15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
1.
Sistem Manajemen Mutu Saat ini lembaga pendidikan termasuk sekolah perlu mengembangkan
sistem mutunya, agar dapat membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka dapat memberikan layanan yang bermutu. Edward Sallis (2008:33) mengungkapkan bahwa “Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.” Prinsip
mutu
adalah
memenuhi
kepuasan
pelanggan
(customer
satisfaction). Seperti yang diungkapkan oleh Edward Sallis (2008:46) bahwa ”Fokus terhadap kebutuhan pelanggan, yang notabene merupakan poin inti dari mutu, merupakan salah satu cara paling efektif dalam menghadapi kompetisi dan bertahan di dalamnya.” Dalam hal ini, pelanggan dibedakan menjadi dua yaitu pelanggan internal (di dalam organisasi) dan pelanggan eksternal (di luar organisasi). Fokus perhatiannya yaitu pelanggan internal karena apabila personil yang ada di dalam organisasi tersebut dilayani dengan baik, otomatis mereka akan melayani pelanggan eksternal secara baik pula.
16
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari personil sekolah lainnya, kepala sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa. Sekolah sebagai suatu institusi pendidikan memerlukan rencana strategi dalam mencapai kualitas mutu yang diharapkan masyarakat atau siswa sebagai pelanggan eksternal dan guru maupun personil sekolah sebagai pelanggan internal. Dengan demikian, dalam menentukan atau mengembangkan sistem manajemen mutunya sekolah harus menentukan kebijakan yang jelas tentang mutu sehingga mampu menetapkan standar mutunya sendiri untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan, Edward Sallis (2008:230) mengungkapkan bahwa “Akan sangat bermanfaat bagi institusi jika mereka menarik sebuah aturan tentang kebijakan mutu tersebut karena hal tersebut merupakan sebuah metode praktis agar sekolah mampu menetapkan standar mutunya sendiri.” Selanjutnya Edward Sallis (2008:254) mengemukakan beberapa langkah penting dalam sebuah sistem mutu, yaitu sebagai berikut : a. b. c. d. e.
Mengetahui apa yang anda kerjakan Mempertanyakan metode dan prosedur anda Mendokumentasikan apa yang anda inginkan untuk dikerjakan Mengerjakan apa yang anda katakan Memberikan bukti bahwa anda mengerjakan apa yang anda seharusnya anda kerjakan. Hal ini memungkinkan informasi tersebut disebarluaskan pada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, sistem manajemen mutu merupakan suatu sistem terintegrasi dalam merencanakan perubahan kearah perbaikan yang
17
berkesinambungan, dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan sehingga menciptakan kepuasan pelanggan dari organisasi tersebut. Sebuah sistem mutu seperti yang diuraikan di atas jika dikembangkan sepenuhnya akan menyamai sistem manajemen mutu ISO 9000. Namun pengadopsian sistem manajemen mutu tersebut hendaknya menjadi suatu keputusan strategis organisasi. 2.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Kata ISO (The International Organization For Standardization) digunakan
oleh organisasi untuk standarisasi sebagai nama dari organisasinya. Tujuan pendiriannya adalah untuk mengembangkan standarisasi di seluruh dunia dengan mempermudah pertukaran internasional barang dan jasa, serta untuk mengembangkan kerja sama dalam berbagai bidang. Berdasarkan SNI 19-9001-2001 tentang Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan, yang menyatakan bahwa “ISO (Organisasi Internasional untuk Standarisasi) adalah federasi dunia badan-badan standar nasional (badan anggota ISO).” Dengan misi utamanya adalah mengembangkan standar internasional, menyebarkan informasi tentang standar internasional, dan mempromosikan implementasi standar internasional. Salah satu produk dari ISO yang terkenal antara lain ISO 9000 series yang memuat tentang standar sistem manajemen mutu.
Dalam hal ini Iskandar
Indranata (2006:8) mengungkapkan bahwa “ISO 9000 adalah satu-satunya standar sistem manajemen mutu yang diakui dunia dan bersifat global.”
18
Adapun kunci dari penerapan ISO 9000 sebagaimana yang dikemukakan oleh Iskandar Indranata (2006:15), diantaranya sebagai berikut : a.
b. c.
d.
e.
f.
Tanggung jawab manajemen : • Komitmen • Kepemimpinan • Manajemen memberi dukungan dan memberdayakan karyawan • Membuka dan memelihara komunikasi umpan balik dari karyawan Pemahaman ISO 9000 secara benar • Melakukan pelatihan untuk seluruh tingkatan Alokasi sumber daya • Menunjuk seorang wakil manajemen (MR) • Menunjuk seorang pengendali dokumen • Menunjuk auditor mutu internal • Mengalokasikan sumber daya yang diperlukan seperti tenaga kerja yang kompeten, waktu, biaya dan peralatan Dokumentasi dan Penerapan yang sesuai • Dibuat agar efisien, efektif, fleksibel dan mudah dilaksanakan • Sistem mutu dibuat agar mudah untuk diaudit dan disertifikasi • Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti Penerapan yang sistematik • Menjamin seluruh kegiatan operasi telah terlibat • Menggambarkan keterkaitan proses antara fungsi organisasi • Melakukan uji coba dari sistem mutu yang telah dibuat Faktor-faktor manusia • Kesadaran, kemauan, kemampuan, disiplin, kerjasama, komunikasi dan proaktif.
Dengan demikian, ISO 9000 ini dapat diterapkan untuk berbagai jenis organisasi yang mengutamakan mutu, termasuk lembaga-lembaga pendidikan (sekolah) yang turut mengadopsi sistem manajemen mutu ISO 9000 untuk meningkatkan mutu dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Iskandar Indranata (2006:14) mengenai keuntungan atau manfaat yang diperoleh suatu organisasi dalam menerapkan standar ISO 9000, yaitu sebagai berikut :
19
a. b. c. d.
e.
f.
g.
