22
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI 1. Sikap Peduli Lingkungan Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari Sikap. Manusia akan senantiasa menunjukkan sikapnya jika dihadapkan dengan berbagai kondisi. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang mencerminkan perasaan yang sedang dialaminya. Trow, Popham dan Allport dalam Adisusilo (2014: 67-68) mengemukakan tentang sikap sebagai: suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis tindakan pada situasi yang tepat dan merupakan sebagian dari ranah afektif yang di dalamnya mencakup perilaku seperti perasaan, minat, emosi dan sikap. Kesiapan mental dan saraf tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap lingkunganya tergantung pada kesiapan mental orang itu sendiri. Lingkungan tempat manusia tinggal harus selalu dijaga kelestarian, kebersihan serta keindahanya agar menciptakan suasana yang kondusif bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Lingkungan yang terjaga kelestarianya akan berdampak baik bagi penghuninya. Begitupun
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
23
sebaliknya, lingkungan yang buruk juga akan menimbulkan bahaya bagi penghuninya sendiri. Banyak bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari waktu ke waktu, diantaranya adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pasal 1 ayat 12 UU No. 23 Tahun 1997 dalam (Erwin, 2009: 35) menjelaskan pencemaran lingkungan merupakan: masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai peruntukannya. Lingkungan merupakan ruang lingkup yang bersinggungan langsung dengan manusia. Manusia harus menjaga dan melestarikan lingkungan hidupnya. Begitupun dalam lingkungan sekolah peran warga sekolah sangatlah berpengaruh, tak terkecuali dengan siswa yang berkewajiban menjaga dan melestarikan lingkungan sekolahnya agar tetap bersih, indah dan sehat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menjaga kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah, tidak membuat sampah sembarangan serta tidak merusak fasilitas yang dimiliki sekolah. Kegiatan siswa di sekolah tidak hanya belajar di dalam kelas saja, tetapi siswa juga berinteraksi dengan makhluk hidup dan benda mati yang berada di lingkungan sekolahnya. Siswa yang tinggal di lingkungan sekolah diharapkan mampu memberikan sumbangsih dan tanggapan yang baik terhadap lingkungan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
24
Sikap peduli lingkungan perlu ditanamkan di dalam diri siswa, agar siswa dapat ikut serta menjaga kelestarian lingkungan. Sikap peduli lingkungan perlu ditanamkan dalam diri siswa dan dilatih sesering mungkin sehingga menjadi kebiasaan. Kurikulum karakter di negara bagian Georgia (Samani & Hariyanto, 2012: 53-54) menyatakan bahwa “respect for environment menghargai
maknanya adalah
alam lingkungan dengan berkewajiban melestarikan
fungsinya agar terjadi kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari pencemaran lingkungan”. Berdasarkan pernyataan di atas peduli lingkungan merupakan sikap menghargai lingkungan sebagai suatu sumber daya yang harus dijaga dan dipelihara fungsinya agar dapat terus dimanfaatkan dalam kehidupan manusia dan berkelanjutan. a. Pendidikan Lingkungan di Sekolah Sekolah merupakan tempat anak memperoleh pendidikan selain di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting diberikan oleh manusia sejak dini. Pendidikan menurut Sagala (2012: 6) adalah “usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannanya di masa yang akan datang”. Dewey dalam Muslich (2011:67) mengatakan bahwa
“pendidikan
adalah
proses
pembentukan
kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang disengaja, sadar dan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
25
terencana untuk menyiapkan siswa agar mampu mengubah perilaku mereka sebaik mungkin dan mampu untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkunganya serta mempersiapkan keikutsertaannya di masa yang akan datang. Makhluk hidup erat kaitannya dengan lingkungan. Makhluk hidup senantiasa akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Sharma dan Tan dalam (Tumisem, 2012: 10) mendefinisikan lingkungan sebagai berikut: is not the sum of all the material things that constantly interact with each other which make up the mosaic of the countryside landscape. It is much more than this. It also include the economic structures and the outlook and habits of people in different parts of the world. Definisi di atas menjelaskan secara keseluruhan yang mencakup faktor fisik, ekonomi dan budaya. Lingkungan dipandang sebagai interaksi kontekstual antara komponen sosial, teknologi, politik, ekonomi dan biofisik. Keadaaan lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah baik guru, siswa, karyawan, petugas kebersihan dan penjaga kantin. Sikap peduli lingkungan sebaiknya mulai diajarkan dan dididik sejak dini agar dapat menjadi bekal manusia di masa yang akan datang. Siswa di sekolah harus mendapatkan pendidikan lingkungan untuk membiasakan hidup peduli terhadap lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan agar menjadi lebih baik.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
