan tersebut yaitu untuk menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontinuitas produksi dengan biaya yang ekonomis (Ristono, 2009). Dari pernyataan tersebut, maka tujuan pengendalian persediaan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat, menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang berakibat terhentinya proses produksi, Untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan, menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan biaya pemesanan menjadi lebih besar. Menjaga agar persediaan di gudang tidak berlebihan, karena dapat mengakibatkan meningkatnya resiko dan juga biaya penyimpanan di gudang. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang dapat mengaplikasikan proses yang terintegrasi, salah satu sistem yang terinegrasi yang dapat mengendalikan persdiaan barang yaitu Distribution Requirtement Planning (DRP). Awal berkembangannya Distribution Requirement Planning (DRP) adalah sebagai sebuah metode teknik untuk perencanaan pendistribusian perusahaan manufaktur. Metode ini
dihasilkan dari pengalaman perusahaan
manufaktur. DRP telah diperluas pada pendistribusian proses di dalam manufaktur. Selain itu DRP dapat mengkoordinasikan logistik antar organisasi atau antara pusat – pusat distribusi yang berbeda tempat secara geografis. Bahkan Konsep dari DRP memungkinkan suatu integrasi dari proses supply chain. Konsep ini akan menyelesaikan masalah dalam menyeimbangkan penggunaan assset dan ongkos operasi yang bertujuan untuk kepuasan pelanggan. Selain itu DRP dapat meningkatkan kegiatan customer service, inventory management, purchasing, manufacturing effectiveness, dan profit maximation.
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.1
Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaan relatif kecil. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. Dalam industri manufaktur dikenal adanya dua jenis permintaan yang sering disebut sebagai independent demand dan dependent demand, yang merupakan salah satu konsep terpenting dalam master planning. Dependent demand didefiniskan terhadap material, parts atau produk yang terkait langsung dengan atau diturunkan dari struktur bill of material untuk produk akhir atau item tertentu. Permintaan untuk produk akhir, parts atau produk yang digunakan untuk percobaan pengujian produk itu, dan suku cadang (spare parts) untuk pemeliharaan, digolongkan kedalam independent demand. Produk yang tergolong independent demand merupakan obyek peramalan. Sehingga spesifikasi tingkat kebutuhan jenis barang tersebut harus diidentifikasi dengan jelas dan akurat, agar dapat diterapkan sesuai kebutuhan untuk dilakukan peramalan. Karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat penting dalam pengambilan keputusan manajemen (Nasution, 2004). 2.1.1.1 Peran Teknik Peramalan Komitmen tentang peramalan telah tumbuh karena beberapa faktor : a. Pertama, adalah karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungannya hal ini akan menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua faktor secara memuaskan. b. Kedua, dengan meningkatkan ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan suatu keputusan telah meningkat pula, lebih banyak keputusan yang memerlukan telaah peramalan khusus dan analisis yang lengkap. c. Ketiga, lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat sehingga keterkaitan yang harus dimengerti oleh organisasi berubah-rubah 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan pengamalan memungkinkan bagi organisasi untuk mempelajari keterkaitan yang baru secara lebih cepat. d. Keempat, pengambilan keputusan telah semakin sistematis yang melibatkan justifikasi tindakan secara gambling (eksplisit). Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu: model deret berkala (time series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Model kausal di pihak lain mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis (Spyros, et al. 2004 ) : 1.
Pola Horizontal (H)
Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk ke dalam jenis ini. Berikut Gambar 2.1 pola data horizontal.
Gambar 2.1 Pola Data Horizontal Sumber :Spyros M, et al. 2003
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Pola Musiman (S)
Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Berikut Gambar 2.2 Pola data musiman.
Gambar 2.2 Pola Data Musiman Kuartalan Sumber :Spyros, et al. 2003
3.
Pola Siklis (C)
Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini. Berikut Gambar 2.3 pola data siklus.
Gambar 2.3 Pola Data Siklus Sumber :Spyros, et al. 2003
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.
Pola trend (T)
Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend selama perubahannya sepanjang waktu. Berikut Gambar 2.4 pola data trend.
