BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1 Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ada beberapa pengertian tentang hakekat Ilmu Pengetahuan Alam. Dibawah ini dikemukakan beberapa pengertian IPA menurut beberapa ahli. Menurut Nash dalam Samatowa (2011:3) Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat serta dapat menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan fenomena lain, sehingga membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati. Menurut Sapriati, dkk (2008:5.11) Ilmu pengetahua Alam adalah hasil kegiatan
manusia
berupa
pengetahuan,
gagasan
maupun
konsep
yang
terorganisasi secara logis dan sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan, dan penyusunan hipotesis yang diikuti pengujian gagasan-gagasan. „Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiahserta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Olehkarena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalamanbelajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilanproses dan sikap ilmiah‟.(Permendiknas No.22 Tahun 2006). Menurut Samatowa (2011:6) memaparkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahan alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang ada, dalam IPA anak- anak harus tetap bersikap ragu-ragu dalam mengenal terjadinya sesuatu, sehingga kita selalu siap memodifikasi model- model yang kita miliki tentang alam mini sejalan dengan penemuan- penemuan baru yang kita dapatkan.
7
8
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD adalah salah satu pembelajaran yang mempelajari alam secara ilmiah dan konkret dengan membantu siswa berfikir dengan cara yang logis dan realistis. 2.1.1.2 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Permendiknas (2006:485) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek: (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD Ada beberapa tujuan pembelajaran IPA perlu diberikan dalam pendidikan di SD. Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat ahli mengenai tujuan pembelajaran IPA di SD. Menurut Samatowa (2011:6) tujuan kulikuler pembelajaran IPA adalah: (1) IPA bermanfaat bagi suatu bangsa. Sebab pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. (2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih mengembangkan kemampuan berfikir kritis. (3) IPA bukan merupakan mata pelajaran hafalan, karena di dalam IPA mengajarkan kepada siswa untuk melakukan percobaan- percobaan yang nyata. (4) IPA mempunyai nilai- nilai pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa secara keeseluruhan. Sedangkan menurut Permendiknas (2006:484) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan
dapat
diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
(3)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
9
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dari beberapa pendapat tentang tujuan pembelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa: (1) Melalui IPA, siswa dapat memperoleh keyakinan akan peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam merupakan ciptaan Tuhan, sehingga manusia perlu untuk mengetahui gelaja yang terjadi, mencegah dampak buruk terhadap alam atas ulah manusia, dan menjaga alam agar tidak rusak oleh manusia. (2) Melalui IPA siswa dapat memperoleh pengetahuan nyata dengan menyelidiki peristiwa di alam sekitar dengan melalui percobaan dan simulasi agar membantu siswa dapat berfikir logis dan rasional. 2.1.1.4 Hakekat Hasil Belajar Ada beberapa pengertian tentang hasil belajar. Dibawah ini dikemukakan pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli. Skinner dalam Sagala (2010:14) mendefiniskikan belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif dan berkelanjutan. Menurut Gagne dalam Sagala (2010:17) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terusmenerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250) hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Gagne dalam Purwanto (2010:24) hasil belajar adalah terbentuknya konsep , yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di
10
lingkungan, yang menyediakan skema- skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus- stimulus baru dalam menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori- kategori. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Menurut Anitah, dkk (2008:2.19) Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suaru perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dari diri setiap individu kedalam perubahan yang lebih baik Menurut Bloom dalam Sudjana (2001:22) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian. 3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Dalam penelitian ini, hasil belajar dari fungsi sumatif diartikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diukur melalui evaluasi yang berguna untuk memperoleh data yang berupa nilai. Hasil belajar yang menekankan aspek kognitif siswa menggunakan ukuran kemampuan siswa berupa penskoran nilai untuk mata pelajaran IPA tentang Sistem Tata Surya dengan memberikan nilai antara 0 – 100. 2.1.2 Metode Pemberian Tugas 2.1.2.1 Metode Pembelajaran Di bawah ini dikemukan beberapa pengertian metode pembelajaran menurut ahli, diataranya adalah. Hamdani (2011:80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untik menyampaikan pelajaran kepada siswa.
