BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik akan dengan sengaja akan memberikan sinyal kepada pasar, dengan demikian pasar akan diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Wijayanto, 2009). Dalam teori sinyal membahas masalah informasi asimetri di pasar. Teori ini menjelaskan bagaimana informasi asimetri dapat dikurangi dengan cara, salah satu pihak memberikan signal informasi kepada pihak lain (Susilowati, 2010). Teori sinyal (signaling theory) menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan informasi dari laporan keuangannya kepada pihak eksternal perusahaan. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat informasi asimetri antara perusahaan dengan pihak eksternal. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai prospek yang akan datang dibandingkan dengan pihak eksternal yaitu investor dan kreditor. Pada saat melakukan penawaran umum, investor tidak dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Kurangnya informasi pada pihak eksternal ini mengenai perusahaan akan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang relative rendah untuk perusahaan. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri yaitu dengan memberikan sinyal pada pihak eksternal, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat
8
dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek yang akan datang (Wolk et al, 2000:81). Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena pada hakekatnya informasi menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan di masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasar efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham, dimana harga saham menjadi naik. Pengumuman informasi akuntansi dan non-akuntansi akan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan harga saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik
9
laporan keuangan, informasi non-keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar modal.
B.
Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham sehingga diperlukan
monitoring
dari
pemegang
saham
(Copeland
dan
Weston,1992:20). Jensen dan Meckling (1976) dalam Handayani (2010) menyatakan hubungan keagenan merupakan: "Sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal...".
Jensen dan Meckling (1976) dalam Waryanto (2010) menjelaskan bahwa terdapat konflik kepentingan dalam hubungan keagenan. Terjadinya konflik kepentingan antara principal dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Konflik kepentingan ini timbul karena adanya perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingannya terhadap perusahaan. Manajer yang bertindak sebagai agen, bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik, namun demikian manajer yang menginginkan untuk selalu
10
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Oleh karena itu, terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional dan kepemilikan saham oleh manajemen (Tendi Haruman, 2008).
C.
Tinjauan Umum Laporan Keuangan 1.
Pengertian Laporan Keuangan Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan
adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang
disusun
dan
disajikan
oleh
perusahaan.
Pihak-pihak
yang
berkepentingan terhadap lapoaran keuangan anatara lain para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, investor, karyawan, dan masyarakat.
11
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti
misal,
sebagai
laporan
arus kas,
atau
laporan
arus
dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,
misalinformasi keuangan segmen
industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses
pelaporan
keuangan
yang
lengkap,
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi. Menurut PSAK No.1 (2009 : 09) laporan keuangan adalah “suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
12
entitas”. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses atau kegiatan akuntansi dalam satu kesatuan. Proses akuntansi dimulai dari pengumpulan bukti-bukti dan peristiwa-peristiwa transaksi yang terjadi sampai pada penyusunan laporan keuangan. Proses akuntansi tersebut harus dilaksanakan menurut cara tertentu yang lazim dan berterima umum serta sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Menurut PSAK (2009 : 2) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) catatan dan pelaporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Dari definisi diatas diketahui bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mendapatkan informasi yang diinginkan guna menilai kemampuan suatu perusahaan seperti laporan keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan suatu perusahaan.
13
“Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan”. (Jumingan 2006:2)
Adapun pengertian Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) SAK No. 1 (2007:3) adalah sebagai berikut : Informasi tentang posisi keuangan , kinerja dari arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta pertanggungjawaban (Swetardship) manajemen atas penggunaan sumber- sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Pengertian laporan keuangan Harahap (2007 : 105) adalah sebagai berikut: “Menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba/rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan”. Dari pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang disusun oleh manajemen atau akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan tertentu yang secara lengkap umumnya terdiri dari neraca atau daftar posisi keuangan, daftar pendapatan atau daftar laba rugi, laporan perubahan modal atau ekuitas pemilik.
14
2.
