BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1
Pengertian Media Secara Umum Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber (pemberi pesan) kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang fikiran dan perasaan serta minat dan perhatian siswa sedemikian rupa sehinggainformasi yang disampaikan dapat terjadi pada sasaran atau si penerima. Secara umum media juga dipandang sebagai sesuatu hadiah yang didalamnya termasuk baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Sehingga media itu sendiri sebagai alat penghubung antara pemberi pesan (komunikator) kepenerima pesan (komunikan). Bahwa komunikator bertujuan efektif dan efisien terhadap pesan. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 68) media gambar adalah media yang mengkombinasikank fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Media gambar merupakan media yang sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaannya termasuk media yang murah harganya.
2.1.2 Pengertian Media Pendidikan Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru mengajar dari siswa belajar, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga
siswa
dapat
menerima
sejumlah
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan sebagai hasil belajar. Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional
6
7
dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan. Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut : 1.
Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
2.
Memperbesar perhatian siswa.
3.
Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap.
4.
Memberikan pengalaman yang nyata.
5.
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
6.
Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
7.
Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain
8.
Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
9.
Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
10.
Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar
2.1.3 Pengertian Media Audio dan Visual Media audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, pringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti Filem Strip ( Filem rangkai ), foto, gambar, atau lukisan, cetakan. Adapula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun. Media audio menurut Rinanto (1982: 43) yaitu ”segala jenis media yang hanya bisa dinikmati oleh indra pendengar, dan yang mampu
8
menggugah imajinasi bagi para pendengarnya”. Media audio merupakan alat bantu yang digunakan dengan hanya bisa mendengar saja. Di samping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan untuk ; 1. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar; 2. Mengatur
dan
mempersiapkan
diskusi
atau
debat
dengan
mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi; 3. Menjadikan modal yang akan ditirukan oleh siswa; 4) Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai pokok bahasan. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 129) pengertian media audio untuk pengajaran, dimaksud adalah sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar-mengajar. Pengembangan media audio sama halnya dengan pengembangan media lainnya, yang secara garis besar meliputi kegiatan perencanaan, produksi, dan evaluasi. Perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan penentuan tujuan, menganalisis keadaan sasaran, penentuan materi, format yang akan dipergunakan dan penulisan skrip. Produksi adalah kegiatan perekaman bahan, sehingga seluruh program yang telah direncanakan dapat direkam dalam pita suara atau piringan suara. Evaluasi dimaksudkan sebagai kegiatan untuk menilai program, apakah program tersebut bisa dipakai atau perlu direvisi ( di sempurnakan) lagi. Pembahasan selanjutnya, tidak akan menguraikan lebih lanjut tentang pengembangan suatu program audio, akan tetapi akan membahas pemanfaatan media audio dalam proses pengajaran. Karakteristik media audio umumnya berhubungan dengan segala kegiatan melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan
9
mendengarkan kalau digolongkan atau diklasifikasikan percakapanpercakapan yang bisa dicapai meliputi hal-hal ssebagai berikut: a.
Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian. Sebagai contoh: siswa ditugasi untuk menghitung kata-katatertentu dari apa yang terungkap dalam suatu paragraf yang dia dengar.
b.
Mengikuti pengarahan. Siswa mendengarkan suatu pernyataan singkat dan selanjutnya siswa harus menandai satu pernyataan yang paling cocok dari beberapa pernyataan pilihan jawaban.
c.
Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka dengar. Siswa mendengarkan satu kalimat atau salah satu frase kalimat, kemudian mereka menirukannya. Dalama hal ini tidak dalam satu kata saja, untuk memungkinkan adanya daya analisis hubungan satu kata dengan yang lainnya sebelum mereka menirikannya.
d.
Perolehan arti dari suatu konsteks. Siswa harus menyempurnakan kalimat yang terdiri atas beberapa kata yang artinya bisa jelas setelah menyempurnakan kalimat itu dalam suatu konsteks tertentu. Bagian kalimat ini diperdengarkan sebagai suatu tanda (cue).
e.
