perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Menemukan Kalimat Utama dalam Paragraf a. Hakikat Kemampuan Setiap manusia pasti memiliki sesuatu yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada masing-masing individu yaitu kemampuan. Menurut Moeliono (2002: 707) kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu atau dapat melakukan sesuatu. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan suatu kegiatan. Seseorang dikatakan mampu apabila dapat melakukan sesuatu yang harus dilakukannya. Gardon dalam Mulyasa (2002: 39) memiliki pendapat lain mengenai istilah kemampuan. Gardon memandang istilah kemampuan dari sisi skill yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Jadi, seseorang dikatakan mampu apabila memiliki skill tersebut. Sejalan dengan pendapat Gardon, Robbins (2008: 57) mengatakan bahwa “kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam suatu pekerjaan”. Jika kapasitas individu untuk melaksanakan tugas tersebut rendah, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan individu tersebut juga rendah. Menurut Desmita (2010: 257) kemampuan (ability) merupakan istilah yang berkenaan dengan sebuah potensi yang dimiliki seseorang. Potensi yang dimaksud adalah bakat seseorang yang dibawa sejak lahir atau bakat yang dipelajari untuk menguasai suatu keterampilan. Woodworth
dan
Manquis
dalam
Suryabrata
(2002:
161)
menyebutkan bahwa kemampuan (ability) dapat diukur dari tiga sisi, yaitu anchievement yang merupakan actual ability yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu, capacity yang merupakan potential ability
7
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 yang dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dan aptitude yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Para ahli di atas memiliki kesamaan pandangan tentang istilah kemampuan.
Kemampuan merupakan sesuatu
yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan kegiatan dan sesuatu tersebut dapat diukur melalui berbagai cara, baik melalui tes maupun non tes. Kemampuan tidak selalu dibawa sejak lahir. Ada kemampuan-kemampuan yang dapat dipelajari, misalnya kemampuan berbicara, membaca, ataupun menulis. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang yang memungkinkan orang tersebut untuk melakukan dan menguasai suatu keterampilan.
b. Hakikat Menemukan Kalimat Utama dalam Paragraf Tujuan pembelajaran dari kompetensi dasar menemukan kalimat utama dalam paragraf melalui membaca intensif adalah siswa dapat menemukan isi dari teks bacaan. Seorang pembaca dapat menemukan isi sebuah wacana (artikel) dengan menemukan kalimat utama dan ide-ide pokok yang terdapat pada setiap paragraf. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka pemahaman wacana/bacaan dimulai dari pemahaman paragraf. 1) Pengertian Paragraf Paragraf merupakan bagian dari suatu wacana/teks bacaan. Menurut Keraf (2004) paragraf disebut juga alinea, “alinea tidak lain adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat” (hlm. 69). Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat
yang
bertalian
dalam
suatu
rangkaian
untuk
membentuk sebuah gagasan. Dalam paragraf tersebut, gagasan akan menjadi jelas jika diberi uraian-uraian tambahan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Senada dengan pendapat Keraf di atas, Rohmadi dan Nasucha (2010: 20) berpendapat bahwa paragraf merupakan kumpulan kalimat yang berisi sebuah gagasan pokok yang dikembangkan untuk membentuk sebuah informasi atau pesan yang utuh dan padu. Wishon dan Burks (1980: 369) juga menyatakan bahwa “the paragraph is usually a series of sentences that develops one topic”. Hal ini memiliki arti bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang mengembangkan sebuah topik. Burhan dan Misdan (1983: 113) menyatakan, “Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara logis sistematik yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.” (hlm. 113). Selanjutnya, Burhan dan Misdan juga menjelaskan bahwa suatu paragraf yang baik kalimat-kalimatnya harus kompak dan bertema. Kompak artinya, antara kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut harus terlihat adanya kesinambungan, baik secara eksplisit maupun secara implisit. Bertema maksudnya, dalam paragraf tersebut tersimpul adanya sebuah maksud. Pada umumnya maksud tersebut tersirat dalam kalimat utama. Sedangkan menurut Widjono Hs. (2012: 222), paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai topik. Selain itu, paragraf juga memiliki pikiran penjelas sebagai pendukung dan pengendali pengembangan topik, kemudian diakhiri dengan kalimat kesimpulan. Selanjutnya, Ramlan (1993) menyebutkan bahwa “paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat, atau dengan kata lain merupakan kumpulan dari sejumlah kalimat meskipun ada juga yang hanya terdiri dari satu kalimat atau satu kata” (hlm. 1). Sejumlah kalimat tersebut saling kaitmengkait sehingga membentuk satu kesatuan yang disebut paragraf.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 Paragraf merupakan satuan informasi yang memiliki ide pokok sebagai pengendalinya. Berdasarkan
pendapat
beberapa
ahli
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa paragraf adalah himpunan dari kalimat-kalimat yang berkaitan dalam rangkaian untuk membentuk sebuah ide/gagasan. Dalam sebuah paragraf paling sedikit terdiri dari dua macam kalimat, yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas.
