BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ketersediaan Air Air adalah semua air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian ini adalah air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat dapat dilihat pada Undang Undang tentang Sumber Daya Air No 7 tahun 2004 pasal 1, (kodoati, 2005) walaupun jumlah air ini di bumi selalu tetap, karena adanya siklus hidrologi serta kondisi setiap wilayah selalu berbeda yang mengakibatkan jumlah air yang ada pada suatu tempat pada waktu tertentu tidak merata, sehingga manusia membutuhkan air pada waktu tertentu inipun kadang kala mengalami kekurangan air untuk kebutuhan. Dalam definisinya kebutuhan akan air bersih dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Kebutuhan Air Domestik Adalah suatu kebutuhan air bersih bagi penduduk untuk kepentingan kehidupan seharihari lebih luas dari sekedar makanan dan minuman yang dikonsumsi melalui mulut, air bersih diperlukan untuk berbagai macam kepentingan yang saat ini merupakan kebutuhan pokok seperti mandi, dan mencuci atau berbagai bentuk kebersihan lingkungan lainnya (Ditjen Cipta Karya, 2002). Kebutuhan air domestik dapat dikategorikan untuk kebutuhan rumah tangga, sarana ibadah, fasilitas umum, fasilitas sosial dan perkantoran pemerintah.
2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik biasanya digunakan untuk kebutuhan industry dengan skala mulai dari light industry sampai dengan heavy industry.
2.1.2
Kehilangan Air
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kehilangan air pada umumnya disebabkan karena adanya kebocoran pada pipa transmisi dan distribusi serta ada kesalahan lainnya dalam pembacaan meter. Penentuan kebocoran/kehilangan air pada jaringan eksisting yang ada sehingga dapat diambil angka persentase dikali dengan kebutuhan rata rata adalah sejumlah dari kebutuhan domestic ditambah kebutuhan non domestik yang ada (Joko, 2010).
2.1.3
Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih bagi suatu kawasan industry harus mampu mencukupi seluruh area kawasan untuk itu perencanaan kebutuhan terhadap konsumsi air bersih di hitung berdasarkan kebutuhan dan jenis industri itu sendiri (George Thcobanoglous Teknik Sumber Daya Air, 2006) terkait hal tersebut dalam Tabel 1.1 telah dijelaskan kebutuhan air bersih berdasarkan jenis industri dan proses industrinya di bawah ini disampaikan sistem distribusi aliran air baku sebagai raw material ke sistem pengolahan menjadi air bersih dijelaskan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sistem Distribusi dari Air Baku Menjadi Air Bersih Sumber: Data diolah, berdasarkan layout sistem air, (2016)
2.1.4
Lingkungan yang mempengaruhi ketersediaan Air
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Di indonesia penyediaan air bersih dapat dipenuhi dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan memanfaatkan air sungai yang selanjutnya dapat dioleh menjadi air bersih, terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi persediaan air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Topografi. Suatu kondisi dari struktur lingkungan yang ada merupakan factor penting dalam pendirian sebuah kawasan industri karena topografi berhubungan biaya yang akan dikeluarkan oleh suatu pengembang untuk mengembangkan
wilayah tersebut
menjadi kawasan yang layak pakai sesuai dengan standar nasional.
2. Kondisi Geografis Geografis dan kondisi alam sekitar mendapatkan porsi yang cukup penting juga tingkat curah hujan yang ada, kelembaban serta besarnya kecepatan tiupan angin dari laut kedarat ataupun sebaliknya, terutama untuk kawasan industri berat (pabrik baja, kimia, dll) sangat memperhitungkan hal ini.
3. Pencemaran Sumber Air Pencemaran sumber air dapat terjadi jika pengelola kawasan industri tidak membangun sarana pengolahan air limbah/Waste Water Treatment Plant kawasan industry yang berada dia wilayah jawa barat khususnya daerah kabupaten karawang Pihak Dinas Lingkungan Hidup terkait sangat menaruh perhatian besar dalam hal ini oleh karena setiap kawasan harus membuat monitoring lingkungan setiap bulannya dan dilaporkan kepada dinas tersebut setiap enam bulan sekali.
4. Produktivitas Nilai produktivitas ditentukan oleh beberapa faktor termasuk performance, availability serta quality
yang baik dengan perhitungan yang benar akan dapat
meningkatkan produktivitas.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Tarif Dasar Air Pengenaan tarif dasar air didasarkan pada kwantitas jumlah air yang diproduksi disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, harga dasar air adalah menghitung seluruh komponen dan kemudian dibagi dengan hasil produksi air bersih, optimalisasi yang tinggi adalah kunci tinggi atau rendah dari suatu harga dasar air yang ditetapkan.