Memisahkan kata atau informasi yang relevan dan yang tidak relevan. Kepada siswa diperdengarkan suatu paragraf yang didalamnya terdapat kat-kata atau informasi yang tidak relevan atau tidak pada konsteksnya. Kata-kata yang biasanya dipakai adalah mempunyai bunyi hampir bersamaan dengan kata yang mempunyai konsteks yang benar.
f.
Mengingat dan mengemukakan kembali ide atau bagian-bagian dari cerita yang mereka dengar. Dalam hal ini biasanya disajikan suatu cerita pendek atau tulisan pendek, dan siswa mengungkapkannya kembali setelah selesai mendengarkan cerita tersebut. Dari segi sifatnya yang auditif, media ini terdapat kelemahan yang
harus diatasi dengan cara pemanfaatan media atau saluran lainnya. Karena kekurangan ini didasarkan atas ciri-ciri dan karakteristis media audio sendiri. Kekurangan dari media audio, antara lain:
10
1.
Memerlukan suatu pemusatan pengertian pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu, sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara belajar yang khusus.
2.
Media audio yang menampilkan simbol digit dan analog dalam bentu auditif adalah abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu memerlukan batuan pengalaman visual.
3.
Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa terkontrol melalui tingkatan penguasaan perbendaharaan kata-kata atau bahasa, serta susunan kalimat.
4.
Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berpikir abstrak.
5.
Penampilan melalui ungkapan perasaan atau simbol analog lainya dalam bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa terjadi ketidak mengertian dan bahkan kesalah pahaman. Dari pertimbangan kekurangan media audio diatas, maka manfaatnya
memerlukan bantuan pengarahan dari media lainny, sehingga pengalaman dari pengetahuan siap dipunyai pendengar sebelumnya akan membantu terhadap keberhasilan penampilannya. Jenis-jenis pemanfaatan media audio dalam kegiatan pengajaran pemanfaatannya dapat digolongkan pada bagian-bagian berikut ini: 1.
Audio card instruction. Pengajaran melalui suatu kartu bergambar atau bertulisan yang bila dimasukkan kepada alat player-nya akan terdengar suara yang mengiringi gambar atau tulisan pada kartu tersebut.
2.
Pengajaran dengan menggunakan satu rekorder bagi suatu kelompok kecil. Instlasi dalam sistem ini biasanya berupa satu record-player yang aupot-nya dihubungkan dengan beberapa headphone.
3.
Pengajaran untuk keperluan tutorial. Materinya bisa dipergunakan secara perorangan atau secara kelompok. Untuk tujuan ini materinya akan berisikan bimbingan atau pengarahan dalam suatu masalah atau
11
hal. Misalnya untuk kepentingan pengarahan sebagai prelab; ataupun mungkin untuk bahan pengayaan materi yang disampaikan oleh media lainnya. 4.
Pengajaran untuk keperluan tutorial. Materinya bisa dipergunakan secara perorangan atau secara kelompok. Untuk tujuan ini materinya akan berisikan bimbingan atau pengarahan dalam suatu masalah atau hal. Misalnya untuk kepentingan pengarahan sebagai prelab; ataupun mungkin untuk bahan pengayaan materi yang disampaikan oleh media lainnya.
5.
Rekaman sebagai alat evaluasi dimaksudkan ada dua macam kegiatan:
a. Kegiatan evaluasi yang harus merespons terhadap stimulus atau pertanyaan yang telah direkam terlebih dahulu, dan b. Kegiatan evaluasi yang jawabannya atau hasilnya merupakan hasil rekaman masing-masingkegiatan evaluasi seperti kegiatan 5a diatas merupakan suatu pemanfaatan dari prinsip-prinsip uraian tentang kecakapan-kecakapan apa saja yang bisa dicapai oleh adanya media audio, pada bagian 1 depan. Sedangkan kegiatan 5b bisa kita lakukan dengan memanfaatkan kegiatan perekaman sebagai alat pengalaman untuk belajar.