Manfaat secara eksternal : Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan dengan memberikan jaminan manajemen mutu. Meningkatkan citra organisasi terutama dikaitkan dengan perubahan persepsi pelanggan dari mutu produk ke mutu proses. Menjamin peningkatan mutu organisasi secara terus menerus. Meningkatkan kompetisi dengan organisasi lain, sebagai sarana antisipasi terhadap kecenderungan semakin ketatnya persyaratan yang berkaitan dengan keamanan pengunaan di pasaran internasional. Secara internal : Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik. Meningkatkan sistem kerja yang lebih baik dan konsisten, sehingga membuat sistem kerja dalam suatu organisasi menjadi standar kerja yang terdokumentasi. Penerapan ISO 9000 yang sesuai, akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Dengan adanya ISO 9000, ada jaminan bahwa organisasi itu mempunyai SMM dan produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan.
ISO 9000 dipengaruhi oleh delapan prinsip manajemen mutu sebagaimana yang dikemukakan oleh Iskandar Indranata (2006:13) sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h.
Fokus pada pelanggan Kepemimpinan Keterlibatan personel Pendekatan proses Pendekatan sistem terhadap manajemen Peningkatan berkesinambungan Pendekatan faktual untuk mengambil keputusan Hubungan pemasok yang saling menguntungkan
Fokus pada pelanggan, dalam hal ini suatu organisasi tergantung kepada para pelanggannya, oleh karena itu sekolah sebagai suatu organisasi dalam sektor pendidikan harus memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan baik itu pelanggan internal maupun pelanggan eksternal untuk masa sekarang dan yang akan datang, memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan, dan berusaha untuk melampaui harapan pelanggannya.
20
Kepemimpinan juga sangat mempengaruhi sebuah organisasi. Pemimpin di lingkungan sekolah atau kepala sekolah harus dapat menciptakan dan memelihara kondisi lingkungan internal sekolah tersebut, agar semua personel sekolah dapat terlibat penuh dalam pencapaian sasaran-sasaran sekolah. Keterlibatan personel, personel sekolah adalah inti dari sekolah sebagai suatu organisasi, karena personel yang menjalankan seluruh kegiatan sekolah tersebut. Keterlibatan penuh dengan pemanfaatan kemampuan yang dimiliki setiap personel akan memberikan keuntungan bagi sekolah. Pendekatan proses, dalam hal ini apabila seluruh aktifitas pendidikan dalam sekolah dan sumber daya terkait dikelola sebagai sebuah proses maka suatu hasil yang diharapkan akan dapat tercapai dengan lebih efisien. Proses disini maksudnya adalah sekumpulan aktifitas pendidikan di sekolah yang menggunakan seluruh sumber daya (resources) yang ada untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Untuk dapat berfungsi secara efektif, sekolah harus mengidentifikasi dan mengelola semua proses yang saling berkait dan berinteraksi satu sama lainnya. Pendekatan sistem terhadap manajemen, adanya pengenalan, pemahaman dan pengelolaan proses-proses yang saling berkaitan sebagai sebuah sistem akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian sasaran-sasaran sekolah. Peningkatan berkesinambungan, dengan peningkatan berkesinambungan terhadap kinerja tiap personel sekolah terlebih lagi guru hendaknya menjadi suatu sasaran permanen dari sekolah. Sehingga sekolah dengan perbaikan
21
terus-menerus terhadap kinerja gurunya akan mampu bertahan dan berkembang sesuai tuntutan zaman. Pendekatan faktual untuk mengambil keputusan, keputusan – keputusan yang diambil oleh para personel sekolah terlebih lagi kepala sekolah tersebut akan efektif jika berdasarkan hasil analisa data dan informasi yang sebenarnya. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan, adanya hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan pemasoknya atau hubungan ketergantungan satu sama lain. Sehingga akan meningkatkan kemampuan diantara keduanya untuk menghasilkan suatu nilai agar dapat berhasil dalam persaingan diantara organisasi. Prinsip-prinsip manajemen mutu tersebut sebagai dasar model proses yang merupakan konsep dasar dari ISO 9001:2000 dan salah satu keluarga dari ISO 9000 series yang telah diterapkan di sekolah. Hal ini disebabkan karena ISO 9001:2000 berisi persyaratan-persyaratan yang terfokus pada proses-proses yang memberikan keyakinan bahwa persyaratan pelanggan terhadap mutu produk akan terpenuhi. “ISO 9001:2000, persyaratan sistem manajemen mutu. Berisi persyaratan standar yang digunakan untuk mengakses kemampuan organisasi dalam memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang sesuai” (Iskandar Indranata, 2006:9). Berdasarkan Dokumen persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, terdapat delapan persyaratan (klausul) yaitu sebagai berikut : a. b. c. d.
Lingkup Acuan yang mengatur Istilah dan definisi Sistem manajemen mutu
22
e. f. g. h.
Tanggung jawab manajemen Pengelolaan sumber daya Realisasi produk Pengukuran, analisis dan perbaikan.
Di dalam ISO 9001:2000 hanya lima bagian utama yang menjabarkan sistem manajemen organisasi seperti yang diungkapkan oleh Iskandar Indranata (2006:11) yaitu sebagai berikut : a. b. c. d. e.
