BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kajian Tentang Anak Tunagrahita Ringan a. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Istilah tunagrahita diambil dari kata “tuna” dan “grahita”, tuna artinya merugi dan grahita artinya pikiran. Anak tunagrahita merupakan anak yang mempunyai intelegensi di bawah rata-rata anak normal sehingga mengakibatkan perkembangan dan menunjukkan perilaku adaptif dalam kehidupan sehari-hari. American Psychiatric Association (2013: 33) yang menyatakan bahwa “Intellectual disability (intellectual developmental disorder) is a disorder with onset during the developmental period that includes both intellectual and adaptive function deficits in conceptual, social, and practical domains”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa gangguan intelektual (gangguan perkembangan intelektual) adalah gangguan selama periode perkembangan yang meliputi gangguan intelektual dan fungsi adaptasi dengan konseptual, sosial, dan kemampuan bina diri yang rendah. Anak tunagrahita ringan merupakan salah satu jenis anak tunagrahita secara umum, anak tunagrahita ringan dapat diberikan pembelajaran dan pelatihan sampai setara kelas 5 sekolah dasar. Sesuai pendapat Kemis & Rosnawati (2013: 12) tunagrahita ringan atau educable adalah, “Anak yang pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 Sekolah Dasar”. Wijaya (2013: 23) anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki keadaan fungsi tertentu dalam diri manusia yang dimulai di masa kanakkanak dan ditandai oleh keterbatasan kecerdasan maupun keterampilan adaptif dan masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan 7
8
anak regular pada kelas 5 sekolah dasar. Wijaya (2013: 102) anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan. Mangunsong (2014: 131) anak tunagrahita ringan merupakan, “Anak cacat mental yang mampu didik bila dilihat dari segi pendidikan. Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik mencolok, walaupun perkembangan fisiknya sedikit agak lambat dari pada anak rata-rata”. Choiri dan Yusuf (2009: 12), “Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mentalintelektual di bawah rata-rata dengan IQ 50–70 sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya”. Parwoto (2007: 1) anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang mempunyai fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah normal dengan IQ antara 50-70 skala WISC, diikuti kurangnya dalam penyesuaian tingkah laku selama masa perkembangan. Mumpuniarti (2013: 64) mengatakan, “Anak tunagrahita ringan (mild mentally retarded) adalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ) berkisar antara 50 sampai dengan 70”. Muhammad (2008: 97-98) mengungkapkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang tingkat kecerdasannya berkisar IQ 50-75 yang berpotensi untuk mandiri dengan pendidikan dan latihan yang sesuai serta dapat membuat keahlian tinggi atau hanya membutuhkan keahlian rendah. Pratiwi dan Murtiningsih (2013: 47), “Anak-anak yang tergolong tunagrahita ringan disebut juga dengan istilah debil atau tunagrahita yang mampu didik. Sebutan tersebut karena anak tunagrahita kategori ini masih dapat menerima pendidikan sebagaimana anak normal, tetapi dengan kadar ringan dan cukup menyita waktu”. Pendapat itu senada dengan Meimulyani & Caryoto (2013: 15) yang mengatakan bahwa, “Anak tunagrahita ringan memiliki IQ 51-70),
9
anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan, mereka mampu dididik dan dilatih”. Berdasarkan uraian beberapa pendapat maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang tidak mengalami kelainan fisik berat,dan dapat dididik serta dilatih dengan kemampuan akademik setara kelas 5 Sekolah Dasar. b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita Ringan Beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami tunagrahita ringan perlu dikaji agar dapat dilakukan usaha pencegahannya. Smart (2012: 52–53) penyebab tunagrahita adalah: 1) Anomali genetic atau kromosom a) Down syndrome, trisotomi pada kromosom 2. b) Fragile X syndrome, malformasi kromosom X, yaitu ketika kromosom X terbelah dua, Mayoritas laki-laki dan sepertiga dari populasi penderita mengalami RM sedang. c) Recessive genic disease, salah mengarahkan pembentukan enzim sehingga menggangu proses metabolisme. 2) Penyakit infeksi, terutama pada trimester pertama karena janin belum memiliki sistem kekebalan dan merupakan saat kritis bagi perkembangan otak. 3) Kecelakan dan menimbulkan trauma di kepala 4) Prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya / kurang dari 9 bulan) 5) Bahan kimia yang berbahaya, keracunan pada ibu berdampak pada janin, atau polutan lainnya yang terhirup oleh anak. Pendapat Geniofam (2010: 26–27) tunagrahita disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Genetis a) Kerusakan atau kelainan biokimiawi b) Abnormalitas kromosom Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya memiliki IQ antara 20 – 60 dan rata-rata memiliki IQ 30 – 50. 2) Prenatal a) Infeksi Rubella (cacar) b) Faktor Rhesus 3) Pada saat Kelahiran
10