1.1.4
Media Audio Visual Menurut Rinanto (1982: 22) yang dimaksud dengan media visual
adalah semua media yang bisa dinikmati oleh indra mata dan mampu menumbulkan rangsangan untuk berefleksi. Misalkan: gambar/lukisan, fotofoto, slide, poster, cergam, dan sebagainya. Arsyad (2008: 91) berpendapat bahwa : Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi), memperkuat ingatan, dan juga dapat menumbuhkan minat siswa serta dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
12
Dari beberapa definisi disimpulkan bahwa media visual adalah media yang dapat dilihat oleh mata yang mampu menumbuhkan rangsangan untuk berefleksi,
memperlancar
pemahaman,
memperkuat
ingatan,
dan
menumbuhkan minat siswa, serta dapat memberikan hubungan antara isi materi dengan dunia nyata. Bentuk media visual misalnya gambar representasi, diagram, peta, slide, cergram, dan sebagainya. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat membantu kegiatan siswa belajar, oleh karena itu dapat disajikan pesan yang diterima oleh siswa dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indra yang dimiliki. Untuk itulah maka seorang guru harus berusaha agar materi pelajaran yang disajikan, dapat dimengerti dengan mudah oleh siswa dengan melibatkan sejumlah alat indranya. Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Jhon D; Latuheru bahwa: “Pengalaman belajar manusia 75% diperoleh melaui indra pendengaran dan selebihnya melalui indra lainnya. Menurut Rinanto (1982 : 21) ”audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disingkronkan dengan media audio yang sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses PBM”. Media audio visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara yang mampu menggugah perasaan dan pikiran bagi yang bersangkutan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan alat yang dapat menyampaikan informasi dengan cara didengar dan dilihat sehingga mempermudah seseorang dalam memahami sesuatu.
2.1.5 Media Pembelajaran Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu. Dari sekian faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Untuk itu perlu sekali dalam proses pembelajaran diciptakan suasana yang kondusif,
13
agar siswa benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses tersebut. atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Grearlach & Ely (1971) dalam Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007) mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Atwi Suparman (1997) mendefinisikan, media sebagai alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu
yang dapat
membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. Ada beberapa fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya: 1.
Membantu
untuk
mempercepat
pemahaman
dalam
proses
pembelajaran; 2.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau tulisan);
3.
Mengatasi keterbatasan ruang;
4.
Pembelajaran lebih kumunikatif dan produktif;
5.
Waktu pembelajaran bisa dikondisikan;
6.
Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar;
7.
Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu;
8.
Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta;
9.
Meningkatkan kadar keaktifan /keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi kom mengataunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang
14
besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”. Gene dan Briggs (1979-195) menyarankan suatu cara dalam langkahlangkah memilih media pembelajaran untuk pembelajaran. Langkah dalam memilih media pembelajaran menurut keduanya adalah : 1.
Merumuskan tujuan pembelajaran
2.
Mengklasifikasi tujuan berdasarkan domein atau tipe belajar
3.
Memilih peristiwa – peristiwa pembelajaran yang akan berlangsung
4.
Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa
5.
Mendaftar media pembelajaran yang dapat di gunakan pada setiap peristiwa dalam pembelajaran
6.
Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media pembelajaran yang dipakai
7.
Menentukan media pembelajaran yang terpilih akan di gunakan
8.
Menulis rasional ( penalaran) memilih media pembelajaran tersebut
9.
Menulis tata cara pemakaiannya pada setiap event ( peristiwa)
10.
Menuliskan script ( naskah ) pembicaraan dalam penggunaan media pembelajaran.
15
2.1.6 Macam-Macam Media Pembelajaran Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, ternyata media yang beraneka ragam hampir semua bermanfaat. Cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang sederhana sampai yang berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara natural sampai kepada media yang harus dirancang sendiri oleh guru. Menurut pendapat Sudirman, dkk, media dapat di klasifikasikan sebagai berikut Di lihat dari jenisnya, media di bagi menjadi tiga yaitu : 1.
Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, dan cassette recorder.
2.
Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ada yang menampilkan gambar diam seperti foto, gambar
3.
atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun
4.
Media audio-visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini dibagi lagi ke dalam audio-visual diam dan audio-visual
bergerak.