26
Menciptakan kesadaran seseorang terhadap lingkungan bukanlah hal yang mudah. Adisusilo (2014: 67) mengungkapkan bahwa “sikap itu tidak muncul seketika, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada siswa karena dapat memberikan pembelajaran untuk mengenal lingkungan dan meningkatkan kesadaran siswa tehadap lingkungan. Karakter anak usia SD lebih mudah dibentuk menjadi pribadi yang baik, sehingga pendidikan lingkungan yang diajarkan saat anak usia SD akan lebih tepat dan mudah dilaksanakan untuk menanamkan sikap peduli lingkungan dalam diri siswa. b. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Manusia senantiasa menunjukkan sikapnya jika dihadapkan dengan kondisi tetentu. Sikap manusia dapat berupa sikap negatif atau positif. Sikap manusia yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan manusia yang terlihat dan menjadi ciri khasnya itulah yang disebut dengan karakter. Scerenko dalam Samani & Hariyanto (2012: 43) mendefinisikan karakter sebagai “atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa”. Simon philips (Mu‟in, 2011:
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
27
160) “karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Fasli Jalal dalam Zubaidi (2011: 12) yang mendefinisikan karakter sebagai “nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sifat kepribadian seseorang yang membedakan orang tersebut dengan kepribadian orang lain dan dapat dibentuk dan diarahkan menjadi perilaku yang baik. Pemerintah
Indonesia
khususnya
dinas
pendidikan
telah
merumuskan program pendidikan karakter di sekolah-sekolah untuk membentuk karakter yang baik. Program ini dimulai dari tingkatan pendidikan paling rendah yaitu pendidikan usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan pada manusia. Karakter perlu dimasukkan ke dalam pendidikan sehingga siswa tidak hanya menerima pengetahuan umum, melainkan siswa juga ditanamkan karakter melalui pendidikan karakter. Menurut Winton dalam Samani & Hariyanto (2012: 43) mengatakan bahwa “pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seseorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya”.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
28
Raharjo dalam Zubaedi (2011: 16) mengatakan pendidikan karakter adalah: suatu proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian pendidikan karakter di atas dapat disimpulkan sebagai pendidikan yang diberikan guru kepada siswanya dalam rangka mengajarkan nilai-nilai moral kepada siswa agar siswa dapat tumbuh menjadi generasi yang berkualitas. Pendidikan karakter dikatakan berhasil atau tidaknya dapat dilihat dari indikator keberhasilan pendidikan karakter. Siswa yang memiliki sikap peduli lingkungan akan menunjukkan sikapnya sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Narwanti (2012: 69) menjelaskan bahwa: indikator pendidikan karakter peduli lingkungan di kelas antara lain: kebersihan ruang kelas, menyediakan tong sampah organik dan anorganik, hemat dalam penggunaan bahan praktik, dan penanganan limbah bahan kimia dari kegiatan praktik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter peduli lingkungan sekolah merupakan penanaman sikap dan perilaku untuk mencintai, menjaga, dan melindungi lingkungan dan alam sekitar untuk dapat melestarikan alam demi menjaga keseimbangan hidup. Penanaman karakter peduli lingkungan ini sangat berkaitan dengan proses pembelajaran IPA yang diharapkan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
29
dapat melatih dan menanamkan sikap peduli siawa terhadap lingkungan sekitar. 2. Prestasi Belajar Kata prestasi sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Prestasi akan terus diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Manusia dalam hidupnya akan senantiasa mengejar prestasi sesuai bidang keahliannya. Arifin (2013: 12) menjelaskan bahwa: prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, sedangkan dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berari “hasil usaha”. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi merupakan buah hasil dari usaha atau kerja yang dilakukan seseorang. Prestasi bagi siswa berkaitan dengan hasil dari usaha jerih payahnya dalam belajar yang telah dilakukan. Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha setelah melakukan kegiatan belajar. Pestasi akan mengiringi jika seseorang melakukan kegiatan belajar. Prestasi selalu diiringi dengan belajar. Prestasi yang baik tidak muncul begitu saja, melainkan terdapat usaha-usaha yang dilakukan sebelumnya yaitu belajar. Skinner dalam Sagala (2010:14) berpendapat “belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif”. Abdilah (Aunurrahman, 2011:35) mengatakan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukuan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.”