Tunagrahita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir prematur. 4) Setelah Lahir Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problem nutrisi yaitu kekurangan gizi, misalnya kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita. 5) Faktor Sosio-Kultural Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia. 6) Gangguan Metabolisme/Nutrisi a) Phenylketonuria, gangguan pada metabolisme asam amino atau gangguan pada enzym phenylketonuria. b)Gargoylisme, gangguan metabolisme saccbaride dalam hati, limpa kecil, dan otak. c) Cretinisme, Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi iodium. Efendi (2006: 91) menyatakan bahwa penyebab tunagrahita ringan yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma Kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur Kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi Kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio Kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran Kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin Kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanan-kanan
Pratiwi dan Murtiningsih (2013: 48) secara umum faktor penyebab tunagrahita dikelompokkan, sebagai berikut: 1) Faktor genetis atau keturunan, yang dibawa dari gen ayah dan ibu. Faktor ini bisa diantisipasi dengan konsultasi kesehatan pra-marital dan sebelum kelahiran. 2) Faktor metabolisme dan gizi yang buruk, hal ini terjadi saat ibu sedang hamil atau menyusui. Antisipasi bisa dilakukan dengan memperhatikan gizi ibu dan rajin memeriksakan janin serta bayi ke bidan, dokter, atau petugas kesehatan setempat. 3) Infeksi dan keracunan yang bisa terjadi saat kehamilan. Infeksi rubella dan sipilis dinyatakan sebagai dua faktor yang membawa dampak buruk bagi perkembangan janin termasuk terjadinya tunagrahita. Hal ini bisa dicegah dengan cara merawat kesehatan
11
sebelum dan selama kehamilan serta melakukan imunisasi sesuai saran ahli terhadap pencegahan beberapa penyakit berbahaya yang mungkin timbul. 4) Proses kelahiran, terdapat beberapa proses kelahiran yang menggunakan alat bantu untuk bayi yang sulit keluar. Proses tersebut bisa melukai otak bayi dan berkemungkinan mengalami tunagrahita. 5) Lingkungan buruk, di antaranya lemahnya ekonomi dan kurangnya pendidikan sehingga keadaan kehamilan dan masa menyusui menjadi kurang optimal. Penanganan dan pengasuhan yang tidak baik juga bisa menyebabkan adanya beberapa masalah seperti tunagrahita. Harris dalam Wijaya (2013: 24) beberapa penyebab penurunan intelektual adalah, anomali dalam kromosom atau gen (misalnya sindrom down, sindrom fragile x), kelahiran prematur (misalnya kerusakan otak terjadi
akibat kekurangan oksigen), masalah kehamilan (misalnya ibu
terkena rubella atau campak pada awal kehamilan, atau efek obat, alkohol), penyakit (misalnya maningitis atau campak), cedera (misalnya cedera otak), lingkungan (misalnya trauma). Kemis dan Rosnawati (2013: 15-16) penyebab tunagrahita secara umum adalah, infeksi atau intoxikasi, rudapaksa atau sebab fisik lain, gangguan metabolisme atau nutrisi, penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir), akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir yang tidak diketahui, akibat kelainan kromosomal, gangguan waktu kehamilan, gangguan jiwa berat, pengaruh lingkungan, dan kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan. Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab ketunagrahitaan pada seseorang dikarenakan sesuatu hal atau penyakit atau gangguan lainnya yang terjadi pada masa prenatal, perinatal, dan postnatal. Macam-macam penyebab tunagrahita tersebut maka akan berdampak pada karakteristik masing-masing anak tunagrahita ringan.
12
c. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Karakteristik anak tunagrahita ringan menurut pendapat Wardani, dkk. dalam Apriyanto(2012: 36) menyatakan : Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang sesuai dengannya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga perempat kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda. Mereka dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan semi skilled. Pada usia dewasa kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12 tahun. Meimulyani dan Caryanto (2013: 15) karakteristik anak tunagrahita ringan adalah: Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu didik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra. Mangunsong (2014: 131) anak tunagrahita ringan adalah “Mereka termasuk yang mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan. Mereka tidak
memperlihatkan
kelainan
fisik
yang
mencolok,
walaupun
perkembangan fisiknya sedikit agak lambat dari pada anak rata-rata”. Pratiwi dan Murtiningsih (2013: 47) anak tunagrahita ringan rata-rata memiliki tingkat inteligensi antara 50-80, dapat melakukan kegiatan dengan tingkat kecerdasan anak-anak normal usia 12 tahun, dapat dilatih dan dibiasakan untuk belajar dan berpikir. Humaira (2012: 96) anak tunagrahira ringan atau mampu didik memiliki karakteristik yang dapat dikembangkan yaitu membaca, menulis, mengeja, menulis, menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain, dan dapat melakukan keterampilan sederhana. Hakim, Soegiyanto, dan Soekardi (2013: 204) karakteristik anak tunagrahita mampu didik atau tunagrahita ringan pada segi mental dan intelektualnya,
13
walaupun keadaan fisiknya sama dengan anak normal tetapi kemampuan berpikirnya rendah, kurang dapat mengendalikan diri, perhatian dan kemampuan berpikirnya lemah dan tidak mampu belajar sendiri tentang kehidupan sehari-hari, sedangkan karakteristik
jasmaninya cenderung
