BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Model Pembelajaran POE ((Prediksi, Observasi, Eksplanasi) Suyati (2012) mengemukakan: “Istilah POE (Prediksi, Observasi, Eksplanasi) pertama kali diperkenalkan oleh White and Gunstone, yang artinya prediksi, observasi, eksplanasi. Kemampuan POE (Prediksi, Observasi, Eksplanasi) berarti kemampuan seseorang untuk memprediksi, mengobservasi, dan mengeksplanasi”. Wahyudi (2011) mengemukakan: Salah satu model pembelajaran yang berbeda adalah model pembelajaran Model Pembelajaran P-O-E (Predict-Observe-Explain). Pada model ini terdiri dari tiga fase yaitu: Predict atau prediksi/dugaan, Observe atau observasi/pengamatan dan Explain atau penjelasan. Dalam model ini siswa diminta untuk menduga apa yang akan terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari, kemudian guru melakukan kegiatan dan siswa mengamati apa yang dilakukan guru sambil mwencocokkan dengan dugaannya dan terakhir siswa diminta untuk menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Menurut Piaget (1972) dalam Wahyudi (2011) Mengemukakan bahwa: “Jika dugaan mereka sama dengan hasil pengamatan maka akan terjadi penguatan konsep yang dimiliki siswa, sebaliknya jika yang diamati berbeda dengan yang diduga siswa maka akan terjadi kognitif konflik yang perlu adanya proses akomodasi kognitif dalam pikiran siswa”. Menurut Ausubel (1990) dalam Wahyudi (2011) “Perbedaan ini adalah hasil dari perbedaan konsep yang menjadi konsep alternatif bagi siswa, dan bukan merupakan kesalahan konsep”. White & Gunstone (1992) dalam Wahyudi (2011) “Hal ini juga menunjukkan kepada guru bahwa siswa telah mempunyai pengetahuan dan pengertia awal (existing knowledge and underrstanding) dan dapat dijadikan sebagai starting point untuk membangun ide-ide baru berdasarkan bukti yang mereka saksikan”. Hakim (2012) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE adalah sebagai berikut: a. Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu.
5
6
b. Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak. c. Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas masalah. d. Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi. Suardika (2013) mengemukakan: Model pembelajaran POE dapat digunakan untuk menggali gagasan awal yang dimiliki oleh siswa. Membangkitkan diskusi baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang belum dipahami. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasalahan. Menurut Liew (2004) dalam Suardika (2013) menyimpulkan sebagai berikut: Bahwa pembelajaran dengan model POE dapat digunakan oleh guru untuk memberikan pengertian yang mendalam pada aktivitas desain belajar dan strategi bahwa start belajar berawal dari sudut pandang siswa bukan guru atau ahli sains. Berdasarkan penemuan dari penelitian yang telah dilakukan memiliki implikasi untuk pengembangan kurikulum, strategi belajar, pengembangan guru dan penilaian pemahaman siswa serta tingkat prestasi belajar siswa.
7
Setiap aktivitas siswa mendapat penghargaan dari guru. Aktivitas guru dan siswa disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 2.1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran POE Langkah Pembelajaran
Aktivitas Guru Memberikan apersepsi terkait materi yang akan dibahas.
Aktivitas Siswa
Memberikan hipotesis berdasarkan permasalahan yang Tahap 1 diambil dari pengalaman Meramalkan (Predict) siswa, atau buku panduan yang memuat suatu fenomena terkait materi yang akan dibahas. Sebagai fasilitator Mengobservasi dengan dan mediator melakukan eksperimen apabila siswa atau demonstrasi mengalami berdasarkan Tahap 2 kesulitan dalam permasalahan yang dikaji Mengamati (Observe) melakukan dan mencatat hasil pembuktian. pengamatan untuk direfleksikan satu sama lain. Mendiskusikan fenomena yang telah diamati secara konseptual-matematis, serta membandingkan hasil observasi dengan hipotesis sebelumnya Memfasilitasi bersama kelompok Tahap 3 jalannya diskusi masing-masing. Menjelaskan apabila siswa Mempresentasikan hasil (Explain) mengalami observasi di kelas, serta kesulitan. kelompok lain memberikan tanggapan, sehingga diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang sedang dibahas. (diadaptasi dari Wah Liew, 2004)
8
