BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil tinjauan pustaka, yang terdiri dari teori- teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Teori yang ditinjau adalah prestasi akademik, dukungan sosial suami, hubungan antar variabel, dan hipotesis penelitan.
2.1 Prestasi 2.1.1
Pengertian Prestasi Prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau
kegiatan tertentu. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan (Qohar, 2000). Menurut Nasrun (2000) prestasi menyatakan hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya, dengan hasil menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 178/U/2001, akademik merupakan sebuah penyampaian ilmu yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu, yang mencakup program pendidikan.
9
10
2.1.2 Pengertian Prestasi Akademik Pengertian prestasi akademik menurut Bloom (dalam Azwar, 2005) adalah mengungkap
keberhasilan
seseorang
dalam
belajar.
Suryabrata
(2002)
menyatakan bahwa prestasi akademik adalah seluruh hasil yang telah dicapai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar akademik (academic achievement). Seluruh hasil yang telah dicapai (achievement) atau diperoleh melalui proses belajar akademik (academic achievement) yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan dipelajari. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan ketrampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur, 2006). Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil dari pencapaian mahasiswa dari kegiatan belajar yang telah distandarisasi untuk mengetahui sejauh mana seseorang menguasai bahan pelajaran yang diajarkan serta mengungkapkan keberhasilan yang dicapai oleh orang tersebut. Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa perlu diadakan suatu evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses belajar dan pembelajaran itu berlangsung secara efektif. Efektifitas proses belajar tersebut akan tampak pada kemampuan mahasiswa menguasai materi pelajaran.
11
2.1.3 Faktor – Faktor Prestasi Akademik Richardson, Abraham & Bond (2012) mengatakan banyak faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi akademik. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam 5 ranah yaitu; trait kepribadian, faktor motivasi, strategi belajar dengan regulasi diri, pendekatan siswa dalam belajar, pengaruh konteks psikososial. Dari faktor-faktor tersebut terdapat beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan prestasi akademis salah satunya adalah dukungan sosial (social support) yang termasuk dalam ranah pengaruh konteks psikososial. Menurut Ahmadi (2004), terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, yaitu Faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal a) Faktor Kesehatan Fisik Seseorang yang mengalami kelemahan fisik baik karena sakit maupun cacat, dimana saraf sensoris dan motoriknya dapat terganggu, akibatnya rangsangan yang diterima melalui indera tidak dapat diteruskan ke otak dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mahasiswa tertinggal dalam pelajarannya. b) Kecerdasan/inteligensi Intelegensi seseorang mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya, dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya, semakin tinggi IQ seseorang maka semakin baik pula potensinya. Dengan melalui ujian saringan yang demikian ketat persaingannya, secara praktis sebenarnya mahasiswa sudah terseleksi
12
dalam hal aspek intelegensinya. Namun kenyataan menunjukkan masih cukup besar kendala untuk keberhasilan belajar mahasiswa. Ternyata
intelegensi
bukan
satu-satunya
yang
menentukan
keberhasilan dalam belajar. c) Motivasi Menurut maslow motivasi adalah sesuatu yang mengarahkan dan membangkitkan suatu tingkah laku pada manusia, baik dari diri sendiri yakni berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan maupun dari orang lain. Setiap mahasiswa memiliki motif yang berbeda-beda dalam berprestasi. d) Minat Minat merupakan rasa suka dan ketertarikan terhadap sesuatu yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian melalui proses pembelajaran terhadap hal yang diminati. Untuk membangkitkan minat pada mahasiswa, mahasiswa perlu mengetahui hubungan antara materi yang dipelajarinya dapat membawa kemajuan pada dirinya. e) Kepribadian Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi yang seimbang dapat menciptakan kesehatan mental dan ketenangan emosi, yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar. Individu dalam hidupnya
selalu mempunyai
kebutuhan-kebutuhan
dan
13
dorongan-dorongan seperti rasa aman, dapat dipercaya, memperoleh penghargaan dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka akan muncul masalah-masalah emosional dan sebagai manifestasi dari rasa emosional mental yang kurang sehat, akibatnya akan dikompensasikan dalam tindakan-tindakan agresif yang bersifat negatif. 2. Faktor eksternal Menurut Purwanto (2006) selain faktor internal, juga terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: a) Keadaan keluarga Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh seseorang. Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting. b) Guru dan cara mengajar Faktor guru atau dosen dan cara mengajarnya juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. c) Alat-alat pelajaran Institusi yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik oleh guru atau dosen, kecakapan pengajar dalam menggunakan alatalat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar seseorang.