11
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:5) Metode pembelajaran adalah merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru untuk melaksanakan pembelajaran secara optimal kepada siswanya sesuai tujuan yang ingin dicapai. 2.1.2.2 Jenis- Jenis Metode Pembelajaran Ada banyak metode pembelajaran untuk menyampaikan materi belajar bagi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Strategi pembelajaran yang terbagi dalam banyaknya pilihan metode dipakai guru untuk mengajar dengan mempertimbangkan materi yang akan diajarkan. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:ii) jenis metode pembelajaran ini adalah : 1) Metode ceramah. 2) Metode demonstrasi. 3) Metode diskusi. 4) Metode simulasi. 5) Metode Pemberian tugas. 6) Metode tanya jawab. 7) Metode kerja kelompok. 8) Metode sistem regu (team teaching). 9) Metode latihan (Drill). 10) Metode karyawisata (field – trip), dan 11) Metode problem solving. Menurut Roestiyah (2008:xi) strategi belajar disajikan dalam metode pembelajaran yaitu: 1) Diskusi. 2) Kerja Kelompok. 3).Penemuan/ discovery. 4) Simulasi. 5) Unit Teaching. 6) Mickroteaching. 7) Sumbang saran/ brain stroming. 8) Inquiry. 9) Eksperimen. 10) Demonstrasi. 11) Karya wisata. 12) Penyajian kerja lapangan. 13) Metode mengajar dengan mepergunakan komputer. 14) Metode mengajar non directive. 15) Sosiodrama dan bermain peran/ Roll playing. 16) Penyajian secara kasus. 17) Penyajian secara sistem regu/ team teaching. 18) P S S I. 19) Latihan/ drill. 20) Penyajian dan tanya jawad/ dialog. 21) Pemberian tugas. 22) Ceramah. 23) Penyajian dan interaksi masa, dan 24) Metode mengajar bedasarkan prinsip- prinsip interdisiplinaritas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pemberian tugas untuk menyampaikan materi Sistem Tata Surya.
12
2.1.2.3 Hakekat Metode Pembelajaran Pemberian Tugas Beberapa pengertian metode pemberian tugas menurut ahli akan dipaparkan dibawah ini. Menurut
Sagala (2010:219)
metode pemberian tugas adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus mempertanggungjawabkannya. Menurut Roestiyah (2008:133) metode pemberian tugas ini adalah metode yang digunakan guru dengan tujuan agar siswa melaksanakan latihan- latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi. Menurut
Hamid (2011:213) metode pemberian tugas adalah metode
dimana guru memberikan suatu tugas kepada siswa dan mengaitkannya dengan tugas- tugas yang lain. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:25) metode pemberian tugas merupaka metode yang dapat merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Sehingga dapat disimpulkan metode pemberian tugas adalah pembelajaran dimana guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu yang dikaitkan dengan tugas yang lainnya, baik itu secara individu maupun kelompok. 2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas Kelebihan
Metode
pemberian
tugas
menurut
Sagala
(2010:219)
diantaranya adalah: 1) Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih oetentik. 2) Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri. 3) Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari. 4) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. 5) Metode ini dapat mermbuat siswa bergairah dalam belajar dengan dilakukan melalui berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
13
Sedangkan Kelemahannya adalah: 1) Seringkali siswa melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar. Untuk mengatasi hal ini, hendaknya guru memberikan tugas yang jelas kepada siswa, sehingga mereka mengerti apa yang harus mereka kerjakan. 2) Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan. Dapat ditangani dengan guru memberikan kontrol dan pengawasan yang sistematis atas tuga syang diberikan sehingga mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh- sungguh. 3) Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung jawab bagi guru, apalagi bila tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan mental mereka dapat terpengaruh. Hal ini dapat ditangani dengan guru memberikan materi dengan mempertimbangkannya materi tersebut dapat menarik minat dan perhatian siswa. 4) Apabila tugas diberikan secara umum, mungkin seseorang anak didik akan mengalami kesulitan karena sukar meyelesaikan tugas dengan adanya perbedaan individu. Hal yang perlu dilakukan guru adalah dengan mempertimbangkan tugas yang diberikan kepada siswa harus memperhatikan perbedaan individu masing- masing, sehingga dapat meminimalisir kesulitan belajar siswa. Menurut Hamid (2011:212) Kelebihan dan kekurangan metode pemberian tugas ada beberapa hal. Kelebihan metode pemberian
tugas diantaranya: 1)
Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama. 2) Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian dalam mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri. Sedangkan kekurangan metode pemberian tugas adalah: 1) Sering kali siswa melakukan penipuan, di mana ia hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. Seperti halnya
kekurangan