Gambar 2.4 Pola Data Trend Sumber: Spyros, et al. 2003
Sasaran akhir dari keseluruhan aktivitas peramalan adalah perkiraan mengenai kebutuhan modal. Dengan mengetahui kebutuhan modal pada semua aktivitas produksi, maka kebijakan harga dan keuntungan akan lebih mudah untuk dibuat (Baroto, 2004). a) Prinsip-Prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintan Pengelolaan dan strategi logistik dapat dilakukan secara efektif apabila dilandasi oleh beberapa prinsip penggunaan peramalan. Prinsip-prinsip ini secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum hal tersebut di bicarakan lebih lanjut, perlu disadari bahwa yang sedang dibicarakan adalah mengenai suatu peramalan, bukan suatu kepastian. Oleh karena itu, perlu di ingat hukum pertama dan utama dari peramalan, yaitu peramalan dijamin meleset, atas dasar hukum inilah prinsipprinsip peramalan di letakkan. (Indrajit, et al, 2002) 1. Peramalan yang baik pun masih memungkinkan kesalahan yang signifikan. 2. Peramalan memerlukan monitor dan perhitungan perkiraan kesalahan.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Ketidakpastian, yang mungkin besar, harus selalu diantisipasi dan diperhitungkan. 4. Semua sistem peramalan selalu didasari oleh model yang bersifat implisit atau eksplisit. 5. Peramalan sering kali juga didasarkan atas peramalan agregat yang perlu dipecah-pecah
menjadi
komponen
produk,
letak
geografis,
atau
komponen-komponen lain. b)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari berbagai faktor yang paling berinteraksi dalam pasar. Faktor-faktor ini hampir selalu merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai faktor tersebut antaralain: 1. Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan permintaan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi, dan masa pemulihan. 2. Siklus hidup produk. Siklus hidup produk biasanya mengikuti suatu pola yang biasa disebut kurva s. Kurva s menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan dan akhirnya fase penurunan. Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk pada saat yang tepat. 3. Faktor-faktor lain. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usahausaha yang dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti meningkatkan kualitas,pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Sumber : Nasution, 2004
2.1.1.2 Metode Peramalan Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan menganalisa keadaan di waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk melaksanakan perhitungan peramalan penjualan. Peramalan dibagi dalam 2 Model (Spyros, et al. 1995), yaitu: Peramalan Kualitatif dan Peramalan Kuantitatif.Peramalan kualitatif umumnya bersifat subyektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi,pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan dengan model kualitatif
tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi seringkali
mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam judgement (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Dalam peramalan secara kualitatif ada 4 metode yang umum dipakai : a)
Juri Opini Eksekutif.
b)
Metode Delphi.
c)
Gabungan Tenaga Penjualan.
d)
Survey Pasar.
Sedangkan peramalan Kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
a) Tersedia informasi tentang masa lalu. b) nformasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik. c) Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Model kuantitatif dapat dipergunakan dalam prakiraan, pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan metode regresi atau kausal (Spyros, et al. 1995): I.
Metode Time Series
Merupakan metode dimana pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data,sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. II.
Metode Kausal
Dengan
mengasumsikan
bahwa
faktor
yang
diperkirakan/
diramalkan
menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tidak bebas. Dalam metode time series, disini menggunakan metode Regression Linier, metode eksponensial smoothing, dan metode moving average. Berdasarkan data dan grafik permintaan, namun disini dikombinasikan dengan metode linier siklis dan metode siklis konstan yang bertujuan untuk dapat melihat aplikasi metode yang tepat berdasarkan kecenderungan trend. a) Metode Linear Untuk menghitung peramalan dengan menggunakan metode linear dapat dilakukan dengan persamaan : Y' = a + b.t Nilai a dan b diperoleh dari :
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b
n. t.Y (t ) Y (t ). t
a
Y (t ) b. t .......................................................................................(2.2)
n. t 2 t
2
n
.......................................................................(2.1)
n
Dimana : Y'(t) = Permintaan periode ke-. t = Waktu n = Jumlah periode
b)
Metode Eksponensial Smoothing (Penghalusan Eksponensial)
Metode penghalusan eksponensial mencoba untuk mengurangi ketidak aturan musiman dari data yang ada dengan memberikan bobot/timbangan kepada data yang ada dengan cara eksponensial.perlu diperhatikan metode ini menggunakan data permintaan dan data peramalan periode sebelumnya. Masalah timbul pada periode pertama karena data peramalan sebelumnya tidak tersedia, pemecahan ini dapat dilakukan dengan menggunakan nilai data yang pertama sebagai ramalan yang pertama.Meskipun metode pemulusan eksponensial ini sederhana, namun metode ini pun mempunyai masalah. Salah satunya adalah dalam menemukan nilai bobot (a) yang optimal. Dan seharusnya Optimasi tersebut harus dapat meminimalkan kesalahan. Menghitung metode Exponential Smoothing dilakukan dengan persamaan :
Ft 1 Dt 1 Ft ...................................................................................(2.3) F D
= Forecast. = actual demand. = smoothing constan.