Sistem manajemen mutu Tanggung jawab manajemen Manajemen sumber daya Realisasi produk, dan Pengukuran, analisa dan perbaikan
Ke-lima persyaratan tersebut merupakan suatu model proses dari ISO 9001:2000. Berdasarkan SNI 19-9001-2000 tentang Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan ditunjukkan dalam gambar 2.1 sebagai berikut : Perbaikan Berkesinambungan Sistem Manajemen Mutu
Tanggungjawab
Pelanggan
Pelanggan
Manajemen
Pengukuran Manajemen Kepuasan
Analisa & Sumber Daya Perbaikan
Persyaratan
Masukan
Realisasi
Keluaran Produk
Produk Gambar 2.1
23
Keterangan : Aliran Informasi Kegiatan Penambahan Nilai Gambar di atas menunjukan bahwa pelanggan memiliki peran yang sangat penting dalam
penetapan
persyaratan
sebagai
masukan,
selanjutanya
pemantauan kepuasan pelanggan menghendaki adanya evaluasi informasi yang berkaitan dengan persepsi pelanggan mengenai pemenuhan persyaratan pelanggan suatu organisasi. Manajemen sumber daya merupakan bagaian dari proses perencanaan (plan), realisasi produk merupakan bagian dari melakukan (do), pengukuran, analisa dan perbaikan merupakan bagian dari proses pemerikasaan (check) dan proses tindakan (act). Integrasi proses-proses plan-do-check-act (PDCA) tersebut secara sistematik akan menghasilkan suatu pendekatan sistem manajemen mutu kearah perbaikan kinerja secara berkesinambungan. Seperti yang digambarkan di bawah ini :
2. DO
1. PLAN
3. CHECK
4. ACT Gambar 2.2
24
Keterangan : a. Plan
: Menetapkan sasaran-sasaran dan proses-proses yang dibutuhkan untuk memberikan hasil-hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi.
b. Do
: Melaksanakan proses-proses
c. Check
: Memonitor dan mengukur proses-proses dan produk, kemudian membandingkannya dengan kebijakan-kebijakan sasaran-sasaran dan persyaratan produk yang telah ditetapkan sebelumnya, melakukan analisa data dan melaporkan hasil-hasilnya.
d. Act
: Melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk memperbaiki kinerja secara kontinu.
Ke-empat proses di atas merupakan satu siklus yang tidak terputus dan saling berinteraksi satu sama lain. Terkait dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, pengelolaan sumber daya sebagai proses perencanaan (plan) yang menjadi salah satu bagian terpenting dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan dokumen persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 persyaratan ke-enam tentang pengelolaan sumber daya menyatakan bahwa : Organisasi harus menetapkan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan. a. Untuk menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan terus-menerus memperbaiki keefektifannya, dan b. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan pelanggan. Selanjutnya penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 tersebut akan memberikan pengaruh yang baik untuk peningkatan dan perbaikan suatu
25
organisasi secara efektif dan efisien, sebagaimana yang diungkapkan oleh Iskandar Indranata (2006:15) mengenai dampak dari ISO 9001:2000 sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Lebih berorientasi pada pelanggan Persyaratan lebih luas Pimpinan puncak lebih terlibat Pengembangan SDM lebih diperhatikan Mendorong peningkatan berkelanjutan (continuous improvement) Kontribusi terhadap efektivitas dan efisiensi lebih besar Memacu augmented product Menambah kegiatan perbaikan sistem Manajemen tradisional semakin tertinggal.
Dengan demikian sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 ini bila dijalankan secara penuh dan konsisten akan memberikan dampak positif bagi setiap organisasi yang menerapkannya. 3.
Pengelolaan Sumber Daya dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pengelolaan sumber daya adalah salah satu dari persyaratan (klausul) ke-
enam dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai suatu proses perencanaan. Berdasarkan artikel mengenai quality plan implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di pergururuan tinggi (Bambang Kesit, 15 Januari 2009) mengemukakan mengenai perencanaan dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yaitu bahwa : Rencana yang baik adalah kunci kesuksesan pelaksanaan. Rencana merupakan jembatan penghubung masa kini dan masa depan atau posisi saat ini dengan posisi yang akan datang yang diharapkan. Melalui perencanaan, manajemen mengkoordinasikan strategi-strategi dan upaya-upaya, mempersiapkan perubahan dan mengelola perkembangan agar memudahkan dan memperlancar implementasi dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Perencanaan yang baik merupakan seni membuat hal yang sulit menjadi sederhana sehingga memudahkan untuk mewujud-kan segala
26
sesuatunya menjadi mungkin dilaksanakan, mungkin diwujudkan dan mungkin dicapai. Pengelolaan sumber daya dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 berupa sumber daya manusia (staf/guru), prasarana / infrastruktur (bangunan, peralatan proses, alat transportasi, komunikasi), dan lingkungan kerja, sehingga sekolah perlu menetapkan sumber-sumber daya tersebut untuk melaksanakan sistem manajemen mutu dan memenuhi persyaratan pelanggan. Sebagaimana yang diuraikan dalam dokumen persyaratan-persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yaitu sebagai berikut : a. b. c. d.
Penyelidikan sumber daya Sumber daya manusia Prasarana Lingkungan kerja
Sumber daya tersebut harus diberikan pada waktu yang tepat, yang berarti bahwa sekolah seharusnya tidak beralasan bahwa beberapa aspek-aspek pengelolaan sumber daya tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan atau kurangnya personil (guru), waktu atau peralatan. Berdasarkan uraian di atas empat hal yang perlu diperhatikan sekolah mengenai pengelolaan sumber daya dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yaitu diantaranya sebagai berikut : a.
Penyelidikan sumber daya Adanya identifikasi kebutuhan dan menyediakan sumber daya yang
diperlukan sekolah untuk melaksanakan dan meningkatkan kualitas dari keseluruhan proses pendidikan dalam suatu sistem sehingga sekolah dapat memenuhi kepuasan pelanggan serta menerapkan dan meningkatkan kualitas
27
sistem manajemen, dan sekolah pun dapat menentukan sumber daya tambahan yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan tersebut. b.
