5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Pendapat yang mendukung tentang hasil belajar juga dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Purwanto (2008) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Senada dengan itu, Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Hasil belajar yang diperoleh ketika tes evaluasi diberikan adalah skor perolehan siswa yang berupa aspek kognitif dengan menggunakan alat penilaian berupa butir soal. Aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat diperoleh melalui instrumen tanya jawab, diskusi, presentasi dan aspek psikomotorik yang 5
6
menunjukkan ketrampilan siswa dapat diketahui melalui ketrampilan bertanya, ketrampilan menjawab. Untuk mengetahui besarnya skor hasil belajar dilakukan pengukuran. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:47), pengukuran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberi angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda”. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Instrumen tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kuantitatif, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, siswa diminta untuk menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan siswa, misalnya potensi siswa. Teknik non tes berkaitan dengan kemampuan siswa pada aspek afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes. Menurut Poerwanti, Endang, (2008:3-19), teknik non tes dapat berupa:Endang Poerwanti (2008:3-19 – 3-31) yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 3. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires). 4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)
7
Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya. 5. Task Analysis (Analisis Tugas) Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 6. Checklists dan Rating Scales Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. 7. Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok. Alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ke tercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil dari pengukuran dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi sebagai proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu (Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:51)). Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal),
8
atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Dengan demikian hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari hasil pengukuran tes dan non tes. 2.1.2. pembelajaran IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMK. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (E. Mulyasa, 2007: 125). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Peserta didik di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Manusia, Tempat dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya
9
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) Kesimpulan dari beberapa tujuan IPS yaitu belajar IPS tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari- hari. Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi o leh guru. Dalam penelitian ini menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS di SD sebagai berikut. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas 5 Semester I STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Kemampuan 1.1 Siswa mampu mendeskripsikan masa kejayaan dan mendeskripsikan peninggalan kerajaan Hindu-Buddha (Sriwijaya dan kejayaan masa lalu, Majapahit) dan Islam di Nusantara keragaman kenampakan alam 1.2 Siswa mampu menghargai keragaman suku bangsa dan dan suku bangsa, budaya di Indonesia. serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
10
2.1.3 Model Pembelajaran Picture and Picture Menurut Hamdani (2011:89) model picture and picture adalah model belajar yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Pendapat yang mendukung tentang model Pembelajaran kooperatif picture and picture dikemukakan Suprjiono ( 2009) adalah salah satu metode pembelajaran aktif yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang sistematis, seperti menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar dan menjelaskan gambar. Menurut Syah (2006: 68) bahwa “terkait dengan picture and picture sebagai model pengajaran guru, maka gambar-gambar yang dibuat direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu sebagai salah satu strategi yang digunakan guru. Strategi mengajar ini mencakup beberapa tahapan, seperti: 1) Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM. 2) Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langkah langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan. 3) Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan model picture and picture turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam PBM (Djamarah, 2002; 137). Jadi dapat disimpulkan Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
11
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software. Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut: 1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi
yang
ditangani
dalam
kelompok
kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. 2.1.3.1 Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut :
12
1) Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 2) Menyajikan materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Dalam
perkembangakan
selanjutnya
sebagai
guru
dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu. 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambargambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. 5) Guru
menanyakan
alasan/dasar
pemikiran
urutan
gambar
tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa
13
dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik. 6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan. 7)
Kesimpulan/rangkuman Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture: Kelebihan: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir logis dan sistematis. 3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, 4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik. 5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan: 1. Memakan banyak waktu 2. Banyak siswa yang pasif. 3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. 4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain 5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai Solusinya : 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa dengan seefesien mungkin.