c) Metode Moving Average (Rata-rata Bergerak) Metode rata-rata bergerak ini menggunakan sejumlah data aktual permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan dimasa yang akan datang. Metode ini akan efektif diterapkan bila kita mengasumsikan bahwa
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
permintaan pasar terhadap produk akan tetap stabil sepanjang waktu. Metode ratarata bergarak n- periode menggunakan persamaan sebagai berikut:
MA
At At 1 ... At (n 1) ...........................................................................(2.4) n
Dimana : MA = Moving Average At = Permintaan Aktual pada periode - t n = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan MA
d) Metode Constant ( Konstan atau tetap ) Persamaan garis yang menggambarkan pola konstan adalah : Y’ (t) = a, dimana a = Konstanta. …………………………………..………..……….….(2.5) e)
Metode Siklis
Untuk pola data yang bersifat siklis atau musiman, persamaan garis yang mewakili dapat didekati dengan fungsi Trigonometri, metode siklis terbagi dalam 2 jenis yaitu : Siklis Kontan dan Silkis Linier. Siklis Konstan Formula : ……………………………….…..……....….......…..(2.6)
t]…………………………………..(2.7)
.(2.9)
Siklis Linier Formula :
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
…(2.13)
f) Metode Seasonal (Musiman) Perkataan musim menggambarkan pola penjualan yang berulang setiap periode.Komponen musim dapat dijabarkan ke dalam bentuk faktor cuaca, libur atau kecendrungan perdagangan, pola musiman berguna dalam meramalkan penjualan jangka pendek. Rumus yang digunakan menyerupai seperti linier namun awal pengolahan data berbeda, yaitu dalam satu tahun dibagi waktu menjadi triwulan atau kuartal. Sehingga setiap triwulan memiliki nilai rata-rata sendiri yang dijumlahkan sesuai factor pembobotannya 2.1.1.3 Analisis Kesalahan Peramalan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang. Karena banyaknya ketidakpastian maka peramalan umumnya memiliki penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya. Oleh karena itu penulis menggunakan lebih dari satu metode peramalan dalam meramalkan permintaan dimasa yang akan datang. Berikutnya adalah tahap membandingkan hasil yang diperoleh oleh setiap metode peramalan. Metode peramalan yang memiliki tingkat penyimpangan terkecil akan dipilih dan digunakan, karena semakin kecil penyimpangan yang diberikan metode peramalan tersebut maka akan memberikan hasil yang lebih baik atau mendekati keadaan yang sebenarnya.Berikut ini adalah analisa kesalahan peramalan dengan menggunakan beberapa ukuran statistik, antara lain: 1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD )
MAD
d d' ............................................................................................(2.14) n
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dimana :
d =Y = Permintaan Aktual pada perioda t d'=Y' = Peramalan permintaan pada perioda t n = Jumlah perioda peramalan yang terlibat
2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)
d d MSE
' 2
....................................................................................(2.15)
n
3. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Percentage Error = MAPE)
MAPE
d d' d
100 x ....................................................................................(2.16) n
2.1.1.5 Production Planning Inventory Control (PPIC) Fungsi Planning dalam perusahaan (manufacture) dijalankan oleh bagian PPIC ( Production
Planning
fungsi production
and
planning,
manajemen Inventory.
Inventory PPIC
Inventory atau
Control
).
Disamping
memiliki
juga
memiliki
peranan
barang
persediaan
merupakan
dalam aset
perusahaan yang berupa persediaan bahan baku/raw material, barang-barang sedang dalam proses produksi, dan barang-barang yang dimiliki untuk dijual. Karena inventory disimpan di gudang, maka manajemen inventory dan gudang sangat berkaitan. Pergudangan sendiri adalah kesatuan komponen didalam Suplay Chain product. Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang ya, sampai digunakan dalam proses produksi. Fungsi penyimpanan ini sering disebut ruang persediaan, gudang bahan baku, dll. Perusahaan besar atau kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan barang ini diperlukan biaya besar. Biaya penyimpanan ini setiap tahun umumnya mencapai sekitar 20 – 40% dari harga barang (Indrajit, 2003). Untuk itu diperlukan strategi atau manajemen inventory yang baik agar biaya persediaan optimum. Dalam Struktur Organisasi ada beberapa variasi untuk mempertegas fungsi Planning dan Gudang (material ware house dan Final Product ware house), untuk kondisi seperti ini, PPIC bertanggung jawab pada
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Monitoring Persediaan ( Safety Stock, Mengeluarkan Bill of Material, akurasi data inventory, efektivitas sistem informasi ).Sedangkan aktivitas pergudangan, seperti; 1) Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman raw material ke bagian processing, 2) Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman final product ke Customer, 3) Mengoperasikan Sistem informasi, Umumnya dibawah kendali Head Ware House setingkat Supervisor atau Manager, disesuaikan dengan Lingkup tanggung jawabnya. Tugas umum dari PPIC adalah menerima order dari bagian Penjualan ( Sales/marketing ) lalu memastikan order ini selesai dan dikirim ke customer pada waktu yang sudah disepakati. Fungsi PPIC berkaitan erat dengan fungsi Marketing, Purchasing, dan Produksi. Disamping itu Informasi mengenai level of raw material, Work In Process (WIP), Final Product, dan data stock opname untuk bagian Finance terutama dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan juga termasuk dalam tanggung jawab PPIC .Beberapa perusahaan memiliki gaya manajemen production planning yang tampak berbeda secara teknis, tapi secara umum fungsi ini tidak jauh berbeda. Situasi Market menuntut produsen mampu menerapkan strategi operasi yang paling tepat. Salah satu contohnya, untuk menekan biaya penyimpanan, customer menuntut produsen menerapkan model produksi make to order, dengan variasi item product yang tinggi dan pemesanan dalam quantity kecil. Faktor ini akan sangat mempengaruhi model system planning diperusahaan tersebut. 2.1.2
Distribution Requirement Planning (DRP)
Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu: Distribution Requirement Planning adalah berfungsi menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali inventory pada distribution center. Sedangkan Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian kembali inventory, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti: warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing. Termasuk di sini adalah keterkaitan dari replenishment system ke financial system
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan penggunaan simulasi sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem (Gasperz, 2004). Distribution Requirement Planning aplikasi dari logika Material Requirement Planning (MRP) pada persediaan. Bill of Material (BOM) pada MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distrbution Requirement Planning. Distribution Requirement Planning menggunakan logika Time Phased Order Point (TPOP) untuk menentukan pengadaan kebutuhan pada jaringan. (Richard, 2003).