Sumber Daya manusia Pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi termasuk
sekolah perlu mempertimbangkan adanya kebutuhan pelatihan dan kualifikasi personil atau guru. Sekolah yang dapat membandingkan, mengidentifikasi kebutuhan terhadap kinerja personilnya. Hal pertama yang harus dilakukan sekolah adalah menentukan kompetensi kebutuhan, kemudian sekolah dapat merancang, merencanakan dan memberikan pelatihan. Setelah pelatihan dilaksanakan, sekolah harus memiliki mekanisme yang sesuai untuk mengevaluasi hasil pelatihan dan menentukan efektivitas. Terdapatnya perbedaan antara kompetensi dan kualifikasi. Banyak personil yang memenuhi syarat atau kualifikasi pekerjaan tapi tidak maksimal dalam melaksanakan pekerjaan. Sehingga sekolah secara berkala harus menganalisis kompetensi pelatihan dan kebutuhan pada tiap personil, khusunya guru yang diperlukan dalam membangun kepercayaan pelanggan dengan kualitas lulusan dan layanan yang memenuhi atau melebihi harapan dari pelanggan. Karena pada dasarnya pelanggan akan terus berharap lebih, dan sekolah pun harus memastikan bahwa guru tersebut sadar akan pentingnya tugas dan peranan sebagai guru dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan atau sasaran mutu.
28
c.
Prasarana Sekolah
sebagai
suatu
organisasi
bertanggung
jawab
untuk
mengidentifikasi, menyediakan dan memelihara prasarana atau fasilitas sekolah yang diperlukan sebagai penunjang keseluruhan kegiatan di sekolah yang berorientasikan mutu, serta akan memberikan kemudahan untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Bagian ini meliputi beberapa hal sebagai berikut : •
Fasilitas kerja
•
Peralatan
•
Layanan pendukung pekerjaan, dalam hal ini perlu adanya pemeliharaan agar fasilitas tetap utuh dan terpelihara dengan baik.
d.
Lingkungan Kerja Bagian ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi yang
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor fisik setiap personilnya termasuk guru di lingkungan kerja. Sehingga diperlukan suatu kondisi lingkungan kerja yang baik. Faktor fisik tersebut diantaranya termasuk adanya panas, suara, cahaya, aliran udara dan kebersihan. Adapun langkah-langkah perencanaan implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 atau tahapan dalam penerapan ISO 9000, Sebagaimana yang dikemukakan oleh Iskandar Indranata (2006:16) yaitu sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.
Penetapan komitmen manajemen puncak Pembentukan tim ISO Pelatihan kesadaran mutu dan dokumentasi (sosialisasi ISO 9000) Identifikasi proses bisnis Desain sistem dan pendokumentasian Penerapan
29
g. h. i. j.
Pelatihan audit mutu internal Pelaksanaan audit mutu internal Tinjauan manajemen (management review) Sertifikasi
Penetapan komitmen manajemen puncak, di setiap organisasi termasuk sekolah sebagai organisasi atau lembaga pendidikan, yang menjadi manajemen puncaknya adalah kepala sekolah karena kepala sekolah bertanggungjawab dan harus merencanakan strategi, kebijakan, sasaran dan ukurannya, serta harus meninjaunya pula.
Komitmen manajemen terhadap mutu dapat
ditunjukkan melalui penandatanganan pernyataan kebijakan mutu sekolah, dan selanjutnya diikuti oleh sikap dan perilaku manajemen yang konsisten dalam menerapkan prosedur-prosedur kerja. Kepala sekolah sebagai manajemen puncak harus memberi bukti komitmennya pada penyusunan dan implementasi sistem
manajemen
keefektifannya.
Bukti
mutu
serta
komitmen
perbaikan tersebut
berkesinambungan
dapat
ditunjukkan
dan
dengan
menugaskan atau mengangkat secara resmi seorang wakil manajemen yang tepat,
dan
mempertimbangkan
kemampuan
kepemimpinannya,
serta
pemahamannya tentang sistem yang berlaku pada sekolah untuk menjamin bahwa sistem manajemen mutu yang didokumentasikan secara teknik benar dan sesuai dengan persyaratan standar dari sistem manajemen mutu yang telah ditetapkan. Pembentukan tim ISO dimulai setelah penetapan secara resmi seorang wakil manajemen dan selanjutnya mempersiapkan pembentukan tim ISO yang melibatkan semua pihak. Dalam hal ini penerapan sistem manajemen mutu di sekolah menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah yang ada dalam
30
struktur organisasi sekolah tersebut, dimulai dari kepala sekolah yang menunjuk seorang wakil manajemen atau sebagai wakil manajemen mutu, selanjutnya menentukan yang menjadi panel audit, pusat pengendali dokumen, dan personil wakil dari tiap-tiap unit kerja. Pelatihan kesadaran mutu dan dokumentasi (sosialisasi ISO 9000), pelatihan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 ini bertujuan untuk memberikan kesadaran mutu bagi kepala sekolah sebagai manajemen puncak dan memberikan pemahaman persyaratan kepada tim ISO. Pelatihan itu antara lain meliputi pelatihan kesadaran mutu (quality awareness) sehingga dapat memberikan pemahaman mengenai: a. Sejarah sistem manajemen puncak. b. Pemahaman
komitmen
manajemen,
pemahaman
pelaksanaan
manajemen review, kebijakan mutu, sasaran mutu, perencanaan sistem manajemen mutu dan kriteria, tanggung jawab dari wakil manajemen mutu (WMM). c. Penjelasan delapan (8) prinsip manajemen mutu. d. Manfaat penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 bagi sekolah. e. Pengertian umum persyaratan-persyaratan (klausul) yang terdapat dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. f. Faktor-faktor penyebab kegagalan dalam penerapan SMM ISO 9001:2000. g. Penjelasan mengenai sertifikasi sistem manajemen mutu.