2) Pengertian Kalimat Utama Winarni (2010) menyebutkan bahwa “kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan (hlm. 40). Sedangkan menurut Keraf (1984: 141), “kalimat adalah satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan”. Selanjutnya, menurut Arifin dan Tasai (2000: 58), kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering ditemukan bahwa suatu paragraph berisi lebih dari lima kalimat. Meskipun paragraf tersebut mengandung beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat tersebut yang membahas permasalahan lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu. Di antara kalimat-kalimat tersebut ada yang berfungsi sebagai kalimat utama dan kalimat penjelas. Kalimat utama merupakan kalimat yang di dalamnya terdapat ide-ide pokok. Kalimat utama bisa terdapat di awal, di akhir, ataupun di awal dan di akhir paragraf. Keraf (2004) menyatakan,
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 “Kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari gagasan yang dikembangkan dalam paragraf” (hlm. 78). Jadi, dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Rusmiyati, dkk (2004) menyatakan, “Pada paragraf itu terdapat kalimat utama. Kalimat utama itu dapat menjadi inti dari paragraf. Kalimat utama dapat berada pada awal paragraf. Kalimat utama juga dapat berada di akhir paragraf” (hlm. 26). Rusmiyati, dkk juga berpendapat bahwa sebuah kalimat dapat dikatakan kalimat utama karena kalimat tersebut yang menjiwai keseluruhan dalam sebuah paragraf. Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan menyebutkan bahwa dalam setiap paragraf terdapat gagasan utama, kalimat utama, dan kalimat penjelas (1999: 144). Kalimat utama adalah kalimat yang menyatakan sebuah gagasan. Gagasan itulah yang merangkum seluruh isi kalimat dalam paragraf tersebut. Hanya pada paragraf-paragraf tertentu kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah. Sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat yang mengandung gagasan penjelas. Arifin dan Tasai (2000: 121) menjelaskan bahwa struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya. Arifin dan Tasai juga menyebutkan bahwa kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakkan inti permasalahannya pada kalimat topik. Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik, paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat utama. Kalimat utama merupakan realisasi dari ide pokok yang berupa pernyataan atau kalimat yang terletak di awal dan di akhir
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 paragraf. Kalimat utama merupakan kalimat inti yang digunakan sebagai acuan pengembangan sebuah paragraf. Kalimat utama merupakan sumber dari kalimat-kalimat lain yang dikembangkan dalam paragraf. Pada umumnya, kalimat utama mengandung pernyataan yang bersifat umum, pernyataan yang masih memerlukan pengembangan, rincian, dan penjelasan lebih lanjut. Oleh karena itu, kalimat-kalimat berikutnya merupakan pengembangan dari kalimat utama dan berfungsi untuk menjelaskan ide yang tercantum pada kalimat utama. Kalimat ini lah yang disebut dengan kalimat penjelas. Sesuai dengan hukum D-M (diterangkan-menerangkan) yang dicetuskan oleh Sutan Takdir Alisjahbana, kalimat utama merupakan kalimat yang diterangkan dan kalimat penjelas merupakan kalimat yang menerangkan. Jadi, kalimat penjelas merupakan kalimat yang menerangkan ide-ide pokok yang terkandung dalam kalimat utama. Ciri-ciri kalimat utama menurut Akbar (2012) yaitu: (a) kalimat bersifat umum, (b) kalimat tersebut dijelaskan oleh kalimat lain (kalimat penjelas), (c) kalimat tersebut memuat kata kunci yang diulang pada kalimat berikutnya, (d) kalimat tersebut mempunyai koherensi dengan kalimat lain, dan (e) jika paragraf yang memuat kalimat utama tersebut merupakan paragraf induktif, maka kalimat terakhir berupa kesimpulan yang ditandai dengan kata jadi. Melalui ciri-ciri tersebut, untuk menemukan kalimat utama dalam paragraf menjadi sangatlah mudah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam menemukan kalimat utama, yang perlu diperhatikan adalah kalimat tersebut haruslah bersifat umum dan memiliki hubungan dengan kalimat lain sebagai penjelasnya. Burhan dan Misdan (1983: 114)
menyebutkan bahwa
berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf campuran. Paragraf deduktif yakni paragraf yang jalan pikirannya
