BAB II KAJIAN PUSTAKA Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pada bagian ini diperlukan teori-teori yang relevan dengan variabel-variabel yang akan dianalisis. Untuk itu teori yang dimaksud meliputi teori luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan, jumlah tenaga kerja dan pendapatan petani 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Pendapatan Dalam penelitian ini, pendapatan yang digunakan adalah pendapatan rumah tangga. Menurut Dewi (2006) menyatakan bahwa pendapatan merupakan balas jasa yang diterima atas keikutsertaan seseorang dalam proses produksi barang dan jasa, pendapatan ini dikenal dengan nama pendapatan dari kerja (Labour Income). Selain pendapatan dari kerja, pekerja sering kali mendapatkan pendapatan lain yang bukan merupakan balas jasa dari kerja, pendapatan bukan dari kerja ini disebut Nonlabour income. Pemanfaatan pekerja dapat dilihat dari pendapatan yang diterimna seseorang. Apabila seseorang mempunyai ketrampilan tertentu, misalnya dipeeroleh dari pendidikan atau latihan dan bekerja di suatu lapangan usaha dan dalam lingkungan usaha tertentu, maka diharapkan akan diperoleh pendapatan sebesar tertentu yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa pendapatan sesorang tergantung pada ketrampilan di bidang tertentu yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan ketrampilan, dan pengalaman bekerja pada bidang tertentu. Untuk menghitung besar kecilnya pendapatan dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu (Sukirno,2004:37) : 9
10 1) Pendekatan produksi (Production Approach), yaitu dengan menghitung semua nilai produksi barang dan jasa akhir yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu. 2) Pendekatan pendapatan (Income Approach), yaitu dengan menghitung nilai keseluruhan balas jasa yang dapat di terima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu periode tertentu. 3) Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu pendapatan yang diperoleh dengan menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat. Pada penelitian ini untuk menghitung besar kecilnya pendapatan petani rumput laut yaitu menggunakan pendekatan produksi, dimana produksi barang dan jasa yang dihasilkan disini yaitu menghitung nilai produksi dari hasil panen rumput laut pada periode tertentu.
2.1.2 Konsep Biaya Produksi Menurut Alma (2000 : 125) biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional. Jadi dalam pengorbanan ini tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian, tidak dibebankan ke harga pokok. Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran, terutama menyangkut tanggung jawab manager. Biaya dapat dipecah ke dalam : 1) Biaya Variabel, yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat aktivitas yang ada, misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung. 2) Biaya Semi Variabel, yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi tidak dalam propasi langsung.
11 3) Biaya tetap, yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat konstan selama periode tertentu. Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi : 1) Biaya langsung, yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu dari organisasi. 2) Biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk tertentu. Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi berpengaruh negatif terhadap pendapatan/penghasilan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. Oleh karena itu biaya produksi harus ditekan agar tidak terjadi pemborosan atau kerugian.
2.1.3 Konsep Luas Lahan Luas lahan dapat diartikan sebagai lahan sawah dan lahan bukan sawah baik yang digunakan dan tidak digunakan termasuk lahan yang sementara tidak digunakan atau di usahakan (BPS Provinsi Bali, 2003 : 3). Pengertian atau definisi luas lahan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi pematang (galengan atau saluran) untuk menahan atau mengalirkan air yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang status tanah. Lahan sawah digolongkan sebagai berikut : a. Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang memperoleh irigasi dan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat
12 sepenuhnya diatur dengan mudah. Biasanya jaringan semacam ini terdiri dari saluran induk dan sekunder serta bangunan dipelihara dan di bangun oleh Dinas Irigasi atau Pemerintah. b. Lahan Irigasi Setengah Teknis adalah lahan sawah yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis, dimana Dinas Irigasi hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air yang ada pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai oleh Dinas Irigasi atau Pemerintah. c. Luas Lahan Tadah hujan adalah lahan yang irigasinya tergantung pada air hujan. d. Lahan Sawah pasang Surut adalah lahan sawah yang irigasinya tergantung pada air sungai yang diperoleh pasang surutnya air laut. e. Lahan Sawah Lebak adalah lahan sawah yang irigasinya berasal dari rawa lebak. f. Lahan Sawah Polder adalah lahan sawah yang terdapat di delta sungai yang irigasinya dipengaruhi oleh air sungai tersebut atau rembesanrembesan rawa yang biasanya ditanami padi. g. Lahan Sawah lainnya adalah lahan terkena rembesan rawa yang biasanya ditanami padi-padian. h. Lahan Sawah tidak tanam adalah lahan yang selama setahun ditanami selain padi.