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
30
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil pengalamannya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah akan memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi mereka. Siswa melakukan sebuah usaha yaitu belajar, maka siswa akan mendapatkan hasil dari kegiatan belajarnya itu berupa ilmu pengetahuan dan nilai. Nilai yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar tersebut seringkali disebut sebagai sebuah prestasi belajar. Istilah pestasi belajar dan hasil belajar erat kaitannya dalam dunia pendidikan. Pengertian prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Arifin (2013: 12-13) mengatakan perbedaan prestasi belajar dan hasil belajar yaitu: prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah. Pendapat Arifin di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan prestasi belajar dan hasil belajar yaitu prestasi belajar mengacu pada aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar mengacu pada pembentukan watak. Prestasi belajar dapat digunakan guru untuk umpan balik dalam kegiatan mengajar sedangkan hasil belajar digunakan untuk mengetahui presentase tingkat pencapaian kompetensi.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
31
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar. IPA merupakan pengetahuan yang membahas tentang manusia dan alam sekitarnya. Suriasumantri
dalam
(Trianto, 2010: 136) menjelaskan IPA
merupakan: bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin „scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural sciences (Ilmu Pengetahuan Alam). Perkembangan science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Susanto (2015: 167) menjelaskan bahwa “sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur serta dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan”. Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan alam dengan cara mengamati sesuai dengan prosedur sampai memperoleh hasil. Prihatno Laksmi dalam Trianto (2010: 141-142) mengatakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah terdapat nilai-nilai yang dapat ditanamkan saat proses pembelajaran, antara lain: 1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
32
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitanya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. Proses pembelajaran IPA di tingkat sekolah harus menekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya akan berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Proses pembelajaran IPA memerlukan penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide dan pengetahuan yang dimilikinya. b. Materi Perubahan Daratan dan Pengaruhnya Materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya terdapat di kelas IV SD semester 2 yaitu ada pada KD 10.2 dan 10.3. KD 10.2 menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir dan longsor). KD 10.3 mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir dan longsor). Materi tersebut berisi tentang bagaimana siswa memahami pengaruh perubahan lingkungan terhadap darat dan bagaimana cara siswa mencegah
kerusakan-kerusakan
lingkungan.