Komponen Laporan Keuangan Menurut IAI (2007:1,2) komponen laporan keuangan yang lengkap
adalah : a. Neraca (Balance Sheet) Neraca merupakan suatu daftar yang sistematis mengenai aktiva, kewajiban, dan keadaan modal suatu perusahaan pada periode tertentu. Tujuan pembuatan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan yang berakhir pada bulan atau tahun tertentu. Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan didefinisikan sebagai berikut : 1) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. 2) Kewajiban adalah hutang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. 3) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. b. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Merupakan ikhtisar dari pendapatan dan beban perusahaan selama satu periode tertentu yang tersusun secara sistematis. Tujuan utama penyajian laporan keuangan ini adalah untuk memberikan informasi
15
kepada para pengguna mengenai jumlah laba atau rugi perusahaan selama operasionalnya. Unsur-unsur laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban yang didefinisikan sebagai berikut: 1) Penghasilan Merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi yang menyebabkan perubahan modal ditahan dengan diikuti kenaikan aktiva atau terjadinya penurunan kewajiban. 2) Beban Merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas atau berkurangnya aktiva dan ekuitas yang menyangkut pembagian kepada penanam modal. c. Laporan Perubahan Ekuitas (Stockholders Equity Statement) Laporan perubahan ekuitas adalah ikhtisar perubahan modal pemilik suatu perusahaan yang terjadi selama periode tertentu. d. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. e. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement) Catatan atas laporan keuangan harus disajikan dengan sistematis pada pos neraca, laporan laba rugi, laporan kas harus berkaitan dengan informasi yang didapat dalam catatan atas laporan keuangan.
16
3.
Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Tujuan
laporan keuangan adalah: a.
Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b.
Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d.
Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiyaan dan investasi.
e. Untuk mengungkpakan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK (2007:12) adalah : Menyediakan informasi-informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna keputusan ekonomi.
17
4.
Karakteristik Laporan Keuangan Agar Informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakainya,
maka informasi harus memenuhi tujuh karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan menurut Sofyan (2007:127) yaitu : a. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan dan kesalahan pada pencatatan informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai laporan keuangan. b. Dapat Dipahami Kualitas penting laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. c. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (realibel). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, keasalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
18
penyajian yang tulus atau jujur (faithful respresentation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara pontesial tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara pontensial dapat menyesatkan. d. Netral Agar bermanfaat, informasi akuntansi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai supaya pemakai yang membutuhkan informasi dapat memperoleh informasi untuk membantu pemakai dalam mengambil pembuatan keputusan ekonomi, dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. e. Tepat Waktu Informasi akuntansi berarti harus mengkomunikasikan informasi seawal mungkin kepada pemakai yang membutuhkan informasi akuntansi dalam pembuatan keputusan ekonomi untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. f. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
19
g. Kelengkapan Laporan keuangan yang baik adalah semua informasi yang memenuhi persyaratan, tujuan – tujuan kualitatif lain harus dilaporkan kepada pemakainya
yang
membutuhkan
informasi
dalam
pembuatan
keputusan ekonomi. h. Komponen Laporan Keuangan Sebelum menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan seorang penganalisa harus mempunyai pengertian yang mendalam tentang bentuk-bentuk maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah-masalah yang mungkin timbul dalam penyusunan laporan keuangan tersebut.
5.
Pengguna Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2)
adalah sebagai berikut meliputi : “Investor sekarang dan investor pontesial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya dan masyaraka”. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan investasi yang berbeda.Beberapa kebutuhan ini meliputi : a. Investor Mereka membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham
20
juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. b. Karyawan Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kembali kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman Tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. e. Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan
aktivitas
perusahaan.
Mereka
juga
21
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat Dipengaruhi oleh perusahaan dalam berbagai cara, misalnya: perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
D. Modal Kerja 1.
Pengertian Modal kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai
kegiatan operasionalnya baik dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa. Modal kerja harus selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan melakukan kegiatan usaha.Semua pihak sepakat bahwa modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk operasi sehari-hari. Pengertian modal kerja yang dikemukakan oleh Agnes Sawir (2001 : 129) : “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia
22
untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembayaran listrik, telepon, upah buruh, hutang dan pembayaran yang lainnya”.
Sedangkan Sutrisno (2000 : 43 ) berpendapat bahwa: “Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk menjalankan aktivitasnya”.
