10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Fungsi Bank Syariah Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary (Nurul Huda, 2012:9). Adapun bank syariah dengan beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat fungsi ( Yaya, dkk., 2012:54 ), yaitu : 1.
Fungsi manajer investasi, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.
2.
Fungsi investor, bank syariah dalam penyaluran dana berfungsi sebagai investor (pemilik dana).
3.
Fungsi sosial, bank syariah mempunyai dua instrumen dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak, Sadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) dan instrumen qardhul hasan. Dengan adanya fungsi sosial bank syariah bertindak sebagai pengelola (menghimpun dan menyalurkan) dua instrumen tersebut.
4.
Fungsi jasa keuangan, dalam fungsi ini bank syariah memberikan layanan seperti kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain sebagainya.
11
B.
Kegiatan/Operasional Bank Syariah Berdasarkan fungsi bank syariah di atas, maka bank syariah menjalankan
operasionalnya dengan melakukan kegiatan yang meliputi tiga hal, yakni; a. penghimpunan dana, b. penyaluran dana dan, c. produk jasa (Muhammad dan Suwiknyo, 2009:13). a.
Penghimpunan dana Dalam mengimpun dana, bank syariah menawarkan beberapa produk yaitu berupa simpanan yang dibagi dalam dua prinsip, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah (Muhammad, 2009:13). 1)
Prinsip Wadiah Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan (Nurhayati dan Wasiah 2011:238). Menurut Yaya, dkk (2012:59) wadiah dibagi atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanah dan wadiah yad-amanah. Wadiah yaddhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan, apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan. Prinsip wadiah yad-dhamanah ini yang biasanya digunakan dalam perbankan syariah pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan.
12
Sedangkan
wadiah
yad-amanah,
yaitu
wadiah
dimana
uang/barang yang ditipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut (Nurhayati dan Wasilah 2011:239). 2)
Prinsip Mudharabah Menurut Muhammad dan Suwiknyo (2009:56) mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pengelola dana. Menurut Adiwarman Karim (2011: 205 - 206), terdapat dua jenis mudharabah pendanaan, yaitu mudharabah muthlaqahdan mudharabah muqayyadah. -
Mudharabah muthlaqah, di mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada bank dalam pengelolaan investasinya (investasi tidak terikat).
-
Mudharabah muqayyadah, dimana pemilik dana memberikan batasan kepada bank antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha (investasi terikat).
b.
Penyaluran dana Menurut Muhammad dan Suwiknyo (2009:17) produk penyaluran dana di bank syariah dikembangkan dengan tiga model, yaitu (1) transaksi
13
pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli; (2) transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa; dan (3) transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
1)
Prinsip jual beli Prinsip jual beli dikembangkan menjadi beberapa bentuk akad pembiayaan, yaitu murabahah, salam, dan istishna’(Harahap, dkk., 2005:11). a)
Pembiayaan murabahah Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Nurhayati dan Wasilah 2011:160). Pada pembiayaan dengan skema murabahah, bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, skema ini digunakan oleh bank untuk nasabah yang hendak memilik suatu barang tetapi tidak memiliki uang pada saat pembelian.
b)
Pembiayaan salam Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari oleh muslam illihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu (Muhammad dan Suwiknyo, 2009:48).Menurut Sofyan, dkk (2005:153) jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
14
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. Sekilas, transaksisalam mirip dengan transaksi ijon, akan tetapi salam tidak sama dengan transaksi ijon karena barang barang baru diserahkan di kemudian hari, harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi (Nurhayati dan Wasilah, 2011:188). Menurut Taufik (2010:99) umumnya transaksi ini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian komoditi pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali. c)
Pembiayaan istishna’ Pembiayaan
dengan
akad
istishna’
pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan
adalah
akad
pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’) (Soemitra, 2010:81). Menurut Slamet, dkk ( 2012:161 ) jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub-kontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna’ paralel. Menurut Karim (2011:100) produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
15
Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi (Karim, 2011:100). 2)
Prinsip sewa Salah satu bentuk penyaluran dana yang diberikan bank syariah adalah dengan menggunakan prinsip sewa yang dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu ijarah dan ijarah muntahia bittamlik (Harahap, dkk., 2005:248). a)
Ijarah Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu asset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa ( ujrah ) tanpa di ikuti dengan pemindahan kepemilikan asset itu sendiri. ( Slamet 2012 :215 ). Menurut Karim (20011:147) jenis barang/jasa yang dapat disewakan, yaitu: (i) barang modal: aset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor, ruko, dan lain-lain; (ii) barang produksi: mesin, alatalat berat, dan lain-lain; (iii) barang kendaraan transportasi: darat, laut, dan udara; (iv) jasa untuk membayar ongkos: uang sekolah/kuliah, tenaga kerja, hotel, angkut dan transportasi, dan sebagainya.