Audio-visual
diam
yaitu
media
yang
menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara dan film rangkai suara. Audio-visual bergerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan vidio cassette. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi tiga yaitu : 1.
Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah siswa dalam waktu yang sama.
2.
Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu media yang dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film.
16
3.
Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan pengajaran melalui computer Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media
dibagi menjadi dua
yaitu : 1.
Media yang sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
2.
Media
yang kompleks,
pembuatannya
sulit
yaitu
diperoleh
media
yang
serta
mahal
bahan
dan
harganya,
alat sulit
membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
2.1.6.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga adalah suatu alat yang dapat di serap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien ( Sudjana, 2002:59). Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe belajar. Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realitis. Pelajaran tidak sekedar menerawang pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik yang konkrit yang realitis serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah di lupakan. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar di tandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa di
17
lepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapaian tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang sangat penting dengan adanya alat peraga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa.
Alat peraga sering di sebut audio visual, dari
pengertian alat yang dapat di serap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah di pahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga di pergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. 1.
Fungsi dan nilai alat peraga Ada enam fungsi pokok dari alat dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah :
a.
Penggunaan alat peraga dalam proses belajar - mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.
b.
Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
c.
Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
d.
Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan,
dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses
belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. e.
Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempercepat proses belajar - mengajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian yang diberikan guru.
18
f.
Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar - mengajar. Dengan perkataan lain menngunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. Di samping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam proses
belajar - mengajar mempunyai nilai-nilai seperti di bawah ini: a.
Alat peraga dapat meletakkan dasar - dasar yang nyata untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbaliswe.
b.
Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
c.
Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar tambah mantap.
d.
Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
e.
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
f.
Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu bekembangnya kemampuan berbahasa.
g.
Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. Di samping itu masih banyak nilai dan manfaat yang diperoleh dari
penggunaan alat peraga dalam kaitannya dengan pencapaian hasil belajar – mengajar. Jenis- jenis alat peraga
1.
Alat peraga dalam proses belajar – mengajar kita bedakan menjadi alat peraga dua dan tiga dimensi. a.
Alat peraga dua dan tiga dimensi Alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi di samping mempunyai ukuran panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi Alat peraga dua dan tiga dimensi ini antara lain ialah:
19
a.
Bagan Bagan adalah gambaran dari suatu yang dibuat dari garis dan gambar. Bagan bertujuan untuk memperlihatkan hubungan perkembangan, perbandingan, dan lain-lain. Jenis bagan antara lain bagan keadaan, lukisan, diagramatik, perbandingan, petunjuk, waktu, uraian, dan lainlain.
b.
Grafik Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris, bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi secara statistik. Dibedakan, ada grafik garis, batang, lingkaran dan grafik bergambar. Data pertumbuhan penduduk suatu negara dapat dilukiskan dalam bentuk grafik.
c.
Poster Poster
merupakan
penggambaran
yang
ditujukan
sebagai
pemberitahuan, peringatan, maupun penggugah selera yang biasanya berisi gambar-gambar. Poster yang baik gambarnya sederhana, katakatanya singkat dan menarik perhatian. d.
Gambar mati Sejumlah gambar, foto, lukisan, baik dari majala, buku, koran atau dari sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran. Gambar ini bisa dikumpulkan oleh siswa, kemudian dibicarakan guru pada waktu mengajar.
e.
Peta datar Peta datar banyak digunakan sebagai alat peraga dalam pelajaran ilmu bumi kependudukan. Peta datar ini ialah gambar rata suatu permukaan bumi yang mewujudkan ukuran dan kedudukan yang kecil dilakukan dalam garis, titik dan lambang.
f.
Peta timbul Peta timbul pada dasarnya peta dasar yang dibentuk dengan tiga dimensi. Dibuat dari tanah liat atau bubur kertas. Penggunaannya sama dengan peta datar.
20
g.
Globe Globe merupakan model penampang bumi yang dilukiskan dalam bentuk benda bulat. Globe adalah alat peraga yang tepat untuk menunjukkan negara-negara di dunia.
h.