lebih lambat. Kemis dan Rosnawati (2013: 17-18) menjelaskan beberapa karakteristik yang sering nampak pada anak tunagrahita ringan yaitu lamban dalam mempelajari hal baru dan mengalami kesulitan dalam menggeneralisasi hal-hal baru. Kesimpulan dari pendapat tersebut bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu mempunyai kemampuan akademik sampai usia anak normal 9 sampai 12 tahun sehingga dapat membaca, menulis, berhitung; mampu didik dan latih; mampu melakukan pekerjaan sehari-hari dengan sederhana; serta kondisi fisik sama seperti anak normal hanya perkembangannya agak lambat. Dengan adanya karakteristik anak tunagrahita ringan maka muncul permasalahan yang akan dialami anak tunagrahita ringan baik secara fisik, psikis, dan sosial. d. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan Hambatan atau permasalahan yang dialami anak tunagrahita ringan yaitu, Hambatan anak tunagrahita ringan menurut Apriyanto (2012: 49-51) 1) Hambatan belajar, tunagrahita ringan mengalami kesulitan berpikir secara abstrak, belajar apapun harus terkait dengan objek yang bersifat konkrit 2) Hambatan penyesuaian diri, kadang-kadang anak tunagrahita ringan kesulitan dalam memahami dan mengartikan norma lingkungan 3) Gangguan bicara dan bahasa, pemahaman bahasa lebih lambat dibandingkan anak normal seusianya 4) Kepribadian, anak tunagrahita ringan memiliki ciri kepribadian yang berbeda dari anak-anak pada umumnya Alimin, Homidjah, dan Nurhamidah (2007: 8) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa, “Anak tunagrahita mengalami
14
cognitive deficite yang tercermin dalam salah satu atau lebih proses kognitif seperti, persepsi, daya ingat, mengembangkan ide, evaluasi, dan penalaran”. Kemis dan Rosnawati (2013: 21) masalah-masalah yang dihadapi anak tunagrahita yaitu, masalah belajar, masalah penyesuaian diri, gangguan bicara dan bahasa, dan masalah kepribadian (isolasi dan penolakan, labeling dan stigma, stress keluarga, frustasi dan kegagalan, disfungsi otak, dan kesadaran rendah). Delphie (2012: 68) secara keseluruhan, anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kelemahan pada segi : 1) Keterampilan gerak, 2) fisik yang kurang sehat, 3) koordinasi gerak, 4) kurangnya perasaan percaya diri terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya, 5) keterampilan gross dan fine motor yang kurang.Berdasarkan pendapat ketiga ahli maka dapat dibuat kesimpulan bahwa permasalahan anak tunagrahita ringan adalah permasalahan akademik karena hambatan kognitif, permasalahan kepribadian, dan permasalahan sosial. 2. Kajian Tentang Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Datar a. Definisi Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang penting dalam kehidupan. Ismail (2006: 204), “Matematika dipandang sebagai suatu Ilmu Pengetahuan untuk masa kini, yang meliputi pengetahuan tentang berhitung dan ilmu ukur. Oleh karena itu, dibutuhkan cara berpikir logis, rasional, dan exact (pasti) agar dapat untuk menyelesaikan berbagai masalah”. Pembelajaran matematika menurut Sundayana (2013: 24) adalah, “Pelatihan simbol-simbol dengan penekanan pada pemberian informasi dan latihan penerapan algoritma”. Asfandiyar (2009: 44) pembelajaran matematika adalah, “Pembelajaran menganalisis dan menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengonstruksikan solusi dari persoalan yang timbul”.Hudojo dalam Hasratuddin (2014: 30) menyatakan bahwa
15
matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis dan perlu kegiatan mental yang tinggi. Soviawati (2011: 84) pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik serta membantu siswa dalam belajar matematika agar tercipta komunikasi matematika yang baik sehingga matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih menarik. James dalam Hasratuddin (2014: 32) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses mempelajari penghitungan, pengukuran, dan bentuk dengan simbol yang logis dari permasalahan yang ada. Pembelajaran matematika pada anak tunagrahita ringan hendaknya sesuai dengan kemampuannya. b. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tercantum dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006: 101) adalah sebagai berikut: 1) Bilangan 2) Geometri dan Pengukuran 3) Pengolahan Wijaya (2013: 109 – 110), “Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar luar biasa tunagrahita seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar meliputi aspek-aspek bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan
16
data”. Mumpuniarti (2013: 121) dasar pembelajaran matematika anak tunagrahita ringan adalah: 1) Menghitung merupakan keterampilan hubungan kuantitas dan keanekaragaman pengoperasiannya. 2) Pembelajaran bilangan (number) Anak tunagrahita harus belajar untuk bidang yang ada hubungannya dengan angka kardinal (satu, dua, atau tiga), angka ordinal (dalam urutan kesatu, kedua, ketiga) dan angka rasional (setengahnya, sepertiganya, seperempatnya). Konsep pembelajaran tersebut memerlukan tentang konsep kuantitas dan kontinum. 3) Pengangkaan (numeration) Anak tunagrahita agar memiliki konsep angka perlu belajar tentang hubungan pasangan antara belajar verbal terkait dengan simbol yang dikatakan secara verbal. 4) Hubungan (relation). Hubungan melibatkan korespondensi dua atau lebih tentang susunan. Keterampilan khusus ini termasuk konsep sama dan ketidaksamaan, penempatan (di tengah, di belakang, di depan) dan perbandingan. Semua keterampilan ini membutuhkan pembelajaran konsep dan penamaannya dapat menggunakan bantuan benda konkrit dan gambar permainan. 5) Pengukuran (measurement) Pengukuran termasuk penggunaan bilangan untuk mendiskripsikan objek dan hubungan tentang waktu, uang, temperatur, cairan, berat dan unit-unit secara garis lurus (linier). 6) Pengoperasian bilangan cacah (opertion with whole number) Termasuk dalam keterampilan ini menghitung, menambah, mengurang, mengalikan dan membagi. 7) Pengoperasian bilangan rasional (operation with rasional number) 8) Pemecahan masalah (problem solving) Keterampilan ini melibatkan penggunaan hitung untuk menjelaskan hal-hal yang belum diketahui dalam situasi praktis sehari-hari. Delapan bidang hitung untuk siswa tunagrahita tersebut diberikan dengan mempertimbangkan taraf perkembangan kemampuan yang telah dicapai, serta usia mental tunagrahita yang bersangkutan. Bangun datar dalam pembelajaran matematika kelas III SDLB semester 2 termasuk dalam materi Geometri dan Pengukuran. Standar