Gambar 2.6 Perbedaan MRP dan DRP Sumber : James, et al. 2004 Pada Gambar 2.2. diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada Gambar 2.2 (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutunannya, sedangkan pada Gambar 2.2 (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat 1 sumber penawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa pemenuhan kebutuhan
tiap-tipa
pusat
distribusi.Distribution
Requirement
Planning
didasarkan pada peramalan kebutuhan pada levelterendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi. 2.1.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning (DRP) 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang langsung memenuhi consumer.Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi memberikan titik pandang terhadap jaringan distribusi. Logika dasar DRP adalah sebagai berikut : a. Gross Requirement /Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting. b. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net Requirement. Net Requirement tersebut mengidentifikasikan kapan level persediaan (Scheduled Receipt -Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh Gross Requirement. Untuksebuah periode :Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt +Projected On Hand Periode sebelumnya). Nilai Net Requirement yang dicatat(recorded) adalah nilai yang bernilai positif. c. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net Requiremen ttersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut. d. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order Receipt dengan Lead Time. e. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut: Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule Receipt +Planned Order Receipt) - (Gross Requirement). f. Besarnya Planned Order Release menjadi Gross Requirement pada periode yang sama untuk level berikutnya dari jaringan distribusi (Richard, 1994).
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning (DRP). Distribution Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi. Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yanglebih dini pada setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksiuntuk memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri. Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan sistem MRP dan DRP sekaligus.
Gambar 2.7 Integrasi Distribusi dan Manufaktur Sumber : Tersine, et al. 2003
Kedua sistem tersebut digabungkan melalui Master Distribution Schedulle (MDS). Dimana DRP akan menyatukan jumlah permintaan yang harus dipenuhi berdasarkan ramalan, yang akan dijadikan sebagai input untuk MDS. Dan selanjutnya proyeksi kebutuhan produk jadi dari Master Production Schedulle (MPS) menjadi input bagi MRP, yang akan menghitung kebutuhan komponen dan sub assembly yang harus dipenuhi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Keterangan : MPS = Master Production Schedulle MDC = Master Distribution Center
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
RDC = Regional Distribution Center LDC = Lower Distribution Center Perencanaan horizon Distribution Requirement Planning seharusnya sekurang kurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan jaringan dilakukan secara periodik, biasanya sekurang-kurangnya sekali seminggu. Menurut Green 1987, keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah : a. Dapat
dikenali
saling
ketergantungan
persediaan
distribusi
dan
manufaktur. b. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan. c. DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari distribusi ke manufaktur untuk pembelian. d. DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distrbusi dari sumbcr penawaran ke titik distribusi. 2.1.2.3 Sistem Distribusi Dorong (push) dan Tarik (pull) Dalam distribusi "dorong", PDU menentukan apa dan berapa yang perlu didistribusikan dan di kirim ke PDR atau PDL, sedangkan dalam sistem distribusi "tarik", masing-masing pusat distribusi pada tingkat bawah menentukan apa yang diperlukan danitu yang dipesan ke PDU Untuk dikirim ( Eko,et al 2003).Ada dua perbedaan penting bila kita berbicara tentang penimbunan persediaan, yaitu sistem Pull dan sistem Push. Kedua sistem ini dapat didefinisikan sebagai berikut : a) Sistem Tarik (Pull) Adalah suatu sistem di mana operasi (produksi, pengadaan, pemindahan material, distribusi, produk, dan sebagainya) terjadi sebagai respon atas tanda atau isyarat yang diberikan oleh pemakai pada eselon yang lebih rendah dari sistem (distribusi). Tujuan sistem ini adalah untuk membeli, menerima, memindahkan, membuat dengan tepat apa yang dibutuhkan, dan agar tidak terjadi penyimpanan atas item yang tidak dibutuhkan. b)
Sistem Dorong (Push)
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adalah suatu sistem dimana operasi-operasi di atas terjadi sebagai respon atas jadwal yang telah dibuat sebelumnya tanpa harus mempertimbangkan status nyata dari operasi tersebut. Tujuan seperti ini adalah untuk menjaga konsistensi jadwal yang telah dibuat.Walaupun sistem pull lebih tua namun, sampai saat ini masih tetap diaplikasikan secara luas. Pusat distribusi meramalkan permintaan pada kawasan geografi yang dilayani,menentukan kapan dan berapa banyak yang harus memesan, dan meminta pengiriman dari gudang pusat pemasok sebagai layaknya pemasok lepas. Pesanan dikeluarkan tanpa mempertimbangkan persediaan atau kebutuhan pusat distribusi yang lain. Gudang pusat tidak akan menerima informasi baik tentang tingkat persediaan maupun permintaan pada pusat distribusi. Gudang pusat akan memperlakukan permintaan-permintaan dari pusat distribusi seperti layaknya permintaan costumer. Dari data-data permintaan inilah nantinya gudang pusat akan menentukan rencana pengiriman maupun persediaan pengamanan.Sistem Pull ini bisa dioperasikan secara manual dan tidak membutuhkan banyak telekomunikasi karena pertukaran informasi dari gudang pusat ke pusat distribusi memang tidak banyak. Namun pada sistem ini akan terjadi amplifikasi permintaan costumer pada pusat distribusi sebelum sampai pada gudang pusat. Lebih dari itu, pusat-pusat distribusi biasanya memesan untuk kebutuhan beberapa minggu sehingga cukup ekonomis dipandang dari biaya transportasi. Hal ini mengakibatkan pada saat-saat tertentu tidak ada permintaan dari pusat distribusi ke gudang pusat dan pada saat-saat yang lain mungkin permintaan dari beberapa pusat distribusi akan datang sekaligus sehingga gudang pusat harus menyiapkan persediaan pengamanan yang cukup besar dan tetap akan menghadapi kemungkinan kekurangan stock.Pada sistem Push, keputusankeputusan pengiriman ditentukan pada eselon yang lebih tinggi. Informasi yang berkaitan dengan permintaan dan tingkat persediaan pada eselon yang lebih rendah harus seringkali dikirim ke eselon yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa keputusan pengiriman eselon yang lebih rendah dibuat pada eselon yang lebih rendah. Lebih dari itu, pada sistem Push ini harus dilakukan peramalan pada eselon yang lebih tinggi sehinggga kuantitas dan waktu pengiriman bisa direncanakan pada suatu periode perencanaan tertentu.Sistem Push ini layak digunakan bila transmisi dan pemrosesan data dalam volume yang besar bisa