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 dimulai dari pernyataan umum, kemudian diikuti dengan pernyataan khusus. Kalimat utama berada di awal paragraf. Kalimat-kalimat yang lainnya merupakan keterangan atau penjelasan kalimat utama. Paragraf induktif merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Paragraf induktif diawali dengan hal-hal yang bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan yang umum. Paragraf induktif sangat efektif untuk menyusun karangan yang berbentuk argumentasi. Jenis paragraf yang terakhir adalah paragraf campuran. Paragraf ini merupakan campuran dari paragraf deduktif dan paragraf induktif. Paragraf dimulai dengan kalimat utama, kemudian diuraikan, dan diakhiri dengan kalimat utama lagi, meskipun bunyinya agak berbeda. Senada dengan pendapat di atas, Keraf (2004: 78-83) berpendapat juga bahwa berdasarkan letak kalimat utamanya, ada beberapa jenis paragraf yaitu paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf campuran (deduktif-induktif), dan paragraf menyebar. Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf. Sedangkan paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di awal dan ditegaskan kembali di akhir paragraf. Selain itu, ada juga jenis paragraf yang tidak memperlihatkan kalimat utamanya dan ide pokoknya berada di seluruh paragraf. Paragraf ini disebut dengan paragraf menyebar (deskriptif atau naratif). Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999: 156) menyebutkan bahwa bentuk ini biasanya dijumpai dalam karangan narasi yang berbentuk cerita atau deskripsi yang berbentuk lukisan. Jadi, diperlukan kejelian untuk mencari ide pokok pada paragraf jenis ini. Untuk memperjelas uraian di atas, maka diberikan contoh seperti berikut ini. a) Paragraf Deduktif “Tempat
tinggal perlu
memenuhi syarat
kesehatan,
ketenangan, dan penerangan. Dari segi kesehatan, tempat tinggal
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 harus bebas dari udara lembab dan bau busuk. Harus terdapat peredaran udara yang langsung berhubungan dengan udara bersih di luar. Dari segi ketenangan, tempat tinggal harus bebas dari keramaian, sebab tempat tinggal yang ramai akan mengacaukan konsentrasi belajar. dari segi penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar tidak melelahkan mata dan otak.” Pada paragraf di atas, kalimat pertama merupakan kalimat utama (diterangkan/D), yakni kalimat yang mengandung pokok pikiran utama. Sedangkan kalimat-kalimat berikutnya berperan sebagai kalimat penjelas (menerangkan/M) yang dikembangkan dari pikiran utama yang terdapat pada kalimat pertama.
b) Paragraf Induktif “Tidak ada alat yang lebih baik daripada bahasa untuk mengungkapkan jiwa seseorang. Oleh sebab itu, kecuali harus memperhatikan isi, alur susunan cerita, sudut pandangan, dan sebagainya,
bahasa
diperhatikan. diterima
sebagai
alat
Diusahakan agar
oleh
pembaca.
pengungkapannya
harus
yang disampaikannya dapat
Digunakannya
bahasa
efektif
memungkinkan komunikasi penulis dan pembaca berjalan lancar. Memang, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif.” Paragraf di atas merupakan paragraf induktif, karena kalimat utamanya (D) terletak pada akhir paragraf. Sedangkan kalimat-kalimat
sebelumnya
merupakan
pengantar
untuk
memperjelas kesimpulan pada kalimat di akhir paragraf (M).
c) Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran) “Salah satu soal sulit yang harus dipecahkan di tempattempat yang padat penduduknya ialah masalah air dan udara. Kemanakah
sampah-sampah
harus
dibuang?
Ditumpuk
di
pekarangan, bau busuk akan memenuhi udara. Dibuang di sungai,
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 air menjadi kotor. Di mana-mana di seluruh dunia terdengar peringatan akan bahaya pengotoran air dan udara. Memang, masalah air dan udara merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan.” Pada paragraf di atas menunjukkan bahwa gagasan utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali di akhir paragraf. Paragraf yang demikian disebut paragraf deduktifinduktif atau paragraf campuran.
d) Paragraf Deskriptif atau Naratif Contoh 1: Pada hari itu aku duduk di bangku yang berada di belakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin pegunungan membuai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup udara segar sepuas-puasku, nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan seharian. Contoh 2: Kampus tempat saya kuliah adalah Universitas Sebelas Maret. Kampus ini terletak di jalan Ir. Sutami nomor 36A Surakarta. Di sekelilingnya berdiri tegak pohon-pohon yang rindang, serta dihiasi dengan aneka bunga yang indah sehingga nyaman belajar di kampus ini.