2.1.5
Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Air
Dalam memenuhi ketersediaan air ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengelolaan dan penyediaan air bersih, maka secara ringkas dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air bersih dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
1. Faktor Fisik Factor fisik seperti topografi akan mempengaruhi terhadap pengoperasian system tersebut dampaknya adalah biaya pemasangan instalasi pengolahan air pada daerah yang tinggi akan menjadi mahal dibanding apabila pada daerah yang datar. 2. Faktor Non Fisik Dari sisi non fisik faktor penyediaan air dapat dipengaruhi oleh tingkat kehilangan air, pembiayaan dan kelembagaan. Tingkat kehilangan air secara langsung akan mempengaruhi pelayanan air bersih kepada konsumen secara keseluruhan seperti rendahnya tekanan distribusi terganggunya kontinuitas distribusi air, dan pemborosan mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan.
2.1.6
Komponen Penunjang Operasional Kerja
Sistem penyediaan air bersih yang baik itu adalah adanya proses awal dan akhir yaitu adanya bak pengendapan awal sehingga operasional pompa pengambilan dapat bekerja secara maksimal (SNI 6773-2008) dikarenakan air yang dihisap oleh pompa lumpur yang terbawa dapat diendapkan sehingga tidak mempengaruhi kinerja dari pompa intake tersebut dan untuk sistem penjernihan air terdapat beberapa komponen yang harus digunakan adapun hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Komponen Utama. Pompa Pengambilan Air Baku Adalah sebuah pompa yang dapat dipasang terdiri dari satu hingga beberapa pompa dengan susunan paralel yang mempunyai fungsi sebagai media untuk menghisap air baku dari sungai atau kali yang selanjutnya akan dialirkan ke system penjernihan air/WTP.
Pengukur Debit Air. Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur debit aliran air yang diisap oleh pompa kapasitas dari watermeter ini beragam dan disesuaikan dengan kubikasi pengambilan airnya, jenis watermeter untuk air baku dan yang digunakan untuk fluida kimia mempunyai jenis yang berbeda dari sisi konstruksi.
Pompa Bahan Kimia. Biasa disebut dengan dosing pump berfungsi untuk mencampur air baku yang diproses dengan bahan kimia seperti PAC, Soda As, dan Chlorine dengan tujuan untuk mengikat unsur unsur kimia yang ada dalam air.
Koagulasi Adalah suatu unit peralatan yang befungsi untuk mencampur air dengan bahan kimia yang dicampurkan oleh pompa dosing ke dalam unit ini yang kemudian biasa disebut dengan Clarifier dimana proses koagulasi secara kimiawi
terjadi dan
pengikatan unsur unsur kimia yang ada dalam air akan terjadi secara alami dan akan membuat berat jenisnya berbeda dengan berat jenis dari air itu sendiri dan berada di dasar dari clarifier ini.
Saringan cepat serap/Sandfilter
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adalah unit yang menyaring air hasil proses koagulasi itu dan dengan cara saringan terbuat dari beberapa tahap dengan metode reverse Omosis maka akan didapat air bersih ayng siap pakai yang selanjutnya akan dikumpulkan di bak pengumpul.
2. Komponen Penunjang Penampung Akhir Berfungsi menampung air hasil produksi dari saringan cepat serap yang dikirim oleh pompa transfer dan disini merupakan stasiun terakhir sebelum ari di distribusikan kepada pelanggan.
Pompa Distribusi Adalah pompa yang memompa air dari waterpool
ke setiap pabrik yang menggunakan
air
tersebut
melalui
jalur pemipaan
yang
ditanam disisi
jalan
jalan kolektor
dimana
pabrik
itu
berada.
2.1.7 Siklus pola
Kerja
Penjernihan Air Dalam
pelaksanaan
system kerja instalasi penjernihan air yang saat ini ada pada Gambar 2.2.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.2 Sistem Instalasi Air Bersih Sumber : Data diolah, sesuai dengan layout WTP (2016)
1. Pompa Pengambil air Baku Air sungai yang ada dibuat suatu aliran melalui saluran yang masuk kedalam area pompa intake yang selanjutnya diendapkan dalam bak pengendap dengan bentuk persegi panjang 3 x 3 x 3 proses pengendapan ini tidak berlangsung lama karena luas dan kondisi yang ada tidak memungkinkan di karenakan luas area pompa intake tidak cukup luas.
2. Pompa Penampung Sementara Air yang sudah diendapkan di pompa intake selanjutnya dialirkan oleh pompa intake dengan kapasitas pompa mencapai 360 m³/jam, yang kemudian ditampung oleh Settling Pond dengan luas 35 x 35 x 2,5 m (luas daya tampung hingga 1.020 m³) pada settling pond ini selanjutnya air akan diendapkan kembali agar lumpur lumpur yang ikut terbawa dapat mengendap pada dasar saluran dan akan di maintenance untuk menghilangkan tumpukan lumpur yang dapat mengakibatkan debit daya tampung menjadi berkurang.