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dilakukan dengan relatif mudah. Perusahaan-perusahaan yang memiliki ratusan pusat distribusi harus mengendalikan sistem distribusinya dengan telekomunikasi dan sistem komputer.Salah satu keunggulan sistem Push adalah pengurangan persediaan pada gudang pusat karena MPS dan pengiriman bisa diselaraskan. Jumlah yang direncanakan dikirimakan segera dikirim begitu proses produksinya selesai. Sistem Push hanya akan memberikan keunggulan apabila perusahaan bisa membuat produk berdasarkan ramalan permintaan yang akurat. Perusahaan yang tidak bisa membuat ramalan permintaan yang akurat dan rasional tidak akan bisa berharap
lebih
banyak
untuk
memperoleh
kelebihan
darisistem
Push
dibandingkan dengan Sistem Pull (Nasution, 2006). 2.1.2.4 Distribusi Persediaan Persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produ senhingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan. Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan. Distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai kekonsumen untuk memperoleh suatu keuntungan. Distribusi persediaan sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar,tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang,
sehingga
akan
meningkatkan
keuntungan
perusahaan
mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk
2.1.2.5 Penyebab dan Fungsi Persediaan Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut (Baroto, 2004): a. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. b. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. c. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang. Beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut : a. Fungsi independensi. b. Fungsi ekonomis. c. Fungsi antisipasi. d. Fungsi fleksibilitas. Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan, diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan, 1993) : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. b. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. c. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. e. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. f. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. 2.1.2.6 Jenis Persediaan Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
a) Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barangbarang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang tersebut diperoleh dari sumber sumberalam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya. b) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian diproses kembali menjadi barang jadi. c) Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (supplier stock) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari barang jadi. d) Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan barangbarang yang terdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya e) Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barangbarang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. 2.1.2.7 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan bahan baku dan barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya rendah, untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan: a)
Biaya Pembelian (purchasing cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan. Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break, dimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian ini tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
diasumsikan bahwa harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1 tahun) konstan akan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan. b) Biaya Pengadaan (procurement cost) Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri. c)
Biaya Pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok (Supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya pengiriman dan seterusnya.Biaya ini di asumsikan konstan untuk setiap kali pesan. d) Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost) Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan. 2.1.3 Service Level Service level adalah suatu tingkatan pengukuran yang dinyatakan dalam prosentase untuk mengukur perbandingan antara permintaan dengan ketersediaan produk yang ada digudang. Apabila perusahaan menganggap kepuasan konsumen adalah yang utama maka pilihan keputusan untuk memaksimumkan service level harus diterapkan, dengan harapan konsumen dapat terpuaskan dengan tersedianya produk yang dibutuhkan. Konsekuensi ini keputusan ini adalah tingkat persediaan yang tinggi agar dapat memenuhi permintaan konsumen yang sifatnya tidak pasti dan berfluktuasi, sedangkan apabila pihak perusahaan beranggapan bahwa biaya persediaan harus ditekan maka keputusan untuk meminimumkan inventory level harus di sesuaikan. Konsekuensi dari keputusan ini adalah terjadinya shortage (kekurangan ) yang tinggi. Sehingga mengakibatkan terjadinya back order yang
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tinggi pula. Selain itu dengan tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen, maka pihak perusahaan akan kehilangan peluang untuk memperoleh keuntungan dan memunkinkan konsumen beralih ke produk lain. Menentukan tingkat inventory atau safety stock yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting dan menenantang bagi operation manager, safety stock ditetapkan bukanlah untuk menghilangkan seluruh stock out, namun mengantisipasi kebutuhan persediaan ketika kondisi pasar sulit ditentukan. Apabila perusahaan menetapkan service level sebesar 95%, artinya 95% order dapat terpenuhi sedangkan 5% tidak dapat terpenuhi (stock out), jumlah safety stock akan berbanding lurus dengan service level.