Contoh 1 di atas merupakan jenis paragraf naratif yang mengisahkan suatu peristiwa yang telah terjadi dan contoh 2 merupakan jenis paragraf deskriptif yang menggambarkan suatu keadaan. Semua kalimat yang ada di paragraf ini mempunyai kedudukan yang sama, sehingga ggasan utamanya ada di seluruh paragraf.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 3) Pengertian Ide pokok Ada beberapa istilah yang sama maknanya dengan ide pokok seperti pikiran utama, pikiran pokok, gagasan utama, atau gagasan pokok. Arifin dan Tasai (2000: 114) menyebutkan bahwa topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama ini. Pikiran utama itulah yang menjadi topik persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, kadang-kadang disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragraf. Dengan demikian, yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf, itulah topik paragraf. Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok pikiran paragraf itu. Jika ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan dan tidak utuh. Kalimat yang menyimpang harus dikeluarkan dari paragraf. Rohmadi dan Nasucha (2010: 22) mengatakan bahwa gagasan pokok itu merupakan bagian yang integral dari isi yang terkandung dalam keseluruhan karangan. Ide pokok paragraf tidak hanya merupakan bagian gagasan secara keseluruhan, tetapi juga mempunyai relevansi dan menunjang ide pokok tersebut. Sedangkan Widjono (2012: 224) mengatakan bahwa ide pokok yaitu sebuah topik atau gagasan yang dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Ide pokok biasanya dituangkan dalam kalimat topik atau kalimat utama. Selanjutnya, Widjono menyebutkan bahwa “dalam paragraf ide pokok berfungsi sebagai pengikat keseluruhan paragraf”. Sattayatham
dan
Ratanapinyowong
(2008)
menyebutkan
bahwa “The ideas in the paragraph must be presented in logical order by using transition words or connecting words which indicate the relationship between the ideas (chronological, causal, etc.)” (hlm. 21). Arti dari pendapat tersebut adalah ide pokok paragraf harus disajikan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 dalam urutan yang logis dengan menghubungkan kata-kata yang menunjukkan hubungan antara ide-ide pokok tersebut. Oleh karena itu, ide pokok memuat kata-kata kunci yang terdapat dalam kalimat utama. Jadi, ide pokok biasanya terdapat dalam kalimat utama. Ide pokok dapat ditemukan dengan menghilangkan atau membuang bagian yang tidak penting dari kalimat utama. Cara untuk menemukan ide pokok pada paragraf yaitu terlebih dahulu mencari kalimat utama dan kalimat penjelasnya, memahami dengan baik kalimat-kalimat penjelas yang ada dalam paragraf dan harus
memperhatikan
hubungannya
dengan
kalimat
utama.
Menentukan ide pokok dilakukan dengan mengambil inti dari kalimat utama yang menjiwai seluruh kalimat penjelas jika paragraf menuangkan ide pokok secara eksplisit. Sedangkan jika secara implisit, menentukan ide pokok berarti mengambil simpulan dari keseluruhan kalimat. Dari ide pokok tiap paragraf, maka akan dapat disimpulkan isi dari seluruh bacaan. Oleh karena itu, untuk memahami isi bacaan, terlebih dahulu harus menemukan kalimat utama dan ide pokok tiap paragraf. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah paragraf pasti memiliki satu permasalahan yang disebut dengan ide pokok. Ide pokok adalah ide/gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Sebagai satu kesatuan gagasan, sebuah paragraf hanya mengandung satu ide pokok, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Gagasan penjelas tersebut
dapat
berupa
rincian,
contoh,
perbandingan,
atau
pertentangan.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) a. Pengertian Model Moeliono (2002: 752) menyebutkan bahwa model merupakan sebuah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat. Dalam membuat suatu barang, diperlukan pola-pola yang bagus agar dapat menghasilkan
sebuah
barang
yang
menarik
dan
unik.
Dalam
melaksanakan sebuah kegiatan juga diperlukan sebuah acuan rancangan kegiatan agar dapat terlaksana dengan baik. Meyer dalam Trianto (2009: 21) menyatakan bahwa “model merupakan suatu suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu”. Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Sagala (2010) menyatakan, “Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan ” (hlm. 175). Senada dengan hal itu, Mills dalam Suprijono (2010: 45) berpendapat bahwa model adalah sebuah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba melakukan kegiatan berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Komaruddin dalam Sagala (2010: 152) memandang istilah model dari enam aspek, yaitu suatu tipe atau desain, suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat secara langsung diamati, suatu sistem asumsi-asumsi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa, suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, dan penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan sifat bentuk aslinya. Para ahli tersebut pada hakikatnya memiliki pandangan yang hampir sama mengenai istilah model.