Modal Kerja menurut Kasmir (2010 : 250) adalah : “Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya”. Menurut Munawir (2004 : 19) adalah : “Modal Kerja merupakan investasi modal perusahaan dalam aktiva lancar yang harus selalu ada untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari”.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah dana yang diinvestasikan perusahaan dalam bentuk aktiva lancar dimana dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Aktiva lancar dapat dicairkan dalam jangka pendek yaitu dalam waktu kurang satu tahun. Secara umum aktiva lancar meliputi kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan.
23
2.
Konsep Modal Kerja Dari pengertian modal kerja di atas perlu dijabarkan kedalam konsep-
konsep modal kerja, karena untuk keperluan analisis pengertian modal kerja di atas masih terlalu umum. Menurut Kasmir (2010 : 250-251) ada tiga konsep modal kerja yang dipergunakan, yaitu : a. Konsep Kuantitatif Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). Kelemahan konsep ini adalah tidak mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan, tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh utang jangka panjang atau jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah aktiva lancar yang besar belum menjamin margin of safety bagi perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin. b. Konsep Kualitatif Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih atau (net working capital). Keuntungan konsep ini adalah
24
terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor. c. Konsep Fungsional Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja terdiri dari tiga konsep. Modal kerja menurut konsep kuantitatif merupakan jumlah seluruh aktiva lancar yang dimiliki perusahaan yang biasa disebut dengan modal kerja bruto. Sedangkan menurut konsep kualitatif, modal kerja merupakan jumlah aktiva lancar dikurang hutang lancar yang biasa disebut dengan modal kerja netto. Kemudian pengertian modal kerja berdasarkan konsep fungsional merupakan konsep mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan.
25
3.
Jenis-jenis Modal Kerja Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum
tentu sama, hal ini disebabkan oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu dikarenakan permintaan musiman. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga bisa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Menurut Sutrisno (2000 : 45) modal kerja bisa dikelompokkan menjadi dua jenis sebagai berikut : a. Modal Kerja Permanen Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yakni : 1) Modal Kerja Primer Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi. 2) Modal Kerja Normal Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan.
26
b. Modal Kerja Variabel Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari : 1) Modal Kerja Musiman Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biscuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya. 2) Modal Kerja Siklis Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtor. 3) Modal Kerja Darurat Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaankeadaan yang terjadi di laur kemampuan perusahaan. Dari dua jenis modal kerja yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan, yaitu modal kerja yang ada di perusahaan digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan untuk menjalankan kegiatan-kegiatannya dan dikelola dengan baik sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
27
4.
Kebijaksanaan Modal Kerja Dalam memenuhi modal kerja dipilih dari sumber dana berjangka
panjang atau sumber dana berjangka pendek. Masing-masing alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan. Modal kerja pada dasarnya adalah dana yang masa perputarannya berjangka pendek, tapi karena ada dana (modal kerja) yang selalu harus ada dalam perusahaan (modal kerja permanen) artinya dana tersebut harus ada dalam jangka panjang, maka perlu kebijaksanaan untuk mencari sumber pembelanjaan sehingga diperoleh biaya dana yang paling murah. Menurut Sutrisno (2000 : 46) kebijaksanaan modal kerja yang biasanya di ambil oleh perusahaan adalah : a. Kebijaksanaan Konservatif Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber jangka pendek. Dalam kebijakan ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Kebijaksanaan ini disebut konservatif (hati-hati), karena sumber dana jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang lama, sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan kembali artinya perusahaan mempunyai tingkat keamanan atau margin of safety yang besar. Risikonya apabila kebutuhan modal kerja variabel
28
kecil
akan
mengakibatkan
adanya
dana
menganggur.