b)
Ijarah muntahiya bittamlik Ijarah muntahiya bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa (Yusuf dan Wiroso, 2007:133). Berdasarkan PSAK 107 (IAI, 2009:107.2), ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) merupakan ijarah dengan wa’ad (janji) perpindahan kepemilikan aset yang di-ijarah-kan pada saat tertentu.
16
3)
Prinsip bagi hasil Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas dua prinsip bagi hasil, yaitu (1) pembiayaan musyarakah, dan (2) pembiayaan mudharabah (Karim,2011:101-103). a)
Pembiayaan musyarakah Dewan
syariah
Nasional
MUI
dan
PSAK
No.
106
mendefinisikan musyarakahsebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana (Nurhayati dan Wasilah, 2011:134). Menurut Karim (2011:102) secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit-worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Menurut (Yaya, dkk 2012:150) berdasarkan perbedaan peran dan tanggung jawab para mitra yang terlibat, musyarakah dapat diklasifikasikan musyarakah
atas
wujuh,
musyarakah dan
inan,
musyarakah
musyarakah
abdan,
muwafadhah.
Praktik
musyarakah dalam dunia perbankan umumnya didasarkan atas konsep musyarakah inan (Yaya, dkk., 2012:150). Syirkah inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan komposisi pihak yang
17
terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan (Nurhayati dan Wasilah, 2011:137). b)
Pembiayaan mudharabah Menurut Yusuf dan Wiroso (2007:138)pembiayaan mudharabah adalah suatu akad kerja sama kemitraan antara penyedia dana usaha (shahibul maal/rabulmal) dengan pengelola dana/ manajemen usaha (mudharib) untuk memperoleh hasil usaha dengan pembagian hasil usaha sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama pada awal. Adapun selain mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah terdapat mudharabah musytarakah. Pembiayaan dengan akad mudharabah musytarakah terjadi pada saat bank menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana (Nurhayati dan Wasilah, 2011:115).
C.
Akad Murabahah dan Mudharabah di Bank Syariah a. Tinjauan Syariah atas Akad Murabahah dan Mudharabah a.
Pengertian akad Murabahah dan Mudharabah Kata Mudharabah berasal dari perkataan ”dharb” yang berarti “usaha di atas bumi”. Dikatakan demikian karena mudharib adalah pengelola untuk berbagi hasil atas tenaga dan usahanya. Menurut Istilah: Al-Mudharabah adalah suatu akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik modal (shahibul māl atau rabbul māl) menyediakan seluruh 100% modal, sedangkan pihak kedua sebagi pengusaha (mudharib) menjadi pengelola modal tersebut dan
18
keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut di bagi menurut kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak. Perjanjian
mudharabah
ini
sedikit
berbeda
dengan
perjanjian
musyarakah, dalam musyarakah dilakukan dengan sistem bagi hasil, namun semua pihak yang melakukan perjanjianmusyarakah berhak untuk turut serta dalam mengambil keputusan manajerial. Sementara dalam mudharabah pihak pemodal tidak diberi peran dalam manajemen perusahaan. Sedangkan Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh
penjual
dan
pembeli.
Pembayaran
atas
akad
jual
beli Murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Hal inilah yang membedakan Murabahah dengan jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada
pembeli harga barangpokok yang
dijualnya serta jumlah keuntungan yang diperoleh. b.
