BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kemandirian belajar Menurut Abdullah, M.H (2001) belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Menurut Klein dalam Slameto (2008) belajar mandiri adalah proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak mensyaratkan
pengetahuan
sebelumnya.
Sedangkan
Hendra
Surya
(Novitasari:2008) belajar mandiri adalah proses mengerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk mengerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar. Menurut Sumahamijaya et al (2003), Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tapi menggunakan kekuatan sendiri. Kemandirian diartikan sebagai suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian belajar menurut Wragg E. C (Slameto:2008) kemandirian belajar adalah suatu proses dengan mana siswa mengembangkan ketrampilanketrampilan penting yang memungkikannya menjadi pelajar yang mandiri, dimotivasi oleh tujuan sendiri, imbalan dari proses belajar bersifat intrinsik/ nyata bagi siswa dan tidak tergantung pada sistem luar untuk pemberian imbalan jerih payah belajarnya, guru hanya merupakan sumber dalam proses belajar, tetapi bukan pengatur atau pengendali. Menurut Slameto (2008) kemandirian belajar adalah kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensive yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan materi pelajaran yang menggunakan berbagai ketrampilan dan teknik yang kreative atas prakarsa
6
7
(inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan dalam penetapan tujuan belajar, pemilihan materi yang akan dipelajari, intensitas penggunaan ketrampilan belajar, penerapan teknik-teknik ilmiah dalam fase belajar, penetapan standard keberhasilan belajar, peningkatan prakarsa siswa yang bersangkutan dibanding intervensi guru. Sedangkan menurut Hoshi (Slameto:2002) dalam kemandirian belajar siswa bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan-keputusan tersebut. Kemandirian memerlukan kemampuan untuk bertindak secara mandiri, tidak tergantung, digabung dengan kemampuan untuk melaksanakan keputusan-keputusan sendiri. Berdasarkan analisis tentang konsep dan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah sebuah proses dimana individu mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain,kebebasan bertindak sesuai nilai yang diajarkan dan keyakinan dalam setiap kegiatan belajar dan bertanggung jawab dalam setiap aktivitas belajarnya. 2.1.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Menurut Hasan Basri (2000:55) Kemandirian merupakan salah satu tujuan pendidikan, faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen) 1. Faktor eksogen (faktor eksternal) Semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya atau lingkungan
hidup yang alami individu. seperti keadaan keturunan dan
konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
8
2. Faktor Endogen Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya. Dengan demikian penulis berpendapat dalam pencapaian kemandirian seseorang tidak lepas dari faktor-faktor tersebut diatas dan kemandirian siswa dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat, merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di dalam lingkungan sekolah maupun tempat tinggalnya. 2.1.1.2 Aspek-aspek kemandirian belajar Kemandirian belajar berarti memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam menentukan arah tindakan yang terbaik bagi semua yang berkepentingan Kemandirian, Sutari Imam Banarbid (2003), kemandirian belajar meliputi “perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa orang lain”. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh kartini dan dali (2008) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah”hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri”. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian: a) Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya. b) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c) Memeliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugastugasnya. d) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Robert havigurst (2002) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:a) Emosi, aspek ini ditujukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. b).