31
h. Metoda dan teknik pemeliharaan sistem manajemen mutu. i. Metoda evaluasi peningkatan penerapan sistem manajemen mutu Tiap
sekolah
harus
mengembangkan
sebuah
rencana
yang
menggambarkan komitmen terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran. Mengembangkan sebuah rencana implementasi sesuai isi dokumen sistem manajemen mutu yang telah disusun dalam organisasi pada level yang relevan. Rencana harus disosialisasikan ke seluruh organisasi, dan harus diperbaharui. Desain sistem dan pendokumentasian, dokumen sistem manajemen mutu tersusun secara hirarki, penyusunan dokumen sistem mutu (DSM) dilakukan oleh tim ISO dengan dibantu oleh masing-masing personil inti dari bagian terkait yaitu manual mutu, prosedur, instruksi kerja, dan rekaman. Penerapan, dokumen sistem manajemen mutu yang sah dan telah disosialisasikan kepada setiap seluruh personil sekolah harus dijalankan secara benar dan konsisten. Apabila menemukan kendala maka dokumentasi tersebut dapat direvisi dan diadakan penyempurnaan sesuai kebutuhan. Pelatihan audit mutu internal, proses audit mutu internal itu dengan menyediakan perangkat untuk memperoleh bukti objektif bahwa persyaratan yang ada telah dipenuhi, karena audit mutu internal menilai keefektifan dan efisiensi sekolah yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Pelaksanaan audit mutu internal, sekolah terlebih dahulu harus memastikan seluruh dokumen sistem mutu telah dibuat dan diterapkan. Selanjutnya pelaksanaan audit mutu internal disesuaikan dengan jadwal yang
32
telah direncanakan sebelumnya dan tim audit harus membuat laporan hasil auditnya. Tinjauan manajemen (management review), Dalam pelaksanaan tinjauan manajemen yang menjadikan masukannya yaitu hasil audit, feed back dari pelanggan, kinerja dari proses dan produk, status tindakan koreksi dan pencegahan, tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya, perubahanperubahan terencana yang dapat berakibat terhadap sistem manajemen mutu, rekomendasi untuk perbaikan. Sertifikasi,dimulai dengan memilih lembaga sertifikasi, adapun tahapan sertifikasi yang dikemukakan oleh Iskandar Indranata (2006:18) yaitu sebagai berikut : a. b. c. d. e.
Aplikasi kepada LSSM untuk sertifikasi Pre-Audit atau audit awal (boleh dipilih) Final audit (dengan waktu pelaksanaan dua sampai tiga hari) Tindakan koreksi oleh organisasi (jika ada) Audit pengawasan / surveillance (sekali dalam enam bulan)
Selanjutnya dalam tahap implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 seringkali terjadi kesalahan-kesalahan yang diantaranya itu tidak menjalankan sistem manajemen mutu tanpa membangun budaya mutu. Mutu itu terletak pada sumber daya manusia yang menjalankan sistem, dicerminkan melalui sikap dan tindakan seluruh personil dalam suatu organisasi. Sistem manajemen mutu yang dirancang tanpa disertai dengan membangun budaya mutu biasanya tidak mencapai manfaat optimal. Dalam hal ini sekolah memiliki banyak cara dalam menentukan sistem pengelolaan sumber dayanya, namun sekolah beserta para personilnya termasuk guru harus memahami secara
33
jelas dan menjelaskan rincian sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 agar berhasil dalam menangani persyaratan sistem manajemen mutu ini. Berdasarkan SNI 19-9001-2000 tentang Sistem Manajemen Mutu - Persyaratan menyatakan bahwa : Organisasi harus : a. Menetapkan kompetensi yang diperlukan bagi personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu produk. b. Menyediakan pelatihan atau melakukan tindakan lain untuk memenuhi kebutuhan ini. c. Menilai keefektifan tindakan yang dilakukan. d. Memastikan bahwa personelnya sadar akan relevansi dan pentingnya kegiatan mereka dan bagaimana sumbangan mereka bagi pencapaian sasaran mutu, dan e. Memelihara rekaman yang sesuai tentang pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman. Uraian di atas menunjukkan bahwa pengelolaan sumber daya merupakan persyaratan penting bagi sekolah dalam menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Mengacu pada uraian di atas, poin penting bagi sekolah dapat dijabarkan sebagai berikut : a.
Penetapan Kompetensi Personel Sekolah harus memastikan bahwa personel dengan tanggung jawab yang
ditetapkan dalam sistem manajemen kualitas harus kompeten, sesuai dengan jenjang pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Iskandar Indranata (2006:36) bahwa : Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan/keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman daya juang, sikap positif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik yang bisa dibuktikan atau diperagakan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
34
Dengan demikian kompetensi tiap personel harus diidentifikasi sejak awal, sehingga sekolah dapat mengembangkan definisi kompetensi tersebut untuk berbagai posisi dalam organisasi dan untuk menentukan kebutuhan personel, kemajuan dan kesempatan pelatihan, sehingga dapat menjamin kualitas dari setiap pekerjaan yang dilaksanakan dan membantu keberhasilan pencapaian mutu sekolah. b.
Pelatihan Pelatihan personil adalah sebuah tantangan bagi sekolah untuk memenuhi
tingkat kompetensi yang dibutuhkan personil dalam melakukan kegiatan yang berpengaruh pada kualitas personil tersebut. Sekolah perlu memberikan pelatihan
yang
dapat
mengetahui
kecakapan-kecakapan
yang
ada
hubungannya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dimiliki personil, sebab kebutuhan akan latihan tidak hanya pada saat personil tersebut menduduki suatu jabatan yang baru melainkan pada saat personil menjalankan tugas-tugasnya sehari-hari. c.
Penilaian Penilaian dalam suatu sekolah yang menerapkan sistem manajemen mutu
ISO 9001:2000 perlu dilakukan oleh pimpinan unit untuk menilai organisasinya, sistem mutu dan keefektivitasannya, serta penilaian kesesuaian dengan standar yang telah ditentukan untuk digunakan di sekolah tersebut. Seorang auditor di suatu sekolah yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam melaksanakan penilaian dapat melihat langsung implementasi sistem manajemen mutu tersebut dengan
mengkaji
35
dokumentasi yang dimiliki dan digunakan oleh personil sekolah, berdiskusi dengan tiap personil sekolah, observasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan penilaian terhadap sumber daya sekolah tersebut baik itu sumber daya manusia, prasarana maupun lingkungan kerja sekolah. d.