Landasan syariah atas akad Murabahah 1. Al-Qur’an Firman Allah QS. An-Nissa’ : 29
َﯾَﺎ أَﯾُّﮭَﺎ اﻟَّﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا ﻻ ﺗَﺄْﻛُﻠُﻮا َأﻣْﻮَاﻟَﻜُﻢْ َﺑﯿْﻨَﻜُﻢْ ﺑِﺎ ْﻟﺒَﺎﻃِﻞِ إِﻻ أَنْ ﺗَﻜُﻮن ْﺗِﺠَﺎ َرةً ﻋَﻦْ ﺗَﺮَاضٍ ِﻣﻨْﻜُﻢ Terjemahnya: “Haiorang-orangyangberiman janganlah kamu saling memakan harta sesamamudenganjalanyangbatil,kecualidenganjalanperniagaanyangberlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.”
19
Al-Hadits Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasullulah Saw bersabda: “Sesungguhnyajualbeliituharusdilakukansukasamasuka.”(HR.alBaihaqiIbn uMajahda Shah menurutIbnuHibban). c.
Landasan syariah atas akad Mudharabah Secaraumum, landasan syariah al-mudharabah lebih menccerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut:
2. Al-Quran :وَآﺧَﺮُونَ ﯾَﻀْﺮِﺑُﻮنَ ﻓِﻲ ا ْﻟﺄَرْضِ ﯾَﺒْﺘَﻐُﻮنَ ﻣِﻦْ َﻓﻀْﻞِ اﻟﻠﱠﮫِ (ﺳﻮرة اﻟﻤﺰﻣﻞ20(
(dandariorang-orangyangberjalan di muka bumi mencari sebagian karuniaAllahSwt.(QS. Al-Muzammil: 20). :ﻓَﺈِذَا ﻗُﻀِﯿَﺖِ اﻟﺼﱠﻼةُ ﻓَﺎﻧْ َﺘﺸِﺮُوا ﻓِﻲ ا ْﻟﺄَرْضِ وَاﺑْﺘَﻐُﻮا ﻣِﻦْ َﻓﻀْﻞِ اﻟﻠﱠﮫِ )ﺳﻮرة اﻟﺠﻤﻌﺔ10(
(Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dancarilahkaruniaAllah swt (QS. Al-Jum’ah: 10). :ﻋﻠَﯿْﻜُﻢْ ﺟُﻨَﺎحٌ أَنْ ﺗَﺒْﺘَﻐُﻮا َﻓﻀْﻼً ﻣِﻦْ رَﺑﱢﻜُﻢْ )ﺳﻮرة اﻟﺒﻘﺮة َ َﻟَﯿْﺲ198
(Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu…(QS. Al-Baqarah: 198).
Hadits: ﻛﺎن اﻟﻌﺒﺎس ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻤﻄﻠﺐ إذا دﻓﻊ ﻣﺎﻻ ﻣﻀﺎرﺑﺔ اﺷﺘﺮط ﻋﻠﻰ ﺻﺎﺣﺒﮫ أن:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل ﻻ ﯾﺴﻠﻚ ﺑﮫ ﺑﺤﺮا وﻻ ﯾﻨﺰل ﺑﮫ وادﯾﺎ وﻻ ﯾﺸﺘﺮي ﺑﮫ ذات ﻛﺒﺪ رﻃﺒﺔ ﻓﺈن ﻓﻌﻞ ﻓﮭﻮ ﺿﺎﻣﻦ ﻓﺮﻓﻊ ﺷﺮﻃﮫ إﻟﻰ : )أﺧﺮﺟﮫ اﻟﺒﯿﮭﻘﻲ ﺑﺤﺪﯾﺚ رﻗﻢ،رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﺄﺟﺎزه11391)
(Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw, dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Al-Baihaqi, No. 11391).