Dana
menganggur ini akan ditanamkan ke dalam surat berharga berjangka pendek. b. Kebijaksanaan Moderat atau Hedging Pada kebijakan atau startegi pendanaan ini perusahaan membiayai setiap aktiva dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka perputaran aktiva tersebut. Artinya aktiva yang bersifat permanen yakni aktiva tetap dan modal kerja permanen akan didanai dengan sumber dana jangka panjang dan aktiva yang bersifat variabel atau modal kerja variabel akan didanai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan dengan lamanya dana tersebut diperlukan. Bila dana yang diperlukan hanya untuk jangka pendek maka sebaiknya didanai dengan sumber dana jangka pendek, demikian pula kalau dana tersebut diperlukan untuk jangka panjang maka sebaiknya didanai dengan sumber dana jangka panjang. Dengan demikian resiko yang dihadapi hanya berupa terjadinya penyimpangan aliras kas yang diharapkan. Oleh karena itu kesulitan yang dihadapi adalah memperkirakan jangka waktu skedul arus kas bersih dan pembayaran hutang, yang selalu terdapat unsur ketidakpastian. Dan pada kebijakan ini akan muncul trade-off antara profitabilitas dan resiko. Semakin besar margin of safety yang ditentukan untuk menutup penyimpangan arus kas bersih semakin
29
aman bagi perusahaan, tetapi harus menyediakan dana yang jangka waktunya melebihi kebutuhan dana yang akan digunakan, akibatnya akan terjadi dana menganggur dan hal ini akan menurunkan profitabilitas. Dengan kata lain bila resiko rendah akan mengakibatkan profitabilitas juga rendah. c. Kebijakan Agresif Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor keamanan sehingga margin of safety nya sangat besar, tetapi tentunya akan mengakibatkan tingkat profitabilitas menjadi rendah. Sebaliknya dengan kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung risiko yang cukup besar, sedangkan trade-off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang lebih besar.
Dari ketiga kebijakan modal kerja di atas dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing
kebijaksanaan
tersebut
memiliki
perbedaan
dalam
menggunakan sumber dana jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini mengakibatkan perbedaan margin of safety dan risiko yang akan dihadapi. Semakin tinggi risiko maka profitabilitas juga tinggi, sebaliknya bila risiko rendah akan mengakibatkan profitabilitas juga rendah.
30
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut Kasmir (2010 : 254-256), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja, yaitu : a. Jenis perusahaan Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu : perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Diperusahaan industri, investasi dalam bidang kas, piutang, dan sediaan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya. b. Syarat kredit Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit. Penjualan barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada konsumen
31
untuk membeli barang dengan cara pembayaran diangsur (dicicil) beberapa kali untuk jangka waktu tertentu. c. Waktu produksi Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan. d. Tingkat perputaran persediaan Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran sediaan yang cukup tinggi agar memperkecil risiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan sediaan.
E. Likuiditas Perusahaan Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Arief dan Eddy,2008 :61). Menurut Sutrisno (2000 : 15) likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, 32
oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditur jangka pendek serta, mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih. Munawir (2004 : 31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi. Untuk menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan, dapat digunakan rasio likuiditas. : “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo”. (Munawir 2005 : 71). Sedangkan menurut
Lukman Syamsuddin
(2007:41) adalah “kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia”. Secara umum rasio likuiditas terdiri dari: 1.
Current Ratio atau rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun).
33
Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lainnya. Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, serta utang jangka pendek lainnya. ( Kasmir, 2010 : 134 – 135)
Adapun formulasi dari current ratio (CR) adalah sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar 2.
Quick Ratio
Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir 2004: 74). Rasio ini merupakan ukuran kemampuan ukuran kemampuan perusahaan
dalam
memperhitungkan
memenuhi persediaan,
kewajibannya karena
dengan
menganggap
tidak
persediaan
memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan. Adapun formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut : Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = Hutang Lancar
34
F. Profitabilitas 1.
Pengertian Profitabilitas Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba profityang
cukup besar untuk mengembangkan usahanya. Semakin besar jumlah pendapatan yang diterima dan semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka akan semakin besar pula laba profit yang diperoleh perusahaan, namun laba yang semakin besar belum merupakan ukuran efisiensi terhadap usaha yang dilakukan. Menurut Hanafi dan Halim (dalam Supriyati dan Rolinda, 2007:109) profitabilitas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas), baik dalam hubungan penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektifitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Menurut Munawir (2004 :33) profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Profitabilitas
suatu
perusahaan
diukur
dengan
kesuksesan
perusahaan dan kemampuan menggunakan secara produktif. Dari
sekian
pendapat
diatas,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
profitabilitas dapat juga disebut dengan profitabilitas yang artinya, prestasi yang dicapai oleh perusahaan dan dinyatakan dalam persentase, setelah dibandingkan antara hasil yang dicapai dengan modal yang digunakan. Semakin besar presentasinya maka semakin tinggi persentase keuangan perusahaan tersebut, demikian sebaliknya. Profitabilitas merupakan tolak
35
ukur dari perusahaan untuk mengukur efisiensi modal guna mencapai keuntungan.