14
d) Motivasi sosial Jika seseorang mendapatkan motivasi sosial dari lingkungan sekitarnya, maka akan timbul keinginan dan hasrat belajar yang lebih baik. Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua, guru, tetangga, sanak saudara, dan teman sebaya. e) Lingkungan dan kesempatan Keadaan
lingkungan
dan
kesempatan
juga
mempengaruhi
keberhasilan belajar seseorang, seperti jarak antara rumah dan sekolah, keadaan lingkungan sekitar sekolah, dan kesempatan yang dimiliki oleh seseorang untuk tetap melanjutkan pendidikannya. Menurut Slameto (2003) dan Suryabrata (2002) secara garis besarnya faktor- faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik dapat dikelompokkan atas faktor Internal dan faktor eksternal. faktor internal adalah Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental atau psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi kondisi fisiologis yang mencakup kelelahan, mengantuk dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain. Faktor Eksternal dalah Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain berupa dukungan sosial (Djamarah, 2008).
15
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang diungkapakan oleh beberapa ahli, konsentrasi dari penelitian ini adalah faktor dari dukungan sosial suami, yakni untuk mengetahui peran dukungan sosial suami terhadap keberhasilan belajar mahasiswa yang sudah menikah.
2.1.4 Ciri- Ciri Individu yang Berprestasi Sobur (2006) menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki keinginan berprestasi tingi adalah berprestasi dihubungkan dengan seperangkat standar. Seperangkat standar tersebut dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi diri sendiri yang lampau serta tugas yang dilakukan. Individu yang memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi adalah individu yang memilki standar berprestasi, memiliki tanggung jawab pribadi atas apa yang dilakukannya, individu lebih suka bekerja pada situasi yang dimana dirinya mendapat umpan balik. Adanya kebutuhan untuk mendapat umpan balik atas pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya, lebih baik atau lebih buruk. Menghindari tugas-tugasnya yang sulit atau terlalu mudah, akan tetapi memiliki tugas yang tingkat kesulitannya sedang. Inovatif, yaitu melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik dari pada sebelumnya. Dengan demikian seseorang yang memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi adalah individu yang memiliki standar prestasi tinggi, memiliki tanggung jawab pribadi atas apa yang dilakukannya, individu lebih suka bekerja pada situasi
16
dimana dirinya mendapat umpan balik, realistis dalam pencapaian tujuan dan bersifat inovatif.
2.1.5
Pengukuran Prestasi Akademik Petroff (2008) menyatakan bahwa IP dan ketuntasan mata kuliah umum
digunakan sebagai pengukuran kesuksesan akademik. Indeks prestasi ini diukur oleh berbagai sarana evaluasi akademik seperti ujian tengah semester, ujian akhir semester, tugas – tugas rumah dan tugas laboratorium/ lapangan pada masing – masing mata kuliah yang dijalani. Tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dalam suatu program semester atau dalam seluruh program studi dinilai dengan Indeks Prestasi kumulatif. IP diperoleh melalu perkalian antara jumlah nilai kredit mata kuliah dengan nilai bobot setiap mata kuliah dibagi dengan jumlah niai kredit (Sistem Kredit Semester) mata kuliah yang diambil setiap semester. Sedangkan IPK atau indeks prestasi kumulatif, dihitung dengan cara sama dengan IP semester, namun dilakukan dengan total nilai mata kuliah dan total kredit yang didapatkan dari semua semester yang telah dijalani. Evaluasi prestasi/kemajuan belajar mahasiswa berdasarkan Indeks Prestasi (IP) dan dilakukan pada tiap akhir semester. Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh sub bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:
17
Tabel 0.1 Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif Klasifikasi Indeks Prestasi Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Kumulatif 1. Memuaskan 2,00 ≤ x ≤ 2,75 2. Sangat Memuaskan 2,76 ≤ x ≤ 3,50 3. Dengan Pujian 3,51 ≤ x ≤ 4,00 Sumber: panduan akademik Universitas Mercu Buana, 2014 Dalam penelitian ini, pengukuran prestasi akademik dilakukan dengan menggunakan IPK.
