BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang akan diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman.
Belajar
juga
merupakan
proses
melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989: 28). Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006: 105) belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Harold Spears dalam Eveline (2011: 4) mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang lebih detail. Menurut Spears “learning is to observe, to read, to imiate, to try something them selves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan. Menurut Eveline (2011: 3-4) belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
8
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah : 1.
Bertambahnya jumlah pengetahuan.
2.
Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi.
3.
Ada penerapan pengetahuan.
4.
Menyimpulkan makna.
5.
Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas.
6.
Adanya perubahan sebagai pribadi. Cronbach (dalam Hosnan, 2014: 3) memberi batasan bahwa,
learning is shown by change in behavior as a result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman). Makna dari definisi yang dikemukakan oleh Cronbach ini lebih dalam lagi, yaitu belajar bukanlah semata-mata perubahan dan penemuan, tetapi sudah mencakup kecakapan-kecakapan yang dihasilkan akibat perubahan dan penemuan tadi. Setelah terjadi perubahan dan menemukan sesuatu yang baru, maka akan timbul suatu kecakapan yang memberikan manfaat bagi kehidupannya. Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi yang terdapat dalam kehidupan sekitar dan mengarah kepada tujuan melalui berbagai proses dengan berbagai perubahan seperti bertambahnya ilmu, memiliki kemampuan mengingat,
9
dapat menerapkan dalam lingkungannya, dan adanya perubahan atau sikap moral serta karakter yang terbentuk selama proses belajar. 2. Pembelajaran Kimia Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Rusman, 2011: 3). Sedangkan pembelajaran menurut Mulyati Arifin (2005: 2) adalah kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan peserta didik berupa pemberian pengalaman belajar peserta didik yang direncanakan guru untuk membangun pengetahuan baru dan mengaplikasikannya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Karena itu istilah “pembelajaran” mengandung makna yang lebih luas daripada “mengajar”, pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang (Eveline, 2011: 12). Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yakni kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan kimia dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (Depdiknas, 2006: 459).
10
Dalam Standar Isi (SI) mata pelajaran kimia dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran kimia di SMA/MA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: 1.
Membangun kesadaran tentang keteraturan dan keindahan alam serta wujud kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Memupuk sikap ilmiah yang mencakup; sikap jujur dan obyektif terhadap data; disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan; sikap terbuka (bersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar); ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah (tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi/data empiris); dan bekerjasama dengan orang lain.
3.
Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan melakukan eksperimen (yang mungkin melibatkan penggunaan instrumen), pengambilan data, pengolahan dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis.
4.
Meningkatkan kesadaran terhadap aplikasi ilmu kimia yang dapat bermanfaat dan juga mungkin merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
11
5.
Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya sebagai bekal belajar kimia di perguruan tinggi.
6.
Menerapkan konsep-konsep kimia untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
7.
Membentuk sikap positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari
kimia
lebih
lanjut
karena
kemampuan
kimia
menjelaskan secara molekuler sebagai peristiwa alam dan berperan penting dalam pengembangan teknologi. (Permendikbud, 2013: 951952) Ilmu kimia mempunyai ciri-ciri yang khas, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan teknik belajar tertentu tanpa meninggalkan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses. Beberapa ciri kimia menurut Tresna Sastrawijaya (Yoshinta, 2010: 9-10) adalah sebagai berikut : a. Kimia lebih bersifat abstrak sehingga diperlukan teknik pembelajaran kimia untuk dapat membayangkan atau menciptakan gambarangambaran. Gambaran-gambaran dapat membantu peserta didik mengingat yang dibahas dalam ilmu kimia seperti ion, molekul, dan ikatan. b. Bahan pelajaran kimia dimulai dari yang mudah menuju yang sukar sehingga pembelajaran kimia akan menjadi lebih mudah jika berurutan dimulai dari konsep yang mudah ke konsep yang lebih sulit.
12
c. Bahan pelajaran kimia tidak hanya menyelesaikan soal-soal sehingga di dalam pembelajaran kimia diperlukan teknik-teknik yang berbeda. Setiap materi yang berbeda mungkin diperlukan suatu metode yang dapat membantu memahami dan menguasai materi kimia dengan baik. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik di dalam konteks pelajaran atau ilmu kimia baik berupa teori maupun praktikum. Dalam pembelajaran ini dapat diterapkan model Project Based Learning (PjBL) pada materi asam basa. 3. Project Based Learning (PjBL) Menurut M. Hosnan (2014: 3) Project Based Learning (PjBL) atau model
pembelajaran
berbasis
proyek
(PBP)
merupakan
model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan peserta didik untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sistesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya. Pelaksanaan PjBL dapat memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja menyelesaikan tugas yang diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta didik. Manfaat PjBL diantaranya adalah sebagai berikut :
13
a.