14
2. Dengan berkelompok siswa akan senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain 3. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat mencegah kekacauan yang ada di kelas 4. Dengan bekerjasama menjadikan semua anak bisa aktif bukan pasif.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian oleh Ridwan Mahmud : 2011 dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Metode Picture and Picture pada Siswa Kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Kecamatan NgaliyanKota Semarang. Hasil penelitian
ini menunjukkan rata-rata
keterampilan guru pada siklus I 66,7% dengan kualifikasi baik, pada siklus II menjadi 74,1% dengan kualifikasi baik, dan pada siklus III menjadi 85,2% dengan kualifikasi sangat baik. Hasil rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 68% dengan kualifikasi baik, pada siklus II menjadi 73% dengan kualifikasi baik, dan pada siklus III menjadi 81% dengan kualifikasi baik. Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 68,44 dan ketuntasan belajar klasikal 65,6% dengan kualifikasi tinggi, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi 74,06 dan ketuntasan belajar klasikal 71,9% dengan kualifikasi tinggi, dan pada siklus III ratarata hasil belajar menjadi 78,75 dan ketuntasan belajar klasikal 81,26% dengan klasifikasi sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode picture and picture dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas VA SD Negeri Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Saran yang bisa diberikan adalah metode picture and picture perlu diterapkan dan dikembangkan karena dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Ni’matul Istiqomah : 2010 dengan judul Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Melalui Metode Kooperatif Teknik Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Malang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) metode kooperatif teknik picture and picture meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar rata-rata kognitif pre test pada siklus I sebesar 43,9% dan pada
15
post test sebesar 80,4%. Hasil belajar rata-rata kognitif pada pre test siklus II adalah sebesar 66,9% dan pada post test sebesar 86%. Hasil belajar afektif metode observasi pada siklus I sebesar 70,92% dan pada siklus II meningkat menjadi 79,6%. Pada metode angket afektif siswa yang tuntas sebesar 48,6% dan pada siklus II siswa yang tuntas meningkat menjadi 89,1%. Pada hasil belajar psikomotor metode observasi hasil belajar siswa siklus I sebesar 77,4% dan meningkat menjadi 81,3% pada siklus II. Pada metode angket psikomotor, hasil belajar psikomotor siswa yang belum tuntas menunjukkan persentase sebesar 63,9% dan pada siklus II siswa yang tuntas menunjukkan hasil sebesar 91,7%. Penelitian Fatimah, 2013 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Sains Siswa Kelas V SDN 199/VII Pematag Kolim Kec. Pelawan Kab. Sarolangun”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal aktivitas siswa mencapai 69%, hasil belajar siswa mencapai 64 %, dan persentase aktivitas guru dalam pener apan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picturemencapai 70 %, pada siklus II aktivitas siswa mencapai 73%, hasil belajar siswa mencapai 69 %, dan persentase aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture mencapai 80 %,sedangkan pada siklus III aktivitas siswa mencapai 80% dan hasil belajar siswa mecapai 85% yang mengalami kenaikan sebanyak 16%, persentase aktivitas guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture mencapai 95 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran sains siswa Kelas V SDN 199/VII Pematag Kolim Kec. Pelawan Kab. Sarolangun. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil evaluasi pada tiap siklusnya Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. tetapi tidak semua siswa tuntas dalam pembelajaran, hal ini bukan berarti tidak berhasilnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture tetapi dikarenakan dari faktor siswanya sendiri yang kurang memperhatikan pada saat
16
pembelajaran berlangsung dan juga dalam suasana pembelajaran guru belum melibatkan siswa aktif secara langsung. Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang telah diungkapkan di atas. Penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan pada peningkatan Hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran Picture and picture Siswa Kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati
Semester I/ 2013-2014. Hasil penelitian di atas
menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan melalui beberapa tindakan dan metode berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.
2.2 Kerangka Pikir Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Guru harus dapat menciptakan komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kenyataannya komunikasi dalam proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah. Siswa hanya menerima informasi saja tanpa adanya kegiatan praktek, sehingga membuat siswa menjadi cepat bosan dan mengantuk. Siswa tidak memiliki kreatifitas, tidak mempunyai kesempatan berpartisipasi aktif dalam KBM sehingga prestasi belajar yang dihasilkan rendah.Pada kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM <75 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal. Kondisi seperti ini memerlukan suatu perbaikan, salah satu diantaranya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PP . Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe PP adalah:
1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
17
3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 7) Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Penjelasan secara rinci disajikan melalui gambar 2.1. berikut ini:
18
Pembelajaran IPS : KD 1.4 adalah Siswa dapat menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia Pembelajaran Konvensional
Guru mendominasi PBM
Menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif, ngantuk, melamun dan pembelajaran menjadi kurang efektif Penilaian Hasil Belajar
Tes Formatif Hasil belajar rendah
Sintaks pembelajaran dengan model picture and picture 1.
Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5.
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.
Setiap
anggota
Pembelajaran IPS: KD 1.1 Siswa mampu mendeskripsikan masa kejayaan dan peninggalan kerajaan Hindu-Buddha (Sriwijaya dan Majapahit) dan Islam di Nusantara 1.2 Siswa mampu mendeskripsikan keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/ atlas/globe dan media lainnya. 1.3 Siswa mampu menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.
kelompok
(siswa)
akan
diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam
kelompok
kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media
Guru menjadi fasilitator
gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
Penilaian Proses Belajar
yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi
Tes Formatif
Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar tinggi
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran IPS Melalui Picture and Picture
19
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran tipe picture and picture siswa kelas V SD Negeri Simbaturagung 01 Pati semester I tahun 2013-2014.