Indrawati dan Setiawan (2009:45) menyimpulkan bahwa: P.O.E adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. P.O.E ini juga sering disebut suatu strategi pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara mementa mereka untuk melakasanakan tiga tugas utama, yaitu predik, observasi, dan menjelaskan (explain). Ketiga tugas siswa dalam pembelajaran POE yaitu: a. Predik Pada tahap ini, mintalah pada peserta didik untuk mengamati apa yang akan Anda demonstrasikan. Mintalah mereka mengamati fenomena yang didemonstrasikan, kemudian mereka mempredikasi hasilnya dan mempertimbangkan prediksinya. b. Observasi Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan, menunjukan proses atau domonstrasi dan meminta peserta didik untuk mencatat apa yang terjadi. c. Explain Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengajukan hipoteseis mengenai mengapa terjadi seperti yang mereka lakukan dan menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuatnya dengan hasil observasinya. Menurut peneliti model pembelajaran POE adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif karena pada model pembelajaran ini siswa tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru tetapi siswa banyak berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, dan moivator dan memantau kemajuan belajar siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif, kreatif, dan bersosialisasi dengan baik bersama teman-temannya dalam satu kelompok. Dalam model pembelajaran POE ini siswa dapat aktif dalam menduga suatu fenomena atau suatau kejadian kemudian meneliti dan kemudian dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri hasil dari dugaan dan hasil penelitiannya. Langkah-Langkah POE Kandiyas (2011) salah satu hasil pelatihan di P4TK IPA Bandung adalah model POE ini lebih tepatnya diterapkan pada pelajaran IPA. Widiaswara P4TK IPA yaitu Bapak Soni Sukendar, S.Pd.,M.Si.,M.T., langkah-langkah A. Predict 1. Guru memperlihatkan sesuatu (benda, alat) kepada siswa)
9
2. Guru memberi pertanyaan pada siswa “apa yang akan terjadi pada benda tersebut jika dilakukan susuatau” 3. Menyuruh siswa membuat prediksi 4. Tanyakan pada siswa hasil presiksi dan mengapa berprediksi (seperti itu). 5. Mengapresiasi semua prediksi B. Observasi 1. Guru melakukan demonstrasi dengan benda (tersebut) 2. Guru menugaskan siswa untuk melakukan observasi/pengamatan 3. menyuruh siswa untuk mencatat hasil observ/pengamatan 4. menanyakan kepada siswa hasil observasi/pengamatan C. Explain (Menjelaskan) 1. Menugaskan kepada siswa untuk menambahkan penjelasan pada hasil oservasi/pengamatannya 2. Menguaskan siswa untuk mendiskusikannya. 3. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 4. Guru memberi penguatan dan koreksi terhadap konsepsi siswa yang belum sesuai. 5. Memberikan apresiasi terhadap semua hasil diskusi siswa. Menurut peneliti langkah-langkah pembelajaran POE adalah a.
Guru memperlihatkan sesuatu (benda, alat) kepada siswa)
b.
Siswa membuat prediksi
c.
Tanyakan pada siswa hasil presiksi dan mengapa berprediksi (seperti itu).
d.
Guru melakukan demonstrasi dengan benda (tersebut)
e.
Siswa melakukan observasi/pengamatan terhadap benda yang didemonstrasikan oleh guru
f.
Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok 4-5 orang dalam satu kelompok
g.
Siswa mendiskusikan hasil observasi.
h.
Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
i.
Guru memberi penguatan dan koreksi terhadap konsepsi siswa yang belum sesuai.
j.
Memberikan apresiasi terhadap semua hasil diskusi siswa.
10
Kelebihan dan kekurangan model POE Kelebihan model pembelajaran POE a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati proses secara kongkrit terhadap peristiwa yang dipelajari sehingga akan menumbuhkan pemahaman yang kuat terhadap konsep materi yang mereka pelajari. b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengajukan masalah lewat membuat soal serta menyelesaikannya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. c. Pembelajaran didominasi oleh siswa sehingga dapat membangkitkan kreatifitas serta keaktifan dan dapat menumbuhkan minat pada diri siswa. d. Melatih siswa untuk bersikap ilmiah dan dan berpikir kritis. e. Membantu guru untuk mencapai tujuan yang lebih efektif dan efisien. f. Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi g. Dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediksinya dapat mengurangi verbalisme h. Proses pembelajaran lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen i. Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Kekurangan Model pembelajaran POE a. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan pembelajaran dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajukan peserta didik b. Untuk kegiatan eksperimen, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai
11
c. Untuk melakukan kegiatan eksperimen, memerlukan kemampuan dan keterampilan yang khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional d. Memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
Menurut peneliti cara mengatasi kekurangan POE adalah sebagai berikut: a. Seorang guru harus dapat memilih materi yang sesuai dengan model pembelajaran POE. b. Sebelum mengajarkan materi terlebih dahulu mencari peralatan, bahanbahan dan tempat untuk kegiatan eksperimen tersebut. c. Sebelum mengajar guru terlebih dahulu menguji cobakan terlebih dahulu cara eksperimen agar pada saat melakukan eksperimen di dalam kelas tidak cangung dan gugup lagi dan terlihat lebih profesional. d. Guru harus selalu berpikiran optimis agar pembelajaran yang diajarkan dapat maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan.