Penjaminan Kerja Personel Sekolah perlu memastikan bahwa tiap personelnya memiliki kesadaran
akan pentingnya relevansi tugas dan peranannya dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan atau sasaran mutu sekolah. Sekolah memerlukan bukti kesesuaian setiap pekerjaan personel melalui pengamatan saat melaksanakan pekerjaan oleh pimpinan unit/auditor mutu dan wakil manajemen mutu, penilaian kecukupan sumberdaya dan prasarana sekolah, serta dengan melakukan diskusi, sehingga sekolah dapat memastikan bahwa personelnya melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan persyaratan dalam sistem manajemen mutu dan persyaratan pelanggan dalam rangka pencapaian mutu sekolah. e.
Pemeliharaan Rekaman Sekolah harus dapat memelihara semua rekaman yang terkait dengan
pengembangan personilnya berupa pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman
untuk
memberikan
bukti
kesesuaian
persyaratan
dan
beroperasinya sistem manajemen mutu dilaksanakan oleh personil yang berkualitas dengan cara efektif. Rekaman harus mudah dibaca, siap ditunjukkan dan mudah untuk diambil. Prosedur pengendalian rekaman juga
36
berisi tentang identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, masa simpan dan penghancuran rekaman. Rekaman-rekaman yang menjadi alat untuk menunjukkan operasi yang efektif wajib dibuat guna pelaksanaan peraturan badan sertifikasi dan perbaikan pelanggan jika diperlukan.
B.
Konsep Dasar Produktivitas Kerja Guru
1.
Pengertian Produktivitas Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dan
masukan (input). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Malayu. S. P. Hasibuan (2003:126) bahwa : Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan) jika ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Sejalan dengan pendapat di atas, Sedarmayanti (2001:58) mengemukakan bahwa “Produktivitas secara total atau secara keseluruhan, artinya keluaran yang dihasilkan diperoleh dari keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi.” Dalam hal ini keluaran adalah orientasi dari efektivitas yang merupakan suatu ukuran dalam menggambarkan pencapaian target, dan masukan adalah orientasi dari efisiensi yang merupakan ukuran dalam membandingkan masukan dengan realisasi pelaksanaannya. Sedangkan yang berorientasi pada masukan, keluaran maupun keduanya disebut sebagai kualitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas itu mencakup efektifitas, efisiensi dan kualitas.
37
Sedarmayanti (2001:60) menunjukannya dalam gambar 2.3 yaitu sebagai berikut :
Hasil Utama Masukan
Proses Produksi
Kualitas & Hasil Sampingan Efisiensi
Kualitas
Kualitas Efektifitas Produktivitas Gambar 2.3 Secara umum produktivitas itu menurut Muchdarsyah (Malayu. S. P. Hasibuan, 2003:127) mengungkapkan bahwa : Pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda yaitu : a. Perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukan apakah meningkat (berkurang serta tingkatannya). b. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukan pencapaian secara relatif. c. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya. Dan inilah yang terbaik, sebab memusatkan perhatian pada sasaran / tujuan.
38
Selanjutnya, Formulasi National Productivity Board (NPB) Singapore (Sedarmayanti, 2001:56) mengemukakan bahwa ‘Produktivitas adalah sikap mental (Atitude of mind) yang mempunyai semangat untuk peningkatan perbaikan.’ Perwujudan sikap mental tersebut dapat berupa sikap mental yang berkaitan dengan diri sendiri dan pekerjaan. Sikap mental yang berkaitan dengan diri sendiri seperti upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kedisiplinan, kerukunan kerja dan upaya pribadi. Sedangkan sikap mental yang berkaitan dengan pekerjaan yaitu upaya perbaikan manajemen dengan metode kerja yang lebih baik, penghematan biaya, ketepatan waktu, sistem dan teknologi yang lebih baik. Dengan demikian sistem manajemen yang tepat di sekolah dapat mendorong tiap personelnya semisal guru untuk memiliki sikap mental yang semangat dalam melakukan peningkatan perbaikan. 2.
Produktivitas Kerja Guru Seorang
guru
dikatakan
produktif
apabila
melaksanakan
tugas
pekerjaannya secara optimal, yaitu dapat mendorong dirinya untuk kreatif maupun penuh inisiatif pada lingkungan kerjanya. Selain berkaitan dengan tugas utamanya, seorang guru yang produktif itu selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui pengembangan karier guru semisal dengan mengikuti seminar, penataran, atau kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kemampuan dirinya sesuai dengan tuntutan tugas dan perkembangan zaman. Sehingga akan mampu menghasilkan output (lulusan) yang berkualitas baik dari segi akademik maupun non akademik.
39
Dalam
hal
“Produktivitas
ini,
Sedarmayanti
individu
adalah
(2001:65)
bagaimana
mengungkapkan seseorang
bahwa
melaksanakan
pekerjaannya atau unjuk kerja (Job Performance)”. Sedangkan produktivitas kerja merupakan cara kerja terbaik yang dilaksanakan oleh individu, Sedarmayanti (2001:81) mengemukakan bahwa “Pribadi yang produktif menggambarkan persepsi dan kreatifitas seseorang yang senantiasa ingin menyumbangkan kemampuan agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.” Selanjutnya Gilmore (1974) dan Erich Fromm (1975) (Sedarmayanti, 2001:79) mengungkapkan mengenai individu yang produktif, yaitu bahwa : a. b. c. d. e. f. g. h.