Pembelajaran
ini
bertujuan untuk membantu siswa mengenal lingkungan, memahami perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal,
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
33
pengaruh perubahan lingkungan dan upaya yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan kerusakan lingkungan. 4. Model Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian PBL Model pembelajaran dalam pendidikan memiliki banyak jenis, salah satunya adalah PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menyelesaikan masalah. Pengertian PBL menurut Barrows dan Kelson dalam Amir (2009: 21) adalah: kurikulum dan proses pembelajaran. Kurikulum tersebut berisi masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan untuk berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran PBL menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Suyadi (2013: 129) mengemukakan bahwa PBL adalah “suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk menyelesaikannya”. Tan dalam Rusman (2011: 229) mengatakan PBL merupakan: inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar memahami dan mengatasi permasalahan nyata yang ada
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
34
di kehidupan siswa dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya dan mencari pengetahuan baru agar siswa mampu untuk memecahkan masalah. b. Karakteristik PBL Model pembelajaran dalam dunia pendidikan memiliki bermacam-macam jenis. Masing-masing jenis model pembelajaran memiliki karaktersitik yang berbeda-beda. Taufiq (2009: 22) merangkum karakteristik yang tercakup dalam proses PBL, antara lain: 1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. 2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (illstructured). 3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab pelajaran atau lintas ilmu ke bidang lainnya. 4) Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru. 5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning). 6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting. 7) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi. Berdasarkan karakteristik PBL di atas bahwa pembelajaran yang menggunakan model PBL memiliki ciri dan keunggulan tersendiri. Siswa dalam proses pembelajaran diberikan suatu masalah yang nyata untuk diselesaikan dan dipecahkan secara berkelompok.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
35
Pembelajaran tersebut melatih kemandirian siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan. c. Langkah-langkah model PBL Menurut Hamruni dalam Suyadi (2013: 137-140), terdapat enam langkah untuk dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah ini, yaitu: 1) Menyadari Adanya Masalah Pembelajaran ini awalnya harus dimulai dari membangun kesadaran kritis siswa akan adanya masalah yang akan dipecahkan. Pada tahap ini, guru dapat menunjukan adanya gap atau kesenjangan antara realitas yang terjadi dengan idealitas atau yang dikehendaki. 2) Merumuskan Masalah Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Setelah materi disajikan secara problematik, dan siswa mampu menangkap gap atau kesenjangan pada masalah tersebut, maka guru perlu membantu siswa untuk merumuskan masalah sehingga menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih fokus dan spesifik. Dalam hal ini, siswa menggunakan seluruh pengetahuan yang dimilikinya, kemudian mengakumulasi dengan pengetahuanpengetahuan baru dan mengkristal pada rumusan masalah yang layak diangkat. 3) Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah hubungan sebab akibat yang sifatnya sementara dan belum teruji kebenarannya, namun memenuhi syarat logis rasional dan empiris. 4) Mengumpulkan Data Sebagai konsekuensi proses berpikir empiris, kebenaran data dalam kerangka berpikir ilmiah sangat dibutuhkan. Data akan berpengaruh pada hipotesis yang disajikan. Dalam tahap ini siswa diharap mampu mengumpulkan data yang relevan secepat mungkin, kemudian mengorganisasikan serta menyajikan secara skematis atau terpetakan sehingga mudah dipahami. 5) Menguji Hipotesis Berdasarkan data yang dikumpulkan, diharapkan siswa mampu menguji hipotesis yang diajukan pada langkah ketiga. Akhirnya siswa mampu memilih hipotesis yang sesuai dan dapat dibenarkan secara rasional dan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
36
dibuktikan secara empiris, serta menolak hipotesis yang lain. 6) Menentukan Pilihan Penyelesaian Tahap terakhir adalah memilih salah satu solusi yang diambil dari hipotesis yang telah diuji kebenaranya sebagai sebuah pilihan. Dengan demikian, kemampuan yang diharapkan pada tahap terakhir adalah kecakapan siswa dalam memilih alternatif penyelesaian masalahsecara bijaksana. Langkah-langkah di atas merupakan suatu keterpaduan yang harus ada. Adanya masalah yang harus diselesaikan merupakan hal yang pokok dan harus ada dalam dalam penerapan model pembelajaran ini, kemudian berlanjut ke langkah berikutnya sehingga masalah tersebut terselesaikan. d. Keunggulan model PBL Model pembelajaran PBL memiliki banyak keunggulan. Menurut Suyadi (2013: 142) keunggulan dari model PBL antara lain: 1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa, sehingga memberikan keluasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa. 3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan. 6) Siswa mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. 7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