Memperoleh
pengetahuan
dan
keterampilan
baru
dalam
pembelajaran. b.
Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.
c.
Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
d.
Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.
e.
Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PJBL yang bersifat kelompok (M. Hosnan, 2014: 325). Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang memberikan penekanan pada pemecahan masalah sebagai usaha kolaboratif dalam periode pembelajaran tertentu. Tahaptahap pengembangan pembelajaran berbasis proyek meliputi enam tahap, yaitu : a.
searching, yaitu menghadapkan peserta didik pada masalah riil di lapangan dan mendorong mereka mengidentifikasi masalah riil tersebut. Peserta didik didorong untuk mempelajari berbagai karakteristik dan mengidentifikasi permasalahan serta menetapkan masalah yang akan dipecahkan melalui proyek;
b.
solving, yaitu penentuan alternatif dan merumuskan strategi pemecahan masalah oleh peserta didik. Kelompok kerja peserta didik mengumpulkan informasi, kajian literatur dan merumuskan strategi
14
pemecahan masalah menggunakan konsep-konsep atau prinsipprinsip sosiologi; c.
designing, yaitu perencanaan atau perumusan cara kerja;
d.
creating, yaitu kelompok kerja membuat produk, sebagaimana telah didesain sebelumnya;
e.
evaluating, peserta didik melakukan pengujian untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan produk yang dihasilkan;
f.
sharing, yaitu peserta didik mempresentasikan produk yang dihasilkan kepada kelompok lain agar mendapatkan tanggapan baik kritik maupun saran (Soenarto, 2005). Proyek belajar dapat disiapkan dalam kolaborasi dengan instruktur
tunggal atau instruktur ganda, sedangkan peserta didik belajar di dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Ketika pebelajar bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh peserta didik ini merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung antar peserta didik. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan (Waras Khamdi, 2008: 7-8).
15
Pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut : a. peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja, b. terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditemukan sebelumnya, c. peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil, d. peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, e. melakukan evaluasi secara kontinu, f. peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, g. hasil akhir berupa produk dan dievaluasikan kualitasnya, h. kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan (Waras Khamdi, 2008: 8). Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning (PjBL) merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk dapat menghasilkan suatu produk dengan merancang sendiri prosesnya bersama dengan timnya dan guru hanya sebagai fasilitator. 4. Prestasi Belajar Menurut Sukardjo (2007 : 6) prestasi belajar kimia merupakan hasil usaha yang diperoleh peserta didik dalam menguasai standar kompetensi. Hasil belajar kimia atau prestasi belajar kimia berupa perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses belajar pada aspek kognitif,
16
afektif, dan psikomotorik. Beberapa kegunaan hasil belajar kimia antara lain : a. Untuk menentukan keberhasilan peserta didik (achievement). b. Untuk melakukan seleksi peserta didik (selection). c. Untuk melakukan penempatan (placement). d. Untuk melakukan diagnosis remedial (diagnostic and remedial.) e. Untuk melakukan bimbingan (counseling). f. Untuk melakukan perbaikan perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran (Sukardjo, 2007: 5-6). Menurut Purwanto (Yoshinta, 2010: 24), prestasi belajar kimia dapat diungkap menggunakan soal tes prestasi belajar kimia. Soal tes prestasi belajar kimia yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban dan untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar. Aspek yang dikembangkan menurut Bloom yaitu ingatan atau hafalan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis, sintesis, evaluasi (C4,5,6). Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajarnya hingga mencapai apa yang dituju dengan berbagai metode pembelajaran. 5. Pendidikan Karakter Karakter adalah sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral; sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga
17