Papan tulis Papan pengumuman, papan tempel. Alat ini merupakan alat klasik yang tak pernah dilupakan orang dalam proses belajar-mengajar. Peranan papan tulis dan papan lainnya masih tetap digunakan guru, sebab merupakan alat yang praktis dan ekonomis.
2.
Penerapan alat peraga dalam pengajaran Uraian dibawah ini membahas bagaimana penerapan alat peraga dalam pengajaran. Khususnya diuraikan masalah yang berhubungan dengan
prinsip
penggunaan
alat
peraga,
langkah-langkah
menggunakan alat peraga dalam kelas, guru dan keperagaan, prosedur belajar dan hubungannya dengan keperagaan. a.
Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah :
1.
Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendaknya diajarkan.
2.
Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu perhitungan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik.
3.
Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan alat peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada.
4.
Menempatkan atau memperhatikan alat peragaan pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat peraga digunakan. Tentu tidak setiap saat atau
21
selama
proses
mengajar
terus-menerus
memperhatikan
atau
menjelaskan sesuatu dengan alat peraga. Keempat prinsip ini hendaknya diperhatikan oleh guru pada waktu ia menggunakan alat peraga. a.
Langkah yang harus ditempuh pada waktu menggunakan alat peraga
Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu ia mengajar dengan mempergunakan alat peraga. Langkah-langkah itu ialah: 1.
Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga. Pada langkah ini hendaknya guru merumuskan tujuan yang akan dicapai.
2.
Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan alat peraga mana yang akan dipergunakan sekiranya tepat untuk mencapai tujuan.
3.
Persiapan kelas. Siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan alat peraga. Mereka harus dimotivasi agar dapat dinilai, menganalisis, menghayati, pelajaran dengan alat peraganya.
b.
Langkah penyajian pelajaran dan peragaan. Penyajian pelajaran dengan menggunakan peragaan merupakan suatu keahlian guru yang
c.
bersangkutan. Dalam langkah ini memperhatikan bahwa tujuan utama ialah pencapaian tujuan mengajar dengan baik, sedangkan alat peraga hanya sekedar alat pembantu. Jangan sampai alat peraga sebagai tujuan, dan tujuan menjadi alat.
d.
Langkah kegiatan belajar. Pada langkah ini siswa hendaknya mengadakan kegiatan belajar sehubungan dengan penggunaan alat peraga. Kegiatan ini mungkin dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas.
e.
Langkah evaluasi pembelajaran dan alat peraga Pada akhirnya kegiatan belajar haruslah dievaluasi sampai seberapa jauh tujuan itu tercapai, yang sekaligus dapat kita nilai sejauh mana pengaruh alat peraga sebagai alat pembantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar.
22
Edgar Dale mengemukakan 10 jenis pengalaman manusia yang di lukiskannya dalam bentuk kerucut, disebut kerucut pengalaman. Ke sepuluh jenis ini ialah: a.
Pengalaman langsung Dalam pengalaman ini anak mengalami sendiri, berbuat sendiri. Dengan cara ini akan memperoleh pengalaman secara langsung sehingga hasilnya akan lebih berarti padanya.
b.
Pengalaman langsung melalui benda-benda tiruan Karena tidak semua hal dapat dipelajari secara langsung maka banyak hal yang dipelajari melalui benda tiruan. Misalnya untuk mempelajari bumi yang bulat dipergunakan globe. Dengan benda tiruan anak dapat mempelajarinya secara keseluruhan.
c.
Pengalaman melalui dramatisasi Dengan dramatisasi anak berkesempatan malakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peran tertentu.
d.
Pengalaman melalui demontrasi Pada demontrasi, anak kelihatan tidak seaktif ketiga jenis di atas. Anak lebih banyak melihat dari pada berbuat. Demontrasi bertujuan untuk memperlihatkan suatu proses. Jadi demontrasi lebih abstrak dari pada dramatisasi.
e.
Pengalaman melalui karyawisata Karyawisata adalah kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Dalam karyawisata siswa menganalisis, mengobservasi, dan meneliti sesuatu diluar kelas.
f.