3. Pompa Penampung Sementara
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Air yang sudah diendapkan selanjutnya akan dipompa yang kemudian dikirim ke menara Clarifier yang befungsi sebagai tempat pencampuran kapasitas yang dimiliki oleh pompa pond adalah sebesar 130 m³/jam air yang ada disini selanjutnya akan bercampur dengan bahan bahan kimia.
4. Menara Pengolahan/Clarifier Adalah menara yang berbentuk segi empat dan pada bagian bawah mengerucut yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya air yang sudah terikat dengan bahan bahan kimia, pada menara clarifier ini air yang bercampur dengan bahan kimia selanjutnya akan diaduk oleh sebuah alat pengaduk/mixer dengan tujuan adalah agar bahan kimia dapat bereaksi dengan sempurna dan proses koagulasi dapat berlangsung sesuai dengan yang dinginkan.
5. Pompa Bahan Kimia Fungsi dari dosing pompa adalah untuk memompa bahan kimia yang ada dengan kapasitas perbandingan 1 liter berbanding 100 liter air, bahan kimia yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Bahan Kimia Poly Alumunium Chloride. Berguna untuk mengikat unsur unsur kimia yang terlarut dalam air dengan jenis anion dan kation proses pengikatan yang terjadi adalah dengan bereaksi terhdap air saling mengikat antar molekul sehingga membuat bobot dari massa air itu sendiri menjadi lebih dari satu sehingga akan berada di dasar bak pengolahan, yang selanjutnya beberapa periodik akan dibuang melalui kran yang berada pada bagian bawah dan air yang sudah bebas dari unsur kimia tersebut akan naik dan berada pada bagian atas.
b. Bahan Kimia Soda As Dense Digunakan dalam penjernihan sistem sederhana dengan menggunakan arang dari batok kelapa kerikil dan sabut sebagai media penyaringnya, tetapi dalam instalasi 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang besar untuk menjernihkan air tentu yang menggunakan soda as untuk menjernihkan air soda as akan bereaksi dengan air dengan bantuan sinar matahari sebagai pemanasnya oleh karenanya instalasi pEngolahan air harus berada dalam area terbuka sehingga proses koagulasi dapat berlangsung dengan baik dan air yang jernih akan didapat.
c. Bahan kimia Chlorine Air yag sudah jernih dan bersih belum tentu memenuhi baku mutu air bersih jika di dalamnya masih terdapat bakteri bakteri yang berbahaya bagi tubuh, salah satunya dalah bakteri E. Colli yang dapat menimbulkan gejala sakit perut pada manusia jika meminum air yang masih mengadung bakteri ini. Untuk mematikan bakteri ini maka digunakan bahan kimia kaporit sebagai pembunuh bakteri ini, kandungan bahan kimia harus tepat karena jika terlalu banyak akan menimbulkan sifat asam pada air sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat berpengaruh kepada peralatan yang mengandung unsur logam.
6. Saringan Cepat Serap Air yang sudah bersih dan jernih dalam menara clarifier yang sudah melalui proses koagulasi selanjutnya akan mengalir secara overflow karena terdesak oleh air yang terikat dengan bahan kimia yang terdapat pada dasar bak clarifier. Selanjutnya air tersebut akan menuju tempat penyaringan yang disebut sand filter adapun konstruksi dari sand filter itu tersebut terdiri dari bermacam bahan salah satunya adalah pasir silica dan bahan lainnya yang mana air tersebut akan melalui saringan yang berukuran mikro dengan penekanan secara gravitasi dari atas sehingga air akan tertekan dan mengalir ke bawah.
7. Pompa Transfer Air yang jatuh kebawah tangki sand filter selanjutnya akan dialirkan oleh pompa transfer
dengan kapasitas 130m³/jam dengan sistem pemipaan dikirim ke bak
penampungan akhir yang biasa disebut sebagai waterpool. 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8. Penampung Akhir Merupaan bangunan pengumpul air dengan kapasitas sebesar 1000 m³ dengan dimensi 20m x 20m x 2,5m di sini air dikumpulkan dan diendapkan dan siap untuk selanjutnya didistribusikan ke setiap konsumen.
9. Pompa Distribusi Adalah pompa yang berfungsi untuk mengalirkan air dari penampung akhir ke setiap konsumen dengan sistem otomatis dimana menggunakan tangki tekan
sebagai
sarana sistem otomatis dimana ketika tekanan air turun hingga mencapai 2 Kg/m³ maka secara otomatis sistem akan memberikan sinyal kepada pompa distribusi dan akan menggerakan pompa secara otomatis dan ketika tidak ada permintaan maka tekanan air akan naik hingga mencapai tekanan 7 Kg/m³ maka sistem akan berhenti secara otomatis.