2.2 Dukungan sosial 2.2.1
Pengertian Dukungan Sosial Weiss (1974) dalam siregar (2009), menjelaskan bahwa dukungan sosial
merupakan sesuatu yang dilihat sebagai fungsi sosial yang didapat dari hubungan interpersonal yang mencakup adanya bimbingan, adanya jaminan dari orang lain untuk mendapatkan bantuan, adanya perasaan dicintai dan dibutuhkan orang lain, serta adanya ikatan emosional dengan orang terdekat dan kesadaran berada dalam suatu kelompok masyarakat. Johnson dan Johnson (1991) mengartikan bahwa dukungan sosial adalah suatu usaha untuk memberikan pertolongan kepada seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental, memberi rasa percaya diri, doa dorongan atau semangat, nasehat serta sebuah penerimaan. Saronson (1991) dalam Rahmadita (2013) menerangkan bahwa dukungan sosial dapat dianggap
18
sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang-orang yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu yang mampu membuat individu merasa nyaman, baik secara fisik maupun psikologis sebagai bukti bahwa mereka diperhatikan dan dicintai.
2.2.2
Sumber Dukungan Sosial Sumber-sumber dukungan sosial menurut Goldberger & Breznitz (dalam
Apollo, 2007) adalah orang tua, saudara sekandung, anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat rekan sekerja, atau juga dari tetangga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wentzel (dalam Apollo dan Cahyadi, 2012) bahwa sumbersumber dukungan sosial adalah orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu, seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan sekerja, saudara, dan tetangga, teman-teman dan guru-guru di sekolah.
2.2.3
Faktor-faktor yang menghambat pemberian dukungan sosial Faktor-faktor yang menghambat pemberian dukungan sosial menurut
Rook & Dooley (dalam Apollo dan Cahyadi, 2012), yaitu:
19
(1) Penarikan diri dari orang lain, disebabkan karena harga diri yang rendah, ketakutan untuk dikritik, pengharapan bahwa orang lain tidak akan menolong, seperti menghindar, mengutuk diri, diam, menjauh, tidak mau meminta bantuan. (2) Melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik, dan agresif. (3) Tindakan sosial yang tidak pantas, seperti membicarakan dirinya terus menerus, mengganggu orang lain, berpakaian tidak pantas, tidak pernah merasa puas.
2.2.4
Pengertian Dukungan sosial Suami Menurut Wills (dalam Orfod, 1992), pasangan hidup dapat menjadi salah
satu orang yang dipandang dalam memberikan dukungan sosial. Pendapat Wills ini juga didukung oleh Rodin dan Salovey (dalam smet, 1994) serta orfod (1992), yang menyatakan bahwa perkawinan merupakan salah satu sumber dukungan yang paling penting. Dalam hal ini hanya perkawainan yang memiliki keterikatan emosional, yang dicirikan dengan adanya saling pengertian, komunikasi dan kepuasan emosional antar pasangan, yang dapat menjadi sumber dukungan sosial. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan sosial yang dapat memberikan dukungan adalah dukungan sosial yang memiliki keintiman/keakraban secara emosional.