terjelma sebagai tenaga; cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara; serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills); watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (vitues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak (Agus Wibowo, 2013: 12). Menurut Mundilarto (2013: 156-158) nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang akan dilakukan; memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar; dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur : perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Bersikap jujur : tidak menipu, tidak main curang, atau tidak mencuri; dapat diandalkan; apa yang dikatakan membangun reputasi baik; setia pada keluarga, teman, dan negara. c. Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Memperlakukan orang lain dengan hormat; mengikuti aturan; memiliki toleransi dan menerima perbedaan; memiliki sopan santun;
18
tutur bahasa baik; menjaga perasaan orang lain; tidak mengancam, memukul,
atau
melukai
siapapun;
bersikap
damai
terhadap
kemarahan, penghinaan, dan perselisihan. d. Disiplin : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kreatif : berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis : cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain. Bertindak sesuai aturan; mau bergiliran dan berbagi; berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain; tidak mengambil keuntungan dari orang lain; tidak menyalahkan orang lain serta sembarangan; memperlakukan semua orang secara fair. i. Rasa ingin tahu : sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. j. Semangat kebangsaan : cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
19
dan kelompoknya. Menjalankan upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi masyarakat; bekerjasama terlibat dalam urusan sosial atau masyarakat; menjadi tetangga yang baik; patuh terhadap hukum dan peraturan; menghormati otoritas; melindungi lingkungan; bersikap relawan. k. Cinta tanah air : cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai prestasi : sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/komunikatif : tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n. Cinta damai : sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca : kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
20
q. Peduli sosial : sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Bertindak secara baik, penuh kasih dan memperlihatkan sikap peduli dan rasa syukur; mengampuni orang lain; membantu orang yang membutuhkan. r. Tanggung jawab : sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Melakukan apa yang seharusnya dilakukan; memiliki rencana kedepan; tekun : terus mencoba; selalu melakukan yang terbaik; pengendalian diri, disiplin; berpikir sebelum bertindak-mempertimbangkan
konsekuensi;
bertanggungjawab
terhadap kata-kata, tindakan, dan sikap; memberi contoh yang baik bagi orang lain. Pendidikan karakter merupakan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Menurut Fatchul (2011: 27) karakter memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut : 1.
Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu” (character is what you are when nobody is looking).
2. Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character is the result of values and beliefs). 3. Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character is a habit that becomes second nature).
21
4. Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu (character is not reputation or what others think about you). 5. Karakter bukanlah seberapa pihak kamu daripada orang lain (character is not how much better you are than others). 6. Karakter tidak relatif (character is not relative). Seorang peserta didik tidak akan bisa memiliki pendidikan karakter bila sebelumnya tidak diberikan pendidikan karakter tersebut oleh pendidiknya yaitu orang tua, guru, dan masyarakat. Pendidikan karakter bisa diberikan kepada anak di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Karakter tidak hanya dibangun di sekolah . Karakter tidak hanya berasal dari pendidikan formal tetapi juga dari contoh-contoh di rumah dan di masyarakat. Namun sekolah memiliki andil yang sangat besar dalam pendidikan karakter anak. Intinya bahwa ternyata membangun karakter itu harus diiringi dengan karakter yang memberi contoh. Karakter guru yang jelek sering melahirkan peserta didik yang kehilangan karakter. Suatu contoh nyata adalah karakter mengajar guru yang membosankan bisa membuat kita tidak menyukai pelajaran yang disampaikannya (Fatchul, 2011: 27). Dari pemaparan di atas dapat disimpulkam bahwa pendidikan karakter merupakan usaha dan upaya pembelajaran untuk membangun karakter peserta didik yang diharapkan dapat tertanam dalam diri peserta
22
didik
untuk
menyesuaikan
dirinya
dengan
masyarakat
dan
lingkungannya. 6. Materi Pokok Kimia Kelas XI Asam Basa Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam basa yaitu mengenai analisis sifat larutan. Penerapan model pembelajaran Project Based Learning diterapkan dalam indikator alami untuk menganalisis sifat larutan asam, basa, atau netral. Materi pembelajaran disesuaikan dengan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar, dan Materi Pokok pada silabus kelas XI yang mengacu pada Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi yaitu: a. Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, faktual,