Tindakannya konstruktif Percaya pada diri sendiri Bertanggungjawab Memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan Mempunyai pandangan ke depan Mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah-ubah Mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungannya (kreatif, imaginatif, dan inovatif) Memiliki kekuatan untuk mewujudkan potensinya
Untuk mencapai produktivitas kerja yang maksimal dari setiap personil di suatu organisasi, perlu adanya kesesuaian antara kebutuhan individual dan kebutuhan organisasi tersebut yang merupakan faktor penting untuk menunjang produktivitas kerja. Sebagaimana menurut pendapat Sadiman. J dalam Majalah Manajemen, Juli – Agustus 1983 (Sedarmayanti, 2001:70) mengemukakan
40
gambaran perpaduan pemenuhan kepuasan bagi personil maupun bagi organisasi seperti di bawah ini : Tabel 2.1 Ikthisar Perpaduan Pemenuhan Kepuasan Karyawan dan Organisasi No
1
2
3
4
Motivator
Kebutuhan Organisasi
Tantangan
Kebutuhan untuk mencapai hasil yang lebih banyak dan baik.
Kebebasan
Pengakuan
Partisipasi
5
Hasil yang dicapai
6
Pembaruan
7
Perluasan tugas
Kebutuhan delegasi wewenang dan tanggung jawab. Kebutuhan untuk mengerjakan pekerjaan yang penting dan bermakna. Kebutuhan untuk mencapai keterkaitan untuk menyelesaikan tugas sebelum pekerjaan dimulai. Kebutuhan untuk memastikan bahwa sumber daya yang dikeluarkan benarbenar dipakai untuk mencapai sasaran organisasi. Kebutuhan adanya gagasan baru, saran dan usulan-usulan untuk memperbaiki proses. Kebutuhan agar sumber daya waktu digunakan secara maksimum
Kebutuhan Karyawan Kebutuhan tentang sesuatu yang unik dan mengerjakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain. Kebutuhan akan kebebasan untuk mempertimbangkan. Kebutuhan untuk menyatakan dirinya bernilai kepada rekan sekerja dan keluarga. Kebutuhan untuk mengetahui tentang apa dan mengapa sesuatu terjadi dan ada peluang untuk mempengaruhinya. Kebutuhan untuk mengetahui bahwa upaya dan tenaga menggambarkan langkah maju menuju tujuan jangka panjang. Kebutuhan agar gagasan, dan saran diterima dan dipakai. Kebutuhan untuk menghindari kebosanan dan kelelahan
41
8
Perkayaan tugas
9
Keutuhan
10
Perkembangan
Kebutuhan agar organisasi bersinambungan dan regenerasi manajemen. Kebutuhan agar karyawan mementingkan organisasi dan bukan individu. Kebutuhan akan karyawan yang dapat menangani tugas – tugas baru dan tugas berbeda.
Kebutuhan menyadari penugasan merupakan jenjang ke arah kemajuan dalam organisasi. Kebutuhan untuk mengetahui kontribusi tugasnya terhadap organisasi dan keseluruhan. Kebutuhan akan pekerjaan yang menggairahkan dan membangkitkan minat yang kuat.
Dengan demikian organisasi harus menjamin dipilihnya personil yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang memungkinkan mereka bekerja optimal. Karena pada umumya tiap personil itu akan mengalami kepuasan apabila mempunyai kebebasan untuk menentukan pekerjaan yang disesuaikan dengan keinginannya, tanpa adanya paksaan dan akan
meningkatkan
motivasi
kerja
personil
yang
selanjutnya
akan
meningkatkan produktivitas kerjanya. Suatu organisasi termasuk organisasi dalam sektor pendidikan yaitu sekolah harus selalu menggali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja personilnya semisal produktivitas kerja guru, karena dengan tercapainya produktivitas kerja guru yang tinggi, berarti terdapat efisiensi pemanfaatan sumber-sumber yang ada dan efektivitas pencapaian hasil yang diinginkan. Sebagaimana menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (Sedarmayanti, 2001:71) mengemukakan bahwa ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu sebagai berikut :
42
a. b. c.
d. e. f.
Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan panitia mengenai kerja unggul. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan beberapa indikator dari produktivitas kerja guru, yaitu sebagai berikut : Sikap kerja yang berupa kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), serta menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim. Seorang guru apabila memperoleh beban tugas yang berhubungan dengan setiap kegiatan di sekolah, baik itu kesedian dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik secara bergiliran (shif work), atau menerima tambahan tugas yang menuntut untuk dapat bekerja dalam satu tim semisal membantu dalam hal proses manajemen di sekolah, guru tersebut harus berupaya untuk membangun sikap profesional dalam bekerja dengan disiplin tinggi pada suatu proses yang berkala dan akan diperoleh manfaatnya kelak bagi sekolah maupun guru tersebut. Tingkat keterampilan seorang guru diantaranya dapat dilihat dari caranya dalam menghadapi permasalahan yang timbul selama kegiatan pendidikan di sekolah. Seorang guru dituntut untuk terampil dalam berbagai aspek yang
43
berhubungan dengan setiap kegiatan di sekolah, dalam hal ini tingkat keterampilan guru ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri. Sehingga dapat memberikan hasil kerja yang optimal dengan inisiatif, imajinasi atau kreatifitas untuk mengantisipasi setiap perubahan dalam membangun suatu institusi pendidikan yang bermutu dengan menghasilkan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan panitia mengenai kerja unggul. Dalam hal ini pengawasan mutu dilakukan untuk menjamin seluruh kegiatan organisasi atau kegiatan pendidikan di sekolah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam peningkatan mutu sekolah. Sehingga seluruh personil sekolah termasuk guru dengan kepala sekolah berusaha untuk melaksanakan tugasnya secara optimal dan profesional dengan membangun suatu kerjasama dan hubungan timbal balik satu sama lainnya dalam upaya mencapai tujuan sekolah, atau sasaran mutu sekolah. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. Guru harus mampu mengelola dan berupaya untuk lebih efisien menjalankan tugasnya dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik juga memberikan pelayanan kepada peserta didik, sehingga dapat memperoleh hasil kerja yang
44
optimal berupa lulusan yang berkualitas melalui keterampilan yang dimiliki guru, kemahiran dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran atau setiap kegaiatan pendidikan di sekolah, dan sumber-sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan sekolah. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. Sekolah atau kepala sekolah sebagai manajemen puncak dalam menyerahkan kewajiban mengajar dan memberikan tugas tambahan harus mempertimbangkan latar belakang mengajar guru tersebut dengan dilihat dari pengalamnnya. Selanjutnya berdasarkan kualifikasi profesional, dan minat dari guru tersebut. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha. Guru dalam melaksanakan tugasnya apabila menemukan suatu permasalahan yang harus segera diselesaikan maka guru tersebut dituntut untuk dapat mengambil keputusan terbaiknya, selanjutnya guru pun dituntut untuk memberikan inovasi dalam proses pembelajaran maupun setiap kegiatan yang akan memberikan dampak posif bagi sekolah. Dengan demikian produktivitas kerja guru di sekolah perlu ditingkatkan secara terus menerus, karena hal ini menunjukkan kemampuan dari seorang guru dalam mewujudkan segenap potensi guna mewujudkan kreatifitas, juga sebagai pencapaian kerja guru dalam melaksankan tugasnya untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik dengan adanya peningkatan dan perbaikan dalam setiap kegiatan pendidikan di sekolah, sehingga dapat memberikan
45
kontribusi terhadap pencapaian sasaran mutu sekolah yang menginginkan hasil lulusan yang berkualitas dan sekolah yang bermutu.