9
Intelektual, aspek ini ditujukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. c) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. 2.1.2 Bimbingan Orang Tua Bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap bantuan dapat diartikan bimbingan. Bimbingan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu guidance, kata guidance berasal dari kata kerja to guidance artinya menunjukkan, membimbing, menuntun orang ke jalan yang benar. Menurut Druxes (2003-105). Bimbingan adalah merupakan bantuan atau tuntunan, yang mengandung pengertian bahwa pembimbing harus memberikan bantuan kepada yang dibimbingnya. Keadaan seperti ini terkenal dalam dunia pendidikan "Tut Wuri Handayani" yaitu bahwa dalam memberi bimbingan, arah diserahkan kepada yang dibimbing. Bimbingan hendaknya merupakan bantuan yang dapat menyadarkan seorang itu akan pribadinya sendiri (bakatnya, minatnya, kemampuannya dan sebagainya) sehingga dengan demikian ia sanggup memecahkan sendiri kesukaran-kesukaran yang dihadapainya.Bimbingan orang tua dapat membawa pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik terhadap aktifitas belajar anak, melalui bimbingan orang tua dapat mengarahkan dan mengetahui segala kesulitan-kesulitan yang dihadapi putra-putrinya. Bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan karena adanya bimbingan, orang tua dapat mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam belajarnya. Gunarso (2003;64) menyatakan sebagai berikut :"Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak sesuai dengan nilai moral yang berlaku atau tingkah laku yang perlu dihindari". Bimbingan dari orang tua dapat juga berperan sebagai cara untuk peningkatan disiplin terutama dalam belajarnya. Ahmadi (2001;82) menyatakan bahwa "Anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak".
10
Menurut Jear Book of education (I. Djumhur, 2005:25) mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Menurut Stoops (I. Djumhur, 2005:25), mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Menurut Miller (I, Djumhur, 2005:25) mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. Orang tua sebagai pendidik juga sebagai pembimbing bagi kegiatan belajar anak baik di dalam maupun di luar rumah dengan harapan anak dapat belajar dengan baik dan berhasil.. Menurut Ashman & Elkins (2008),
Lingkungan keluarga atau orang tua
merupakan media pertama dan utama yang berpengaruh terhadap perilaku dalam perkembangan anak. Tujuan pendidikan secara universal adalah agar anak menjadi mandiri, bukan hanya dapat mencari ilmu sendiri, tapi juga bisa mengarahkan dirinya pada keputusannya sendiri untuk mengembangkan semua kemampuan fisik, mental, sosial dan emosional yang dimilikinya, sehingga dapat mengembangkan suatu kehidupan yang sehat dan produkif. 2.1.2.1 Bentuk Bimbingan Orang Tua Bimbingan sebenarnya diberikan di lingkungan keluarga, karena keluarga adalah lingkungan hidup pertama, dimana anak memperoleh pengalaman–pengalaman pertama yang telah mempengaruhi jalan hidupnya dan memberi tantangan pada anak supaya dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lingkungannya. Untuk mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anak-anaknya maka dalam keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, baik didalam keluarga itu sendiri maupun dilingkungan masyarakat. Peranan-peranan Keluarga:
11
a. Peranan Ibu Peranan seorang ibu bagi anak-anaknya sangat besar artinya, karena anak–anak hubungannya lebih dekat dengan ibu dari pada ayahnya dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu seorang ibu harus benar-benar berfungsi melaksanakan tugasnya antara lain meliputi pemeliharaan pendidikan anak-anak agar mereka menjadi anak yang berguna. Peranan ibu dalam pendidikan anak-anak adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati, pengatur kehidupan dalam rumah tangga, dan pendidikan. b. Peranan Ayah Di samping ibu, peranan ayah memegang peranan penting ayah sebagai kepala keluarga merupakan penanggung jawab dalam perkembangan anakanaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Ayah juga aktif membina perkembangan pendidikan anak. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi prestasinya berarti ayah merupakan pimpinan yang sangat patut dijadikan cermin bagi anaknya atau kata lain ayah merupakan figur yang terpandai dan berwibawa. Dengan demikian, setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan bagi anak . 2.1.3 Hasil Belajar Menuut Dimyati dan Mujiono (Lina , 2009:5), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila
dibandingkan pada saat sebulum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimanan guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Winkel (Lina, 2009:5) mengumukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut arif Gunarso (Lina,2009: 5),” hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang yang telah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya.