20
Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau menghargainya. Dukungan pasangan adalah dorongan untuk memotivasi istri, baik secara moral maupun material Bobak (2002). Kehadiran orang lain bagi seseorang yang mengalami kesulitan diharapkan dapat memberi dukungan sehingga dapat mengurangi beban yang dirasakan. Sedangkan pengertian dari suami itu sendiri adalah pasangan hidup istri suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting dalam membantu mengatasi dampak stress dan juga stabiltas emosional istri. Smet (1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa dukungan sosial suami merupakan dukungan yang diberikan kepada pasangannya (isteri) berupa bantuan baik secara verbal maupun non verbal dalam bentuk dukungan emosi, finansial/materi, penghargan dan informasi.
2.2.5
Faktor- Faktor yang mempengaruhi Dukungan Sosial Suami
Dalam kehidupan sehari – hari, terdapat banyak sekali sumber dukungan sosial disekeliling individu yang berpotensi untuk memberikan bantuan disaat individu membutuhkannya, namun tidak semua individu dapat memanfaatkan sumber
21
dukungan ini secara optimal. Menurut Sarafino (2006), hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu; a. Faktor dari dalam diri si penerima dukungan Salah satu faktor ini adalah karakter dari si penerima dukungan. Seseorang tidak akan menerima bantuan apabila mereka tidak ramah, tidak mau menolong orang lain dan tidak membiarkan orang lain mengetahui bahwa mereka butuh pertolongan. Hal ini dapat disebabkan karena individu takut dianggap tidak kompeten oleh orang lain, sehingga perilaku mencari bantuan dianggap menunjukkan kelemahan dan ketergantungan. Oleh sebab itu, bantuan yang diberikan sering dinilai sebagai sesuatu yang mengancam harga dirinya. b. Faktor dari dalam diri dukungan Individu tidak akan mendapatkan dukungan jika pemberi dukungan tidak memiliki sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu, misalnya pemberi dukungan sedang dalam keadaan stress atau mereka tidak sensitive terhadap kebutuhan orang lain. c. Faktor struktur jaringan sosial Faktor ini berkaitan dengan hubungan antara individu dengan keluarga dan masyarakat. Hubungan ini bervariasi dalam hal ukuran (jumlah orang), frekuensi kontak (seberapa sering individu berhubungan dengan orang lain), komposisi (apakah orang tersebut keluarga, teman rekan kerja dan sebagainya) dan keintiman (kedekatan hubungan individu).
22
2.2.6 Pengaruh Dukungan Sosial Suami Orford (1992) dan Sarafino (2002) mengatakan bahwa untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu, ada dua model yang digunakan yaitu: a. Buffering Hypothesis Melalui model buffering hypothesis ini, dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu dengan melindunginya dari efek negatif yang timbul dari tekanan-tekanan yang dialaminya dan pada kondisi yang tekanannya lemah atau kecil, dukungan sosial tidak bermanfaat. Dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh dari tekanan tekanan atau stres yang dialami individu, dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stres, maka dukungan sosial tidak berguna. b. Main Effect Hypothesis / Direct Effect Hypothesis Model main effect hypothesis atau direct effect hypothesis menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis individu dengan adanya ataupun tanpa tekanan, dengan kata lains seseorang yang menerima dukungan sosial dengan atau tanpa adanya tekanan ataupun stres akan cenderung lebih sehat. Melalui model ini dukungan sosial memberikan manfaat yang sama baiknya dalam kondisi yang penuh tekanan maupun yang tidak ada tekanan.