20
ﻋﻦ ﺻﺎﻟﺢ ﺑﻦ ﺻﮭﯿﺐ ﻋﻦ أﺑﯿﮫ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﺛﻼث ﻓﯿﮭﻦ اﻟﺒﺮﻛﺔ : )أﺧﺮﺟﮫ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﮫ ﺑﺤﺪﯾﺚ رﻗﻢ.اﻟﺒﯿﻊ إﻟﻰ أﺟﻞ واﻟﻤﻘﺎرﺿﺔ وأﺧﻼط اﻟﺒﺮ ﺑﺎﻟﺸﻌﯿﺮ ﻟﻠﺒﯿﺖ ﻻ ﻟﻠﺒﯿﻊ2289)
(Dari Salih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jaul-beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (HR. Ibn Majah, No. 2289). d.
Skema Murabahah Suatu akad yang menjual barang dengan harga (modal) nya yang diketahui kedua belah pihak yg bertransaksi (penjual dan pembeli) dengan keuntungan yang diketahui keduanya. Gambar 2.1 Skema Murabahah
Sumber : fikih-ekonomi-syariat/mengenal-jual-beli-murabahah.html
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli murabahah KPP(Kepada Pemesanan Pembelian) ini terdiri dari: 1.
Ada tiga pihak yang terkait yaitu:
a.
Pemesan(nasabah)
b. Penjual barang c.
Lembaga keuangan
21
2.
Ada dua akad transaksi yaitu:
a.
Akad dari penjual barang kepada lembaga keuangan.
b.
Akad dari lembaga keuangan kepada pemesan.
3.
Ada tiga janji yaitu:
a.
Janji dari lembaga keuangan untuk membeli barang.
b. Janji mengikat dari lembaga keuangan untuk membeli barang untuk nasabah. c.
Janji mengikat dari pemohon (nasabah) untuk membeli barang tersebut dari lembaga keuangan.
Contoh sederhana murabahah : Seseorang menjual madu dan ia mengatakan, ”Saya jual madu ini dengan harga Rp. 25.000,- dan saya mengambil keuntungan Rp. 5000,-.” Dalam konteks pelaksanaannya di bank syariah, maka nasabah (customer) sebagai pemesan barang kepada pihak bank, bank sebagai pembeli dan membayarnya kepada pihak supplier, kemudian pihak bank menyerahkan barang pesanan nasabah dengan tingkat margin yang telah disepakati ketika akad, lalu nasabah membayar harga barang kepada pihak bank secara tunai atau pun kredit/ cicilan. e.
Skema mudharabah Akad kerjasama antara Shahibul Mal (pemilik modal) dengan
mudharib (yang mempunyai keahlian) untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan bersama, jika terjadi kerugian ditanggung shahibul mal (pemilik modal).
22
Gambar 2.2 Skema Mudharabah
·
·
Sumber : PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Contohnya :
Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pengusaha untuk diusahakan dalam lapangan perniagaan, dengan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara dua belah pihak yaitu shahibul mal dan mudharib. Contoh praktek di bank Seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah, dimana bank bertindak selaku shahibul maal Sedangkan pihak nasabah, bertindak selaku pengelola (mudharib), dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka dan apabila rugi ditanggung oleh sahibul maal.
23
D.
Penelitian Terdahulu. Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : Tabel 2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
1.
Idawati ( 2011 )
Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi simpanan Mudharabah pada perbnkan syariah di indonesia
2.
M. Showwam Azmi (2008)
3.
Andryani Isna K (2012)
4.
Devita nandasari Rinadi ( 2013 )
Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005-2008 Analisa Pengaruh Return On Asset, BOPO, dan Suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Analisis Bagi Hasil Mudharabah dan Murabahah Yang terdaftear di Bank Indonesia Pada tahun 2009-2012
Variabel Penelitian FDR, CAR, Effective Rate of Return, faktor eksternal (tingkat bunga pinjaman investasi serta inflasi, dan bagi hasil. NPF, FDR, CAR, tingkat inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi, dan bagi hasil.
Metode Analisis
Hasil Penelitian
Regresi Berganda
Hasil pengujian menyatakan bahwa Pengaruh bagi hasil Mudharbah pada bank syariah belum berpengruh besar pada bank syariah di indonesia.
Regresi Linier Berganda
Hasil pengujian menyatakan bahwa kumpulan variabel NPF, FDR, CAR, tingkat inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara simultan dengan bagi hasil simpanan mudharabah.
ROE, BOPO, suku bunga, dan bagi hasil.