Pengalaman melalui pameran Dalam pameran diperlihatkan benda-benda yang realistik, dengan maksdu menyajikan suatu ide atau gagasan.
g.
Pengalaman melalui televisi dan gambar hidup Alat ini berpengaruh kepada anak melalui pendengaran dan penglihatan. Jadi, pengalaman yang diperolehnya tidak langsung tapi membutuhkan penghayatan yang tinggi.
23
h.
Pengalaman melalui radio dan dan rekaman Pengalaman ini hanya membutuhkan pendengaran saja, sehingga lebih sulit dibandingkan dengan televisi dan gambar hidup.
i.
Pengalaman melalui lambang-lamabang visual Pengalaman merupakan sebuah contoh dari lambang visual. Jadi, pengalaman melalui lambang visual memerlukan penghayatan dan pemikiran yang tajam, sebab harus menterjemahkan lambang tadi untuk membentuk satu pengertian.
j.
Lambang kata (verbal) Lambang kata merupakan pengganti hal-hal yang sifatnya konkret. Tidak ada persamaan yang konkret dari lambang kata dengan ide atau benda dibalik kata tersebut. Kata-kata adalah abstraksi yang mutlak. Ini hanya mungkin dimengerti kalau anak sudah dapat berpikir abstrak. Kesepuluh tingkatan di atas dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu:
a.
Fase berbuat, yakni tingkat pertama sampai tingkat kelima
b.
Fase mengamati, dari tingkat keenam sampai tingkat kesembilan
c.
Fase abstrak, yaitu tingkat kesepuluh.
3. Kelebihan Dan Kekurangan Menggunakan Alat Peraga Ada pun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran yaitu : 1. Menumbuhkan minat belajar siswa pelajaran manjadi lebih menarik 2. Memperjelaskan makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan, siswa akan lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan dan mendemontrasikan 4. Kekurangan alat peraga : 1. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru 2. Banyak waktu yang di perlukan untuk persiapan
24
3. Perlu kesediaan berkorban secara materiil 2.1.6.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sain yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘Science’. Kata „Science’ sendiri berasal dari Bahasa Latin ‘Science’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social ‘Science’ (ilmu pengetahuan, sosial) dan
natural
Science
(ilmu
pengetahuan,
alam).
Namun,
dalam
perkembangan Science sering diterjemahkan sebagai Sain yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi ( Jujun Suriasumantri, 198 : 299). Untuk itu, dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk menunjuk pada pengertian Sain yang kaprah yang berarti natural Science. Menurut H.W Fowler ( dalam Laksmi Prihantoro, 1986 :1,3), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebedaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Adapun Wahyana (1986) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan
penggunaannya
secara
tersusun umum
secara
terbatas
sistematik, pada
dan
gejala-gejala
dalam alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Jadi menurut Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
25
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didlam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk
mengembangkan
kompetensiagar
menjelajahi
dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam atau lingkungan sekitar. Mata pelajaran IPA di SDN Dukuh 01 Salatiga bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk : 1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran TuhanYang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya.
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikpa positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
1.1.6.3
Pengertian belajar
Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak pengaruh oleh bagaimana proses belajar yang dialami siswa. oleh sebab itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ada
26
beberapa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber, di antaranya, Skinner ( 1973) mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. C.T. Morgan (1962) mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seserang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar
menurut
pandangan
konstruktivis
merupakan
hasil
konstruktivis melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri ( Supriono, 2009: 1:6) Menurut beberapa pakar pendidikan mendefiniskan belajar sebagai berikut: 1.
Menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.
2.
Menurut Traver belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3.
Menurut Gronbach learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
4.
Menurut Harold Spears learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction
5.
Menurut Geoch learning is change in performance as a result of practice.
6.
Menurut Morgan learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience
27
2.1.6.4 Prinsip Belajar Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri : 1.
Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
2.
Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku yang lainnya.
3.
Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4.
Positif atau berakumulasi.
5.
Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dilakukan.
6.
Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witting, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of experience.
7.
Bertujuan dan terarah.
8.
Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Prinsip belajar
ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk
melakukan kegiatan belajar. Siswa akan berhasil dalam belajarnya jika memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar akan menjadi pedoman bagi siswa dalam belajar. Ada 8 (delapan) prinsip belajar yang perlu diketahui, sebagai berikut: a.
Belajar perlu memiliki pengalaman belajar. Pada dasarnya, seseorang akan mudah belajar sesuatu jika sebelumnya memiliki pengalaman yang akan mempermudahkannya dalam memperoleh pengalaman baru. Salah satu contoh: Ahmad akan bisa dengan mudah mengerjakan pelajaran penjumlahan dan pengurangan, jika sebelumnya Ahmad sudah mengenal angka-angka, dari 0,1,2,3,4, dan seterusnya.
b.
Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah. Adanya tujuan-tujuan akan dapat membantu dalam menuntun guna tercapainya tujuan. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
c.
Belajar
memerlukan
situasi
yang
problematis.
Situasi
yang
problematis ini akan membantu membangkitkan motivasi belajar. Siswa akan termotivasi untuk memecahkan problem tersebut. Semakin
28
sukar problem yang dihadapi, semakin keras usaha untuk berpikir untuk memecahkannya. d.
Belajar harus mempunyai tekat dan kemauan yang keras dan tidak mudah putus asa. Banyak orang yang gagal dalam belajar karena tidak memiliki tekat dan kemauan yang kuat untuk belajar. Bagi mereka, belajar hanya sekedar datang, duduk, dengar dan diam. Tidak menutup kemungkinan,
orang
tersebut
setelah
belajar
tidak
memiliki
pengetahuan apapun dari hasil belajarnya. Putus asa juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Mudah putus asa menyebabkan gairah belajar menjadi berkurang karena menganggap sesuatu yang dipelajarinya tersebut tidak sesuai atau benar-benar tidak sanggup untuk dipelajari sehingga muncul pertanyaan “untuk apa saya belajar?”. Menurut David (dalam M. Sobry Sutikno, 2012), seseorang guru besar di Amerika yang mendalami perjalanan orang-orang sukses di dunia, mereka yang sukses adalah orang-orang yang tidak pernah berhenti mencoba. e.
Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan. Ini akan mempermudah dalam hal penerimaan serta pemahaman akan suatu materi. Seseorang yang mengalami kelemahan dalam belajar akan banyak mendatangkan hasil yang membangun jika diberi bimbingan, arahan, serta dorongan yang baik.
f.
Belajar memerlukan latihan. Efek positif dari memperbanyak latiha adalah dapat membantu menguasai segala sesuatu yang dipelajari, mengurangi kelupaan, dan memperkuat daya ingat.
g.
Belajar memerlukan metode yang tepat. Metode belajar yang tepat memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan efisien. Metode yang dipakai dalam belajar dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang kita pelajari dan juga sesuai dengan siswa (orang yang belajar), yaitu metode yang membuat dia cepat faham.
h.
Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat. Karena faktor waktu dan tempat ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
29
keberhasilan siswa dalam belajar, dengan demikian faktor ini perlu mendapat perhatian lebih serius. Winston Churchill menyebutkan bahwa waktu tidak berpihak pada siapa pun; tetapi waktu dapat menjadi sahabat bagi mereka yang memegangnya dan memerlukannya dengan baik. Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswa lah yang harus bertindak aktif. a.
Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
b.
Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
c.
Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar menjadi berarti.
d.
Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajar.
2.1.6.5 Tujuan belajar Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim tersebut nurturant effect Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain; dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu. Belajar merupakan kegiatan pokok dalam pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, intinya adalah upaya untuk membuat siswa belajar. Alangkah sia-sia upaya yang dilakukan oleh guru jika siswa tidak mau belajar.
30
Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai sesuatu yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Dengan kalimat yang sangat sederhana, secara garis besar ada tiga tujuan belajar. Sebagai berikut: (1). Pengumpulan pengetahuan, (2). Penanaman konsep dan kecekatan, (3). Pembentukan sikap dan perbuatan.