12
Hasil belajar merupakkan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Menurut Howard kingsley (2001), hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Manurut Mudjiono (2002), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siwa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2002) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
13
kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk penilain memperoleh data dari nilai try out 1 bahasa Indonesia 2.1.4
Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer . Menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), bahasa yaitu sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan Bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, ia hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain-lain. Untuk sebagian besar lainnya bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata
14
baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' yaitu bahasa Melayu yang sungguhpun pokoknja berasal dari 'Melayu Riau', akan tetapi yang sudah ditambah, diubah atau dikurangi menurut keperluan zaman dan alam baru hingga bahasa itu lalu mudah dipakai oleh rakjat di seluruh Indonesia; pembaharuan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia itu harus dilakukan oleh kaum ahli yang beralam baru, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhannya dalam masyarakat Indonesia". Secara sejarah, Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari Bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa Bahasa Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya. Fonologi dan tata bahasa dari Bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruanperguruan di Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen-komponen berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Mendengarkan, 2) Berbicara, 3) Membaca, 4) Menulis. Kompetensi Dasar bahasa Indonesia kelas VI semester I dapat dilihat pada Tabel 2.1.
15
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia kelas VI semester I No.
Kompetensi Dasar
1.1
Menulis hal-hal penting / pokok dari suatu teks yang dibacakan. Mengidentifikasi tokoh, latar, tema, atau amanat dari cerita anak yang dibacakan Menyampaikan pesan/ informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut Menyampaikan pesan / informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan/kunjungan Menanggapi informasi dari kolom/rubric khusus ( majalah anak, koran, dan lain-lain). Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif. Mengisi formulir (pendaftaran, kartu anggota, wesel pos, kartu pos, DRH ) dengan benar. Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau yang didengar Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan memperhatikan penggunaan ejaan Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan memperhatikan makna puisi Menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio. Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan Berpidato atau presentasi untuk berbagai keperluan (perpisahan, perayaan ulang tahun) dengan lafal intonasi dan sikap yang tepat. Melaporkan isi buku yang dibaca (judul, pengarang, jumlah halaman, dan isi) dengan kalimat yang runtut. Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat. Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif. Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, amanat ) teks drama anak Menyusun naskah pidato / sambutan (perpisahan, ulang tahun, perayaan sekolah) dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan. Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan orang yang dituju.
1.2 2.1 2.2 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 4.4 5.1 5.2 6.1 6.2 6.3 7.1 7.2 8.1 8.2
16
2.2 Kajian yang Relevan Widya Novitasari (2008) penelitian yang berjudul “Adakah hubungan antara kemandirian belajar siswa dan bimbingan orang tua dengan hasil belajar mata pelajaran PPKn siswa kelas IV dan V semester I tahun pelajaran 2007/2008 SD Negeri Keboireng III Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung”. ada hubungan yang signifikan Dengan pembuktian derajat kebebasan N = 46 dan sesuai dengan tabel taraf signifikansi 5 % diperoleh nilai 1,291 sedangkan r hitung 0,342 yang berarti t hitung lebih besar dari t-tabel atau 1,342 > 0,05 . Kesimpulan yang diperoleh adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara bimbingan orang tua dengan hasil belajar PPKn siswa kelas IV dan V semester I tahun pelajaran 2007/2008 SD Negeri Keboireng III Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung . Amalia, Fitriani 2011 penelitian yang berjudul “Pengaruh perhatian orang tua, konsep diri, dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XII IPS SMA Se-Kecamatan Limpung”.. sampel