Sistem ini masih bekerja secara konvensional dengan operator sebagai pengawasnya saat ini instalasi ini bekerja selama 24 jam melayani permintaan air oleh konsumen sehingga pemakaian daya listrik menjadi besar karena waktu beban pucak/WBP yang diterapkan oleh PLN mulai jam 17’00
sd
22’00 terpakai sehingga
menghasilkan ineffisiensi yang terjadi pada sistem ini.
2.1.8
Konsep Optimalisasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan penjernihan air yang dilakukan oleh Pengelola Kawasan yaitu PT. Bintang Puspita Dwikarya terdapat penurunan hasil produksi air bersih oleh karena itu perlu adanya evaluasi terhadap proses penjernihan air tersebut dengan menghitung optimalisasi sumber daya yang ada khususnya sumber daya biaya dan waktu dan untuk mengetahui nilai performance dari peralatan tersebut dapat digunakan melalui metode analisis Overal Equipment Effectiveness/OEE.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adapun konsep Optimalisasi “ adalah proses atau cara dan perbuatan untuk mengoptimalkan suatu hal menjadikan paling tinggi, dsb“ (kamus besar bahasa Indonesia p.986, 200).
Adapun yang ditekankan dalam proses ini adalah kehandalan (Realibilty) yang dapat didefinisikan sebagai nilai probabilitas bahwa suatu peralatan atau sistem akan sukses menjalani fungsinya dalam jangka waktu tertentu dan operasi tertentu (Smith, 2001) ,
1.1.9
Total Productive Maintenance
Total Productive Maintenance atau disingkat menjadi TPM adalah salah satu sistem yang digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kualitas air produksi melalui perawatan peralatan kerjanya seperti mesin, motor listrik, pompa dan equipment lainnya. Fokus utama dari TPM adalah untuk memastikan bahwa semua peralatan yang ada bekerja bekerja dengan kondisi terbaik sehingga menghindari terjadinya keterlambatan dalam proses produksinya. Total Porductive Maintenance adalah konsep pemeliharaan yang melibatkan semua karyawan di bagian produksi dengan tujuan mencapai effektivitas pada keseluruhan system produksi (Venkatesh J, TPM, 2006) Dalam TPM mirip dengan TQM dimana keterlibatan semua karyawan dibutuhkan untuk menghasilkan kualitas usaha guna memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal ini ketersediaan air bersih yang cukup sesuai dengan proses produksinya.
Pada dasarnya TPM dan TQM (Total Quality Management) memiliki beberapa persamaan jika dilihat dari pemberdayaan sumber daya manusia dan segi dokumentasinya. Sebelum membahas perbedaannya berikut ini akan dijelaskan persamaannya: 1.
Sama-sama memerlukan komitmen dan dukungan penuh dari top manajemen.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Penerapannya memerlukan jangka waktu yang panjang (satu tahun atau lebih) untuk dapat melihat hasilnya.
3.
Merubah pola pikir karyawan terhadap tanggung jawab pekerjaanya.
Setelah mengetahui persamaannya maka akan dijelaskan perbedaan dari TPM dan TQM dalam tabel 2.1 Tabel 2.1 Matrik perbedaan antara TPM dan TQM
Kategori Obyek
Pencapaian Tujuan
Target
TQM Kualitas Output dan efek/akibat.
TPM Equipment/peralatan input dan penyebabnya.
Manajemen yang sistematik lebih berorientasi pada perangkat lunak Perusahaan.
Partisipasi karyawan, lebih berorientasi pada perangkat keras Perusahaan.
Kualitas dalam bentuk PPM.
Eliminasi kerugian dan pemborosan.
Sumber : Venkatesh J, (2006)
Pada awalnya TPM berfokus pada perawatan pendukung proses produksi sehingga dapat memberikan definisi kepada 5 yaitu: 1.
TPM bertujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM) untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan.
2.
TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin/peralatan secara keseluruhan (Overall Effectiveness).
3.
TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian produksi, bagian maintenance).
4.
TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertinggi hingga para karyawan/operator lantai produksi.
5.