Moeliono dan Komaruddin
memandang bahwa model merupakan sebuah pola atau desain, Sagala dan Meyer memandang bahwa model merupakan sebuah kerangka konseptual,
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 sedangkan Mills memandang bahwa model merupakan representasi dari rancangan yang telah dibuat. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa model merupakan sebuah pola atau kerangka berpikir yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan yang telah direncanakan.
b. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008:7) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Sedangkan menurut Arends dalam Suprijono (2010: 46), model pembelajaran adalah sebuah kerangka berpikir untuk melaksanakan suatu pembelajaran yang mengacu pada pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut. Selain mengacu pada hal tersebut, dalam pelaksanaannya juga harus mengacu pada tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Jadi, kedua ahli tersebut sama-sama berpandangan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka yang menggambarkan langkah-langkah pembelajaran secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat para ahli tersebut juga ditegaskan kembali oleh Suprijono (2010: 46) yang menyatakan bahwa “model pembelajaran ialah sebuah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Dari pendapat beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah susunan rencana yang telah dirancang secara sistematis untuk diterapkan dalam sebuah pembelajaran sehingga proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli hingga saat ini. Pengembangan tersebut didasarkan pada konsep teori
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 yang selama ini mengalami perkembangan. Menurut Sugiyanto (2009: 3) jenis-jenis model pembelajaran itu antara lain model pembelajaran kontekstual,
model
pembelajaran
kooperatif,
model
pembelajaran
Quantum, model pembelajaran terpadu, dan pembelajaran berbasis masalah.
c. Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan sudah umum digunakan oleh guru adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif ini yang ditekankan adalah unsur kerjasama antarsiswa. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut senada dengan pendapat Suprijono (2010:54) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep pembelajaran yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Roger, dkk dalam Huda (2011:29) menyatakan: Cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others.
Pernyataan kooperatif
tersebut
merupakan
memiliki
aktivitas
arti
bahwa
pembelajaran
pembelajaran
kelompok
yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan-perubahan sosial di antara anggota kelompok yang masing-masing harus bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Menurut Slavin (2010: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran yang mengharuskan para siswa
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Senada dengan pendapat tersebut, Djahiri (dalam Isjoni, 2010: 19) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif menuntut diterapkannya pendekatan pembelajaran siswa aktif, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang
menekankan pada aspek kerjasama kelompok yang anggotanya ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang didasari oleh rasa tanggung jawab antar anggota kelompok agar tercapai tujuan yang diinginkan. Dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk saling bekerja sama dalam kelompok agar dapat mengerjakan tugas dari guru dan mencapai tujuan pembelajaran. Semua anggota kelompok
harus
bertanggung
jawab
penuh
terhadap
kinerja
kelompoknya dan pembagian tugas harus merata.
2) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Lie (2005:29), model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Terdapat unsur-unsur dasar
pembelajaran
kooperatif
yang
membedakannya
dengan
pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Unsur-unsur tersebut adalah saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antaranggota, dan pemrosesan kelompok. Hal itu senada dengan pendapat Roger dan Johnson dalam Suprijono (2010: 58). Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang
harus
diterapkan.
interdependence
(saling
Lima
unsur tersebut
ketergantungan
adalah positive
positif),
personal
responsibility (tanggung jawab perseorangan), face to face promotive
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 interaction (interaksi promotif), interpersonal skill (komunikasi antaranggota), dan group processing (pemrosesan kelompok). Pendapat
lain tentang unsur-unsur
model pembelajaran
kooperatif disampaikan oleh Rusman (2011:208). Rusman berpendapat bahwa siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan mereka sehidup sepenanggungan bersama, siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri, siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk
semua
anggota
kelompok,
siswa
berbagi
kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama
proses
belajarnya,
dan
siswa
diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Jadi, unsur-unsur yang perlu ditekankan dalam
model
pembelajaran
kooperatif
yaitu
tanggung
jawab
individu/perseorangan, kerja sama dalam kelompok, dan pemerataan tugas serta tanggung jawab dalam kelompok.
3) Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Rusman (2011:211) menyatakan bahwa: Langkah-langkah
dalam
model
pembelajaran
kooperatif
menurut adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai
dan
memotivasi
siswa
belajar,
guru
mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan, guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien, guru membimbing
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 kelompok
pada
saat
mereka
mengerjakan
tugas,
guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari kelompok, dan memberi penghargaan kepada individu ataupun kelompok yang mendapatkan hasil yang baik.
4) Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif Slavin (2010:9-34) mengungkapkan bahwa terdapat dua kelompok besar jenis model kooperatif yang telah dikembangkan luas oleh para ahli yaitu pembelajaran tim siswa dan model pembelajaran kooperatif yang lain. Pembelajaran tim terdiri dari lima prinsip metode pembelajaran. Tiga di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yakni Student Team-Avhievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan JigsawII. Dua yang lain adalah kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu, yaitu Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan untuk pelajaran membaca dan menulis pada kelas tinggi (4-6) Sekolah Dasar dan Team Accelerated Intruction (TAI) untuk mata pelajaran matematika kelas 3-6 Sekolah Dasar. Selain itu, Slavin juga mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif yang lain terdiri dari beberapa jenis, yakni Group Investigation, Learning Together, Complex Intruction, Structure Dyadic Methods, Co-op Co-op, ThingPair-Share, Numbered Heads Together, Listening Team, Two Stay Two Stray, Make a Match, Inside-Outside Circle, Bamboo Dancing, Point-Counter-Point, dan The Power of Two (2010: 24-34).
