BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Investasi Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004. Investasi adalah : “Suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melaui hubungan persagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi.” Menurut Husnan (2007:22), Investasi adalah setiap penggunan dana dengan maksud memperoleh penghasilan. Rose and Marquis (2006:6), menyatakan pengertian dari Investasi : “Expenditure on capital goods or on inventories of goods or raw materials that are used to produce other goods and service, casting future production and income to rise.” Menurut Sunariyah (2011:4) “investasi adalah peneneman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana.” Dengan demikian investasi merupakan penempatan dana pada berbagai aktiva keuangan sebagai upaya untuk meningkatkan modal atau kekayaan, baik melalui investasi pada real asset maupun melalui financial asset dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan optimal dengan resiko minimal dimasa yang akan datang. Investasi pada financial asset umumnya dilakukan melalui pasar modal (capital market) yang pelaksanaanya dilakukan di bursa saham (secondary market) melalui agen, broker, maupun melalui lembaga keuangan yang ditunjuk. Investasi dibagi menjadi dua, yaitu:
13
14
a. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset); aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. b. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial asset); aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh organisasi atau entitas. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah institusi atau perusahaan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : a. Investasi langsung (Direct Investing) Investasi langsung diartikan sebagai suatu kepemilikan surat berharga secara langsung dalam institusi atau perusahaan yang secara resmi telah go public, dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividend dan capital gain. b. Investasi tidak langsung (Indirect Investing) investasi tidak langsung terjadi bila surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (invesment company) yang berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar yang bertindak sebagai perantara (intermediary). Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pialang mendapatkan dividend dan capital gain seperti halnya dalam investasi langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaaan berupa capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara tersebut.
2.1.1. Tujuan Investasi Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Mengacu pada pendapat Tandelilin (2010:7), kesejahteraan dalam hal ini adlaah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai pendapatan masa datang. Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi
15
konsumsinya saat ini akan mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut jika diinvestasikan akan memberikan harapan peningkatan kesejahteraan investor tersebut. Menurut Gitman dan Joehnk (2005) ada beberapa tujuan seseorang melakukan investasi antara lain : a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi. c. Dorongan untuk menghema pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang usaha tertentu.
2.1.2. Risiko Investasi Menurut Gitman (2012:310), risiko (risk) adalah: “A measure of the uncertainty surrounding the return that an investment will earn or, more formally, the variability of return associated with a given asset.” Terdapat beberapa jenis risiko yang akan dihadapi oleh para investor dalam melakukan kegiatan investasi seperti yang dikemukakan oleh Halim (2005:42): A. Risiko Sistematis Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktorfaktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan
16
Risiko sistematis diantaranya: a) Risiko Tingkat Bunga Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Naik turunnya suku bunga perbankan baik deposito, tabungan dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan keputusannya, yaitu jika suku bunga bank mengalami kenaikan maka publik akan menyimpan dananya di bank terjadi penrunan maka publik akan mempergunakan dana tersebut untuk membeli saham. b) Risiko Pasar Risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian. c) Risiko Daya Beli Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi sehingga nilai riil pendapatan menjadi kecil. Daya beli masyarakat mengalami penurunan pada saat inflasi, namun pada saat inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan terjadi peningkatan. d) Risiko Mata Uang Risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain (risiko mata uang, naik turunnya nilai mata uang suatu negara saat dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, seperti dengan Dolar, yen, euro dan lainnya. Apalagi saat itu ada berbagai perusahaan membutuhkan mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya. B. Risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Yang termasuk dalam risiko tidak sistemati adalah : a) Risiko Bisnis
17
Merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten. Perkembangan dalam bidang tren, mode dan dinamika lainnya telah mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan pembelian. b) Risiko Likuiditas Risiko ini berkaitan dengan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. Menyangkut juga kemampuan likuiditas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar gaji karyawan, teknisi, membayar listrik, telepon, dan biaya lainnya.
2.2.
Saham
2.2.1
Pengertian Saham Salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham.
Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa disebut sebagai emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Menurut Hanafi (2012:427) : “Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh pendapatan dari dividen dan capital gain (selisih antara harga jual dan harga beli).” Menurut Darmadji (2006:5) : “Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut.” Di pasar sekunder atau dalam aktiva perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan harga saham terjadi
18
karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Supply dan demand terjadi karena berbagai faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham (kinerja perushaaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak), maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi Negara, kondisi sosialpolitik, maupun rumor-rumor yang berkembang (Darmadji, 2006:13). . 2.2.2. Return saham Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return dapat memberikan motivasi kepada investor dalam menanggung risiko yang dihadapinya dalam berinvestasi juga diimbangi dengan imbalan yang akan diperoleh. Menurut Gitman (2012:311) : “the total gain or loss experienced on an investment over a given period of time: calculated by dividing the asset’s cash distributions during the period, plus change in value, by its begining-of-period investment value.” 2.2.3. Jenis Nilai Saham Menurut Martalena (2011:57), nilai dari suatu saham dapat memiliki empat konsep yaitu : a. Nilai Nominal Merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan akuntansi dan hukum. Nilai ini diperlihatkan pada neraca perusahaan dan merupakan modal disetor penuh dibagi dengan jumlah saham yang sudah diedarkan. b. Nilai Buku per Lembar Saham Menunjukkan nilai aktiva bersih per lembar saham yang merupakan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah lembar saham. c. Nilai Pasar Nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terbentuk di bursa saham. d. Nilai Intrinsik
19
Merupakan harga wajar saham yang mencerminkan harga saham yang sebenarnya. Nilai intrinsik ini merupakan nilai sekarang dari semua arus kas di masa mendatang (yang berasal dari capital gain dan dividen).
2.2.4. Harga Saham Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa. Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa, sehingga sering disebut harga penutupan (closing price). Oleh karena itu, harga saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir pada hari bursa. Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat, sebaliknya pada saat banyak pemilik saham menjual saham yang dimilikinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan (Anoraga, 2006:59). Terdapat beberapa istilah harga saham menurut Darmadji (2006:131): 1.
Previous Price menunjukan harga penutupan sebelumnya.
2.
Open atau opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi satu perdagangan, yaitu pada jam 09.30 WIB
3.
High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu sahan yang terjadi sepanjang hari tersebut.
4.
Low dan Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
5.
Closing Price atau Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham, yaitu pada jam 16.00 WIB.
6.
Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir yang terjadi pada hari tersebut.
2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Alwi (2003:87), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain : 1
Faktor Internal (Lingkungan Mikro)
20
a. Pengumuman
tentang
pemasaran
produksi,
penjualan
seperti
pengiklanan, rinian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b. Pengumuman
pendanaan
(financing
announcements),
seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen dan struktur organisasi. d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. e. Pengumuman
investasi
(investment
announcements),
seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya. f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir ahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal.
2
Faktor Eksternal (Lingkungan Makro) a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman hukum
(legal announcements), seperti
tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
21
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. e. Berbagai isu baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
2.3.
Nilai Tukar Nilai tukar (kurs) dirasakan sangat penting pada saat ini karena perekonomian
dan bisnis telah terjadi terjadi di lintas negara, karena setiap negara memiliki mata uang yang berbeda maka kebutuhan pada pertukuran satuan mata uang semakin penting. Pengertian kurs dikemukakan oleh Samuelson (2004:305) : “Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan.” Dengan kata lain nilai tukar digunakan sebagai alat untuk mengukur harga suatu mata uang atas dasar mata uang lain. Apabila permintaan atas suatu mata uang meningkat atau terjadi penurunan terhadap penawaran akan suatu mata uang, maka exchange rate semakin tinggi. Nilai tukar mata uang suatu negara akan berbeda dengan nilai mata uang asing lainnya ini disebabkan oleh kondisi paritas (perbedaan daya beli) atau secara teori ekonomi, perubahan nilai tukar, tingkat harga dan tingkat suku bunga dikaitkan dengan situasi ekonomi makro negara tersebut hal ini merupakan kondisis paritas internasional. Nilai tukar rupiah per Dolar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah tahunan. Kurs tengah yaitu nilai yang didapat dari penjumlahan antara kurs jual (Selling Rate) dan kurs beli (Buying Rate) kemudian dibagi dua. (www.bi.go.id)
2.3.1. Jenis Kurs Kurs yang ditransaksikan di pasar uang terbagi menjadi tiga jenis. Menurut R. Agus Santono (2001) bahwa jenis kurs dapat dibedakan menjadi tiga transaksi yaitu : a) Kurs beli dan kurs jual
22