2.1.4
Bullwhip Effect
Distorsi informasi mengakibatkan pola permintaan yang semakin fluktuatif kearah hulu supply chain. Meningkatnya fluktuasi atau variabilitas permintaan dari hilir ke hulu suatu supply chain dinamakan bullwhip effect. Bullwhip effect merupakan istilah yang digunakan dalam dunia inventory yang mendefinisikan bagaimana pergerakan demand dalam supply chain. Bullwhip yaitu cambuk, alat untuk mengendalikan sapi atau banteng. Konsepnya adalah suatu keadaan yang terjadi dalam supply chain, dimana permintaan dari customer mengalami perubahan, baik semakin banyak atau semakin sedikit, perubahan ini menyebabkan distorsi permintaan dari setiap stage supply chain. Distorsi tersebut menimbulkan efek bagi keseluruhan stage supply chain yaitu permintaan yang tidak akurat. Bullwhip effect mengakibatkan banyak inefisiensi pada supply chain. Misalnya pabrik memproduksi dan mengirim lebih banyak dari yan sesungguhnya dibutuhkan akibat salah membaca signal permintaan dari pemain bagian hilir supply chain. Kegiatan dari pabrik dan pemasok lebih fluktuatif sehingga mereka sering lembur menghadapi pesanan yang berlebih atau menganggur karena distributor /ritel tidak memesan dalam waktu yang relatif panjang akibat mereka melakukan forward buying. ( Safinah Blog, 2009). Bullwhip effect adalah suatu fenomena dimana satu lonjakan kecil di level konsumen akan mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level yang jauh dari konsumen (Baihaqi).
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bullwhip effect bisa dikurangi dengan mengerti terlebih dahulu sebabnya. Caracara tersebut adalah melakukan information sharing (terutama data permintaan dengan dari pelanggan akhir), memperpendek lead time, memperpendek /mengubah struktur supply chain, menciptakan stabilitas harga, dan mengurangi ongkos-ongkos tetap untuk kegiatan produksi maupun pengiriman. Dalam pengukuran bullwhip effect ini tidaklah semudah yang kita bayangkan. Menurut Fransoo dan Wouters (2000) mengusulkan ukuran bullwhip effect di suatu eselon supply chain sebagai perbandingan antara koefisien variansi dari order yang diciptakan dan koefisien variansi dari permintaan yang diterima dari eselon yang bersangkutan. Secara matematis dapat di tuliskan sebagai berikut: BE = CVo / CVd …………………………………..…………………………………………. (2.17) Dimana: CVo= so / muo ………………………….………………………………………………….….. (2.18) CVd= sd / mud ………………………….…………………………………………………….. (2.19) Keterangan: BE = bullwhip effect CVo = koefisien variansi order CVd = koefisien variansi demand so = standar deviasi order sd = standar deviasi demand muo = nilai rata-rata order mud = nilai rata-rata demand Nilai rata-rata (mu) dalam Microsoft office Excel dihitung dengan menggunakan fungsi AVERAGE. Sedangkan untuk nilai dari Standar deviasi (s) menggunakan fungsi STDEV.
29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2
Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Distribution Requirement Planning serta hal-hal yang berkaitan denga Forecasting didalam mencari solusi untuk mendapatkan keoptimalan dalam persediaan barang secara optimum.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
Nama & Tahun Danuri & Satoto (2011)
Tujuan
Metode
Penelitian ini bertujuan untuk membangun pengendalian persediaan sistem pasokan bahan bakar dengan metode Persyaratan Distribusi Perencanaan (DRP) berbasis web pada SPBU di wilayah Semarang
Forecasting dan DRP
Hasil 1.
Saham
2.
b.
c.
Andayani, (2011)
3.
Enns & Pattita ( 2005)
Untuk merencanakan penjadwalan aktivitas pendistribusian produk Kursi Lipat lemari dan meja furniture Tujuan dari Penelitian ini adalah meneliti kinerja dalam jaringan yang melibatkan manufaktur, distribusi dan fasilitas ritel.