Uji t dan Uji F
Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel ROE, BOPO, dan suku bunga berpengaruh secara bersama-sama terhadap bagi hasil deposito mudharabah.
Bagi hasil murabahah dan mudharabah net profit margin
UJi t dan UJi f
Hasil pengujian menyatakan secara simultan berpengaruh terhadap bagi hasil murabahah dan mudharabah yang terdaftara di bank Indonesia.
Sumber : ( Perpustakaan Mercubuana ) E.
Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 1.
Rerangka Pemikiran Bank secara umum adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank syariah merupakan bank yang dalam kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Salah satu
24
kegiatan
utama
perbankan
adalah menghimpun dana dari masyarakat,
adapun sumber dana terdiri dari pihak ke satu (dana modal sendiri), dana pihak kedua (dana pinjaman dari pihak luar), dan dana simpanan dari pihak ketiga (dana dari masyarakat). Sumber dana tersebut terdiri dari simpanan giro, tabungan dan deposito. Seluruh dana yang terhimpun disalurkan dalam
kegiatan
suatu usaha, salah satunya dengan cara pemberian
pembiayaan kepada yang nasabahnya. Profitabilitas ialah kemampuan suatu bank untuk mendapatkan keuntungan, profitabilitas berarti keuntungan yang diperoleh bank yang sebagian besar bersumber pada kredit yang dipinjamkan ”Menurut Muhammad (2005;271) menyatakan bahwa “Berkaitan dengan profitabilitas perbankan syari’ah pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian penting dari aktiva bank, seperti aktiva yang menghasilkan (earning asset) diantaranya pembiayaan yang berprinsipkan bagi hasil (mudharabah), produknya adalah mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (musyarakah) produknya adalah pembiayaan musyarakah, pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli ba’I produk pembiayaannya adalah murabahah, salam dan istisna, pembiayaan berdasarkan sewa menyewa
(ijarah dan ijarah mutahiyah bi
tamlik). Surat surat berharga dan insitusi lainnya tidak memberikan penghasilan ( Non Earning Asset ).”
25
Bagi Hasil Murabahah
Profitabilitas Bagi Hasil Mudharabah
Gambar 2.4 Rerangka Pemikiran 2.
Pengembangan Hipotesis a. Pengaruh Bagi Hasil Murabahah terhadap Profitabilitas Menurut Indrianto dan Bambang Supomo (2009:73) Hipotesis merupakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan posisi yang dapat diuji secara empiris, Untuk itu dalam penelitian ini adalah : Indonesia bukanlah negara islam, tetapi Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Kebutuhan akan penduduknya yang beragama islam akan adanya bank yang menggunakan prinsip Syariah sudah tentu sangat di perlukan, lebih dari itu kesadaran umat islam akan haramnya riba semakin kuat, masyarakat sebagian besar masih meragukan hukum bunga pada bank konvensional. Keraguan ini berakibat pada sikap mereka untuk memanfaatkan jasa – jasa perbankan yang ada saat ini tidak secara maksimal, bank syariah yang pada aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran
26
dananya, memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu bagi hasil dan jual beli. Penyaluran dalam bentuk bagi hasil
pembiayaan biasanya
mendominasi sebagian besar pengalokasian dana bank, sumber pendapatan bank
yang terbesar
ialah
dari
pembiayaan.pembiayaan.
Pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan yang memiliki porsi terbesar pada Bank BUMN Syariah, saat ini.murabahah merupakan prensentase terbesar pada pada keuntungan ( berdasarkan neraca keuangan bni syariah bendungan hilir ) Ha1 : Bagi Hasil Murabahah berpengaruh Positif terhadap Profitabilitas. b. Pengaruh Bagi Hasil Mudharabah terhadap Profitabilitas Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik dasar perbankan syariah, prisip syaiah terbukti mampu bertahan dan memiliki kinerja yang lebih baik serta konsisten dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Fungsi pembiayaan yang di berikan syariah lebih beragam dibandingkan pembiayaan yang di berikan oleh perbankan konvensional. Ha2 : Bagi Hasil Mudharabah berpengaruh positif terhadap Profitabilitas .