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Salah satu model pembelajaran kooperatif yang berkembang luas saat ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model ini dirancang khusus untuk
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 diterapkan dalam pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran membaca dan
menulis.
Model
pembelajaran
kooperatif
tipe
CIRC
telah
dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah sebelum tahun 1986. Pada tahun itu model pembelajaran kooperatif tipe CIRC hanya digunakan dalam pembelajaran sekolah dasar namun sekarang telah digunakan dalam berbagai tingkatan kelas, dikembangan dari materi dan proses yang berkesinambungan didasarkan pada program yang dikembangkan pada sekolah.
Orang
yang terus
mengembangkan model pembelajaran
kooperatif tipe ini adalah Robert E. Slavin, Robert Steven, Nancy Maden, dan Marie Farnish. Lebih jelasnya, berikut uraian mengenai model pembelajaran ini. 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC Menurut Sudarmaji (2010: 43) model pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk pembelajaran membaca dan menulis secara komprehensif. Komposisi kelompoknya pun hampir sama dengan pembelajaran kooperatif lain, hanya bentuk penugasannya disesuaikan dengan tugas khas pelajaran bahasa. Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan membaca, menulis, dan pembelajaran sastra tradisional. Slavin (2010:16) menjelaskan “CIRC merupakan program pembelajaran komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada siswa sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah”. Kessler juga menyatakan bahwa “CIRC combines cooperative learning and process writing with specific basal programs” (1992: 24). Hal ini memiliki arti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan gabungan program membaca dan menulis dengan menggunakan pembelajaran baru dalam pemahaman bacaan dengan menulis. Keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC tergantung pada keaktifan siswa. Mereka harus bekerja dalam kelompok yang mempunyai
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 kemampuan heterogen. Apabila kegiatan kelompok dapat berjalan dengan baik, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan anggota kelompok yang berbeda level kemampuan
membacanya.
Pembelajaran
ini
dirancang
untuk
pembelajaran membaca dan menulis secara terpadu yang diterapkan pada kelas tinggi, yaitu kelas 4-6 Sekolah Dasar.
2) Unsur-unsur Program Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC Slavin (2010: 205-209) mengemukakan unsur utama dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terdiri dari kelompok membaca, tim, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita, pemeriksaaan oleh pasangan, dan tes. Jika menggunakan kelompok membaca, para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka, yang ditentukan oleh guru mereka. Para siswa dibagi ke dalam pasangan atau trio dalam kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasanganpasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari dua kelompok membaca. Tahap-tahap kegiatannya, yakni membaca berpasangan, menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita, mengucapkan kata-kata dengan keras, makna kata, menceritakan kembali cerita, dan ejaan. Jika siswa sudah menyelesaikan semua kegiatan, pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan/atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut. Pada akhir periode kelas, para siswa diberikan tes pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimatkalimat bermakna untuk setiap kosakata, dan diminta untuk membaca kata-kata dengan keras kepada guru.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
3) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC Sebagai salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif, CIRC dalam pelaksanaannya memiliki langkah-langkah pembelajaran yang mengadaptasi langkah-langkah model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
yang
ingin
dicapai.
Langkah-langkah
model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC dipaparkan oleh Suprijono (2009: 130), yaitu terdiri dari membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen, guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan
ide
pokok
dan
memberi
tanggapan
terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas, mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok, guru membuat kesimpulan bersama, dan penutup. Hampir sama dengan pendapat di atas, Shaaban dan Ghaith (2005) menyebutkan bahwa “In CIRC, learners work cooperatively in pairs to read for each other, summarize stories, write responses to literature, and practice their spelling, decoding, and vocabulary development skills” (hlm. 19). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa dalam CIRC, siswa bekerja secara berpasangan untuk saling membaca, meringkas cerita, menulis tanggapan, dan melatih kosakata mereka melalui presentasi. Cruickshank, Bainer, dan Metcalf mengemukakan prosedur atau langkah-langkah mengenai pembelajaran dengan menggunakan CIRC. Adapun langkah-langkahnya dijelaskan sebagai berikut. In the typical CIRC procedure, the teacher sets a lesson in some specific area of reading or composition, for example, identifying the main character and ideas in a piece of literature such as “romeo and Juliet”. Student teams are than asked to read the story and to note the main characters and ideas. Team members, who may work in pairs, interact to check aech other
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 and gain consensus. They than may check their understanding with another pain on their team or against an answer sheet. While these paired and team activities are going on, the teacher convenes members for each team who are at a comparable profeciancy or skill level in order to teach a new reading skill, and the cycle continoues. As with other form of cooperative learning, points are given to teams based on individual members’ performance on the activities and/or tests (Cruickshank, Bainer, dan Metcalf, 1999: 208).