2.1.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Darmodjo dan Kaligis (1991:3-4) mengemukakan: Dari segi istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. “Ilmu” artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat, sedang objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui pancaindera. Pengetahuan Alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun “Pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”. Pengetahuan Alam yang tidak rasional adalah misalnya ada orang yang berpandangan pelangi itu adalah selendang bidadari yang mau turun mandi, gerhana bulan terjadi karena ditelan raksasa sakti yang telah dipengal lehernya, oleh karena itu setelah ditelan bulan akan muncul lagi karena keluar dari kerongkongan raksasa, Pengetahuan alam semacam ini kita sebut sebagai pengetahuan alam yang mitologis sifatnya.
12
Trianto (2010: 136) Mengemukakan: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’ kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi (Jujun Suriasumantri, 1998: 299). Untuk itu, dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk merujuk pada pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Permendiknas no 26 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk SD/MI dan SMP/MTs yang ditetapkan BNSP. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
13
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Hipotesis bahwa siswa Sekolah dasar dapat belajar dengan menginterpretasi segala pengetahuan yang dimilikinya dengan pengamatan, percobaan dan penelitian di lingkungan maupun di dalam ruang laboratorium. Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. c. Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA. Dari segi istilah yang digunakan seringkali mendapatkan gambaran yang terlalu sempit seperti halnya pengertian IPA yang telah diuraikan diatas. Kalau kita simak sekali lagi pengertian tersebut maka
IPA seolah-olah hanyalah
merupakan kumpulan pengetahuan, yaitu kumpulan pengetahuan tentang alam. Padahal pengertian IPA jauh lebih luas dari sekedar kumpulan pengetahuan. Maka dari kalimat tersebut kurang lebih adalah bahwa IPA itu merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berfikir yang logis tertentu.
14
Menurut peneliti IPA adalah suatu gejala tentang alam yang dapat dicari dan ditemukan dialam semesta ini. IPA merupakan suatu proses dan produk dari upaya manusia untuk membuktikan suatu kebenaran dengan cara mengamati dan melakukan eksperimen bukan merupakan kumpulan suatu teori tetapi merupakan ilmu yang bersifat fakta-fakta dan gejala alam yang dapat mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta. Sehingga IPA adalah suatu bentuk ilmu murni dan alami dapat dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan panca indera manusia. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) untuk masingmasing satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut: Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI
15
a. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis b. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya c. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup d. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda, dan kegunaannya e. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya f. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas IV semester II Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahannya 8. Memahami berbagai 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi bentuk energi dan cara yang terdapat di lingkungan sekitar serta penggunaannya dalam sifat-sifatnya kehidupan sehari-hari 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik
2.1.3. Hasil Belajar Supratiknya (2012:5) mengemukakan bahwa: Hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuankemampuan baru yang diperoleh murid sesudah mereka mengikuti proses belajar mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Pemerolehan kemampuan baru tersebut
16
akan terwujud dalam perubahan tingkah laku tertentu, seperti dari tidak tahu menjadi tahu tentang seluk-beluk gejala tertentu, dari acuh-tak-acuh menjadi menyukai abjek atau aktifitas tertentu, serta dari tidak bisa menjadi cakap melakukan keterampilan tertentu seperti membaca tabel, membuat peta, mendayung, mengukir, dan sebagainya. Menurut Hamalik (2001:159) dalam Hasil Tes Guru (2012) bahwa “Hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa”. Menurut Nasution (2006:36) dalam Hasil Tes Guru (2012) “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Agus Suprijono (2009:05) mengemukakan bahwa: Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun terulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manupulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategori kn, kemampuan analitis,-sintesis-fakta-konsep dan mengembangkan prinsipprinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyelurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme erak jasmani. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginter nalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan,hubungan), synthesis (mengorganisasikan,merencanakan, membentuk bangunan, baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain Psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan
17
rountinize. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Minimal terdapat enam tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Menurut Sukardi (2008:9). Keenam tujuan evaluasi adalah sebagai berikut. a. Menilai ketercapaian (attainmnent) tujuan. Ada keterkaiatan antara tujuan belajar, metode evaluasi dan cara belajar siswa.... b. Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar dikatagorikan sebagai kognitif, psikomotor dan afektif.... c. Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap orang masuk kelas dengan membawa pengalamannya masigmasing. Siswa mungkin juga memiliki karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi menengah atau atas, keluarga yang pecah dan keluarga yang memiliki keterampilan khusus. Hal yang penting diketahui oleh guru adalah ada asumsi hasil akhirnya mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama.... d. Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit antara para guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi.... e. Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan masalah problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar.... f. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi merupakan salah satu dari bagian instruksional.... Fungsi Evaluasi hasil belajar menurut Sukardi (2008:4) adalah : Evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut: a. Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. b. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. c. Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar. d. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
18
e. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. f. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada orang tua siswa.