Sistem
sebelum
Persediaan dengan konsep tingkat stok-min max dan Waktu bertahap Orde Titik mungkin merupakan alternatif dalam pemenuhan memesan persediaan dan mengurangi kerugian, pembongkaran dan penjualan yang terjadi pada gas stasiun. Hal ini menunjukkan bahwa sistem penjadwalan dengan metode ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya: Sebuah. a.
2.
Pemenuhan
penelitian ini cukup mampu mengatasi memenuhi kebutuhan pelanggan di SPBU tapi mengandung banyak risiko karena proses masih menggunakan naluri dan kurangnya pemantauan persediaan premium setiap saat. Sistem kontrol
Penjadwalan persediaan premium rencana untuk lebih terkendali karena tidak ada informasi yang mendukung setiap saat dalam bentuk penjualan pemantauan dan stok persediaan. Memberikan keamanan dan kenyamanan dalam pengolahan data karena semua data yang tersimpan dalam database. Mengurangi risiko kerugian karena kekurangan pasokan dan kerugian pemesanan.
DRP, EOQ dan BOD
dengan menerapkan sistem DRP Perusahaan mengalami penurunan biaya sebesar 20% dari total keseluruhan distribusi
perencanaan distribusi dan sistem kontrol. Kedua; banyak-sizing parameter k. Ketiga; faktor keamanan, SFI, digunakan untuk mengontrol kinerja pengiriman. faktor keamanan, SFI, digunakan untuk mengontrol kinerja pengiriman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan kontrol terpusat, seperti yang diterapkan oleh Persyaratan Distribusi Perencanaan (DRP), yang bermanfaat di bawah situasi yang realistis permintaan waktu bervariasi dan ketidakpastian waktu pengisian
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Nama & Tahun
Tujuan
Metode
Hasil
4.
Smaros & Hellstrum (2004)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa lebih lanjut kegunaan bermacam-macam. peramalan metode dan untuk menjawab pertanyaan penelitian berikut: "Dapatkah pendekatan peramalan bermacam-macam digunakan untuk memfasilitasi sukses keterlibatan tenaga penjualan dalam peramalan?".
Yang pertama dikenal implementasi aktual dari berbagai macam peramalan didokumentasikan, dan dampak yang dihasilkan pada kinerja peramalan kasus perusahaan diukur.
Hasil menunjukkan peningkatan yang luar biasa dalam efisiensi peramalan serta meningkatkan komunikasi dalam perusahaan
5.
Mogere, et al (2013)
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menilai efek dari sistem pengendalian persediaan pada kinerja operasional perusahaan pengolahan teh, dengan fokus khusus pada Gianchore pabrik teh di Nyamira County, Kenya.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus pada sistem pengendalian persediaan dan kinerja operasional Gianchore
Penjadwalan kebutuhan bahan memiliki pengaruh dan persentase yang lebih besar pada operasi di pabrik-pabrik teh Itu terbukti dari penelitian rantaiintegrasi pasokan dalam persediaan dikelola penjual sangat penting dalam meningkatkan efisiensi operasi di pabrik-pabrik teh. Studi ini juga menemukan bahwa kinerja operasional yang tepat di pabrik-pabrik teh menyebabkan peningkatan tingkat profitabilitas, tingkat output, keunggulan kompetitif dan efisiensi biaya. Penelitian ini juga menetapkan bahwa faktor hukum sangat dipengaruhi sistem pengendalian persediaan yang digunakan oleh pabrik-pabrik teh. Namun, tingkat hubungan itu tidak didirikan dan karena itu penelitian ini merekomendasikanpenelitian lebih lanjut di daerah.
n={NCv}/{Cv+(N1)e
6.
Derek, et al (2001)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagaimana distributor dan produsen sama-sama dapat meningkatkan penjualan strategis dan perencanaan operasi dengan tujuan untuk meningkatkan layanan pelanggan sementara mengurangi tingkat persediaan.
Supply Chain Location dan MRP II.
Dihasilkan bahwa distribusi yang terintegrasi dengan manufaktur paling penting untuk efektifitas MRPII. DRP adalah pendekatan yang terbaik untuk menyediakan integrasi ini. Setiap tahapan, tingkat demi tingkat, konsistensi pendekatan dengan perhitungan kebutuhan. DRP:Menentukan ketika lebih saham dibutuhkan - Menjaga prioritas up to date dengan penjadwalan ulang -DRP menghasilkan urutan yang direncanakansehingga: - persyaratan tingkat rendah dapat dihitung - Masukan untuk proses Jadwal Induk Produksi mencerminkan apa yang benarbenar perlu diproduksi -perencanaan sumber daya Distribusi dapat terjadi
7.
Chen, et al (2000)
Peramalan, Inventory dan Bullwhip Effect.
8.
Jaksic & Ruswan (2007)
Mengukur rantai pasokan serta mengaplikasiikan dan menunjukkan Bullwhip Effect dapat dikurangi. Analisa Bullwhip Effect dalam SCM Menggunakan Menggunakan Metode Fungsi Transfer.