2.1.6.6 Hasil Belajar Menurut Anni (2005: 4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan murid dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah murid sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Menurut pemikiran Gagne,hasil belajar berupa: 1.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memeerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan memprestasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis- sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
31
3.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivias kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan kordinasi, sehngga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh ), application (menerapkan ), analysis ( menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru ), dan evaluation (menilai). Domain efektif
adalah receiving ( sikap
menerima), respondin( memberikan respons), valuing ( nilai), organization ( organisasi), characteriza ( karakterisasi ). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisika, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Yang harus dingat, hasil belajar adalah perubahan perlaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategoritasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
32
2.1.7.1 Penelitian Yang Relevan Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan media alat peraga untuk memecahkan masalah pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Noffrida (2010) yang berjudul Penggunaan Media alat peraga
guna Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Tentang Pecahan Pada Siswa Kelas V SDN Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten
Blora Semester I Tahun Ajaran
2009/2010. Menyimpulkan bahwa di dalam penelitian ada peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71%) yang telah tuntas dalam belajarnya, pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20 siswa (78,57%) yang telah tuntas . Dan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa IV pada pembelajaran matematika di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. DI dalam penelitiannya jumlah siswa IV ada 28 siswa, 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Keunggulan dari penelitian ini yaitu terciptanya kerja sama diantara siswa yang lain atau anggota kelompok yang lain, sedangkan kelemahannya yaitu masih belum bisa sepenuhnya mengaktifkan siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan pecahan menggunakan media alat peraga untuk memancing siswa mengeluarkan semua pendapat atau pengetahuannya dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
33
Penelitian yang dilakukan oleh Zaini (2010) yang berjudul Penerapan Pembelajaran
Dengan
Menggunakan
Media
Alat
Peraga
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Mengurutkan Pecahan pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sidakaton 04 Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menguraikan pecahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari jumlah 29 siswa yang tuntas dengan KKM : 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 23. Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 28 siswa (96%) .Keunggulan dari penelitian ini yaitu meningkatnya hasil belajar siswa dalam mengurutkan pecahan. Sedangkan kelemahannya yaitu peningkatan hasil belajar tidak sesuai karena dengan menggunakan media alat peraga masih belum bisa sepenuhnya mengaktifkan siswa dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan pecahan. 2.1.7.2 Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa dikelas V SD Negeri Dukuh 01 di mana siswa kelas V banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam mempelajari materi-materi pelajaran IPA khususnya materi tentang sifat-sifat cahaya. Masalah-masalah dalam pembelajaran tersebut tentu ada sebabnya, diantaranya disebabkan karena model pembelajaran yang di gunakan oleh guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional oleh sebab itu, siswa kurang tertarik dan merasa jenuh pada mata pelajaran IPA selain itu kurangnya minat siswa dalam mempelajarinya karena dalam pembelajaran IPA selama ini identik dengan pembelajaran yang didominasi kegiatan menghafal dan memang terkadang siswa di buat aktif oleh guru, tetapi
34
masih banyak siswa yang terlihat tidak aktif, mungkin dikarenakan sistem pengajarannya yang selalu monoton, sehingga masih terdapat beberapa siswa yang terlihat mengantuk dan terlihat bosan dan hal ini pun berakibat pada rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01. Hal tersebut terlihat dari ulangan semester gajil siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Salatiga, Tahun ajaran 2013/2014 dari jumlah siswa sebanyak 39 siswa, hanya 30 siswa 76% yang tuntas dalam belajarnya, pada siklus I melalui 2 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 34 siswa 88% yang telah tuntas, dan pada siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjadi 37% siswa atau 94% yang telah tuntas KKM. Gambar 2.1.7.3 Kerangka berpikir Kerangka berfikir Media Alat Peraga kaitannya dengan hasil belajar
Menumbuhkan minat belajar siswa karena pembelajaran menjadi lebih menarik
Memperjelaskan makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami
Media alat peraga
Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan
Hasil belajar IPA meningkat melebihi KKM
35
2.1.7.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga pada siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Salatiga kecamatan Sidomukti tahun pelajaran 2013/2014? 2. Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan media alat peraga siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Salatiga Kecamatan Sidomukti tahun pelajaran 2013/2014.