13 i. Lahan Sawah Sementara Tidak Diusahakan adalah lahan yang tidak diusahakan, karena alasan misalnya tidak ada tenaga lebih dari setahun dan kurang dari dua tahun. 2. Bukan Lahan Sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami dengan tanaman palawija atau padi gogo, dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Pekarangan atau tanah untuk bangunan dan halaman adalah tanah halaman sekitar rumah termasuk dipakai untuk bangunan rumah. Diluar tanah pekarangan disebut tegalan. b. Tegal atau kebun adalah tanah kering yang ditanami tanaman musiman atau tahunan dan letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah serta pemakaiannya tidak terpisah. c. Ladang atau huma adalah tanah yang ditanami tanaman musiman, pemakaiannya hanya semusim atau dua musim, kemudian di tinggalkan karena tidak subur lagi. d. Pengembalaan
atau
padang rumput
adalah
tanah
yang dipakai
pengembalaan ternak. e. Lahan yang sementara tidak diusahakan adalah tanah yang biasanya tidak diusahakan tetapi untuk sementara tidak diusahakan. f. Tanah Hutan Rakyat adalah tanah yang ditumbuhi kayu-kayuan termasuk bambu baik yang tumbuh sendiri maupun yang sengaja ditanami seperti semak-semak dan pohon-pohonan yang hasil utamanya kayu.
14 g. Hutan Negara adalah tanah hutan yang berada di bawah pengawasan Dinas Kehutanan atau Perhutanan. h. Perkebunan adalah tanah yang ditanami tanaman perkebunan seperti vanili, kelapa, kopi, cengkeh, dan lain-lain diusahakan oleh rakyat atau perusahaan wilayah kecamatan. i. Rawa-rawa adalah tanah yang tergenang air yang tidak dipergunakan untuk sawah. j. Tambak adalah tanah yang dipergunakan untuk melakukan pemeliharaan ikan, udang atau binatang air lainnya. Lahan rumput laut yaitu suatu lahan yang dipergunakan oleh petani rumput laut untuk menanami rumput laut. Lahan rumput laut dibedakan berdasarkan metode penanaman yang dilakukan oleh petani rumput laut (ikanmania.wordpress.com, 2008 : 23) antara lain 1. Metode dasar Metode ini sesuai untuk tempat yang dasarnya berbatu karang. Pada metode ini bibit diikatkan pada batu-batu karang yang kemudian disebarkan pada dasar perairan. Cara ini sesuai untuk dasar perairan yang rata dan tidak ditumbuhi karang dan tidak berpasir. 2. Metode Rakit Apung Penanaman dengan metode rakit ini menggunakan rakit apung yang terbuat dari bambu yang berukuran antara (2,5 x 2,5) meter persegi sampai (7 x 7) meter persegi tergantung pada kesediaan bahan bambu yang dipergunakan. Untuk penahanan supaya rakit tidak hanyut terbawa arus, digunakan jangkar sebagai
15 penahanan atau diikat pada patok kayu yang ditancapkan di dasar laut. Metode rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman 60 cm. 3. Metode Lepas Dasar atau Tali Gantung Pada penanaman dengan metode lepas dasar, tali ris yang telah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama. Pengikatan tali ris pada tali ris utama sedemikian rupa sehingga mudah di buka kembali. Sama dengan metode rakit apung, metode ini cocok untuk perairan dengan kedalaman kurang 1,5 meter dan dasarnya terdiri dari pasir atau pasir berlumpur. Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan, dimana semakin luas lahan petani rumput laut maka pendapatannya juga akan meningkat. Hubungan antara luas lahan dengan pendapatan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap pendapatan/penghasilan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. Lahan yang dikelola dengan baik tentunya akan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan bagi petani rumput laut.