Dapat memeutuskan peramlaan sebagai salah satu cara didalam proses persediaan serta penerapan bullwhip effect dapat dijalankan untuk mengendalikan persediaan. Bervariasinya permintaan dimasa mendatang dapat meneyebabkan Bullwhip Effect , namun dapat dicegah dengan pengisian yang strategi dengan memeperhatikan kondisi persediaan saat ini, dan peramalan dimasa datang.
Transfer Function Metod
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Nama & Tahun
Tujuan
Metode
Hasil
Deskripsi pekerjaan adalah pernyataan tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab yang diharapkan dari kewajiban pekerjaan. Ini biasanya mencakup jabatan, gelar atasan langsung incumbent, sebuah pernyataan singkat dari tujuan pekerjaan, dan daftar tugas dan tanggung jawab. Spesifikasi pekerjaan adalah dokumen tertulis yang mencantumkan kualifikasi yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai tugas dan tanggung jawab yang ditetapkan dalam deskripsi pekerjaan.
Perencanaan sumber daya manusia dimulai dengan perkiraan jumlah dan jenis karyawan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan juga melibatkan analisis pekerjaan, yang terdiri dari persiapan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan. Perhatian khusus untuk eksekutif hari ini adalah pertumbuhan badan hukum yang mengatur proses manajemen sumber daya manusia..
9.
Lunenburg (
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perencanaan Sumber Daya Manusia dalam rangka memberikan perhatian khusus untuk eksekutif hari ini adalah pertumbuhan badan hukum yang mengatur proses manajemen sumber daya manusia
10.
Marie, et al (2011)
Tujuan Penelitian ini yaitu mengembangkan PPIC Model, yang cocok untuk industri makanan, dan mengusulkan Gangguan Model untuk meningkatkan fungsi PPIC untuk mengontrol gangguan terjadi pada sistem produksi.
2012 )
PPIC (Planning Production Inventory Control)
Konvensional PPIC Model tidak bisa mengantisipasi masalah tak terduga dan menanganigangguan terjadi pada sistem produksi mereka secara efektif. Dengan demikian, tujuan Penelitian ini mengembangkan PPIC Model, yang cocok untuk industri makanan, dan mengusulkan Gangguan Model untuk meningkatkan PPIC fungsi untuk mengontrol gangguan terjadi pada sistem produksi. Hasilnya adalah Disturbance model dapat membantu dalam mengendalikan gangguan terjadi dan memperbarui% Loss Bahan Baku dan% Rugi Selesai Baik untuk beradaptasi Sistem PPIC.
Berdasarkan Tabel 2.1, mengenai jurnal-jurnal yang dijadikan referensi pada penyusunan penulisan ini, memiliki persamaan serta perbedaan baik itu secara metode – metode yang digunakan maupun tujuan secara spesifiknya, diantaranya yaitu:
1. Dari 10 jurnal yang digunakan 8 jurnal menggunakan metode forecasting, ada 2 jurnal yang tidak menggunakan forecasting didalamnya dengan pengarang. yaitu: Mogere, et al (2013) dan Marie, et al (2011). 2. Sedangkan untuk penggunaan metode DRP pada 10 jurnal digunakan hanya pada 8 jurnal, 2 jurnal yang tidak menggunakan dengan pengarang Chen, et al (2000) dan (Jaksic & Ruswan, 2007). 3. Untuk Penggunaan Metode Bullwhipp Effect hanya digunakan pada 2 jurnal, dengan pengarang Chen, et al ( 2000) dan (Jaksic & Ruswan, 2007). 4. Untuk tujuan secara spesifik dari masing-masing jurnal yaitu: mengendalikan persediaan serta pendistribusian dengan optimal.
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3
Kerangka Pemikiran
Kerangka utama pada penelitian ini terletak pada pengendalian persediaan, persediaan dibutuhkan sejalan dengan adanya permintaan. Didalam pengendalian persediaan, ada variable-variabel/faktor-faktor yang saling terkait, bisa saling mendukung atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian persediaan diantaranya stok awal yang ada digudang, lokasi dan kapasitas gudang sebagai tempat penyimpanan barang/produk, kemudian jumlah pesanan yang diminta ke sole agent, lead time antara pabrik/gudang ke persediaan, serta permalan. Didalam peramalan dibutuhkan metode yang digunakan, serta perbandingan analisa atas dasar penelitian terdahulu dengan metode dan kasus yang relative sama. Jika pengendalian sudah selesai, akan menghasilkan persediaan akhir yang diharapkan adalah persediaan optimal. Berdasarkan persediaan akhir tersebut, akan terjadi penjualan berdasarkan permintaaan diawal. Data-data penjualan yang sudah terjadi, selanjutnya akan dianalisa kembali untuk menjadi sumber data sebagai bahan pertimbangan pengendalian persediaan.
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran Sumber: Analisis Pemikiran
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/