TPM merupakan pengembangan dari sistim maintenance berdasarkan PM melalui manajemen motivasi
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Keunikan dari TPM ini adalah dimana operator dan maintenance berkolaborasi utuk menjamin bahwa mesin dapat bekerja secara baik dan terus menerus. Adapun dalam menerapkan TPM dibutuhkan pilar dan pondasi yang kuat, untuk pondasi TPM biasa dikenal dengan 5 (Seiri, Seiso, siketsu, seton, sitsuke) dan untuk 8 pilar dikenal dengan istilah sebagai berikut: 1. Autonomus Maintenance Autonomous Maintenance atau Jishu Hozen memberikan tanggung jawab perawatan rutin kepada operator seperti pembersihan mesin, pemberian lubrikasi/minyak dan inspeksi mesin. Dengan demikian, operator atau pekerja yang bersangkutan memiliki rasa kepemilikan yang tinggi, meningkatan pengetahuan pekerja terhadap peralatan yang digunakannya. Dengan Pilar Autonomous Maintenance, Mesin atau peralatan produksi dapat dipastikan bersih dan terlubrikasi dengan baik serta dapat mengidentifikasikan potensi kerusakan sebelum terjadinya kerusakan yang lebih parah. 2. Planned Maintenance
Pilar Planned Maintenance menjadwalkan tugas perawatan berdasarkan tingkat rasio kerusakan yang pernah terjadi dan/atau tingkat kerusakan yang diprediksikan. Dengan Planned Maintenance, kita dapat mengurangi kerusakan yang terjadi secara mendadak serta dapat lebih baik mengendalikan tingkat kerusakan komponen. 3. Quality Maintenance Pilar Quality Maintenance membahas tentang masalah kualitas dengan memastikan peralatan atau mesin produksi dapat mendeteksi dan mencegah kesalahan selama produksi berlangsung. Dengan kemampuan mendeteksi kesalahan ini, proses produksi menjadi cukup handal dalam menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi pada pertama kalinya. Dengan demikian, tingkat kegagalan produk akan terkendali dan biaya produksi pun menjadi semakin rendah. 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Focus Improvement Membentuk
kelompok
kerja
untuk
secara
proaktif
mengidentifikasikan
mesin/peralatan kerja yang bermasalah dan memberikan solusi atau usulan-usulan perbaikan. Kelompok kerja dalam melakukan Focused Improvement juga bisa mendapatkan karyawan-karyawan yang bertalenta dalam mendukung kinerja perusahaan untuk mencapai targetnya. 5. Early Equipment management Early Equipment Management merupakan pilar TPM yang menggunakan kumpulan pengalaman dari kegiatan perbaikan dan perawatan sebelumnya untuk memastikan mesin baru dapat mencapai kinerja yang optimal. Tujuan dari pilar ini adalah agar mesin atau peralatan produksi baru dapat mencapai kinerja yang optimal pada waktu yang sesingkat-singkatnya. 6. Training and Education Pilar Training dan Education ini diperlukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan saat menerapkan TPM (Total Productive Maintenance). Kurangnya pengetahuan terhadap alat atau mesin yang dipakainya dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan tersebut dan menyebabkan rendahnya produktivitas kerja yang akhirnya merugikan perusahaan. Dengan pelatihan yang cukup, kemampuan operator dapat ditingkatkan sehingga dapat melakukan kegiatan perawatan dasar sedangkan Teknisi dapat dilatih dalam hal meningkatkan kemampuannya untuk melakukan perawatan pencegahan dan kemampuan dalam menganalisis kerusakan mesin atau peralatan kerja. Pelatihan pada level Manajerial juga dapat meningkatkan kemampuan Manajer dalam membimbing dan mendidik tenaga kerjanya (mentoring dan Coaching skills) dalam penerapan TPM.
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7. Safety, Health, and Enviroment Para Pekerja harus dapat bekerja dan mampu menjalankan fungsinya dalam lingkungan yang aman dan sehat. Dalam Pilar ini, Perusahaan diwajibkan untuk menyediakan Lingkungan yang aman dan sehat serta bebas dari kondisi berbahaya. Tujuan Pilar ini adalah mencapai target Tempat kerja yang “Accident Free” (Tempat Kerja yang bebas dari segala kecelakaan). 8. TPM In Administration Pilar selanjutnya dalam TPM adalah menyebarkan konsep TPM ke dalam fungsi Administrasi. Tujuan pilar TPM in Administrasi ini adalah agar semua pihak dalam organisasi (perusahaan) memiliki konsep dan persepsi yang sama termasuk staff administrasi (pembelian, perencanaan dan keuangan). Hal hal yang disebutkan di atas adalah hal yang berhubungan dengan konsep dari suatu rencana optimalisasi pada peralatan penjenihan air dimana hal tersebut harus terpenuhi sebagai dasar dari kelaikan beroperasinya penjernihan air sehingga hasil yang optimum dari bekerja peralatan tersebut.