C.
Pengaruh Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 terhadap Produktivitas Kerja Guru Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang berorientasikan kepada
kepuasan pelanggan apabila diimplementasikan di sektor pendidikan atau sekolah dimulai dengan adanya masukan berupa penetapan kebijakan mutu oleh kepala sekolah sebagai komitmen manajemen puncak. Sejalan dengan pendapat Iskandar Indranata (2006:13) bahwa “...Yang sangat penting yakni penekanan pada peranan dan tangung jawab manajemen puncak terhadap SMM.” Kebijakan mutu tersebut merupakan pernyataan pusat perhatian kepada pelanggan, arah sekolah di bidang mutu dan dijadikan kerangka dalam penetapan sasaran mutu. Untuk mencapai sasaran mutu yang telah ditetapkan, maka ditetapkan rencana
operasi
(action
plan),
proses-proses
yang
diperlukan
untuk
merealisasikan produk, proses-proses pengukuran mutu produk, pengendalian mutu produk yang tidak sesuai standar, tindakan perbaikan dan pencegahan terulangnya kesalahan yang sama berdasarkan persyaratan (klausul) ISO 9001:2000. Pada dasarnya mutu itu ada pada sumber daya manusia yang menjalankan sistem, dicerminkan melalui sikap dan tindakan seluruh personil dalam suatu organisasi. Dari kelima persyaratan yakni sistem manajemen kualitas, tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi produk, analisis
46
pengukuran dan peningkatan yang merupakan suatu model proses dari ISO 9001:2000 dan menjabarkan sistem manajemen organisasi, pengelolaan sumber daya khususnya sumber daya manusia (Guru) merupakan bagian dari proses perencanaan yang sangat berperan penting dalam implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, selain sebagai penggerak dalam menghasilkan keluaran (siswa) yang berkualitas sehingga menjadikan sekolah yang bermutu juga untuk meningkatkan kredibilitas sekolah tersebut. Berdasarkan SNI 199001-2000 tentang Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan mengemukakan bahwa “...Memastikan bahwa personelnya sadar akan relevansi dan pentingnya kegiatan mereka dan bagaimana sumbangan mereka bagi pencapaian sasaran mutu...” Guru sebagai salah satu sumber daya manusia yang utama merupakan penggerak perubahan dalam peningkatan kualitas peserta didiknya dan berujung pada peningkatan sekolah. Guru dituntut mampu memberikan inovasi untuk perubahan yang positif bagi sekolah, tentunya dengan sikap kerja dan keprofesionalannya dalam bekerja. Melalui sistem kerja yang berorientasi pada mutu di berbagai aspek, secara tidak langsung
para personil sekolah akan
berupaya untuk melakukan perubahan cara kerja lebih baik yang ditunjukkan para personil sekolah khususnya guru. Perubahan cara kerja kearah yang lebih baik tersebut akan meningkatkan kinerja yang positif untuk keberhasilan dari pekerjaan yang dilakukan, sehingga kinerja guru yang baik dalam menjalankan seluruh tugas pekerjaannya atau profesional dalam bekerja akan menghasilkan dan meningkatkan produktivitas kerjanya.
47
Dengan demikian sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dirasa paling tepat untuk diimplementasikan di sekolah. Dalam hal ini Sedarmayanti (2001:73) mengungkapkan bahwa “Apabila manajemennya tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong pegawai untuk melakukan tindakan produktif.” Adapun gambarannya sebagai berikut :
Manajemen
Semangat
Produktivitas
yang tepat
kerja naik
meningkat
Gambar 2.4 Meskipun pada kenyataannya banyak guru yang tidak bekerja berdasarkan kriteria kecakapan kerja dan tidak berdasarkan kualifikasi atas dasar pendidikan yang sesuai, sehingga manfaat dari implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 belum dirasakan optimal. Dalam hal ini tindakan perbaikan yang harus dilakukan untuk pencagahan terulangnya kesalahan yang sama sesuai dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, sebagaimana menurut pendapat Iskandar Indranata (2006:65) mengungkapkan bahwa
“Tanggung jawab
perbaikan dan pencegahan selanjutnya berada pada personil yang telah ditugaskan untuk menyelesaikan permasalahan”. Berdasarkan uraian di atas, sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 tersebut sangat berpengaruh dan memiliki peranan penting dalam peningkatkan produktivitas kerja personil sekolah. Baik secara langsung pada seorang guru yang merupakan salah satu faktor tolok ukur keberhasilan sekolah dengan hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai
48
proses belajar mengajar (PBM) yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin profesional guru dalam menjalankan seluruh tugas pekerjaannya di sekolah, maupun melalui perbaikan organisasi dan tata prosedur untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan sekolah yang bermutu sesuai dengan harapan pelanggan.