penelitian sebanyak 70 siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perhatian orang tua, konsep diri, dan kemandirian belajar berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi kelas XII IPS SMA Se-Kecamatan Limpung baik secara parsial maupun simultan, dibuktikan dari hasil uji t dan f memperoleh signifikansi di bawah 0,05. Secara simultan perhatian orang tua, konsep diri, dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar ekonomi adalah sebesar 0,66% dan sisanya sebesar 0,134% dipengeruhi oleh variabel lain. Secara parsial perhatian orang tua 0,128%, konsep diri 0,91%, dan kemandirian belajar 0,418% artinya tidak ada hubungannya. Namun dalam analisis data secara keseluruhan belum melihat aspek-aspek dalam kemandirian belajar dan bimbingan orang tua yang berhubungan dengan hasil belajar. Yuyun (2008) penelitian yang berjudul ” Pengaruh kemandirian belajar siswa dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar matematika kelas XI SMA Negeri 02 Singaraja” menunjukkan bahwa variabel kemandirian belajar dan bimbingan orang tua menunjukkan nilai 0,93 dan 0,697> 0,05.Variabel kemandirian siswa menunjukkan tidak ada pengaruh yang siknifikan, variabel kemandirian siswa menunjukkan nilai signifikan 0,013<0,05 berarti ada pengaruh yang siknifikan. Namun ketika dikomparasikan kemandirian siswa dan bimbingan orang tua menunjukkan nilai
17
siknifikan 0,00< 0,05 berarti ada pengaruh yang siknifikan, dan jika ketiga variabel tersebut dikomparasikan menunjukkan nilai siknifikan 0,999> 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang siknifikan antara kemandirian belajar dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar. 2.3
Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori diatas Penyampaian mata pelajaran yang di-UN-kan menuntut cara belajar siswa aktif, mengharuskan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi aktif tersebut akan dapat terlaksana apabila ditunjang oleh kemandirian belajar peserta didik secara sosial psikologis adalah penting karena individu pada hakekatnya selalu berusaha menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungannya. Menurut Haris Mujiman (2005: 1) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya, baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar dilakukan oleh siswa sendiri. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Kemandirian belajar adalah aktifitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya. Oleh karena itu kemandirian belajar dan bimbingan orang tua sangat penting bagi peserta didik sebab kemandirian merupakan modal dasar dan utama bagi peserta didik dalam menentukan sikap dan tindakan terhadap proses belajarnya sedangkan dorongan orang tua sangat berpengaruh dalam memberi dorongan dan motifasi belajar baik belajar dirumah atau belajar disekolah. Karena belajar merupakan proses psikis, maka keberhasilan belajar banyak ditentukan oleh individu itu sendiri. Kemandirian belajar seseorang mendorong untuk berprestsi, berinisiatif dan berkreasi. Dengan
18
itu kemandirian dapat mengantar seseorang menjadi produktif, serta mendorongnya menuju ke arah kemajuan dan selalu ingin maju lagi. Sedang ketidak mandirian belajar merupakan batu penyandung untuk mencapai hasil yang maksimal karena cara belajar yang belum menunjukkan kemandirian akan berlanjut terus kejenjang yang lebih tinggi. Akan sia-sia peningkatan mutu kelulusan dengan menaikkan nilai karena siswa tidak melakukan usaha kemandirian belajar anak untuk menambah ilmu dan ketrampilan-ketrampilannya tanpa bimbingan orang tua individu sulit belajar. Dengan adanya kemandirian belajar dan bimbingan orang tua diharapkan dapat memperoleh hasil lebih baik. Sehingga kemandirian belajar siswa yang tinggi dan bimbingan orang tua akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang di-UN-kan dapat diambil dari perolehan dari nilai try out 1 tahun pelajaran 2011/2012 siswa SD Negeri Gondang mata pelajaran bahasa Indonesia. Bagan kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 2.1. Kemandirian belajar
Hasil Belajar (nilai try out 1 Bahasa Indonesia)
Bimbingan orang tua
Hasil Belajar (nilai try out 1 Bahasa Indonesia)
Gambar 2.1 Bagan kemandirian belajar siswa dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar
19
2.4 Hipotesis Penelitian Bedasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang di-UN-kan siswa kelas VI SD N Gondang Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo tahun ajaran 2011/2012”. b. Terdapat pengaruh bimbingan orang tua dapat memberikan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang di-UN-kan siswa kelas VI SD N Gondang Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo tahun ajaran 2011/2012”.