Berdasarkan pendapat Cruickshank, Bainer, dan Metcalf di atas dapat dipahami bahwa dalam tipikal prosedur CIRC, guru dan pelajar sedemikian rupa dalam area khusus dalam pembelajaran membaca dan menulis, contohnya, mengidentifikasi karakter utama dan ide dalam karya sastra seperti Romeo and Juliet. Kelompok siswa kemudian diminta untuk membaca cerita dan untuk mengidentifikasi karakter utama dan ide pokok. Anggota tim yang bekerja secara berpasangan, saling berinteraksi dengan menghasilkan kesepakatan. Kemudian mereka dapat mengecek atau mengukur kepahaman dengan pasangan lain dalam satu tim atau menjawab lembar jawab. Diskusi kelompok berada dalam tingkat kepahaman yang sama dengan tujuan untuk mengantar mereka pada kemampuan membaca yang baru. Poin-poin yang diberikan kepada tim penampilan individu setiap anggota dalam aktivitas atau tes.
4) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Setiap model pembelajaran tentu saja mempunyai keunggulan dan kelemahan, Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2010:36) mengatakan:
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 Keunggulan yang diperoleh dalam model pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan yang positif, adanya pengakuan
dalam
merespon
perbedaan
individu,
siswa
dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru, serta memiliki
banyak
kesempatan
untuk
mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan.
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini juga memiliki keunggulan. Slavin (2008:4) mengemukakan bahwa model kooperatif tipe CIRC ini memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan model lainnya, yaitu siswa dapat saling membantu, siswa dapat saling mendiskusikan dan berargumentasi, dapat mengasah pengetahuan siswa dan menutup kesenjangan. Selain itu, dominasi guru dalam pembelajaran menjadi berkurang, siswa dapat memahami soal dan mengecek pekerjaannya, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. Sedangkan untuk kelemahan pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan. Kelemahan yang lain yaitu saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 3. Implementasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC untuk Meningkatkan Kemampuan Menemukan Kalimat Utama dalam Paragraf Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf. Seperti yang telah penulis paparkan pada subbab sebelumnya, model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini mengintegrasikan antara pembelajaran membaca dan menulis secara bersamaan, sehingga tepat dengan karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia yaitu terpadu, khususnya pada materi menemukan kalimat utama dalam paragraf. Pada materi ini, siswa diminta untuk membaca sebuah teks bacaan secara intensif, kemudian diminta untuk menemukan kalimat utamanya dan menuliskan ide pokok tiap paragraf dari bacaan tersebut. Dengan model pembelajaran yang monoton, tentu saja siswa akan merasa bosan dan kurang memperhatikan proses pembelajaran. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC secara benar, diharapkan siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran pada materi ini. Diharapkan siswa juga akan lebih memahami materi karena diskusi berlangsung dua kali, yaitu diskusi dengan pasangan dalam tim, kemudian hasil diskusi tersebut dikroscekkan kembali dalam diskusi bersama kelompok. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran menemukan kalimat utama dalam paragraf dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. a) Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok. Satu kelompok terdiri dari empat orang b) Satu kelompok dibagi menjadi dua tim (dalam satu kelompok terdapat dua pasangan tim). c) Setiap tim memperoleh tugas membaca teks bacaan secara intensif.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 d) Masing-masing tim mulai bekerja sesuai tugasnya. e) Dalam tim: Setiap anggota diminta membaca teks bacaan yang dilakukan secara intensif. f) Setiap tim menggaris bawahi kalimat utama tiap paragraf. g) Dari kalimat utama tersebut dapat dirumuskan ide pokok tiap paragraf sesuai dengan kesepakatan tim. h) Tim kembali ke kelompok mereka untuk mencocokkan hasil diskusi secara berpasangan tadi. i) Dari hasil diskusi tersebut, siswa secara berkelompok dapat mengisi Lembar Kerja sesuai dengan petunjuk guru. j) Setelah selesai berdiskusi, wakil dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain menanggapi.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ada beberapa, yaitu : 1. Alfian Sariyanto Utoyo (2011) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek pada Siswa Kelas V SD Islam RUMUS Jatisrono, Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian Alfian menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest dan postest yang dilakukan selama tiga siklus. Pada uji pratindakan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (65) sebanyak 4 siswa (22%), siklus I meningkat menjadi 11 siswa (61%), pada siklus II meningkat sebanyak 14 siswa (78%), dan siklus III meningkat sebanyak 18 siswa (100%). Sama dengan penelitian Alfian, dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban, Jumapolo, Karanganyar. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji pratindakan dan tes yang dilakukan selama dua siklus. Pada uji pratindakan,
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (70) sebanyak 8 siswa (47,06%). Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM meningkat menjadi 12 siswa (70,59%). Pada siklus II meningkat lagi menjadi sebanyak 17 siswa (100%). Persamaan penelitian Alfian dengan penelitian ini juga terdapat pada model pembelajaran yang digunakan. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk meningkatkan
efektivitas
pembelajaran.