2.1.4 Konsep Pelatihan Menurut Rivai (2004:226) menegaskan bahwa pelatihan adalah proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan
berkaitan
dengan
keahlian
dan
kemampuan
pegawai
dalam
melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan pekerjaan.
16 Menurut Simamora (2004:276) bahwa tujuan pemberian pelatihan adalah sebagai berikut : 1) Memperbaiki kinerja. 2) Memutahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. 3) Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar konpeten dalam bekerja. 4) Membantu dalam memecahkan masalah operasional. 5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi. 6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. 7) Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Dari pendapatan di atas, maka dapat diartikan bahwa tujuan pelatihan itu sebenarnya untuk meningkatkan kecerdasan serta meningkatkan keahlian pegawai pada masing-masing bidang pekerjaan agar nantinya dapat bekerja secara efektif dan efisien. Jenis pelatihan menurut Simamora (2004:278), jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan didalam organisasi adalah sebagai berikut : 1) Pelatihan keahlian, merupakan pelatihan yang sering dijumpai didalam organisasi. Kriteria penilaian efektivitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang didefinisikan dalam tahap penilaian. 2) Pelatihan ulang, adalah subset pelatihan keahlian. Pelatihan ulang berupaya memberikan para pegawai keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah.
17 3) Pelatihan lintas fungsional. Melibatkan pelatihan pegawai untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan. Adapun beberapa manfaat dari sebuah pelatihan diantaranya, menurut Simamora (2004:280) adalah sebagai berikut : 1) Manfaat untuk karyawan (1) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang lebih efektif. (2) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri. (3) Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi dan konflik. 2) Manfaat untuk perusahaan (1) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif terhadap orientasi profit. (2) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan. (3) Menciptkan hubungan antara karyawan dan atasan. 3) Manfaat dalam hubungan SDM, antar grup dan pelaksanaan kebijakan. (1) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual (2) Memberikan iklim yang baik untuk belajar, pertumbuhan dan koordinasi. (3) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif terhadap pendapatan/penghasilan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. Pelatihan sangat diperlukan guna meningktakn ketrampilan tenaga kerja. Pelatihan
18 hendaknya diberikan agar dapat membantu kinerja para pegawai sehingga dapat meningkatkan tingkat produktivitas perusahaan.
2.1.5 Konsep Jumlah Tenaga Kerja Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk yang besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan disegala bidang. Besarnya jumlah penduduk usia kerja adalah pembangunan usia kerja. Apabila kualitas sumber daya manusia sangat tinggi, maka modal pembangunan relevan, tetapi kualitasnya
rendah
karena
penduduk
tersebut
lebih
merupakan
beban
pembangunan.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 1969, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (pasal 1). Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.
Menurut Simanjuntak (1990:69) tenaga kerja (man power) mengandung pengertian. Pertama, tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja
19 mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut, mampu bekerja berearti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Mulyadi Subri (2002:57), tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak (1990:16) angkatan kerja dibedakan dalam 3 golongan yaitu :
1) Penganggur (open unemployment), yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan. 2) setengah pengangguran (underemployment), yaitu jam kerja mereka kurang dimanfaatkan, sehingga produktivitas kerja dan pendapatan mereka rendah.
Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
(1) Setengah pengangguran kentara (visible underempyoment) yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, dan
20 (2) Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah
3). Bekerja penuh, dimana dalam prakteknya suatu negara telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh bila dalam perekonomian tingkat penganggurannya kurang dari 4 persen (Sukirno, 1997:19-20). Sedangkan untuk golongan bukan angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk bukan angkatan kerja yang non aktif secara ekonomi. Mereka terdiri dari yang bersekolah, mengurus rumah rangga, penerimaan pensiun, mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain karena lanjut usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis.
Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan/penghasilan rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dengan melihat kebutuhan akan tenaga kerja pada perusahaan tersebut. Akan tetapi penyerapan jumlah tenaga kerja tentunya tidak berlebihan karena akan meningkatkan pemborosan atau kerugian. Tenaga kerja berperan penting dalam sebuah perusahaan karena dapat membantu produktivitas perusahaan.