Kurs beli (bid rate) adalah kurs dimana bank bersedia untuk membeli suatu mata uang, sedangkan kurs jual (offer rate) adalah kurs yang ditawarkan bank untuk menjual suatu mata uang dan biasanya yang lebih tinggi dari kurs beli. Selisih antara kurs beli dan kurs jual disebut bid offer spread atau trading margin. b) Kurs silang Kurs silang (cross exchange rates) adalah kurs antara dua mata uang yang ditentukan dengan menggunakan mata uang lain sebagai pembanding. Hal ini terjadi karena kedua mata uang tersebut, salah satu atau keduanya, tidak memiliki pasar valuta asing yang aktif, sehingga tidak semua mata uang ditentukan mata uang lainnya. Misalnya, kurs rupiah dalam mata uang korea swedia jarang ditemukan, namun kurs kedua mata uang selalu tersedia dalam US Dolar. Kurs masing-masing mata uang tersebut dapat dibandingkan dalam US Dolar, sehingga dapat ditemukan kurs antara Rupiah dan Korea. c) Kurs spot dan kurs forward Spot exchange rates adalah kurs mata uang dimana mata uang asing dapat dibeli atau dijual dengan penyerahan atau pengiriman pada hari yang sama atau maksimal dalam 48 jam. Forward exchange rates yang ditemukan sekarang untuk pengiriman sejumlah mata uang dimasa mendatang berdasarkan kontrak forward. Nilai tukar Rupiah per Dolar US yang digunakan dalam penelitian ini adlaah nilai kurs tengah. Perhitungan yang digunakan untuk mencari rata-rata kurs tengah Rupiah per Dolar AS bulanan adalah sebagai berikut : 𝐾𝑢𝑟𝑠 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =
𝑘𝑢𝑟𝑠 𝑗𝑢𝑎𝑙 + 𝑘𝑢𝑟𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑖 2
2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan oleh banyak faktor (Sukrino, 2004:402), yaitu: a. Perubahan dalam Citarasa Masyarakat
23
Citarasa masyarakat mepengaruhi corak konsumsi mereka. Maka, perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan permintaan dan penawaran valuta asing. b. Perubahan harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor maupun diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akanmenaikkan ekspor dan apabila harga naik, maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan dalam penawaran dan permintaan terhadap mata uang negara tersebut. c. Kenaikan harga (inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan oleh efek inflasi sebagai berikut : (i) inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari hargaharga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi kecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor
menjadi
lebih
mahal,
oleh
karena
itu
inflasi
berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan terhadap valuta asing bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran terhadap valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot).
24
d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu negara, permintaan terhadap mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara lain. e. Pertumbuhan ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi terhadap nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan terhadap mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara tersebut akan merosot. 2.4.
Suku Bunga
2.4.1. Pengertian Suku Bunga Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah uang yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai presentase dari jumlah yang dipinjamkan. Suku bunga dibagi menjadi dua (Samuelson, 2004:190) yaitu :
25
a. Suku bunga nominal (disebut juga suku bunga uang) adalah suku bunga atas uang dalam ukuran uang. b. Suku bunga riil, dikoreksi karena inflasi dan dihitung sebagai suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi. Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan dividen serta keunutungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas (Bringham, 2001:158). Suku bunga yang dibayarkan kepada penabung tergantung pada : a. Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan modal yang ditanamkan. b. Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut. c. Tingkat inflasi yang diperkirakan.
2.4.1.1. Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian Menurut Sunariyah (2011:82), tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain : a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi. c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan mengontrol tingkat inflasi.
2.4.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan suku bunga yaitu, (Madura, 2003) : A. Pertumbuhan Ekonomi
26
Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung (kondisi perekonomian baik). Pada saat kondisi perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan mengubah strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada permintaan akan uang (permintaan menurun). Permintaan akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun. B. Inflasi Saat tingkat inflasi suatu negara meningkat maka tingkat suku bunga juga akan semakin meningkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan di masa depan harga barang akan semakin naik (expected inflation rate) sehingga masyarakat banyak membeli barang-barang sekarang. Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat akan menurun sehingga muncul permintaan terhadap uang. Naiknya permintaan uang akan menyebabkan tingkat suku bunga meningkat. C. Defisit Anggaran Pemerintah Defisit anggaran merupakan suatu kondisi saat pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Untuk menutupi defisit, pemerintah melakukan peminjaman sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya.
2.4.2. Suku Bunga Bank Indonesia 2.4.2.1. Pengertian BI Rate BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau sinyal kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di
27
pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan (www.bi.go.id). Sedangkan menurut Dahlan Siamat dalam bukunya yang berjudul Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan menyebutkan bahwa: “BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter” (Siamat, 2005:139). Dari pengertian tersebut di atas terlihat jelas bahwa, BI rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI rate tersebut.
2.5.
Inflasi
2.5.1. Pengertian Inflasi Ada beberapa pengertian mengenai inflasi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Menurut Asfia Murni (2006), inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus-menerus. Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004), Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Jadi, dari beberapa pendapat di atas mengenai inflasi, dapat disimpulkan bahwa inflasi yaitu suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat atau ketidaklancaran distribusi barang.