23
2.2.6. Bentuk Dukungan Sosial Suami Menurut Ritter ( dalam Smet, 1994) dukungan sosial dibagi menjadi empat jenis yaitu dukungan emosisonal, instrumental, penghargaan, dan informasi. Lebih lanjut House, Schaefer, Coyne dan Lazarus, dkk ( dalam sarafino 1998) membedakan empat dimensi atau jenis dukungan sosial suami yaitu: a. Dukungan emosional, dimana dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (missal umpan balik, penegasan) sehingga individu merasa nyaman, dicintai, dan diperhatikan (Sarafino, 1998) b. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif terhadap ide – ide orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, seperti misalnya orang – orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri). c. Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung seperti memberikan bantuan finansial /materi dan jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah praktis atau menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stress d. Dukungan informatif, mencakup memberi nasihat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik dan cara yang dapat digunkan untuk menghadapai dan memecahkan suatu persoalan.
24
Menurut Cohan dan Wils (dalam Cahyolaksono, 2008) dukungan sosial dibagi menjadi tiga bentuk yaitu : a. Esteem Support (dukungan penghargaan) Dukungan ini berupa pernyataan rasa cinta dan penerimaan diri tehadap individu, dengan segala kesalahan dan kekurangan sehingga dapat menimbulkan kepercayaan diri individu tersebut. b. Information Support ( Dukungan Informasi) Dukungan ini berupa informasi, nasehat, bimbingan dan pengarahan yang diberikan pada individu untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. c. Instrument Support (Dukungan Instrumen) Dukungan ini berupa kehadiran seseorang ketika individu menghadapi persoalan – persoalan, dengan memberikan bantuan langsung dengan yang dibutuhkan individu tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial terbagi dalam empat jenis yaitu dukungan emosional, dukungan
penghargaan,
dukungan
instrumental
dan
dukungan
informatif. Jenis – jenis dukungan sosial tersebut akan digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
2.2.7
Cara Pengukuran Dukungan Sosial Suami Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan
penelitian mengenai dukungan sosial suami adalah cara mengukur dukungan
25
sosial suami itu sendiri. Dalam penelitian ini, cara pengukuran dukungan sosial suami berdasarkan 4 bentuk dukungan suami sesuai dengan teori yang digunakan yaitu: dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dan dukungan instrumental. Peran dukungan sosial suami diukur dari hasil jawaban responden dan jumlah skor yang diperoleh menggambarkan tingkat dukungan yang diberikan suami pada istri. Semakin besar skor yang diperoleh artinya semakin besar pula peran dukungan sosial suami terhadap istri dalam meningkatkan prestasi akademik
2.3 Hubungan Dukungan Sosial Suami dengan Prestasi Akademik Prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa sangat ditentukan oleh keberhasilan mahasiswa dalam proses belajar. Prestasi yang diwujudkan oleh mahasiwa dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah lingkungan keluarga. Sumber dukungan sosial yang terpenting dan paling pertama diterima individu dari keluarga, sebab keluarga merupakan yang paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan besar untuk memberikan dukungan (Levitt, 1983 dalam Cahyolaksono, 2008). Dukungan sosial yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya, dan bisa berasal dari siapa saja, keluarga, pasangan (suami/istri), teman maupun rekan kerja (Smet, 1994 dalam Cahyolaksono 2008). Keberadaan pasangan bermanfaat untuk berbagi beban dan pengharapan sehingga secara tidak langsung dukungan sosial mempengaruhi kesejahteraan orang lain.
26
Mahasiswa yang sudah menikah orang yang dekat dengan istri adalah suami. Dukungan sosial suami merupakan cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian, dan penghargaan. Seseorang yang menerima dukungan sosial akan merasa bahwa ia dicintai, dihargai, berharga dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya (Sarafino, 1998 ). Dengan dukungan sosial suami seorang istri yang mengalami stress dan tekanan dalam kuliahnya akan mendapatkan motivasi dari suaminya untuk mencapai tujuannya. Sehingga hal ini dapat meningkatkan prestasi akademik mahasiswa yang sudah menikah.
2.4 Kerangka Berfikir
Dukungan Sosial Suami
Prestasi Akademik
. Bagan 2.1 Kerangka Berfikir
2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian teoritis di atas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial suami dengan prestasi akademik pada mahasiswa kelas karyawan Universitas Mercu Buana.