metode pemberian tugas menurut Syaiful Sagala (2010) hal ini dapat di tanggulangi dengan guru memberikan tugas yang jelas kepada siswa, sehingga mereka mengerti apa yang harus mereka kerjakan. 2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan. Seperti di dalam kekurangan menurut Sagala (2010) hal ini dapat ditangani dengan guru memberikan kontrol dan pengawasan yang sistematis atas tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa
14
untuk belajar dengan sungguh- sungguh. 3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individu. Hal ini diatasi dengan guru memberikan tugas sesuai kemampuan yang dimiliki siswanya. Menurut Roestiyah (2008:135) kelebihan metode pemberian tugas diataranya adalah: 1) Siswa mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, sehingga megakibatkan pengetahuan yang dicarinya akan tertinggal lama dalam dirinya. 2) Dapat mengembangkan daya pikir siswa daya inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab dan melatih siswa bekerja secara mandiri. Sedangkan kekurangannya adalah: 1) Siswa dapat meniru pekerjaan temannya. Seperti halnya kelemahan di dalampendapat beberapa ahli, pembeian tugas dapat dilakukan guru di kelas, sehingga guru dapat mengawasinya. 2) Apabila tugas diberikan untuk tugas rumah, pekerjaan atau tugas bisa saja di kerjakan orang tua. Seperti halnya kekurangan yang pertama, tugas lebih baik diberikan kepada siswa di sekolah. 2.1.2.5 Langkah- Langkah Menggunakan Metode Pemberian Tugas Ada beberapa pendapat untuk memimplementasikan metode pemberian tugas dengan langkah- langkah yang terperinci. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:25) adalah : 1) Fase Pemberian Tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan; tujuan yang akan dicapai, jenis tugas dan tepat, sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat membantu dan sediakan waktu yang cukup. 2) Langkah Pelaksanaan Tugas Dalam pelaksanaan tigas ini, hal-hal yang harus dilakukan adalah: a. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru. b. Diberikan dorongan sehingga anak mau melaksanakannya. c. Diusahakan atau dikerjakan oleh anak sendiri. d. Mencatat semua hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematik. 3) Fase Pertanggungjawaban Tugas Hal yang perlu diperhatikan adalah: a. Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakan.
15
b. Ada tanya jawab dan diskusi. c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes atau nontes atau caralainnya. d. Fase mempertanggungjawabkan tugas. Menurut Roestiyah (2008:137) langkah- langkah pelaksanaan pemberian tugas adalah. 1) Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan 2) Mempertimbangkan apakah teknik pemberian tugas tepat untuk dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. 3) Merumuskan tugas- tugas dengan jelas dan muda dimengerti. Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan langkahlangkah pemberian tugas adalah. 1) Guru mempertimbangkan kesesuaian materi dengan metode pemberian tugas, sehingga nanti konsep dari materi yang akan di sampaikan dapat diterima siswa dengan baik. 2) Guru memberikan pengarahan tugas kepada siswa dengan jelas sehingga siswa benar- benar paham tugas mereka sesuai keinginan guru. 3) Siswa mengerjakan tugas sesuai tugas yang diberikan dengan pengawasan guru. 4) Siswa menyampaikan hasil dari tugas yang mereka terima, sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas yang sudah dilaksanakan. 2.1.3 Media Pembelajaran Video 2.1.3.1 Hakekat Media Pembelajaran Ada banyak pengertian media pembelajaran. Dibawah ini dikemukakan pengertian media pembelajaran dari beberapa ahli. Hakekat media pembelajaran Menurut Briggs dalam Uno dan Lamatenggo (2010:122) menyatakan bahwa media adalah
segala bentuk fisik yang dapat
menyampaikan pesan berupa materi kepada peserta didik serta merangsang peserta didik untuk belajar. „Media dimaknai sebagai antara, yang secara harfiah berarti perantara. Secara khusus kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber ke sumber penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, maka
16
media pembelajaran adalah alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran‟. (Mawardi, 2011:58) Menurut Anitah, dkk (2008:6.3) media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan- pesan pembelajaran (messages) yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan- pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah cara atau alat yang membantu selama proses pembelajaran dalam menyampaikan informasi kepada siswa. 2.1.3.2 Jenis Media Pembelajaran Menurut Mawardi (2011:59) jenis- jenis media pembelajaran diantaranya adalah: 1. Media visual Merupakan media yang hanya dapat dilihat dapat juga disebut sebagai media non proyek. Contohnya seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model tiga dimensi seperti diorama. 2. Media yang Diproyeksikan Merupakan media yang diproyeksikan ke layar dengan menggunakan poyektor. Contohnya overhead transparansi (OHP), slide, dan filmstrips. 3. Media audio Merupakan media
yang fleksibel karena bentuknya mudah dibawa dan
digunakan dengan hanya didengar. Contohnya kaset audio, radio, MP3 Player, dan iPon. 4. Media audio visual Merupakan media yang dapat dilihat sekaligus didengar seperti film bersuara, video, televisi dan sound slide. Dalam penemuan baru contoh media audio visual yang dibuat dengan menggunakan komputer adalah media ulead video editor.