2.
Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan hasil bersih dadi sejumlah kebijakan dan
keputusan persahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui kegiatan perusahaan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk melangsungkan hidup perusahaan, suatu perusahaan harus berada dalam keasaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Menurut Harahap (2007 : 304) menyatakan bahwa : “rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Jika hasil yang diharapkan lebih besar daripada hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan menguntungkan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Beberapa rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
36
a. Net Profit Margin (NPM) Net Profit margin (margin laba bersih) merupakan rasio yang membandingkan tingkat keuntungan (laba) dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi margin laba bersih semakin baik bagi perusahaan. Dengan ukuran ini dapat diketahui keberhasilan suatu perusahaan dalam kaitannya dengan pendapatan atau keuntungan penjualan. Laba Bersih Setelah Pajak NPM =
x 100% Penjualan bersih
b. Return On Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengolahan asset yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Laba Bersih Setelah Pajak ROA =
x 100% Total Aktiva
c. Return On Equity (ROE) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Laba Bersih Setelah Pajak ROE =
x 100% Modal Sendiri
37
Secara umum yang dipakai dalam pengukuran dari rasio profitabilitas adalah Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Tetapi disini yang akan dipakai untuk menentukan tingkat profitabilitas adalah Return On Assets (ROA) yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan.
G. Hubungan Modal Kerja dan Likuiditas dengan Profitabilitas 1.
Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Seperti diketahui bahwa salah satu nilai penting dari likuiditas
perusahaan adalah untuk memenuhi sejumlah dana yang diperlukan pada saat dibutuhkan. Ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya akan mempengaruhi aktivitas usahanya. Sementara itu dalam manajemen modal kerja kebutuhan dana juga merupakan bagian penting, baik dalam hal penyediaan dana maupun penggunaan dana yang berkaitan dengan aktivitas usaha. Oleh karena itu, terdapat hubungan erat antara likuiditas dan modal kerja (Kasmir, 2010 : 215). Adanya modal kerja yang cukup, sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang, karena dengan modal kerja yang memadai akan memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien. Jika perusahaan kekurangan modal kerja maka perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas. Namun, jika modal kerja
38
yang tersedia berlebihan dibandingkan kebutuhannya, berarti ada penggunaan dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan (laba) telah disia-siakan (Agus Sartono, 2001). Modal kerja menggambarkan tentang indikasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat waktu, mendukung tingkat penjualan yang sesuai, serta kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
2.
Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar likuiditas perusahaan. Rasio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio utang dalam sebuah laporan keuangan menunjukkan seberapa besar aset yang dibiayai dengan hutang. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang (Horne dan Wachowicz, 2009:210). Dengan mengetahui seberapa besar persentase utang yang dimiliki, perusahaan dapat mencegah terjadinya gagal bayar. Semakin besar rasio lancar, maka menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukkan perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva
39
memiliki dua efek yang sangat berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan semakin baik. Namun di sisi lain, perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba, karena dana yang seharusnya digunakan untuk investasi yang menguntungkan perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi likuiditas. Semakin besar rasio ini, semakin besar likuiditas perusahaan. Menurut Van Horne, dan Wachowicz (2009:323) likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan profitabilitas. Maksudnya, semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah.
H. Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tahun
Nama
Judul
Hasil Penelitian
2009
Nurhafni
Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity Perusahaan Consumer Goods Industry Di Bursa Efek Indonesia
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity perusahaan consumer goods industry di Bursa Efek Indonesia secara parsial. Nilai thitung modal kerja sebesar 5,648 sedangkan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% adaalah 1,645. Sedangkan nilai thitung perputaran modal kerja sebesar 2,038 dengan nilai ttabel sebesar 1,645. Hasil uji F atau secara simultan diperoleh bahwa variabel modal kerja dan perputaran modal kerja secara bersama-sama mempengaruhi return on equity secara signifikan. Nilai Fhitung sebesar 20,594 sedangkan nilai Ftabel sebesar 3,05.
40
2010
2011
Aminatuzzahra Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di BEI Periode 2005-2009)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CR, DER, TAT, NPM secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2009 pada tingkat signifikansi kurang dari 5% (masingmasing sebesar 0,000). Sementara secara simultan (CR, DER, TAT, dan NPM) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI pada tingkat signifikansi kurang dari 5% yaitu sebesar 0,000.Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap ROE sebesar 97,9% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R Square sebesar 97,9%, sedangkan sisanya 2,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Rentabilitas (Studi Kasus Pada PT. Semen Bosowa Maros)
Dari hasil pengujian statistiknilai t, variabel modal kerja memiliki pengaruh siginifikan positif terhadap rentabilitas, namun memiliki pengaruh signifikan negatif atau berbanding terbalik pada variabel likuiditas terhadap rentabilitas. Sedangkan hasil uji f atau secara simultan diperoleh bahwa variabel modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama mempengaruhi rentabilitas secara signifikan. Dari hasil perhitungan analisis korelasi ,diperoleh R = 0,777 artinya korelasi antara variabel modal kerja dan likuiditas terhadap rentabilitas sebesar 0,777. Hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara ketiga variabel tersebut. Sedangka hasil perhitungan analisis determinasi ,diperoleh R2 = 0,603 Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 60 % Rentabilitas (ROA) dari PT Semen Bosowa Maros dipengaruhi oleh variasi dari kedua variabel independen yang digunakan, yaitu modal kerja ( X1) dan likuiditas ( X2)dan sisanya sebesar 40 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian.
Mirnawati
41
2011
Meilinda
Analisis Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt To Equity Ratio, Sales Dan Size Terhadap ROA (Return On Asset)
Pada hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya penyimpangan asumsi klasik, hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk digunakan model regresi linier berganda. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : variabel Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, variabel Total Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, variabel Sales berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, dan variabel Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Persamaan regresi yang diperoleh adalah ROA = 1,660 – 5,142 + 7,557 TATO – 5,408 DER + 0,274 SALES + 0,616 SIZE. Besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 32,5% yang artinya 32,5% ROA dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 67,5%diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan di dalam penelitian.
42
2012
Sussy
Pengaruh Likuiditas dan Rasio Modal Kerja Terhadap ROA (Return On Assets) Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2009
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 23 perusahaan Real Estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan periode 2008-2009. Data Current Ratio, Quick Ratio, Net Working To Total Assets Ratio dan Return On Assets dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Secara simultan variabel Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Net Working To Total Assets Ratio (NWTTAR) berpengaruh terhadap Return On Assets. Secara parsial variabel CR dan OR tidak berpengaruh terhadap Return On Assets. Variabel yang berpengaruh secara parsial terhadap Return On Assets adalah Net Working To Total Assets Ratio (NWTTAR).
I. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang telah diuraikan di awal, maka kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar dibawah ini : Modal Kerja
Current Ratio
Return On Asset
Modal Kerja & Current Ratio n Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
43
J. Hipotesis Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
penelitian
yang
keberadaannya harus teruji secara empiris (uji statistik). Hipotesis memberikan keterangan sementaranya mengenai fenomena yang diteliti, dalam hal ini adalah pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bentuk hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah dalam skripsi ini adalah hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Adapun rumusan hipotesis berkaitan dengan uji yang dilakukan secara simultan dengan F-test dan secara individu (parsial) dengan t-test, maka hipotesis yang diajukan dalam uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut: H1
: Modal kerja berpengaruh signifikan terhadap return on asset
H2
:
H3
:
Current ratio berpengaruh signifikan terhadap return on asset Modal kerja dan current ratio secara simultan berpengaruh
terhadap return on asset
44