menerapkan,
konseptual,
menganalisis
prosedural
pengetahuan
berdasarkan
rasa
23
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. b. Kompetensi Dasar 1.1
Menyadari
adanya
keteraturan
dari
sifat
hidrokarbon,
termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil kreativitas manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. 2.1
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
24
2.2
Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
2.3
Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai
wujud
kemampuan memecahkan
masalah dan
membuat keputusan. 3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan. 4.10 Mengajukan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa. c. Materi Pokok 1) Perkembangan konsep asam dan basa a) Teori asam basa Arrhenius Asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidronium (H+). Asam yang hanya menghasilkan sebuah ion H+ disebut sebagai asam monoprotik (asam berbasa satu), asam yang menghasilkan dua ion H+ setiap molekulnya disebut asam diprotik. Sementara, basa adalah suatu senyawa yang didalam air dapat menghasilkan ion OH-. b) Teori asam basa Bronsted-Lowry
25
Penjelasan asam basa menurut Arrehnius tidak memuaskan untuk menjelaskan tentang sifat asam basa pada larutan yang bebas air, atau pelarutnya bukan air. Menurut teori BronstedLowry, asam adalah spesi yang berperan sebagai proton donor (pemberi proton atau H+) kepada suatu spesi yang lain. Basa adalah spesi (molekul atau ion) yang bertindak menjadi proton akseptor(penerima proton atau H+) c) Teori asam basa Lewis Menurut G. N. Lewis, asam lewis adalah suatu senyawa yang mampu menerima pasangan elektron dari senyawa lain, atau akseptor pasangan elektron, sedangkan basa lewis adalah senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor pasangan elektron. 2) Mengenal Asam dan Basa Cara yang dapat digunakan untuk mengenali suatu larutan bersifat asam atau basa adalah dengan menggunakan indikator asam basa. Biasanya indikator asam basa berupa zat kimia yang mempunyai warna yang berbeda apabila ditambahkan ke dalam larutan asam dan basa. Indikator asam basa yang biasa digunakan adalah kertas lakmus. Kertas lakmus sering digunakan karena penggunaannya yang mudah yaitu hanya dengan mencelupkan kertas lakmus ke
26
dalam larutan yang akan diuji. Kertas lakmus dibedakan menjadi dua, yaitu : a) Kertas lakmus biru akan memberikan perubahan warna menjadi merah jika dicelupkan dalam larutan asam, tetapi tidak akan berubah warna bila dicelupkan dalam larutan yang bersifat basa atau netral. b) Kertas lakmus merah akan memberikan perubahan warna menjadi biru jika dicelupkan dengan larutan basa, tetapi tidak akan berubah warna bila dicelupkan dalam larutan yang bersifat asam atau netral. Selain indikator asam basa tersebut, terdapat pula indikator yang berasal dari tumbuhan yang disebut dengan indikator alam. Indikator alam dapat dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna seperti kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu, bunga bugenvil, daun bayam merah, kayu secang, dan kunyit.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian Titis Dewi Anggalini tahun 2014 yang berjudul “Efektivitas Metode Praktikum untuk Meningkatkan Nilai Karakter dan Prestasi Belajar Kimia di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta” mengatakan bahwa (1) tidak ada perbedaan peningkatan dalam nilai karakter peserta didik melalui metode praktikum dan (2) tidak ada perbedaan peningkatan dalam prestasi belajar peserta didik melalui metode praktikum.
27
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Antuni Wiyarsi dan Crys Fajar Partana tentang Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Perkuliahan Workshop Pendidikan Kimia untuk Meningkatkan Kemandirian dan Prestasi Belajar Mahasiswa. Hasil penelitiannya yaitu: penerapan pembelajaran berbasis proyek pada perkuliahan workshop Pendidikan cukup efektif dilihat dari (1) aspek kemandirian kelompok dalam merancang media pembelajaran, yaitu adanya peningkatan kelompok dengan kriteria yang lebih baik pada siklus 2 (lima kelompok) dibandingkan pada siklus 1; (2) aspek kerjasama kelompok, yaitu adanya peningkatan jumlah kelompok dengan kriteria kerjasama yang lebih baik pada siklus 2 (empat kelompok) dibandingkan dengan siklus 1 yang mana belum ada satu pun kelompok yang memiliki kemampuan kerjasama yang baik serta; (3) aspek penguasaan psikomotorik mahasiswa dengan seluruh kelompok memiliki kemampuan psikomotorik yang baik pada siklus 2.