17
5. Media realita Merupakan semua media nyata yang berada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang, insektarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya. 2.1.3.3 Video sebagai Media Pembelajaran Dalam penggunaan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media video. Media video merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang bersifat media audio visual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Prastowo (2012:300) mengartikan video merupakan rekaman gambar hidup atau program televisi melalui tayangan dengan gambar yang bergerak disertai dengan suara. Uno dan Lamatenggo (2010:137) mengemukakan “Media video membantu pengajar untuk menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci”. Sehingga dapat disimpulkan media video adalah media pembelajaran yang membantu pengajar dalam menyampaikan materi dengan lebih mudah dan rinci menggunakan efek gambar bergerak dan suara. 2.1.3.4 Syarat- Syarat Video yang Baik untuk Pembelajaran Menurut Riyana (2007:11) video yang baik memiliki ketentuan- ketentuan sebagai berikut: 1. Tipe Materi Media video cocok untuk materi pelajaran yang bersifat menggambarkan suatu proses tertentu, sebuah alur demonstrasi, sebuah konsep atau mendeskripsikan sesuatu. 2. Durasi waktu Media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu sekitar 20-40 menit, mengingat kemampuan daya ingat dan kemampuan berkonstentrasi manusia yang terbatas. 3. Format Sajian Video Video pembelajaran mengutamakan kejelasan dan penguasaan materi, yang mengutamakan unsur naratif (narator), wawancara, presenter, format gabungan.
18
4. Ketentuan Teknis Pembelajaran lebih menekankan pada kejelasan pesan. Sehingga penting adanya pengambilan gambar dengan teknik zoom atau extrem close up untuk menunjukan objek secara detail. Menggunakan teknik out of focus atau in focus dengan pengaturan def of file untuk membentuk image focus of interest atau mefokuskan objek yang dikehendaki dengan membuat sama (blur) objek yang lainnya. Pengaturan proverty yang sesuai dengan kebutuhan, perlu menghilangkan objekobjek yang tidak berkaitan dengan pesan yang disampaikan. Penggunaan tulisan (text) dibuat dengan ukuran yang proporsional, jika text dibuat animasi, atur agar animasi text tersebut dengan speed yang tepat dan tidak terlampau diulang-ulang secara berlebihan. Dan video yang ditampilkan setidaknya jelas untuk dilihat antara 40-50 siswa. 5. Penggunaan Musik dan Sound Effect Musik untuk pengiring suara sebaiknya dengan intensitas volume yang lemah (soft) sehingga tidak mengganggu sajian visual dan narator. Musik yang digunakan sebagai background sebaiknya musik instrumen. Hindari musik dengan lagu yang populer atau sudah akrab ditelinga siswa. Dan menggunakan sound effect untuk menambah suasana dan melengkapi sajian visual dan menambah kesan lebih baik. Dalam penelitian ini digunakan video pembelajaran dari Nanda Production (2007) dengan judul jalajah antariksa untuk menyampaikan materi kepada siswa. Video ini sudah memenuhi ketentuan syarat penggunaan video pembelajaran yang baik untuk menyampaikan materi kepada siswa. 2.1.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Media Video Menurut Hamdani (2011:188) menjelaskan kelebihan dan kelemahan media video antara lain: 1) Dapat menstimulus efek gerak, 2) Dapat diberi suara ataupun warna. 3) Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya. 3) Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya. Sedangkan kelemahannya antara lain: 1) Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya. Seperti membutuhkan proyektor, speaker dan alat pendukung lainnya. Sehingga guru sebelum pembelajaran dimulai harus sudah menyiapkan
19
peralatan pendukung. 2) Memerlukan tenaga listrik. Hal ini dikarenakan bahanbahan elektronik untuk tampilan video membutuhkan listrik. Penggunaan listrik ini akan memperlancar penggunaan video, tetapi akan sulit ketika listrik mati. 3) Memerlukan keterampilan dan kerja tim dalam pembuatannya. Ini untuk meminimalisir kerusakan alat apabila seseorang tidak tahu bagaimana cara penggunaannya. Guru harus mampu menggunakan teknologi sesuai tuntutan zaman sehingga pembelajaran yang bermakna lebih dapat diterapkan. Menurut Anderson dalam Hamzah dan Lamatenggo (2010:135) video memiliki sejumah keunggulan, serta keterbatasan. Kelebihan media video diantaranya: 1) Dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu. 2) Menampilan peserta didik dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi. 3) Dapat memperkokoh proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut. 4) Mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan, yang dapat digunakan secara interaktif dengan buku kerja, buku petunjuk, buku teks, serta alat atau benda lain yang biasanya digunakan di lapangan. 5) Informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan jumlah penonton (peserta) yang tidak terbatas. 6) Pembelajaran dengan mandiri, dimana siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing- masing dapat dirancang. Sedangkan kelemahan media video antara lain: 1) Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di tempat penggunaan. Hal ini seperti yang telah disampaikan untuk penanganannya pada keemahan video menurut Anderson dalam Hamzah dan Lamatenggo (2010:135). 2) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan. Hal ini karena perkembangan jaman, sehinga guru harus mampu mengikuti perkembangan jaman, begitu pula dalam menyampaikan materi pembelajaran guru harus mampu memilih media- media yang tepat. 2.1.3.6 Langkah- langkah Pembelajaran dengan Video Langkah- langkah penggunaan media video menurut Mawardi (2011:62) dalam pembelajaran :
20
1) Sebelum menyajikan media video terlebih dahulu menyiapkan sarana penunjang. Sarana penunjang disini seperti menyuapkan laptop, proyektor dan LCD untuk menampilkan media video. 2) Memberikan motivasi kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Misalnya dalam materi yang akan di bahas adalah sistem tata surya, guru dapat memberikan apersepsi seperti dengan menanyakan kepada siswa. “anak- anak bintang, bulan dan bumi itu merupakan bagian dari apa?”. 3) Guru kemudian memfasilitasi siswa dengan menampilkan media video tentang jelajah antariksa. 4) Siswa menyimak dengan seksama. 5) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menuliskan makna/materi yang didapat dari materi yang telah dipelajari. 6) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan reflesi film di depan kelas. 7) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dari pokok bahasan sistem pata surya. 2.1.4 Penggunaan Metode Pemberian Tugas dengan Media Video dalam Pembelajaran IPA di SD Menurut Kamp dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:4) Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Dick dan Carey dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:4) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dalam hubungan penggunaan metode pemberian tugas dan media video merupakan bagian dari strategi pembelajaran, yang mana merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran IPA. Penerapan strategi pembelajaran dengan metode
21
peberian tugas akan membantu siswa memperoleh pengetahuan dengan membuat keterangan penting materi IPA dengan media video yang disaksikan oleh siswa.
2.2 Kajian Hasil yang Relevan Masruroh, Siti. 2006. “Pengaruh Penggunaan Tugas dan Resitasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 Semester 2 Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel SMP Islam Sultan Agung I Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006”. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 13,495 dan ttabel = 1,665, oleh karena thitung > ttabel, jadi Ho ditolak. Sehingga ratarata hasil belajar kelompok eksperimen lebih dari rata-rata hasil belajar kelompok kontrol. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen adalah 82,63 dan kelompok kontrol 57,56. Besar pengaruh dari penggunaan metode tugas dan resitasi terhadap hasil belajar sebesar 51,56%, sedangkan 48,44% disebabkan oleh faktor lainnya seperti bakat, kecerdasan, sarana dan prasarana, lingkungan dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan pada penggunaan metode tugas dan resitasi akan memberikan pengaruh dan hubungan yang berarti terhadap hasil belajar matematika. Disarankan guru dapat mencoba menggunakan metode tugas dan resitasi untuk diterapkan pada pokok bahasan yang lain, supaya siswa mempunyai kesiapan, kedisiplinan, rasa tanggung jawab serta termotivasi dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Putri, Chendyka Arhta. (2011) . “Efektifitas Penggunaan Metode Pemberian Tugas dan Portofolio Serta Metode Diskusi dan Lembar Kerja Siswa Ditinjau Dari Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 02 Kecamatan Sidorejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010 / 2011”. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa: 1) ada perbedaan yang signifikan (0,00) hasil belajar siswa menggunakan kelompok eksperimen yang menggunakan model pemberian tugas dan portofolio dengan kelompok kontrol yang menggunakan model diskusi dan lembar kerja. 2) Pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas dan portofolio lebih efektif daripada pembelajaran menggunakan metode diskusi dan lembar kerja untuk diterapkan pembelajaran.