1.1.10
Tools analisis
2.1.11
Fishbone Diagram
(diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah
yang apat menyumbang
ketidakoptimalan pada sistem. Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menolong untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Fishbone Diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming. Mengingat pentingnya penggunaan diagram ini berikut di kemukakan dalam bentuk umum hubungan dari sebab dan akibat atau sering juga disebut diagram fishbone. a. Langkah pertama: menyepakati masalah Sepakati sebuah masalah yang dijadikan penyumbang potensial masalah terhadap system, pernyataan ini di interprestasikan sebagai Effect atau secara visual dalam fishbone “Kepala Ikan“ b. Langkah kedua: Mengindetifikasikan kategori kategori Kategori yang dapat diaplikasikan pada diagram ini merujuk pada kategori umum dalam bidang produksi adalah 5 M yaitu: a. Man
: Manusia / sumber daya.
b. Methode
: Proses yang digunakan.
c. Material : Bahan yang digunakan termasuk raw material dan sparepart. d. Measure
: Pengukuran atau Infeksi yang dilaksanakan untuk mengecek keequipment.
e. Machine : Mesin atau peralatan yang digunakan dalam suatu system c. Langkah ke tiga: Menemukan sebab sebab potensial
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dengan cara Brain stroming yang dikemukakan dan disetujui bersama sama dituliskan dalam bagian kerangka tulang ikan. d. Langkah keempat: Mengkaji dan menyepakati Sebab sebab yang lain mungkin dari pengelompokan pada sisi tulang ikan kemudian dapat dikerucutkan dengan memberikan pertanyaan pada tim terhadap potensi masalah yang akan timbul, selanjutnya dapat di eliminir terhadap sisi yang tidak menyumbang masalah dan sehingga dapat terlihat pokok inti permasalahan akan dapat terlihat 2.1.12 Overal Equipment Effectiveness Overal Equipment Effeciveness adalah suatu Indicator yang digunakan sebagai satu keberhasilan dalam melaksanakan TPM, OEE digunakan apakah peralatan produksi tersebut dapat beroperasi secara maksimal atau tidak dalam OEE di Highlight 6 kerugian utama yang berpotensi menyumbang terjadinya ketidakoptimalan dalam suatu system dan 6 hal tersebut adalah sebagi berikut:
1. Breakdown Loss Dikategorikan sebagai downtime loss karena adanya kerusakan mesin, dan perawatan tidak terjadwal.
2. Set Up/Adjusment Dikategorikan sebagai downtime loss karena adanya waktu yang tercuri akibat waktu yang lama yang disebabkan oleh changeover produk, tidak adanya material / material shortages tidak adanya operator dan sebagainya.
3. Cycle Time Losses/Small Stop Dikategorikan sebagai speed loss karena adanya penurunan kecepatan proses yang di sebabkan oleh beberapa hal yaitu: a. Mesin sudah aus (tidak sesuai name platenya) 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Kapasitas di bawah standar (tidak sesuai nameplate)
4. Chokotei Losses/Reduce Speed Sering dikatakan sebagai Speed loss karena adanya monir stoppage yaitu dimana peralatan cukup sering berhenti dengan durasi tidak lama, dikarenakan karena mesin trouble sehingga harus direset, terhalangnya sensor dan lain lain.
5. Startup Losses Dikategorikan sebagai quality loss karena adanya scrap/reject saat startup produksi oleh kekeliruan mesin, proses pemanasan yang kurang atau sebagainya.
6. Defect Loss Dikategorikan sebagai quality loss karena adanya reject produksi yang berjalan.
Seperti pada Tabel 2.2 disampaikan matrik yang berhubungan dengan ketiga hal diatas. Tabel
2.2 Perhitungan
OEE
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sumber: Nakajima, (1988)
Dari permasalahan yang ada pada latar belakang dimana OEE yang dimiliki oleh sistem peralatan penjernih air adalah sebesar 37% menandakan terdapat ruang untuk melakukan improvement yang ditujukan untuk meningkatkan performa peralatan produksi dan mengurangi lost quantity dalam proses sehingga jumlah produksi air bersih yang diinginkan dapat terpenuhi.
(Johnson dan lesshamar. 1999) menyatakan bahwa kontribusi terbesar OEE adalah sederhana, namun tetap komprehensip, dalm mengukur effisiensi internal dan dapat bekerja sebagai indicator proses perbaikan berkelanjutan, OEE juga cara effektif menganilisis sebuah mesin tunggal atau sebuah sistem peralatan seperti system peralatan penjernih air dimana diharpakan dengan menerapkan OEE sebuah system yang telah dibangun dapat beroperasi secara baik tanpa adanya Downtime, menghitung OEE merupakan suatu komitmen yang dilakasanakan oleh manajemen untuk mengurangi kerugian kerugian ddalam suatu system instalasi pengolahan air/Water Treatment Plant melalui aktivitas TPM.
2.1.13 5 Why Analisis Five Why Analysis adalah alat bantu/tool
root cause analysis untuk problem
solving. Tool ini membantu mengidentifikasi akar masalah atau penyebab dari sebuah ketidaksesuaian pada proses atau produk. 5 Why Analysis atau biasa digunakan bersama dengan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)
dan
menggunakan teknik iterasi dengan bertanya mengapa (Why) dan diulang beberapa kali sampai menemukan akar masalahnya.