Bentuk-Bentuk Instrumen Penilaian (Afdal Zul. 2012 materi 3) Instrumen penilaian terdiri dari instrument penilaian tes dan instrument penilaian non tes. 1. Tes Tes merupakan alat untuk menaksir kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus. Non Test a. Observasi Obsevasi adalah pengamatan terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan b erbagai halyang menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu
tertentu,
mulai
dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan
diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Menurut peneliti hasil belajar adalah hasil dari proses belajar didalam kelas yang dinilai oleh guru baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Instrumen yang sering digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa berupa tes tertulis, tes lisan, non tes berupa observasi, angket, wawancara dll. Hasil belajar sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar didalam kelas, karena dengan hasil belajar tersebut dapat dipergunakan guru dalam mengambil suatu keputusan lulus atau tidak lulusnya siswa, naik atau tidak naiknya siswa dan juga dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Sehingga guru juga dapat memperbaiki proses belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda tersebut.
19
Menurut Peneliti Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Adalah Sebagai Berikut: a.
Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah yang perubahan
tingkah laku siswa atau berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu sikap siswa menerima pembelajaran, kebiasaan belajar siswa, program yang ada pada diri siswa dan motivasi yang ada didalam diri siswa. b. Faktor Eksternal Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu berasal dari tindakan guru, sosial budaya, keluarga, informasi-informasi yang berguna bagi kemajuan belajar siswa, teman sejawat/teman yang bisa memotivasi siswa, suasana
kelas,
alat
peraga,model/metode
yang
digunakan
guru
dalam
menyampaikan pembelajaran dikelas
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Rhamdhani, Widhianti Fajri (2013) Penerapan Strategi “POE” (PredictObserve-Explain) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Sifat-Sifat Cahaya. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Kata kunci: Strategi POE, Berpikir Kritis. Ermika Cahya Widayanti (2012) Meningkatkan Aktivitas Dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Pada Siswa Kelas VII B Smp Negeri 2 Balung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi, Universitas Jember. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2 secara keseluruhan dapat dikatakan telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum adanya tindakan. Proses dalam meningkatan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) yaitu dengan melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran dengan
20
memberikan permasalahan lalu siswa mempraktikkan dan mencari penjelasan. Dari tahap-tahap model pembelajaran POE (Predict- Observe-Explain) tersebut siswa akan lebih termotivasi sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Proses meningkatkan ketuntasan hasil belajar meningkat karena penyelesaian persoalan tersebut diperoleh dengan siswa melakukan eksperimen dan melalui proses ilmiah meliputi membuat prediksi, mengumpulkan data, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan. Sehingga siswa lebih mengingat materi yang diberikan dan siswa dengan mudah dalam mengerjakan soal yang diberikan. Nugraheni, Setyaningtyas Wahyu (2011) Penerapan model POE (Predict. Observe, explain) untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas III SDN Karangbesuki 4 Malang. Skripsi, Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model POE dapat meningkatkan pembelajaran IPA. Terbukti pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan, siswa terlibat langsung dalam pembelajarannya sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Prosentase untuk keberhasilan guru dalam menerapkan model pada siklus 1 mencapai 93,39% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 100%. Nilai ratarata aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 70,50 dengan kriteria memuaskan dan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar meningkat menjadi 77,22 dengan kriteria memuaskan. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 57,14% dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa 73,81 dan pada siklus II prosentase meningkatan menjadi 85,71% dengan nilai rata-rata 79,91.
2.2. Kerangka Berfikir Pada pembelajaran dengan kompetensi dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dengan menggunakan pembelajaran konvensional hasil belajar siswa kurang dari KKM <70 tetapi setelah menggunakan model pembelajarn POE hasil belajar siswa dapat memenuhi KKM =70 atau lebih besar dari KKM ≥70.
21
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifatsifatnya
Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar <70
Menggunakan model pembelajaran POE
Langkah-Langkah Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) a.
Guru memperlihatkan sesuatu (benda, alat) kepada siswa)
b.
Siswa membuat prediksi
c.
Tanyakan pada siswa hasil presiksi dan mengapa berprediksi (seperti itu).
d.
Guru melakukan demonstrasi dengan benda (tersebut)
e.
Siswa melakukan observasi/pengamatan terhadap benda yang didemonstrasikan oleh guru
f.
Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok 4-5 orang dalam satu kelompok
g.
Siswa mendiskusikan hasil observasi.
h.
Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
i.
Guru memberi penguatan dankerangka koreksi terhadap 2.3.Gambar berfikir konsepsi siswa yang belum sesuai.
j.
Memberikan apresiasi terhadap semua hasil diskusi siswa.
Tes Formatif
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Hasil Belajar ≥70
22
2.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka Peneliti merumuskan hipotesis penggunaan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.