17
kompetensi dalam materi geometri dan pengukuran yaitu, 1) memahami unsur dan sifat bangun datar sederhana, 2) menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah. Implikasi teori Van Hielle dalam (Chairani, 2013:21-22) geometri dalam sekolah dasar terdiri dari panjang, lebar, bentuk, sudut, dan sisi. Jadi bangun datar persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran termasuk dalam materi geometri karena mamiliki unsur bentuk panjang, lebar, sudut, dan sisi. Materi pelajaran bangun datar sederhana dalam penelitian ini berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) untuk Sekolah Dasar Kelas III Semester 2 materi Geometri dan Pengukuran dengan Standar Kompetensi (4. Memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana).Geometri dalam pembelajaran matematika anak tunagrahita ringan merupakan bangun datar sederhana. c. Definisi Bangun Datar dalam Matematika Bangun datar atau disebut geometri datar merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika anak tunagrahita ringan sekolah dasar. Bangun datar menurut Asfandiyar (2009: 52), “Sebuah konsep garis melengkung, lurus, zig-zag, bulat, persegi, atau kerucut”. Glover dalam Nalole (2014: 19) menyatakan bahwa plane shape (bangun datar) adalah bangun rata yang mempunyai sisi lurus ataupun lengkung. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi, karena memiliki panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki tinggi atau ketebalan. Eruman (2007: 87), “Geometri datar merupakan bentuk bangun datar yang memiliki ciri-ciri spesifik tertentu, yaitu persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, jajar genjang, dan belah ketupat”. Runtukahu dan Kandou (2014: 153 – 156) menyatakan bahwa bangun datar atau bangun dua dimensi adalah kurva tertutup sederhana yang terletak pada
18
bidang yang terdiri dari garis - garis yang saling berhubungan. Nalole (2014: 20) menyatakan bahwa bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung. Rohmad dalam Usman (2010: 3) bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal. Elfawati
(2012:
199),
“Bangun
datar
adalah
ilmu
yang
berhubungan dengan pengenalan bentuk dan pengukuran.Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bangun datar adalah ilmu yang mempelajari bentuk dari garis lurus atau lengkung sehingga menjadi sebuah bentuk seperti persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, trapesium, jajar genjang, dan belah ketupat. Adanya definisi bangun datar maka macammacam bangun datar juga perlu untuk dikaji guna memperoleh pemahaman dalam mempelajari bangun datar. d. Macam - macam Bangun Datar Macam-macam bangun datar menurut Eruman (2007: 101) adalah, “Persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, jajar genjang, trapesium, dan belah ketupat”. Sedangkan macam-macam bangun datar menurut Sutan dalam Elfawati (2012: 199), “Bangun datar terdiri dari Persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, trapesium, jajar genjang, dan belah ketupat”. KTSP (2006) bangun datar pada materi pelajaran matematika kelas III sekolah dasar terdiri dari persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Djuwita (2015: 4), “Jenis-jenis bangun datar yaitu persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium, dan lingkaran”. Nalole (2014: 19) jenis bangun datar bermacam-macam antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran.Heruman dalam Hidayati (2012: 5) bentuk-bentuk bangun datar antara lain yaitu, persegi, persegi
19
panjang, segitiga, trapesium, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran. Kesimpulan dari beberapa pendapat tersebut bahwa macam-macam bangun datar yaitu, persegi, persegi panjang, segitiga, llingkaran, jajar genjang, trapesium, belah ketupat, dan layang-layang. Pembelajaran anak tunagrahita ringan kelas III sekolah dasar hanya pada pengenalan bangun datar sederhana yaitu persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Pengertian dan macam-macam bangun datar yang diberikan kepada anak tunagrahita ringan hendaknya sesuai dengan kemampuannya. e. Kemampuan Anak Tunagrahita Ringan Terhadap Pembelajaran Bangun Datar Materi pembelajaran matematika yang diberikan untuk anak normal dengan anak tunagrahita tentu berbeda. Pembelajaran matematika yang diberikan kepada anak tunagrahita harus sesuai kemampuan anak, kemampuan
berpikir,
kemampuan
menalar,
memahami
konsep,
menggunakan indra yang dimiliki serta kemandirian anak dalam kegiatan pembelajaran. Wijaya (2013: 36) proses belajar anak tunagrahita akan mengalami hambatan atau kesulitan apabila kemampuan persepsi, kemampuan mengingat, proses kognitif, dan kemampuan perhatiannya terganggu. Sehingga pembelajaran yang diberikan kepada anak tunagrahita ringan harus memperhatikan kemampuan yang dimilikinya. Bangun datar adalah bangun dua dimensi yang hanya memiliki garis lurus atau lengkung seperti persegi, persegi panjang, segitiga, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran. Pembelajaran yang akan diberikan kepada anak tunagrahita kelas III semester 2 di SDLB Negeri Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016 terbatas pada bangun datar sederhana yaitu persegi, persegi panjang, segitiga dan lingkaran. Hal itu sesuai kondisi anak tunagrahita ringan yang memiliki kemampuan dan hambatan dalam mempelajari suatu hal. Kemampuan belajar matematika anak tunagrahita
20
ringan sesuai pendapat Apriyanto (2012: 13), “Educable atau tunagrahita ringan mempunyai kemampuan dalam akademik sampai setara dengan anak regular pada kelas 5 sekolah dasar”.Hasil kajian tentang pemahaman kemampuan anak tunagrahita ringan terhadap bangun datar, media pembelajaran dibutuhkan untuk mempermudah pemahaman anak. 3. Kajian Tentang Media Plastisin a. Definisi Media Pembelajaran Media sering digunakan dalam proses pembelajaran dengan berbagai macam dan tujuan masing-masing media. Definisi media dari beberapa pendapat antara lain, Anitah (2009: 5), “Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Sutirman (2013: 15) media pembelajaran adalah perantara atau pengantar yang dapat digunakan untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Criticos dalam Daryanto (2013: 4), “Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”. Gerlach dan Ely dalam Sundayana (2013: 4) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah, “Manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Gagne dalam Sadiman. dkk(2012: 6), “Media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Kustandi dan Sutjipto (2011: 8), “Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna”.
21
Indriana (2011: 15) menyatakan media merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para pendidik dan peserta didik dalam proses mengajar. Arsyad (2013: 3) media adalah, “Alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal”.Musfiqon (2012: 28), “Media pembelajaran didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Sadiman, dkk (2012: 7) menyatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi atau pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Kesimpulkan dari beberapa pendapat terebut bahwa media pembelajaran adalah sesuatu alat atau bahan yang digunakan untuk mempermudah siswa dalam memahami suatu pengetahuan atau pelajaran agar efektif dan efisien, sehingga media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat penting dalam pembelajaran. b. Manfaat Media Pembelajaran Media pembelajaran di gunakan untuk memmpermudah penyampaian materi atau maksud dari sesuatu hal agar mudah dipahami oleh siswa. Manfaat media pembelajaran menurut Kustandi dan Sutjipto (2011: 24) adalah: 1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. 2) Menghasilkan perubahan tingkah laku siswa. 3) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatkanya motivasi belajar siswa. 4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa. 5) Menghasilkan hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa.
22
6) Mendorong pemanfatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. 7) Memberikan umpan balik yang diperlukan agar dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak hal yang telah mereka pelajari. 8) Melengkapi pengalaman yang kaya konsep-konsep bermakna yang dapat dikembangkan. 9) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran non verbalistik serta membantu generalisasi yang tepat. 10) Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan untuk mengembangkan struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna. Manfaat media pembelajaran menurut Hamalik dalam Sundayana (2013: 10) adalah: 1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi “verbalisme”. 2) Memperbesar perhatian para siswa. 3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar. 4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. 5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama dalam gambar hidup. 6) Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Manfaat media pembelajaran menurut Daryanto (2013: 5) adalah: 1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2) Mengatasi keterbatasan ruangm waktu, tenaga, dan daya indra. 3) Menimbulkan minat belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. 4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
23
5) Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. 6) Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi yaitu, guru atau komunikator, bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa atau komunikan, dan tujuan pembelajaran Muhson (2010:4) manfaat media pembelajaran adalah: 1) Menkonkretkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga dapat mengurangi verbalisme. 2) Membangkitkan motivasi, sehingga dapat memperbesar perhatian individual siswa untuk seluruh anggota kelompok. 3) Memfungsikan seluruh indera siswa, sehingga kelemahan dalam salah satu indera dapat diimbangi dengan kemampuan indera lainnya. 4) Mendekatkan dunia teori/konsep dengan realita yang sukar diperoleh dengan cara-cara lain selain menggunakan media pembelajaran. Misalnya mempelajari tentang antariksa, binatang buas, dll. 5) Meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi langsung antar siswa dengan lingkungan. 6) Memberikan kesamaan dalam pengamatan. Manfaat media pembelajaran menurut Nurseto (2011: 22) adalah: 1) Menyamakan persepsi siswa Dengan melihat objek yang sama dan konsisten maka siswa akan memiliki persepsi yang sama. 2) Mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak Misalnya untuk menjelaskan tentang sistem berhembusnya angin, sistem perekonomian, sistem pemerintahan, dan sebagainya. Bisa menggunakan media gambar, grafik atau bagan sederhana. 3) Menjelaskan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar Misalnya guru menjelaskan gambar atau film tentang binatang buas, gunung meletus, kutup utara, dan sebagainya.
24
4) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil Misalnya guru akan menyampaikan gambar tentang objek yang terlalu besar seperti kapal laut, pesawat terbang, candi, dan sebagainya. Atau guru menyampaikan objek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, dan benda atau hewan kecil lainnya. 5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat Misalnya menggunakan film dengan teknik slow motionatau gerakan lambat untuk memperlihatkan melesatnya anak panah, lintasan peluru, suatu ledakan, dan sebagainya. Dan dapat memperlihatkan gerakangerakan lambat seperti pertumbuhan kecambah, pertumbuhan janin, mekarnya bunga, dan sebagainya. Kesimpulan dari beberapa pendapat tentang manfaat media pembelajaran adalah dengan menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar, meningkatkan interaksi siswa dengan guru, menpermudah atau mempertegas materi yang disampaikan guru, menyederhanakan sesuatu hal yang sulit dipelajari secara langsung, dan mempermudah memahamkan konsep terhadap siswa. Manfaat yang di peroleh dari penggunaan media dalam pembelajaran sangat efektif dan efisien, maka peneliti menggunakan media plastisin untuk pembelajaran dalam penelitiannya. c. Definisi Plastisin Plastisin juga di sebut clay atau play dough. Definisi plastisin dari beberapa pendapat yaitu, Ismail (2006: 222), “Plastisin merupakan pengganti tanah liat yang dapat dibentuk tanpa menyisakan kotoran pada lengan atau pakaian. Plastisin terbuat dari campuran tepung dan lilin basah yang diberi warna”. Asfandiyar (2009: 107) plastisin adalah, “Lilin mainan yang bisa dibuat dalam berbagai ragam bentuk”. Gusnita (2012: 60), “Plastisin merupakan salah satu bahan yang terbuat dari bahan yang lentur dan dapat
25
dibentuk sesuai keinginan”. Wirastania (2012: 14)plastisin atau clay merupakan bahan polymer yang terbuat dari bahan dasar yang mudah ditemukan yang dapat dibentuk menjadi kerajinan unik dengan berbagai fungsi. Dengo (2015: 8) playdough atau lilin mainan atau plastisin adalah alat bantu pembelajaran berupa adonan mainan yang terbuat dari tepung yang mudah dibentuk oleh anak yang berguna untuk melatih kegiatan koordinasikan jari jemari tangan dengan mata pada motorik halus anak usia dini.Hartati dan Widiana (2011: 101) play dough merupakan mainan dari lilin yang dapat diubah-ubah bentuknya. Plastisin juga disebut lilin malam atau clay. Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacammacam bahan tetapi adonannya memiliki sifat seperti clay (liat atau dapat dibentuk). Kesimpulan penulis dari beberapa definisi plastisin,
maka
disimpulkan bahwa plastisin adalah lilin mainan yang terbuat dari tepung yang bersifat lentur dan mudah dibentuk dengan banyak warna yang digunakan untuk permainan anak-anak. Selain sebagai alat permainan anak, plastisin juga mempunyai manfaat dan tujuan dalam penggunaannya, manfaat dalam aspek kognitif dan motorik dalam penelitian ini di gunakan dalam pembelajaran matematika anak tunagrahita ringan. d. Manfaat dan Tujuan Penggunaan Plastisin Manfaat plastisin menurut Mirna dalam Gusnita (2012: 62) antara lain, “Dapat membantu dan mengembangkan imajinasi anak, membentuk dan mengembangkan daya bereksplorasi anak serta melatih keterampilan motorik halus anak”. Riswanti (2014: 17) penggunaan media plastisin dalam pembelajaran anak-anak dengan maksud, “Mengembangkan kemampuan anak dalam membuat kontruksi dengan bahan yang elastis, untuk mengembangkan motorik halus anak dalam koordinasi mata dan
26
tangan, dapat melatih otak kanan anak dalam mengembangkan kreativitas anak”. Menurut penelitian Ismail dalam Kartini dan Sujarwa (2014: 201), “Media plastisin dapat melatih dan mengembangkan kreativitas anak, memberikan pengalaman yang menyenagkan dan memuaskan bagi anak, dan melatih imajinasi anak”. Menurut Sari(2015:3) bermain menggunakan plastisin mempunyai manfaat yaitu melatih kreatifitas, mengembangkan keinginan dan imajinasi anak. Hartati dan Widiana (2011: 101) beberapa manfaat dari bermain play dough atau plastisin antara lain, dapat meningkatkan perkembangan otak, meningkatkan perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak, mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas anak, dan meningkatkan rasa ingin tahu anak. Dengo (2015: 9) bermain plastisin atau play dough sangat bermanfaat bagi anak untuk melatih emosinya, dapat meningkatkan kreativitas anak dalam mengembangkan seni serta dapat bermanfaat bagi perkembangan anak. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa manfaat dan tujuan penggunaan media plastisin dalam pembelajaran
adalah
dapat
mengembangkan
imajinasi
anak,
mengembankan kreativitas anak, dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam bereksplorasi.Penggunaan media plastisin memiliki kelebihan dan kelemahan sesuai dengan tujuan penggunaannya. e. Kelebihan dan Kelemahan Plastisin Kelebihan penggunaan media plastisin Siswanti (2012: 125), “Lunak sehingga mudah dibentuk menjadi beberapa model, dapat digunakan berulang-ulang, berbagai macam warna”. Mulatsih, Sopandi, dan Amsyaruddin (2015: 99) “Bermain plastisin merupakan kegiatan yang sangat disenangi oleh setiap anak, karena plastisin menarik yang terdiri dari warna-warni ynag banyak sehingga menarik bagi anak, mudah digunakan dan dibentuk, dan tidak berbahaya bagi anak”.
27
Kelebihan menggunkan media plastisin menurut penelitian Rochayah (2012: 21), “Plastisin adalah benda lunak yang bisa ditekantekan, diremas-remas, dibentuk, dicetak sesuai dengan keinginan dan imajinasi anak”. Hartati dan Widiana (2011: 101) play dough atau plastisin merupakan mainan dari lilin yang dapat diubah-ubah bentuknya, cara memainkannya sederhana, tidak mahal, dapat dibuat sendiri dari bahan yang sederhana dan mudah didapat. Gusnita (2012: 60) plastisin dibuat dari bahan yang lentur dan dapat dibentuk sesuai keinginan, warnanya bermacam-macam sehingga menarik bagi anak-anak. Rochayah (2012: 22) plastisin atau lilin malam biasanya untuk mainan anak, banyak dijual di toko dengan banyak, mudah dibentuk, lunak, dan dapat diolah kembali.Septiany (2014: 8) kelebihan menggunakan media plastisin untuk anak-anak yaitu plastisin banyak dijual di toko, bermacam-macam warna, mudah dibentuk, memberikan banyak kesempatan anak-anak untuk mendapatkan pengalaman kreatif, dan anak-anak dapat mengekspresikan kreativitasnya. Menurut penelitian Mushonif (2013: 18) kelebihan yang di dapat dari bermain menggunakan media plastisin adalah adanya kebebasan gerak dan adanya komunikasi untuk mengutarakan makna bentuk dari plastisin yang digunakan. Kesimpulan dari beberapa pendapat tentang kelebihan penggunaan media plastisin adalah plastisin mudah digunakan anak-anak, mudah dibentuk, bahannya tidak berbahaya dan lunak, dapat digunakan secara berulang-ulang, mudah di perolah, dan banyak macam warnanya. Dengan menggunakan media plastisin diharapkan anak lebih senang membuat suatu bentuk dengan kreasinya dan akan lebih mudah memahami bentuk tersebut. Kelemahan
penggunaan
media
plastisin
dari
pendapat
Gusbandono, Sukardjo, dan Utomo (2013: 108) adalah, “Tidak dapat membuat obyek yang besar karena membutuhkan ruang besar dan perawatannya rumit dan kelemahan-kelemahan media sederhana tiga yaitu
28
tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar”.Kesimpulannya bahwa kelemahan penggunaan media plastisin adalah tidak bisanya membuat objek yang terlalu besar, dan jika membuat objek membutuhkan ruang dan perwatan yang lebih. Manfaat, tujuan, serta kelebihan dari penggunaan media plastisin dapat di gunakan sebagai media pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan yang lebih mudah mempelajari sesuatu hal secara konkrit. f. Penggunaan Media Plastisin Untuk Pembelajaran Bangun Datar Pada Siswa Tunagrahita Ringan Media plastisin merupakan salah satu alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif merupakan seperangkat instrumen, metode, atau alat yang di gunakan seseorang dalam rangka mendidik anak dengan menekankan konsep bermain sambil belajar. Salah satu manfaat penggunaan alat permainan atau alat peraga untuk belajar adalah dapat menambah pemahaman atau pengertian anak terhadap sesuatu hal. Seperti pendapat Ismail (2006: 183), “Alat peraga dapat membantu murid mengerti lebih baik. Melalui indera penglihatan dan pendengaran, murid dapat mengerti pelajaran dengan memahami perbedaan arti, warna, serta bentuk”. Media plastisin digunakan untuk media pembelajaran materi bangun datar sederhana pada anak tunagrahita ringan. Penggunaan media plastisin untuk pembelajaran mengenal bangun datar sederhana adalah dengan memberikan contoh bentuk bangun datar sederhana dari plastisin dan anak diminta membuat bentuk bangun datar sederhana dari plastisin sesuai kreatifitas masing-masing anak, dengan penjelasan dan indikator lain untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar sederhana pada anak. Alasan penulis menggunakan media plastisin dalam pembelajaran ini karena mudah digunakan, aman digunakan, salah satu permainan yang
29
disukai anak, banyak pilihan warna, dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, dan sangat mudah untuk memperkenalkan dan memahamkan bentuk bangun datar pada anak. Jadi anak bisa mempelajari macam bentuk bangun datar sederhana secara visual, secara motorik, dan dapat membuat bentuk bangun datar secara langsung dari plastisin. Penggunaan media plastisin dalam pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana untuk anak tunagrahita ringan, diharapkan tidak hanya melalui teori dan gambar saja namun anak juga bisa mengeksplora kemampuan memahami bangun datar dengan sebuah media. Kustandi dan Sutjipto (2011: 23), “Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan proses dan hasil belajar”. Penelitian yang relevan untuk bahan penguat dalam penelitian tentang upaya meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar sederhana melalui penggunaan media plastisin, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, yaitu : a. Hasil penelitian oleh Kartini dan Sujarwa (2014: 199-208): “Penggunaan Media Plastisin Untuk Meningkatkan Kreatifitas Anak Usia Dini”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disimpulkan bahwa: Ada perbedaan yang signifikan mengenai kreativitas anak usia dini antara
kelompok
anak
yang
diajarkan
menggunakan
media
pembelajaran plastisin dengan kelompok kontrol yang menggunakan media balok di TK ABA 5 Mataram, sehingga guru perlu mempertimbangkan penggunaan media pembelajaran plastisin untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini. b. Hasil
penelitian
oleh
Leni
Mushonifah
(2013:
92-102):
“Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Bermain Plastisin Di RA Khoirul Ummah”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disimpulkan bahwa:
30
Bermain plastisin dapat menumbuhkan minat seni dan meningkatkan keberhasilan seni anak di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. c. Hasil penelitian oleh Reni Puspita Sari (2015: 1-8): “Pengaruh Penggunaan Bermain Plastisin Terhadap Peningkatan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disimpulkan bahwa: Penggunaan media plastisin dapat meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di TK Al Azhar 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dengan hasil anak dapat membuat kombinasi bentuk, kombinasi warna, dan kemampuan anak bereksperimen dalam pembelajaran meningkat. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, maka peneliti mencoba untuk menggunakan media plastisin untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar sederhana pada anak tunagrahita ringan. B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan suatu penalaran dalam mencapai sebuah jawaban sementara dari masalah yang telah dirumuskan. Kerangka berpikir di gunakan dalam penyusunan penelitian dengan tujuan mempermudah memahami isi penelitian yang dilakukan. Pelajaran matematika cenderung tidak disukai oleh anak karena materi yang sulit dipahami anak, padahal pelajaran matematika wajib di ajarkan di sekolah dasar, hal itu juga dialami anak tunagrahita. Anak tunagrahita mengalami hambatan intelegensi, daya ingat yang rendah, dan mengalami kesulitan dalan penyesuaian sosial. Dalam pemahaman pembelajaran matematika faktor guru juga mempengaruhi minat anak dalam kegiatan pembelajaran, media atau alat ajar dalam pembelajaran yang digunakan guru selama ini masih konvensional sehingga anak tidak
31
tertarik dengan pelajaran dan mengakibatkan pemahaman terhadap materi pelajaran matematika anak tunagrahita ringan rendah atau tidak maksimal. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis memiliki pemikiran untuk menggunakan media plastisin. Media ini dipilih karena sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita yang sulit berpikir abstrak yang dapat dibantu dengan benda konkrit yang menyenangkan sehingga dapat memahami materi pembelajaran. Melalui media plastisin ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa pada pelajaran matematika materi bangun datar. Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut: Pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana
Anak tunagrahita ringan kelas III SDLB Negeri Karanganyar
Sebelum menggunakan media plastisin
Setelah menggunakan media plastisin
Kemampuan anak tunagrahita ringan mengenal bangun datar sederhana rendah
Kemampuan anak tunagrahita ringan mengenal bangun datar sederhana meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
32
C. Hipotesis Menurut Prasetyo dan Jannah (2013: 76) menyatakan bahwa hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Musfiqon (2012: 46) menyatakan bahwa hipotesis merupakan dugaan sebelum pembenaran atas jawaban masalah penelitian. Kesimpulan dari definisi hipotesis
adalah
jawaban
sementara
yang
masih
harus
diuji
kebenarannya.Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori, maka penulis ajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut. Media plastisin efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar sederhana pada siswa tunagrahita ringan kelas III semester 2 di SDLB Negeri Karanganyar Tahun pelajaran 2015/2016.