2.1.14
Fault Tree Analisis
Fault tree Analisis adalah suatu tehnik yang digunakan untuk mengindentifkasi resiko yang berperan terhadap terjadinya kegagalan, yang dapat juga digunakan untuk mendeteksi terjadi kegagalan pada system penjernih air, metode ini digunakan
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan pendekatan Top - Down yang diawali dengan asumsi dari kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak,kemudian merinci sebab sebab suatu top even sampai pada suatu kegagalan dasar Root Causes. Fault tree analisis mengindentifikasi hubungan antara penyebab faktor dan ditampilkan dalam bentuk pohon kesalahan yang melibatkan gerbang logika sederhana. Gerbang logika menggambarkan kondisi yang memicu terjadinya kegagalan, baik kondisi tunggal maupun sekumpulan dari berbagai macam kondisi. Konstruksi dari Fault Tree Analisis meliputi gerbang logika AND dan gerbang logika OR. Setiap kegagalan yang terjadi dapat digambarkan dalam bentuk pohon analisa kegagalan dengan menstransfer atau memindahkan komponen kegagalan kedalam bentuk symbol (Logic transfer components) dan Fault tree analisis. Tabel 2.3 istilah dalam Fault Tree Analisis
Istilah Event
Keterangan Penyimpangan yang tidak diharpakan dari suatu keadaan normal pada suatu komponen dari system. Kejadian yang dikehendaki pada puncak yang akan
Top Event
diteliti lebih lanjut kearah kejadian dasar lainnya dengan
menggunaka
gerbang
logika
untuk
menentukan penyebab kegagalan. Logic Event
Hubungan secara logika antara input dinyatakan dalam AND dan OR Segitiga yang digunakan dalam symbol transfer.
Transferred Event Symbol in menunjukan uraian lanjutan kejadian berada di halaman lain. Undeveloped Event
Kejadian
dasar
(basic
event)
yang
tidakakan
dikembangkan lebih lanjut karena tidak tersedianya informasi.
Sumber : Sari (2012).
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Manfaat dari Fault tree analisis adalah sebagai berikut: 1. Dapat menetukan faktor penyebab yang kemungkinan besar menimbulkan kegagalan. 2. Menemukan tahapan kejadaian yang kemungkinan besar sebagai penyebab kegagalan. 3. Menganalisa sumber sumber resiko sebelum kegagalan timbul 4. Menginvestigasi suatu kegagalan timbul.
2.2 Penelitian Terdahulu Berikut ini dalam Table 2.4 akan disampaikan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul tesis diatas perihal pengolahan air dengan berbagai cara dalam rangka mendapatkan nilai optimalisasi yang tinggi.
Tabel 2.4 Jurnal Internasional dan Jurnal Nasional No
Penulis
Tahun
Metode
Hasil
Mengunakan silica 1
Villega, et.al
2014
pasir
terlarut
dengan
untuk
pengikatan
electro koagulasi
Mengurangi
kosentrasi
silica di menara pendingin air
sehingga
kerja
pendingin lebih optimum dan effisiensi cost di dapat
2
Hasemzadeh
2015
Dengan metode survey
Dengan metode six sigma
untuk
didalamnya
mencari
nilai
OEE yang turun
metode
OEE
terdapat sehingga
dapat diketahui masalah, downtime, keterlambatan, setting tidak pas.
3
Yeasmin, et.al
2014
Tehnologi
Ramah
Air bersih memang agak
ligkungan
utuk
lambat dihasilkan karena
penjernihan air dengan
tehnologinya masih sangat
metode
sederhana sehingga tidak
filter
sand
lambat serap
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
banyak
diterapkan
di
beberapa
Negara
khususnya negara Eropa sehingga tidak effisien
PenggunaanTehnologi
Dapat
mengurangi
Commercial Buildings
penggunaan energy seperti
Energy Consumption
listrik dan lainnya dengan mengoptimalkan
4
Alexander
penggunaan
2008
tata
letak
lampu, jendela, pendingin dll, sehingga cahaya dapat optimal
masuk
kedalam
ruangan. Tabel 2.4 (Lanjutan) No
5
Penulis
Vidová1
Tahun
2013
Metode
Hasil
Metode
Lean
Dengan perubahan system
Manufacturing
untuk
yang radikal atau bisnis
mengoptimalkan
proses re engineering dapat
pengadaan logistic
memaksimalkan kerja pada manajemen sehingga mencapai
nilai
yang
optimum
6
Mejías, et.al
2009
Penerapan harga air
Terjadi
Peningkatan
bersih dengan metode
pengelolaan
kualitas
perjanjian kesepakatan
dan pasokan sangat penting
antara Negara irlandia
untuk
dan spanyol
ekosistem serta
air
melindungi perairan
menjadi
penunjang
sarana
pembangunan
ekonomi daerah.