C. Kerangka Berfikir Pembentukan nilai karakter dari seseorang akan lebih mudah terbentuk ketika
seseorang
tersebut
masih
belajar
dan
masih
dalam
tahap
perkembangan. Dalam usia remaja seseorang belum dapat menemukan jati dirinya sebagai dirinya sendiri karena masih banyak terpengaruh dari dunia pergaulannya. Peserta didik juga belum mengerti karakter apa yang dimilikinya dan pengaruhnya terhadap kehidupannya. Dalam hal ini sebaiknya pendidikan moral memperikan suatu pembelajaran yang akan
28
membentuk dan membangun karakter peserta didik untuk menghadapi kehidupannya dimanapun dia berada. Pendidikan yang diberikan pada sekolah formal pun jangan hanya semata-mata memberikan pendidikan yang berupa materi pelajaran tetapi juga memberikan pendidikan karakter untuk peserta didiknya. Kesimpulan sementara adalah bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga mengajarkan nilai karakter. Seiring dengan perkembangan teknologi maka banyak sekali tercipta berbagai bentuk media komunikasi. Media komunikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah komunikasi media massa terutama radio dan televisi yang mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat. Menurut Nana (2009: 73) hal itu karena kedua media tersebut bukan hanya berfungsi memberikan informasi tetapi juga memberikan hiburan. Melalui situasi hiburan tersebut secara tidak disadari banyak informasi, program dan kegiatan pembangunan, mungkin juga konsep-konsep, gagasan-gagasan, nilai-nilai yang terserap oleh masyarakat. Media tersebut tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga memberikan dampak positif dan juga dampak negatif. Dampak positifnya adalah seperti mudahnya masyarakat dalam memperoleh informasi yang sedang dibicarakan saat ini dan dapat mengikuti perkembangan teknologi di zaman global seperti ini. Namun dampak negatif dari media tersebut tidak dapat disepelekan. Dampak negatif dari media tersebut sangat berpengaruh kepada nilai-nilai yang ada di masyarakat terutama untuk anak-anak.
29
sekarang ini banyak sekali acara televisi yang kurang patut dan sewajarnya tidak ditayangkan karena mengandung moral negatif yang bisa dicontoh oleh anak-anak sehingga moral anak menjadi merosot. Dalam hal ini pendidikan moral dan pendidikan karakter harus ditanamkan dan diterapkan pada generasi-generasi muda bangsa ini sejak dini. Untuk menghadapi masalah tersebut dapat dilakukan penataan dan perbaikan sistem pendidikan secara menyeluruh dan meningkatkan kualitas pendidikan yang sudah ada. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dimulai dari perubahan kurikulum. Kurikulum berbasis karakter diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah atau persoalan pendidikan secara efektif, efisien, dan sesuai dengan sasaran. Oleh karena itu pemerintah (Mendikbud) mencanangkan kurikulum 2013 yang menekankan pendidikan karakter. Terori kontruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada orang lain (peserta didik) (Eveline, 2011: 39). Pembelajaran kontruktivistik dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia yang membantu membangun nilai karakter. Melalui penelitian ini, peneliti mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang muncul melalui model Project Based Learning (PjBL) pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Muntilan. Penelitian ini dilakukan untuk pembelajaran kimia kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran 2014/2015.
30
Peneliti menggunakan sampel satu kelas yang diberikan pembelajaran dengan model Project Based Learning (PJBL) dan satu kelas yang diberikan pembelajaran tanpa menggunakan model Project Based Learning (PJBL). Melalui model Project Based Learning (PJBL) kemudian dianalisis tentang keefetivitasnya dalam meningkatkan prestasi belajar dan nilai-nilai karakter melalui tes sebelum dan sesudah perlakuan. Nilai-nilai karakter yang diidentifikasi meliputi rasa ingin tahu dan kreatif.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti mencoba untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya yang dapat dibuktikan melalui penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih lanjut, yaitu : 1. Terdapat perbedaan nilai karakter peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti proses pembelajaran kimia menggunakan model Project Based Learning (PjBL) dan proses pembelajaran kimia tanpa menggunakan model Project Based Learning (PjBL) pada materi asam basa (Ha). 2. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai karakter peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti proses pembelajaran kimia menggunakan model Project Based Learning (PjBL) dengan proses pembelajaran kimia tanpa menggunakan model Project Based Learning (PjBL) pada materi asam basa (Ha).
31
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran 2014/2015 yang mengikuti proses pembelajaran kimia menggunakan model Project Based Learning (PjBL) dengan proses pembelajaran kimia tanpa mengunakan model Project Based Learning (PjBL) pada materi asam basa (Ha).
32