2.1.6
Hubungan Luas Lahan, Jumlah Biaya Produksi, Pelatihan dan Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. Pendapatan merupakan balas jasa yang diterima atas keikutsertaan seseorang dalam proses produksi barang atau jasa. Pendapatan seseorang tergantung pada ketrampilan di bidang tertentu yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan ketrampilan, dan pengalaman bekerja pada bidang tertentu.
21 Pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan, dimana semakin luas lahan petani rumput laut maka pendapatannya juga akan meningkat.
Biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau jasa untuk memperoleh suatu barang yang bersifat ekonomis rasional. Jadi dalam pengorbanan ini tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab segala pemborosan termasuk unsur kerugian, tidak dibebankan ke harga pokok. Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatn bahwa biaya produksi berpengaruh negatif terhadap pendapatan/penghasilan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan.
Selain itu, pendapatan petani juga dipengaruhi oleh pelatihan, dimana petani yang mendapatkan banyak pelatihan akan menjadi lebih terampil karena ilmu yang diperoleh lebih banyak sehingga diharapkan pendapatannya akan semakin meningkat karena dengan pelatihan yang didapat petani akan bekerja lebih efektif dan efisien. Dengan demikian secara tidak langsung akan dapat meningkatkan pendapatan petani rumput laut. Hubungan antara pelatihan dengan pendapatan bahwa pelatihan berpengaruh positif terhadap pendapatan/penghasilan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan.
Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik, didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya
22 sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran. Hubungan tenaga kerja dengan pendapatan
bahwa
tenaga
kerja
berpengaruh
positif
terhadap
pendapatan/penghasilan rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dengan melihat kebutuhan akan tenaga kerja pada perusahaan tersebut
2.2 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu dilakukan oleh I Wayan Netra pada tahun 2006 dengan judul Analisis Pengembangan Budidaya Rumput Laut Eucheuma sp. Di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda dilakukan dengan meng-logkan nilai Y dari Xi sehingga persamaan :
Log Y = -0,631 +0,442 log X1 + 0,335 log X2 + 0,225 log X3
Nilai t : (-1,963*) (9,447**)
Level significance :
0,053
0,000
(5,414**)
0,000
(2,699**)
0,000
Dimana nilai didalam tanda kurung menunjukkan nilai t hitung; tanda * menunjukkan signifikan dan tanda ** menunjukkan sangat signifikan.
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya: persamaannya adalah tempat dan lokasi penelitiannya sama – sama menggunakan kecamatan kuta selatan dan menggunakan analisis linier berganda. Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya juga mempergunakan perhitungan gross margin, rasio net profit margin dan revenue cost ratio (RCR).
23 Penelitian ini juga mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu yang berjudul Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Tenaga Kerja, dan Jumlah Biaya Produksi terhadap Penghasilan Petani Rumput Laut di Desa Ped Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung yang dilakukan oleh Sari Murni pada tahun 2008. Teknik analisis yang digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Dari hasil analisis berganda diperoleh persamaan : Y = -66447,282 + 292175,007X1 + 113465,562X2 – 0,913X3
Ketiga variable indepeden (Luas Lahan, Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Biaya Produksi) berpengaruh secara serempak dan nyata terhadap pengahasilan petani rumput laut sdi Desa Ped Kecamatan Nusa Penida. R2 = 0,928. Artinya perubahan penghasilan petani rumput laut dipengaruhi oleh 92,8% dari ketiga indepeden variable tersebut.
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya: persamaannya adalah sama-sama menggunakan analisis linier berganda, variabel bebasnya pendapatan/penghasilan petani rumput laut dan variabel terikatnya jumlah biaya produksi, luas lahan dan jumlah tenaga kerja. Perbedaannya adalah tempat dan lokasinya berbeda dimana penelitian sebelumnya menggunakan lokasi di nusa penida sedangkan penelitian ini menggunakan lokasi kecamatan kuta selatan selain itu pada penelitian ini menggunakan varibel terikat pelatihan sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak menggunakan.