Menghitung 7
F. Castro
2012
waktu
Waktu
downtime
Downtime yang terjadi
disumbang oleh tata kelola
pada setiap proses
yang tidak baik dimana pelaksana lapangan tidak
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berlaku proaktif sehingga downtime terjadi
Penelitian
Mencari
environmetrics metode
dengan tehnologi
yang
Juahir, et.al
2010
air
digunakan
nuntuk
8
kualitas
menyelidiki
envirometric
untuk
variasi spasial sungai
mendapatkan
hasil
permukaan dan data
sampling yang benilai dan
kualitas
berbobot.
air
Langat
Sungai berhasil
diklasifikasikan tujuh
dari stasiun
pemantauan menjadi Tabel 2.4wilayah (Lanjutan) tiga klaster. No
Penulis
Tahun
Metode
Hasil
Menggunakan Serangga sebagai bio 9
Paparisto, et.al
2009
indikator
untuk
Menilai kualitas Air sungai di Albania Menganalisa emisi
10
Rashid
2014
residu
2013
pembakaran
residu dari hasil pertanian
pembakaran dalam air
memberikan dampak yang
dengan
baik terhadap kualitas air
metode
pengukuran PH air
tanah
Metode
Dengan
saringan
pasir
lambat
serap
dapat
Terpadu
Analisis Bai, et.al
Penggunaan
akibat
metagenomic
11
tingkat
Penerapan EPT dan Biotic Index dalam pemantauan air tawar, memberikan perspektif yang menjanjikan untuk menilai sifat kualitas air.
dan fisiko
evaluasi peran potensi Mikroba
di
pasir
Filter dari Sistem SPA
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menurun tingkat mikroba dalam air
Pemurnian
air
Sulfat Pengapuran
12
2012 Gomelya, et.al
dari
Telah
oleh
dalam pemurni air tambang
dengan
sulfat
terbukti
oleh
bahwa
pengapuran
Menambahkan Reagen
dengan
yang
natrium hidroksi aluminat
Mengandung
Aluminium
penambahan
kekerasan didapat
nilai
residual
6,4-17,1
mg
Eq/dm3. Setelah netralisasi larutan
13
Karwowska
2012
Optimasi logam ions
Dapat diketahui kandungan
extraksi dari industri
logam
air
seperti seng tembaga dan
limbah
dengan
chelating
agen
timah
berat
dalam
sangat
air
berbahaya
bagi kesehatan Proses
Optimasi
sanitasi 14
Čapla,et.al
2012
dengan
Dengan proses microba bio film dalam kandungan air
Micorba Bio film Tabel 2.4 (Lanjutan)
No
15
Penulis
Osterteagov
Tahun
2012
Metode
Hasil
Menggunakan metode
Smoothing
eksponensial
Forecasting
memberikan
ide
menghitung
kebanyakan
pengamatan
perminatan jumlah air
baru
memberikan
bersih
panduan terbaik berikutnya
untuk
hal
bisa
ini
bisa
diterapkan
bahwa
juga dalam
pengadaan air bersih
16
Rayyan, et. al
2014
System pengadaan air bersih dengan metode progam Software EPANET.
Dengan metode tersebut maka kebutuhan air dapat terpenuhi sebanyak 80% dengan pengumpulan data data
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Metode 17
18
19
Risdianto
2007
Susanti
2010
Wahjono
2008
bahan
koagulasi kimia
untuk
Banyak penggunaan bahan kimia untuk menjernihkan
pengolahan air limbah
air limbah
Dengan menggunaan system pemetaan daerah topografi untuk mengetahui tingkat kebutuhan air
Kondisi geografi dan topografi kota bukit tinggi serta berbukit terjal sehingga penyediaan air bersih menjadi sulit Jaringan air bersih hanya terkosentrasi pada sepanjang jalur transportasi darat
Metoda
system
System scada dirancang
SCADA
untuk
untuk mengetahui indicator
kebutuhan air besih
parameter air pada setiap bagian instalasi dari suatu unit pengolahan air
Metoda
20
Astuti, et.al
2002
pengukuran
Dapat
diketahui
sumber
secara kualitatif untuk
mata air yang digunakan
mendata
tingkat
yaitu sumur dalam dan
kebutuhan pemakaian
mata air atas dimana pada
air
sumber mata air dalam mengandung besi.
2.3 Kerangka Berpikir
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
Dalam
kerangka berpikir evaluasi dan optimalisasi yang dilaksanakan pada sistem sarana penjernih air berish adalah dengan menghitung kembali nilai OEE yang ada disesuaikan dengan prosedur yang ada dan mengeliminir hal penyebab potensial penyumbang masalah terhadap ketidakhandalan sistem.
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/