37
8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9) PBM dapat mengembangkan minat siswa untuk mengembangkan konsep belajar secara terus menerus, karena dalam praktiknya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya, ketika satu masalah diatasi, masalah lain muncul dan membutuhkan penyelesaian secepatnya. Banyak keunggulan dari penerapan model PBL di dalam proses pembelajaran. Karakter siswa juga dimunculkan dalam proses pembelajaran,
sehingga
siswa
tidak
hanya
melakasanakan
pembelajaran saja, namun mendapatkan hikmah yang bisa diterapkan dalam berkehidupan di luar kelas. B. Penelitian yang Relevan Penggunaan model PBL sebelumnya sudah pernah dilakukan untuk penelitian oleh Tatang Herman dalam jurnal Educationist No. 1 Vol. 1 (2007) yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama” dengan hasil penelitian sebagai berikut 1. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang dilihat berdasarkan variasi peringkat sekolah. Peningkatan tersebut dibuktikan berdasarkan tes Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi (KBMTT) yang terdiri atas Tes-1, Tes-2, dan Tes-G (gabungan dari Tes-1 dan Tes-2) dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran seperti Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terbuka, PBM Terstruktur dan Konvensional. Hasil tes menunjukkan bahwa sekolah dengan peringkat baik cenderung memperoleh rerata skor lebih baik daripada
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
38
sekolah dengan peringkat cukup dan kurang untuk masing-masing Tes-1, Tes-2, maupun Tes-G. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peringkat sekolah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi. 2. PBM terbuka dan PBM terstruktur secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dibanding pembelajaran konvensional. 3. Terbangun disposisi matematis yang positif dalam diri siswa. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
disposisi
matematis
siswa
yang
mendapatkan PBM menunjukkan hal-hal yang positif, seperti: 77,2% siswa menyatakan senang belajar matematika melalui pemecahan masalah, 72,8% siswa merasa tertantang dalam belajar matematika melalui pemecahan masalah, 90% siswa berpendapat bahwa pemecahan masalah perlu dilakukan melalui kerja kelompok, 72,8% siswa menyatakan bahwa selalu ada cara lain untuk menyelesaikan masalah, 82,8% siswa percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah, 82,2% siswa memandang perlu menghargai pendapat orang lain, 86,2% siswa berpendapat bahwa belajar matematika melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk kehidupan,
65,5% siswa menyatakan perlunya
memikirkan cara lain yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah, dan 71,7% siswa menyatakan perlunya mengikuti cara yang dilakukan teman dalam menyelesaikan masalah, jika cara tersebut lebih baik daripada caranya.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
39
C. Kerangka Berpikir Kondisi awal yang menjadi permasalahan di SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul yaitu sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih rendah. Proses pembelajaran IPA belum mampu memberikan dorongan bagi siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat ke dalam kehidupan nyata. Siswa kurang memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitar. Siswa juga kurang memahami dan menguasai materi pelajaran IPA yang menyebabkan prestasi belajar IPA siswa rendah.. Sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul dapat meningkat, maka perlu dilakukan adanya tindakan yang berasal dari guru. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang dianggap sesuai adalah model PBL. Penerapan model PBL dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa karena siswa dihadapkan dengan masalah kehidupan nyata dan siswa dilatih untuk memiliki sikap peduli lingkungan dari kegiatan pemecahan masalah dan kegiatan praktik yang dilakukannya. Siswa juga dilatih untuk berpikir kritis dalam menyeselesaikan masalah yang dihadapinya sehingga siswa akan memperoleh pengetahuan dan konsep mengenai materi pelajaran. Penerapaan model PBL diharapkan dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan dan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
40
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di kelas IV SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul. Belum menggunakan Model PBL
Kondisi Awal
Siklus I
Rendahnya sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa
Menggunakan Model PBL
Tindakan
Siklus II Model pembelajaran PBL dapat Gambar 2.1. Kerangka Pikir meningkatkan sikap peduli D. Hipotesis Tindakan Kondisi Akhir lingkungan dan prestasi belajar siswa Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu: 1) Penerapan model PBL diduga dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa pada materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di kelas IV SN Negeri 1 Kalitinggar Kidul. 2) Penerapan model PBL diduga dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di kelas IV SN Negeri 1 Kalitinggar Kidul.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016