Perbedaannya
terletak
pada
kemampuan siswa yang diteliti. Penelitian Alfian adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek, sedangkan penelitian ini adalah kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf. Selain itu, subjek penelitian Alfian adalah siswa kelas V SD Islam RUMUS Jatisrono Wonogiri, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar.
2. Yuliana Astuti (2010) dengan judul “Peningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di kelas V sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan selama tiga siklus. Pada uji pratindakan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (60) sebanyak 16 siswa (53%), siklus I meningkat menjadi 20 siswa (67%), pada siklus II meningkat sebanyak 24 siswa (80%), dan siklus III meningkat sebanyak 27 siswa (90%). Sama dengan penelitian Yuliana, dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban, Jumapolo, Karanganyar. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji pratindakan dan tes yang dilakukan selama dua siklus. Pada uji pratindakan, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (70) sebanyak 8 siswa
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 (47,06%). Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM meningkat menjadi 12 siswa (70,59%). Pada siklus II meningkat lagi menjadi sebanyak 17 siswa (100%). Persamaan penelitian Yuliana dengan penelitian ini juga terdapat pada model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Perbedaannya terletak pada subjek penelitiannya. Subjek penelitian Yuliana adalah siswa kelas V SD Negeri Beji Andong Boyolali, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar. Selain itu, kemampuan siswa yang diteliti juga berbeda. Dalam penelitian Yuliana, yang diteliti adalah kemampuan membaca pemahaman, sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf.
3. Miranti Sudarmaji (2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Apresiasi
Cerita
Pendek
Melalui
Penerapan
Metode
Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siswa Kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan Wuryantoro Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kedisiplinan, minat, kerja sama, dan kesungguhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran mengapresiasi cerita pendek. Pada uji pratindakan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (65) sebanyak 4 siswa (22%), siklus I meningkat menjadi 10 siswa (55%), pada siklus II meningkat sebanyak 16 siswa (88%), dan siklus III meningkat sebanyak 19 siswa (100%). Sama dengan penelitian Miranti, dalam penelitian ini
model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC
dapat
meningkatkan
kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban, Jumapolo, Karanganyar. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji pratindakan dan tes yang dilakukan selama dua siklus.
Pada uji
pratindakan, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (70) sebanyak 8 siswa (47,06%). Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM meningkat menjadi 12 siswa (70,59%). Pada siklus II meningkat lagi
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 menjadi sebanyak 17 siswa (100%). Persamaan penelitian Miranti dengan penelitian ini juga terdapat pada model pembelajaran yang digunakan. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Perbedaannya dapat dilihat dari subjek penelitian. Penelitian Miranti adalah siswa kelas V SD Negeri IV Pulutan Wetan Wuryantoro Wonogiri, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar. Perbedaan yang lain terletak pada kemampuan siswa yang diteliti. Penelitian Miranti adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek, sedangkan penelitian ini adalah kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf.
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menemukan kalimat utama dalam paragraf tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pembelajaran
yang
dilakukan
guru
belum
menggunakan
model
pembelajaran yang inovatif dan siswa hanya diminta mendengarkan pemaparan dari guru, siswa kesulitan membedakan antara kalimat utama dengan kalimat penjelas, serta siswa belum mampu mengemukakan isi dari teks bacaan yang mereka baca. Untuk mengatasi hal tesebut diperlukan sebuah penanggulangan dengan tindakan tepat. Adapun alternatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif dan variatif lagi. Dalam penelitian ini, dipilih model pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan kalimat utama dalam paragraf. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam pembelajaran ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran dan lebih mudah dalam memahami konsep dari materi yang telah diajarkan oleh guru. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam siklus-siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I, diberikan pengenalan dan diterapkan model pembelajaran
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 kooperatif tipe CIRC. Pada siklus II, dilakukan tindak lanjut dari hasil penerapan siklus I dan lebih maksimal lagi dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Indikator kinerja yang ditargetkan sebesar 80% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (70). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar. Kerangka berpikir ini dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1 berikut ini. Kondisi awal
Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif
Kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar masih rendah Siklus I
Tindakan
Dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
1) Pengenalan dan aplikasi pembelajaran kooperatif tipe CIRC
Siklus II
Kondisi Akhir
Kemampuan siswa menemukan kalimat utama dalam paragraf meningkat
1) Aplikasi pembelajaran kooperatif tipe CIRC (perbaikan dari siklus I)
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menemukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Paseban Jumapolo Karanganyar tahun ajaran 2012/2013.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer