BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Minat Membaca Al- Qur’an 1. Pengertian Minat Membaca Al- Qur’an a. Pengertian Minat Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membatu dan mendorong individu dalam memberi stimulus suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Ditinjau dari segi bahasa, minat adalah “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan”.1 Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan yang terdapat dalam hati yang diharapkan tinggi terhadap sesuatu sehingga menimbulkan gairah atau keingnan terhadap sesuatu itu. Sesuatu yang dilakukan dengat minat akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sedangkan minat menurut istilah yang dikemukaan oleh beberapa ahli psikologi adalah sebagai berikut:
1 Tim Penyususn Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 957.
18
19
1) Menurut H. Djali dalam bukunya psikologi pendidikan mendenifisikan minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.2 2) Menurut Lester D Crow dan Alice Crow mendefinisikan Minat yaitu sesuatu yang dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimulus yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimulasi oleh kegiatan itu sendiri. 3 3) Menurut
Muhibbin
Syah
dalam
bukunya
Psikologi
belajar
mendenifisikan minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yan beser terhadap sesuatu.4 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan individu terutama perasaan senag (positif) terhadap sesuatu yang dianggapnya berharga atau sesuai dengan kebutuhan dan memberi kepuasan kepadanya. Sesuatu yang dianggap berharga tersebut dapat berupa aktivitas, orang,
2
Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 121. Lester D Crow and Alice Crow, Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Bina Ilmu, 1987), h. 351. 4 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrasindo Persada, 2006), h. 151. 3
20
pengalaman, atau benda yang dapat dijadikan sebagai stimulus atau rangsangan yang memerlukan respon terarah. Seseorang
yang
berminat
terhadap
suatu
aktivitas
akan
memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya, tetapi juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tak menghiraukan sesuatu yang lain.5 Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. 6 Minat adalah perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat- minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.
5 6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ibid, h. 166- 167. Djali, Psikologi Pendidikan, ibid, h. 121.
21
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh- sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Minat merukan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, seorang guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami anak didik. 7 b. Pengertian Membaca Al- Qur’an Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.8 Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah. Membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Maka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali memperbanyak membaca. Kalau begitu membaca identik dengan mencari ilmu pengetahuan agar menjadi cerdas, dan mengabaikannya berarti kebodohan.9
7
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ibid, h. 167. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), h. 7. 9 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ibid, h. 41. 8
22
Bagi seorang muslim, tentu memahami dan mengamalkan ajaran Islam salah satunya cara ialah dengan membaca. Bahkan Islam telah menegaskan akan pentingnya membaca. Seperti firman Allah surat al-Alaq : 1-5 :
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. al-Alaq : 1-5).10
Kata Iqra’ pada mulanya berarti “Menghimpun”. Arti asal kata ini menunjukkan bahwa iqra’, yang diterjemahkan dengan “bacalah” tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Dalam kamus-kamus bahasa, arti kata tersebut antara lain, menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui cirinya dan sebagainya, yang pada hakekatnya “menghimpun” merupakan arti akar kata tersebut. 11
10
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 9. 11 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), h. 167.
23
Obyek membaca menyangkut suatu bacaan yang bersumber dari Tuhan (al-Qur'an atau kitab suci sebelumnya) dan juga suatu kitab yang merupakan himpunan karya manusia atau dengan kata lain bukan bersumber dari Allah.12 Membaca di sini dapat dipahami bahwa membaca tidak hanya melafalkan atau mengucapkan kata-kata yang dilihat, melainkan disertai juga dengan mengerti, memahami, mengamalkan terhadap kata-kata yang dibacanya. Al-Qur'an menurut bahasa mempunyai arti bermacam- macam salah satunya dari pendapat yang lebih kuat adalah bahwa al- Qur’an berarti “ bacaan” atau yang dibaca. Pendapat ini beralasan bahwa al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata Qara’a- Yaqra’u artinya “membaca”. al- Qur ‘an dalam arti membaca ini dipergunakan oleh ayat- al- Qur’an sendiri, misalnya oleh surat al- qiyamah ayat 16-18:
ۥ
ۥ
ٓۦ
ۥ
ۦ
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu” (QS. al- Qiyamah 75: 16-18)
12
Ibid., h. 168.
24
Ada beberapa Ulama yang mengartikan al-qur’an menurut bahasa antara lain adalah sebagai berikut: 1) Al- Farra’, beliau menyatakan bahwa al- Qur’an artinya adalah membenarkan, karena al- Qur’an terambil dari kata “qarain”, amak dari “qarinah”. Dan firman Allah disebut al- Qur’an dengan arti yang demikian, meningat ayat- ayat dalam al- Qur’an satu sama lain saling benar membenarkan. 2) Al-
Asy’ari,
beliau
mengartikan
bahwa
al-
Qur’an
artinya
menggabungkan sesuatu dengan yang lain, karena al- Qur’an terambl dari kata “qarana”. Dan al- Qur’an berarti demikian, karena surat- surat maupun ayat- ayat, bahkan juga huruf- hurufnya saling beriringan dan berabung satu dengan yang lain. 3) Az- Zajjaj, beliau mengartikan bahwa al-Qur’an artinya adalah mengumpulkan, karena al- Qur’an berasal dari kata “ Qar’i”. Dan firman Allah disebut demikian, karena al-Qur’an mengumpulkan suratsuratnya menjadi satu kesatuan, atau karena mengumpulkan saripati kitab- kitab suci Allah yang turun sebelumya. Al- Qur’an menurut arti istilah (terminologi) juga mempunyai beberapa definisi, meskipun satu sama lain agak berbeda, namun ada segisegi persamaannya. Diantara definisi al-Qur’an menurut istilah adalah sebagai beriku:
25
1) Al- Qur’an adalah firman Allah yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis di dala mushaf ang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang diperintahkan membacanya, yang dimulai dengan surat al- Fatihah dan di tutup dengan an- Nas. 2) Al- Qur’an adalah lafal berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang diprtintahkan membacanya, yang menantang setiap orang (untuk menyusun walaupun) dengan (membuat) surat yang terpendek dri pada surat- surat yang didalamnya.13 Dari ringkasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian AlQur’an
ialah
wahyu
yang
diturunkan
oleh
Allah
kepada
Nabi
Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril yang diturunkan secara mutawatir untuk dijadikan sebagai pedoman bagi setiap umat muslim yang ada di muka bumi. Dengan demikian yang dimaksud dengan minat membaca al-Qur'an adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan suatu aktivitas kegiatan membaca al-Qur'an.
13
Aminuddin, et.al., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 45- 46.
26
2. Cara Menumbuhkan, Memelihara dan Membangkitkan Minat Kegiatan yang menarik, biasanya seseorang antusias dan bersemangat untuk mempelajarinya. Hal itu tidak terlepas adanya minat dalam diri seseorang tersebut. Untuk memunculkan semangat agar tidak timbul rasa malas dan bosan, maka perlu adanya faktor pendukung. Upaya-upaya tersebut antara lain dengan menumbuhkan, memelihara, dan membangkitkan minat. a. Cara menumbuhkan minat Menurut Agus Sujanto ada beberapa cara untuk menumbuhkan minat, diantaranya : 1) Mencari sesuatu dari pelajaran tersebut yang cukup sukar untuk dimengerti dan berusaha menyelidiki kebenaran dari pelajaran tersebut. 2) Mencari sesuatu yang menarik perhatian dari bagian bahan yang dipelajari. Bila tertarik itu awal dari konsentrasi. 3) Merencanakan belajar secara matang dan menggunakan metode secara benar. 4) Niat yang kuat, artinya kemauan yang keras disertai keyakinan 5) Tidak bersikap meringankan dan memberatkan suatu pelajaran, sebab masing-masing mempunyai manfa’at yang sama. 14
14
76.
Agus Sujanto, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, (Jakarta : Aksara Baru, 1991), h. 75-
27
b. Cara Memelihara Minat Menurut H.C. Whitherington dalam bukunya Teknik-teknik Belajar Mengajar, dijellaskan bahwa cara memlihara minat antara lain : 1) Menggunakan aneka ragam kegiatan belajar 2) Menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu. 3) Menyesuaikan pelajaran dengan taraf kematangan individu 4) Member bimbingan dan bantuan dengan penuh semangat. 5) Mengikutsertakan anak dalam merencanakan pelajaran.15 c. Cara membangkitkan minat Diantara usaha-usaha yang dilakukan untuk membangkitkan minat belajar pada anak dapat ditempuh dengan cara : 1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan 2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran 3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
15
79-80.
H.C. Whitherington, Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, (Bandung : Jemmars, 1982), h.
28
4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. 16 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca Al-Quran Crow Berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu: a.
Dorongan dari dalam individu, misal dorongan untuk makan, ingin tahu seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produsksi makanan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-lain.
b.
Motif Sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
c.
Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap
16
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ibid, h. 167.
29
aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut. Karena kepribadian manusia itu bersifat kompleks, maka sering ketiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya minat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu perpaduan dari ketiga faktor tersebut, akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah yang menjadi awal penyabab timbulnya suatu minat.17 4. Fungsi dan Pentingnya Minat Pada umumnya semua orang selalu cenderung terhadap sesuatu yang menarik perhatiannya, karena sesuatu itu indah dan mengagumkan, sehingga menimbulkan simpati dan menaruh perhatian. Begitu pula setiap individu memiliki kecenderungan selalu ingin berhubungan dengan lingkungannya dan ia sanggup dengan cara-cara tertentu. Jika ia menemukan suatu objek yang bisa dihubungi, maka ia menaruh minat terhadapnya. Jika seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka hal ini suatu motif yang menyebabkan ia berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menarik tersebut. Dan minat tersebut adalah motif yang bersifat objektif.18 Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa beberapa fungsi dan pentingnya minat diantaranya adalah dapat memudahkan individu dalam
17
Abdul Rahman Shaleh dan Mihbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), h. 264-265. 18 Woodworth, Psikologi Suatu Pengantar Kedalam Ilmu Jiwa, (Bandung: Jemmars, 1977 ), h. 73.
30
mempelajari atau mengerjakan sesuatu, meningkatkan semangat belajar atau kerja, mendorong untuk melakukan suatu kegiatan walaupun sangat berat, dan senantiasa senang dalam mengerjakan sesuatu yang diminati. 5. Indikator Minat Dalam kamus besar bahasa indonesia “indikator adalah pemantau yang dapat memberikan petunjuk dan keterangan”. Kaitanyna dengan minat siswa adalah alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk kualitas minat. Setiap individu memiliki perbedaan dalam berbagai hal, misalnya pada minatnya, perbedaan itu dapat diketahui melalui gejala- gejala yang ditampakan oleh individu itu sendiri. Seorang siswa yang belajar di sekolah minatnya akan diketahui oleh guru yang mengajarnya melalui indikator minat dintaranya: a. Perasaan senang Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dalam hal tertentu ia cenderung mengetahui antara perasaan senang atau suka dalam hal tertentu ia cenderung antara perasaan dengan minat. Siswa yang berminat terhadap baca al- Qur’an ia akan merasa senang dalam membaanya. Ia akan rajin membaca dan terus menerus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan membaca al- Qur’an. Ia akan mengikuti bacaan al- Qur’an dengan antusias tanpa ada beban paksaan dalam dirinya. b. Perhatian Adanya perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa seseorang terhadap pengamatan, pengertian dan sebagainya dengan
31
mengesampingkan yang lainnya. Orang yang berminat membaca al- Qur’an dalam dirinya akan terdapat kecenderungan- kecenderungan yang kuat untuk selalu memberikan perhatian yang besar terhadap objek yang diamatinya. Jadi siswa yang pikirannya terfokus dengan apa yang di bacanya. c. Perasaan tertarik Minat, menurut Crow dan Crow, “bisa berhubungan dengan gerak yang mendorong kita cenderung atau rasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan apapun bisa berupa pengalaman yang efektif yang diransang oleh kegiatan tersebut.”19 Orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap salah satu sekolah dari dirinya akan terdapat kecenderungan yang kuat tertarik pada guru dan mata pelajaran yang diajarkan. Sehingga tertarik merupakan indikator yang menunjukkan minat seseorang. d. Giat belajar Aktifitas atau giat belajar di luar sekolah merupakan indikator yang dapat menunjukkan keberadaan minat pada diri siswa. Siswa dengan minat tinggi, akan merasa bahwa pelajaran yang diberikan di sekolah sangatlah terbatas waktunya, sehingga ia perlu untuk mencari pengetahuan lain di luar jam pelajaran. e. Mengerjakan tugas
19
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogjakarta: Tara Wacana, 2001), h. 112.
32
Kebiasaan mengerjakan tugas yang diberikan guru merupakan salah satu indikator yang menunjukkan minat siswa. Tugas yang diberikan guru bertujuan untuk memperalam kemampuan siswa. Siswa yang memiliki minat yang tinggi akan menyadari pentingnya melaksanakan tugas- tugas dari guru ia lebih menguasai materi dengan baik. f. Mengetahui tujuan belajar Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar- benar disadari dan ada juga yang kurang disadari oleh siswa. Tujuan belajar tersebut eratkaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu.20 Siswa yang menyadari akan pentingnya tujuan belajar, maka siswa tersebut akan giat dalam mengikuti pelajaran disekolah. B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu “prestasi” dan “belajar”. Kata prestasi berasa dari bahasa belanda yaitu “perstatie”, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “ hasil usaha” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa kata “prestasi” berarti hasil yang telah dicapai. Untuk lebih jelaskan ada beberapa pengertian tentang prestasi belajar yaitu:
20
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ibid, h.58.
33
a. Prestasi adalah hasil yang dicapai yang sebenar- benarnya21 b. Prstasi adalah nilai yang dicapai oleh siswa dalam berbagai tingkat 22 c. Prestasi adalah nilai (skor) individual merupakan indikator prestasi atau hasil pencapaian yang nyata sebagai pengaruh dari hasil belajar mengajar yang bersangkutan.23 Sedangkan pengertian belajar ada bermacam- macam, pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Misalnya James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adaah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
21
Mukhtar Bukhari, Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1984), h.
252. 22
Attia Mahmud Hanan, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 118. 23 Abin Syamsudin Makmum, Psikologi Pendidikan, (Bandung: IKIP, 1986), h. 85.
34
Maka dapat disipulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.24 Sedangkan prestasi belajar dapat disimpulkan sebagai hasil yang telah dicapai dari aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, baik aktual maupun potensial. 2. Jenis- jenis Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.25 Menurutt W.S Winkel dalam buku psikologi pendidikan yang membahas tentang Taksonomi menurtut B. S Bloom, dikemukakan mengenai teori B. S Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga
24
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ibid, h. 12-13. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 148. 25
35
ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka untuk lebih spesifiknya, penulis akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori B. S Bloom berikut: a. Cognitive Domain ( Ranak Kognitif), yang berisi perilaku- perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. B. S Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa kemampuan dan keterampilan intelektual (kategori 2-6). 1) Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilah, definisi, fakta- fakta gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal- hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. 2) Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefisikan sebagai kemampuan untuk menagkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga
36
dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi atau pnerapan di artikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. 4) Analisis (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- nagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi- bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungan, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kestuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
37
mengenali data atau informasi yang harus di dapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.26Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk mamastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. b. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku- perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek: 1) Penerimaan (Receiving/Attending) Penerimaan mancakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.27
26 27
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, h. 247. Ibid., h. 247.
38
2) Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. 3) Penghargaan (Valuing) Penghargaan
atau
penilaian
mencakup
kemampuan
untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu, mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin. 4) Pengorganisasian (Organizatoin) Memudahkan nilai- nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilainilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. 5) Karakterisasi Berdasarkan Nilai- nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah- lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya
39
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai- nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.28 c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku- perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik. Berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut motorik, karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan ini melibatkan benar- benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan- gerakan anggota tubuh secara terpadu. Siri khas dari keterampilan motorik ini adanya kemampuan automatisme, yaitu gerakan- gerakan yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan qur’an hadits ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan
28
Ibid., h. 248.
40
membaca dan melagukan ayat- ayat al- Qur’an. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan. 29 3. Faktor-faktor Prestasi belajar Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
prestasi
belajar
dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 30 Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi- materi pelajaran 31 a. Faktor Intern Dalam faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1) Faktor Jasmani a) Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas
dari penyakit.
Kesehatan
adalah
keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu
29
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ibid, h. 99-100. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 54. 31 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ibid, h. 144. 30
41
jika kesehatan seseorang terganggu, ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, pusing, ngantuk, kurang darah atau ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. b) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Siswa yang cacat hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. 2) Faktor Psikologis a) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
42
b) Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal). Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka belajar. c) Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. 32 d) Bakat Bakat adalah kemampuan
potensial
yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.33 Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan
32 33
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Ibid, h. 54- 57. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ibid, h. 150.
43
bakatnya. e) Motivasi Motivasi
adalah
keadaan
internal
organisme
ang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi berperan penting. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik internal maupun yang
bersifat
eksternal,
akan
menyebabkan
kurang
bersemangatnya anak dalam melakukan proses pembelajaran, baik di sekolah maupun di rumah. 34 f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya
melaksanakan
kecakapan
sudah siap untuk
baru. 35 Misalnya
anak
dengan
kakinya sudah siapa berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan
kegiatan secara terus menerus, untuk itu
diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah
34 35
Alex Sobur, Psikologi umum, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), h. 246- 247. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, ibid, h. 58.
44
siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. g) Kesiapan Kesiapan
adalah
kesediaan
untuk
memberi
response/bereaksi. Kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 36 3) Faktor Kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. 37 36 37
Ibid., h. 59. Ibid.
45
b. Faktor Ekstern Faktor ekstern siswa terdiri atas dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. 1) Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperhatikan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. kondisi masyarakat lingkungan kumuh dan anak-anak pengangguran, akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar. Lingkungan
sosial
yang
lebih
banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah keluarga terutama orang tua, sifat-sifat orang tua,
praktek
pengelolaan
keluarga,
ketegangan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap
46
kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.38 2) Faktor lingkungan Non Sosial Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor lingkungan non sosial, misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam) tempat atau letak gedung, alat-alat yang dipakai untuk belajar. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat seperti ditempat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai, bangunan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus memenuhi syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan paedagogis.39 c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan pembelajaran dalam Qur’an hadits. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat operasional yang direkayasa dalam mencapai tujuan belajar tertentu melalui pemahaman materi. Disamping factor-faktor internal dan eksternal siswa, factor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.40
38 39
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ibid., h. 152-153. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 233-
40
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ibid., h. 155.
234.
47
4. Indikator Prestasi Belajar Pada prinsipnya, hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun, perubahantingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis- garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi belajar tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak di ukur. 41 Indikator prestasi belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari penilaian yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, yang dirangkum dalam nilai raport siswa dalam mata pelajaran qur’an hadits. C. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Qur’an Hadits 1. Pengertian Qur’an Hadits Di dalam GBPP SLTP dan SMU Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum tahun 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama islam ialah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan
bimbingan,
pengajaran
dan
atau
latihan dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
41
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ibid, h. 213- 216.
48
mewujudkan persatuan nasional”.42 Mata Pelajaran Qur’an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan pendidikan untuk memahami dan mengamalkan al-Qur'an sehingga mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadits- hadits pilihan sebagai pendalaman dan perluasan bahan kajian dari pelajaran Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah sebagai bekal mengikuti jenjang pendidikan berikutnya. 43 2. Tujuan Mata Pelajaran Qur’an Hadits Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits mempunyai tujuan dan fungsi, dan tujuan itu sendiri agar peserta didik bergairah untuk membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. 3. Fungsi Mata Pelajaran Qur’an Hadits Fungsi dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits
pada madrasah
memiliki fungsi sebagai berikut:
42
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 75-76. 43 Depag RI, GBPP Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah 1994, Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, 1994/1995, h. 1.
49
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman,
dan pengalaman
ajaran islam peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. d. Pembiasaan,
yaitu menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits
sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.44 D. Pengaruh Minat Membaca Al- Qur’an Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Qur’an Hadits Pengaruh adalah daya yang ada dari sesuatu (orang, benda, dan lain sebagainya), yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Minat adalah suatu kecenderungan yang erat kaitannya dengan perasaan individu terutama perasaan senag (positif) terhadap sesuatu yang dianggapnya
44
Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004), h. 4.
50
berharga atau sesuai dengan kebutuhan dan memberi kepuasan kepadanya. Sesuatu yang dianggap berharga tersebut dapat berupa aktivitas, orang, pengalaman, atau benda yang dapat dijadikan sebagai stimulus atau rangsangan yang memerlukan respon terarah. Al-Qur'an berarti bacaan, orang yang membaca dan memahami alQur'an akan mendapatkan pahala dan hidayat dari Allah SWT. al-Qur'an merupakan wahyu Allah yang Maha Agung dan “Bacaan Mulia” serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja. Iqra’ atau perintah membaca adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW. Kata iqra’ mempunyai beranekaragam arti antara lain: menghimpun, menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, membaca.
Perintah
membaca,
menelaah, menghimpun dan sebagainya
menuntut pembaca bukan saja sekedar melakukan bacaan dengan ikhlas, tetapi juga antara lain memilih bahan- bahan lain yang tidak mengantarnya kepada hal-hal yang bertentangan. Sedangkan prestasi belajar dapat disimpulkan sebagai hasil yang telah dicapai dari aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, baik aktual maupun potensial Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi minat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu Dorongan dari dalam individu misalnya ada dorongan dalam diri individu untuk membaca al-qur’an. Motif sosial misalnya minat untuk membaca al-qu’an karena ingin mendapat penghargaan dari keluarga. Faktor
51
emosional misalnya bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas membaca al-qur’an akan menimbulkan perasaan senang. Setiap individu memiliki perbedaan dalam berbagai hal, misalnya pada minatnya, perbedaan itu dapat diketahui melalui gejala- gejala yang ditampakan oleh individu itu sendiri. Seorang siswa yang belajar di sekolah minatnya akan diketahui oleh guru yang mengajarnya melalui indikator minat dintaranya: perasaan senang, perhatian, peraaan tertarik, giat belajar, mengerjakan tugas, mengetaui tujuan belajar. Jadi, pengertian pengaruh minat membaca Al-Qur’an terhadap Prestasi belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits adalah adanya keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan suatu aktivitas kegiatan membaca al-qur’an sehingga akan menghasilkan usaha yang telah dicapai dari latihan atau pengalaman yang ditunjukkan dengan nilai tes berdasarkan evaluasi terhadap mata pelajaran Qur’an Hadits. Minat membaca al-Qur'an jika dikaitkan dengan prestasi belajar mata pelajaran Qur’an Hadits akan berpengaruh positif. Minat adalah faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. Suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap prsetasi siswa. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa mendapatkan kepuasan
52
batin dari kegiatan membaca al-qur’an. 45 Hal ini terwujud ketika seseorang ingin membangkitkan minat membaca al- Qur’an dengan cara berharap
untuk
meningkatkan
serta
mencapai
prestasi belajar mata pelajaran Qur’an Hadits dengan baik. Seperti contoh ketika seseorang tekun dalam membaca al-Qur'an, yang semakin lama orang tersebut akan mencoba untuk mampu menghafal dan memahami apa yang ia baca. Sehingga ketika ia dihadapkan dengan ujian Qur’an Hadits maka ia mampu menghadapi dan sekaligus akan mendapatkan prestasi belajar mata pelajaran Qur’an Hadits dengan baik. Dan
sebaliknya
ketika
seseorang
tidak
berkemauan
untuk
membangkitkan minat membaca al- Qur’an maka orang tersebut dalam prestasi belajar mata pelajaran Qur’an Hadits tidak akan memuaskan. Hal ini terwujud ketika seseorang enggan membaca al-Qur’an, padahal membaca merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berupa prestasi belajar. Sehingga dalam hal prestasi belajar mata pelajaran Qur’an Hadits ia tidak mendapatkan nilai yang baik. Jadi antara minat membaca al-Qur'an dan prestasi belajar mata pelajaran Qur’an Hadits akan ada pengaruhnya. Yang berarti apabila minat membaca al-Qur'an semakin tinggi maka prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits siswa kelas VIII SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya juga semakin tinggi.
45
Ahmad Susanto, Teori Pembelajran dan Pembelajran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 66.
53
E. Hipotesis Agar penelitian ini mencapai sasarannya dan untuk menghindari adanya data yang kurang relevan, maka penulis akan mengemukakan suatu hipotesis. Menurut arti kata, hipotesa berasal dari dua penggalan kata, yaitu “hypo” artinya “dibawah” dan “thesa” artinya “kebenaran” atau “pendapat”. 46 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. 47 Dengan demikian penulis merumuskan dan akan membuktikan Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut : 1. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada pengaruh minat membaca Al- Qur’an terhadap prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits 2. Hipotesis Nihil (Ho) : tidak ada pengaruh minat membaca Al- Qur’an terhadap prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits Selanjutnya berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti mengajukan hipotesis seperti berikut: minat membaca al- qur’an memberikan pengaruh posistif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran qur’an hadits kelas VIII di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya. Dengan kata lain semakin tinggi minat membaca AlQur’an semakin tinggi pula prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits.
46
Mardalis, Metode penelitian Suatu Pendekatan Proporsional, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995),
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, ibid, h. 96.
h. 47.