22
Utaminingtyas, Siwi. (2012) ;“Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Panjatan, Panjatan, Kulon Progo Tahun 2011 / 2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan media video terhadap kemampuan menyimak dongeng pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas V SD Negeri Panjatan Tahun 2011 / 2012. Hal ini terlihat dari nilai postes yang dilakukan, dengan skor rata- rata kemampuan menyimak dongeng dengan menggunakan media video 75,6 sedangkan yang tidak menggunakan media video 61,2. Dari perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan media video nilai yang diperoleh lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan media video, hal ini berarti ada pengaruh penggunaan media video terhadap kemampuan menyimak dongeng. Asmoro, Novian Tri (2012) : “Pengembangan Media Video Interaktif Tari Bedana Untuk Pembelajatran Tari Nusantara di SMP”. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 30 orang pada aspek kebenaran konsep penelitian memiliki skor hrata- rata hasil sebesar 85, 825, aspek materi memiliki skor ratarata hasil sebesar 83, 925, dan aspek pembelajaran sebesar rata- rata hasil 83, 030. Maka, semuanya termasuk kategori layak. Bedasarkan analisis hasil evaluasi ahli materi dan ahli media, serta uji coba lapangan dapat disimpulkan bahwa media video layak digunakan sebagai media pembelajaran.
2.3 Kerangka Pikir Dalam proses pembelajaran digunakan kurikulum sebagai dasar acuan pendidikan di Indonesia agar pembelajaran yang terjadi di seluruh daerah Indonesia ini dapat merata. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat atau semester. Mata pelajaran IPA untuk tingkatan SD/ MI untuk semsester 2 mengacu pada Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Dalam penelitian ini melakukan penelitian untuk tingkatan kelas SD/MI. Adapun Standar Komptetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan digunakan dalam penelitian adalah.
23
Standar Kompetensi
: 9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya.
Kompetensi Dasar
: 9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya.
Dalam penelitian yang akan dilakukan di kelas 6 SD Negeri 01 Ngadisepi dengan materi sistem tata surya, peneliti menggunakan kolaborasi metode pemberian tugas dan media pembelajaran audio visual dengan jenis media video. Dengan
mengkolaborasikan
strategi
pembelajaran
ini
membantu
guru
memberikan materi secara lebih menarik dan bermakna, karena siswa menerima materi dengan bantuan media pembelajaran video dengan penerapan metode pemberian tugas, ketika anak menyaksikan tayangan materi. Dengan bantuan teknologi bisa menjadi perangkat ampuh untuk membantu guru mencapai tujuan kognitif yang bermacam- macam. Teknologi bisa membantu siswa mempelajari fakta, memahami abstraksi, dan mencapai tujuan- ujuan dalam tingkatan taksonomi kognitif yang lebih tinggi (Roblyer, 2006) Dalam pembelajaran IPA siswa dimungkinkan terlibat langsung di dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian tugas agar siswa bisa bertanggung jawab dengan tugasnya mereka masing- masing. Selain itu menurut tingkat perkembangannya karakteristik siswa SD senang melihat sesuatu secara nyata, begitu pun bagaimana siswa ingin mengetahui seperti apa sisrtem tata surya secara lebih nyata, maka media pembelajaran ini akan sangat membantu. Dari tingkat perkembangan kognitif siswa anak SD memasuki tahapan operasional konkret (Piaget, 1969).
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan, maka dirumuskan ke dalam suatu hipotesis. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1) Dengan menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas dengan media video pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6 SD Negeri 01 Ngadisepi Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun 2012/2013.