28
2.5.2. Jenis Inflasi Ada beberapa kategori inflasi sebagaimana dikemukakan oleh Nopirin (2003:27), yaitu : Inflasi berdasarkan laju inflasi yaitu : e. Inflasi Merayap (creeping inflation), yaitu inflasi yang ditandai dengan adanya laju inflasi yang sangat rendah yaitu kurang dari 10% pertahun dan kenaikan harga berjalan sangat lambat denga presentase kenaikan yang kecil dalam jangka waktu relatif lama. f. Inflasi Menengah (galloping inflation), yaitu ditandai dengan adanya laju inflasi yang cukup tinggi yaitu di atas 10% sampai dengan 20% pertahun dan kenaikan harga berlangsung cepat dalam waktu relatif singkat. g. Inflasi Tinggi (hyper inflation), yaitu ditandai dengan adanya kenaikan harga secara umum sampai lima atau enam kali dari semula atau di atas 40%. Masyarakat tidak lagi mempunyai kainginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.
2.5.3. Pengukuran Tingkat Inflasi Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat sejak juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar survei biaya hidup (SBH) tahun 2007 yang dilaksanakan oleh badan pusat statistik (BPS). Kemudian BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang dan jasa di setiap kota (Bank Indonesia, 2011).
2.6. Pengaruh Nilai Tukar (IDR/USD), Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Harga Saham Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara yang stabil dapat dilihat dari pendapatan negara tersebut. Semakin banyak orang yang memiliki kelebihan
29
dana tabungan untuk diinvestasikan dalam bentuk surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan harga saham di pasar modal. Berdasarkan hasil pengamatan (Samsul, 2006), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan saham adalah: 1. Kondisi fundamental emiten 2. Hukum permintaan dan penawaran 3. Tingkat suku bunga 4. Kurs valuta asing 5. Inflasi 6. Siklus perekonomian negara 7. News and rumors Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Joven dan Trisnadi (2012). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara parsial tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah secara bersama-sama mempengaruhi IHSG secara signifikan selama krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.
2.6.1. Pengaruh Nilai Tukar (IDR/USD) (𝑿𝟏 ) terhadap Harga Saham (Y) Nilai tukar mata uang asing adalah harga satu satuan uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang diperdagangkan. Bila ingin menukarkan satu mata uang nasional dengan mata uang lain, maka melakukannya berdasarkan nilai tukar yang berlaku (Samuelson, 2004:305). Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya dapat terkena dampak negatif, kenaikan kurs Dolar AS yang tajam terhadap Rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki hutang dalam Dolar AS sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs Dolar AS tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang
30
terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek dan emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga sahamnya (Samsul, 2006). Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Ria dan Hari (2013), bahwa hanya variabel kurs yang memiliki korelasi yang kuat terhadap IHSG sedangkan SBI, Tingkat Inflasi, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng memiliki korelasi yang lemah terhadap IHSG. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar (IDR/USD) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2.6.2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga (𝑿𝟐 ) terhadap Harga Saham (Y) Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam presentase yang ditetapkan oleh bank. Bagi bank, bunga bunga merupakan komponen pendapatan yang paling tinggi. Dari total pendapatan yang diterima ban, sebagian besar diperoleh dari bunga pinjaman. Tingkat suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Karena dengan kenaikan tingkat suku bunga akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akibatnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Sehingga, menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan atau deposito. Sebaliknya, penurunan tingkat suku bunga akan menaikkan harga saham di pasar dan laba bersih per saham, sehingga mendorong harga saham meningkat. Maka, investor akan mengalihkan investasinya di perbankan ke pasar modal. Investor akan memborong saham, sehingga harga saham terdorong naik akibat meningkatnya permintaan saham (Samsul, 2006). Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Fachrudy (2011), bahwa kurs dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
31
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2.6.3. Pengaruh Tingkat Inflasi (𝑿𝟑 ) terhadap Harga Saham (Y) Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen (masyarakat) dan menurunkan daya saing produk nasional yang akibatnya berdampak negatif kepada keputusan investasi di pasar modal. Jika dilihat dari segi perusahaan, inflasi dapat meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Hal ini didukung oleh penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) yang menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Penurunan profitabilitas ini akan menurunkan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham dan pandangan investor terhadap kinerja perusahaan akan memburuk, selanjutnya saham perusahaan akan tidak menarik lagi bagi investor dan hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian Joven dan Trisnadi (2012) membuktikan bahwa secara parsial inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG. Peningkatan harga saham yang tidak diikuti oleh peningkatan penjualan, akan menambah beban operasional perusahaan. Selain itu, daya beli masyarakat yang menurun akan menyebabkan menurunnya permintaan terhadap produk perusahaan yang diikuti oleh penurunan pendapatan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan.