BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor 1. Konsep Dasar a.
Kemampuan Menurut Rusli Lutan (1988:335), bahwa: “Ability (kemampuan) memiliki
definisi semacam himpunan dari perlengkapan milik seseorang yang akan dipakai olehnya untuk melakukan suatu keterampilan motorik”. Kemampuan itulah yang akan menentukan kualitas keterampilan yang dapat dilakukannya”. b.
Gerak Kiram (1991:1990) mengemukakan tentang istilah gerak adalah sebagai
berikut: “Gerak adalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses – proses pengendalian dan pengaturan fungsi – fungsi organ tubuh baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan suatu gerakan”. c.
Lokomotor Adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau
keterampilan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang termasuk ke dalam keterampilan gerak ini adalah berjalan, berlari, melipat dan lain – lain. d.
Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor Menurut Singer (1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma’mun
(1998:19) bahwa “Kemampuan gerak biasanya dikategorikan sebagai suatu
13
14
bagian dengan gerak tubuh dan kontrol gerak psikomotor”.
Aktivitas
psikomotor
berorientasi
tubuh merupakan aktivitas pada
gerak
tubuh
dan
menekankan pada respon – respon fisik dan perilaku gerak tubuh yang dapat dilihat. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap aktivitas fisik/jasmani atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik, jika para peserta memiliki kemampuan gerak yang memadai.
2. Hakekat Gerak ( Perpindahan Posisi ) Gerak adalah ciri kehidupan, manusia adalah mahluk yang merupakan satu kesatuan dari jasmani dan rohani. Sebagai mahluk hidup, manusia mempunyai ciri bergerak. Bergerak merupakan naluri manusia, memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu bergerak merupakan salah satu kebutuhan manusia yang selalu ingin menyalurkan keinginannya untuk bergerak. Pada awalnya gerak yang dilakukan manusia bersifat alami dan sederhana, yang hanya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi lama kelamaan gerak manusia yang dilakukan makin berkembang sesuai dengan daya kreasi manusia itu sendiri dan sifatnya sangat kompleks. Gerak yang dilakukan manusia terwujud dalam suatu pola yang lebih luas dengan berdasarkan pada tujuan yang berbeda – beda, gerakan – gerakan tersebut kemudian dikenal dengan istilah olahraga. Jadi olahraga adalah gerakan yang dilakukan manusia yang terwujud dalam suatu pola yang luas sehingga tercapai pada tujuan yang berbeda.
15
Penguasaan
keterampilan
gerak
merupakan
gejala
belajar
yang
mengakibatkan terjadinya perubahan motorik yang relatif melekat. Proses itu sendiri berlangsung secara rumit dalam diri pelakunya dan sulit untuk diamati secara langsung. Kejadiannya terletak pada perubahan yang hanya dapat ditafsirkan berdasarkan penampilan dalam pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan. Penampilan dalam pelaksanaan tugas gerak tertentu merupakan pola perilaku yang terlihat dari luar dan dapat diukur gejala perubahannya. Penampilan gerak yang kompleks sangat tergantung pada pencapaian kemampuan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Mengenai perilaku perkembangan manusia ini akan penulis uraikan satu persatu berikut ini: a.
Ranah tingkah laku kognitif merupakan suatu ranah yang mencakup kegiatan yang menuntut olahragawan menggunakan kemampuan intelektual.
b.
Ranah tingkah laku afektif merupakan suatu ranah yang meliputi perasaan dan emosi olahragawan termasuk kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara sosial dengan teman satu tim. Keterampilan afektif dapat mencakup mulai dari emosi yang sederhana sampai interaksi sosial yang lebih kompleks.
c.
Ranah tingkah laku Psikomotor merupakan suatu ranah yang berkaitan dengan penerimaan perseptual dan kemampuan untuk memulai respon gerak yang menghasilkan gerak. Keterampilan psikomotor mencakup mulai dari kegiatan refleks yang tidak disengaja maupun kegiatan yang disengaja sampai penampilan keterampilan olahraga yang terpadu dan baik.
16
Proses terjadinya gerakan disebabkan oleh adanya suatu rangsang (stimulus), bila gerakan ini terjadi tanpa terlebih dahulu diketahui apa macam rangsangannya maka gerakan semacam ini disebut refleks. Refleks merupakan suatu gerakan involunter (tak disadari) yang sangat cepat dan sangat efisien yang hanya akan melibatkan komponen saraf dan otot yang benar – benar diperlukan untuk gerakan itu. Perlu diketahui bahwa tercapainya refleks dihasilkan melalui proses latihan. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menampilkan bagan terjadinya proses refleks sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Santoso Giriwijoyo (1992:78) adalah sebagai berikut: PENYADARAN Pusat Kesadaran Pusat Motorik Pusat Koordinasi Latihan syarat RANGSANG
GERAK
Bagan 2.1 Proses Refleks Bersyarat ( Nurhasan ) 3. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap penguasaan gerak Pencapaian suatu keterampilan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor – faktor tersebut secara umum dibedakan menjadi tiga hal utama, yaitu: (1). Faktor proses belajar mengajar. (2). Faktor pribadi, (3). Faktor situasional atau lingkungan. Ketiga faktor inilah yang diyakini telah menjadi penentu mencapai keberhasilan dalam mempelajari keterampilan gerak. Pada kesempatan ini, penulis hanya akan membahas faktor yang ada pada pribadi seseorang. Singer (1980) dalam Yudha M Saputra dan Amung Ma’mun (1999:72) mengidentifikasi sekitar
17
12 (dua belas) faktor pribadi yang sangat berhubungan dengan upaya pencapaian penguasaan gerak seseorang. Faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut: a.
Ketajaman Indera, yaitu suatu kemampuan indera untuk mengenal tampilan ransang secara akurat.
b.
Persepsi, yaitu kemampuan untuk membuat arti dari situasi yang berlangsung.
c.
Intelegensi, yaitu kemampuan untuk menganalisis dan memecahkan masalah serta membuat keputusan – keputusan yang berhubungan dengan penampilan gerak.
d.
Ukuran fisik, yaitu adanya tingkat ideal dari ukuran tubuh yang diperlukan untuk sukses dalam cabang olahraga tertentu.
e.
Pengalaman masa lalu, yaitu keluasan dan kualitas pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan situasi dan tugas gerak yang dipelajari saat ini.
f.
Kesanggupan, yaitu dari kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dikembangkan secara memadai untuk menyelesaikan tugas dan situasi yang dipelajari saat ini.
g.
Emosi, kemampuan untuk mengarahkan dan mengontrol perasaan secara tepat sebelum dan pada saat melaksanakan tugas.
h.
Motivasi, yaitu kehadiran semangat dalam tingkat optimal untuk bisa menguasai keterampilan yang dipelajari.
i.
Sikap, yaitu adanya minat dalam mempelajari dan memberi nilai pada kegiatan yang sedang dilakukan.
18
j.
Faktor – faktor kepribadian yang lain, hadirnya sifat ekstrim seperti agresifitas, kebutuhan afiliasi atau perilaku lain yang dapat atau tidak dapat dimanfaatkan, tergantung situasi yang terjadi.
k.
Jenis Kelamin, yaitu pengaruh komposisi tubuh, pengalaman, faktor – faktor budaya pada pelaksanaan kegiatan dan keinginan untuk berprestasi.
l.
Usia, yaitu pengaruh usia kronologis dan kematangan pada kesiapan dan kemampuan untuk mempelajari dan menampilkan tugas tertentu.
4. Konsep Kemampuan Gerak Konsep kemampuan gerak ini terbagi kedalam tiga bagian, yaitu: 1. Perbedaan Individu Setiap individu memiliki banyak perbedaan dalam banyak hal dengan individu lainnya. Salah satunya perbedaan keterampilan gerak, ada orang yang mampu berlari cepat, ada juga yang lambat. Singer (1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma’mun, menyatakan bahwa sumber perbedaan dalam hal keterampilan tersebut bermacam – macam. Hal itu bisa berbeda dalam hal ciri fisik, kemampuan, gerak belajar, sikap, emosi serta pengalaman – pengalaman masa lalu yang memiliki kaitan tugas yang dipelajari. 2. Kemampuan dan keterampilan Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terebentuknya keterampilan seseorang. Sebenarnya antara keterampilan dengan kemampuan itu berbeda. Seperti apa yang dikemukakan oleh para ahli seperti singer (1980),
19
Fleismen (1972) serta Schmidt (1999) dalam Amung Ma’mun dan Yuhda M Saputra (1999) menyatakan bahwa: ”kemampuan dan keterampilan harus dibedakan dalam pengertiannya”. Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan mengacu secara spesifik pada tugas tertentu serta dicapai dengan adanya latihan serta pengalaman. Begitupun halnya dengan kemampuan gerak atau olahraga. Kemampuan gerak menurut Singer (1980) dalam Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra (1999:77) adalah: “Suatu keadaaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga”. Kemampuan gerak banyak jenisnya, tidak hanya terbatas pada sesuatu yang berhubungan langsung dengan keterampilan dalam bidang olahraga. Kemampuan itu bisa dibedakan dari mulai ketajaman visual dan melek warna, konfigurasi tubuh, kemampuan numeric, kecepatan reaksi, ketangkasan manual dan kepekaan kinestesis. Fleishman adalah seorang peneliti yang diterima didalam pengungkapan kemampuan – kemampuan motoriknya. Fleishman mencoba membedakan antara motor ability dengan kemampuan kecakapan fisik (physical abilities). Menurut Fleishman dalam Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra (1999), kemampuan gerak terdiri atas: 1. Kecermatan Kontrol (Control precision), melibatkan gerakan – gerakan yang dikontrol otot besar.
20
2. Koordinasi anggota badan (multilimb coordination), koordinasi bersamaan dari gerakan – gerakan sejumlah anggota badan. 3. Orientasi ruang (response orientation), pemilihan respon yang benar (deskriminasi visual), tanpa memperhatikan ketepatan dan koordinasi. 4. Waktu reaksi (reaction time), kecepatan respon suatu stimulus. 5. Kontrol kecepatan (rate control), penyesuain gerak secara antisipatif yang terus menerus pada tanda – tanda keadaan yang berubah-ubah. 6. Kecepatan gerakan lengan (speed arm movement), kecepatan dimana ketepatan tidak penting. 7. Ketangkasan manual (manual dexterity), manipulasi objek –objek besar dibawah kondisi cepat. 8. Kestabilan lengan-lengan (arm-band steadiness), pengontrol gerak lengan dengan tangan, baik ketika tanpa berpindah tempat maupun pada saat berpindah. 9. Kecepatan pergelangan jari (wrist-finger speed), kegiatan menepuk atau mengetuk. 10. Kepekaan Kinestetik (kinesthetic sensitivity), menyangkut kepekaan untuk menyadari posisi anggota tubuh dalam hubungannya dengan posisi. Kaitannya dengan penampilan olahraga dan kerja fisik lainnya yang diperlukan adalah kemampuan kecakapan tubuh yang antara lain disebutkan sebagai: (1). Kekuatan statis (2). Kekuatan dinamis (3). Kekuatan eksplosif (4). Kekuatan torsi (5). Kelentukan yang luas (6). Kelentukan dinamis (7). Koordinasi tubuh (8). Koordinasi anggota tubuh (9). Stamina.
21
Pengidentifikasian kemampuan gerak, Singer (1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma’mun (1998), lebih memilih empat kemampuan yang bersifat lebih langsung hubungannya dengan keterampilan olahraga, yaitu: “Koordinasi, kinestesis, keseimbangan dan kecepatan gerak”. Koordinasi dianggap sebagai kemampuan untuk mengontrol bagian – bagian tubuh yang terlibat didalam suatu pola gerakan yang kompleks dan menyatukan bagian – bagian tersebut dalam upaya yang tunggal, halus dan berhasil untuk mencapai tujuan. Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara gerak tubuh. Karena posisi tubuh dapat berubah – ubah, maka kemampuan dalam menjaga posisinya ini dibedakan antara keseimbangan statis (pada saat diam) dan keseimbangan dinamis (pada saat gerak). Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk memindahkan tubuh atau anggotanya dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. 3. Pola Gerak dan Keterampilan Gerakan digambarkan dalam kontek pola dan keterampilan. Pola gerak, menurut Malina dalam Agus Mahendra dan Amung Ma’mun (1998): ”Merupakan gerak dasar atau gerakan – gerakan yang dilibatkan dalam menampilkan suatu tugas tertentu”. Tekanannya adalah pada gerakan – gerakan yang menyusun tugas gerak tertentu. Dalam hal ini yang menjadi dasar penamaan pla gerak sama dengan keterampilan, tetapi keterampilan lebih menekankan kepada ketepatan, ketelitian dan keefisienan penampilannya. Dengan kata lain, pola gerak menunjukkan pada konsep yang umum sedangkan keterampilan gerak lebih terkhususkan.
22
5. Perkembangan Koordinasi Gerak Koordinasi merupakan kontrol gerakan tubuh. Seseorang dikatakan koordinasinya baik apabila ia mampu bergerak dengan mudah, lancar dalam rangkaian geraknya serta iramanya terkontrol dengan baik. Orang koordinasinya baik mampu melakukan gerakan – gerakan secara efisien sehingga pada umumnya mampu melakukan aktivitas gerak fisik dengan baik. Dengan demikian penelitian tentang koordinasi selalu dikaitkan dengan pelaksanaan gerak keterampilan tertentu. Cara mengukur koordinasi biasa dilakukan melalui penelitian keberhasilan dalam melakukan berbagai pola gerak keterampilan yang mencakup unsur kemampuan mengontrol tubuh, keseimbangan, kelincahan dan fleksibilitas. Macam – macam keterampilan bisa terbentuk gerakan memegang, memukul, melempar, menangkap, menyepak, menggiring bola, memantul – mantulkan bola, berjengket dan berbagai gerakan mengubah posisi tubuh secara cepat. Terdapat suatu penelitian yang berusaha untuk mengetahui kecenderungan perkembangan kemampuan gerak melalui tes. Penggunaan tes tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan Kemampuan Berlari Untuk dapat mengetahui perkembangan kemampuan berlari, seseorang dapat di tes dengan mengukur kecepatan berlarinya. Kecepatan berlari dihasilkan dari panjangnya langkah dan cepatnya irama langkah. Panjang langkah diketahui oleh panjang tungkai, sedangkan cepatnya irama diketahui oleh kekuatan otot – otot kaki. Pada masa anak besar, pertumbuhan panjang kaki cukup cepat demikian
23
juga pertumbuhan tersebut sangat mendukung perkembangan kemampuan berlari. Kemampuan berlari meningkat cukup pada masa anak besar. Hasil penelitian Espenchade dan Eckert (1980:197) dalam sugiyanto (1993:429) bahwa: ”Kemampuan berlari pada anak laki – laki terus menunjukkan perkembangan lebih baik sedangkan untuk anak perempuan justru mengalami penurunan. Hal tersebut terlihat semenjak kisaran umur 13 tahun keatas”. 2. Perkembangan Kemampuan Meloncat Perkembangan kemampuan meloncat dapat digunakan sebagai suatu predikator kekuatan tubuh serta bisa pula merupakan suatu tes diagnotik dalam kaitannya dengan koordinasi gerak perkembangan. Perkembangan kemampuan meloncat berkaitan erat dengan peningkatan kekuatan dan koordinasi tubuh. Koordinasi tubuh yang berkembang dengan baik dan disertai peningkatan kekuatan yang baik akan menghasilkan perkembangan kemampuan meloncat yang baik pula. Masa anak besar terjadi perkembangan kemampuan meloncat yang cukup erat. Perkembanganya terbentuk peningkatan daya loncat (makin jauh atau makin tinggi) dan terbentuk peningkatan kualtitas bentuk gerakan. Bentuk gerakan semakin baik atau semakin efisien ditinjau secara mekanik. Perbandingan kemampuan meloncat antara anak laki – laki dan perempuan sampai umur lebih kurang 9 tahun hanya sedikit perbedaannya dan sesudahnya perbedaan itu makin besar. Anak laki – laki lebih baik kemampuan meloncatnya, baik ditinjau dari segi daya loncat maupun dari segi kualitas gerakannya (Sugiyanto :1993).
24
3. Perkembangan Kemampuan Melempar Perkembangan kemampuan melempar yang terjadi pada anak besar, seperti halnya perkembangan kemampuan gerak lainnya meliputi 2 gerak perkembangan yaitu perkembangan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan yang bersifat kuantitatif yaitu anak semakin jauh melemparnya dan yang bersifat kualitatif yaitu kualitas gerakan melemparnya semakin baik atau semakin efisien. Kemampuan melempar bisa dinilai dengan cara mengukur jauhnya melempar menggunakan bola dengan beberapa ukuran, juga menggunakan cara menilai ketepatan melempar suatu sasaran. Sedangkan untuk menilai kemampuan yang bersifat kualitatif bidang mempergunakan analisis sinematografi, yaitu analisis rekaman gambar gerakan untuk melihat kebenaran mekaniknya. Perkembangan kemampuan melempar terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik terutama pertumbuhan lengan dan bahu. Karena kecenderungan pertumbuhan lengan dan bahu yang mulai berbeda antara anak laki – laki dan perempuan pada masa anak besar, maka perbedaan kemampuan melemparnya pun menjadi makin besar. Bentuk pertumbuhan lengan dan bahu anak laki – laki lebih menguntungkan terhadap perkembangan kemampuan melempar terutam ditinjau secara kuantitatif atau jauhnya lemparan. Dari hasil penelitian Espenchade dan Eckert (1980:201) dalam Sugiyanto (1993), menunjukkan kemampuan melempar antara anak laki – laki dan perempuan cukup besar. Pada anak laki – laki sampai umur 17 tahun masih terus meningkat kemampuannya, sedangkan pada anak perempuan peningkatannya hanya terjadi sampai umur lebih 14 tahun. Untuk kemampuan melempar sejauh –
25
jauhnya yang memerlukan kekuatan anak laki – laki lebih baik, tetapi untuk kemampuan melempar kearah sasaran tertentu dimana unsur kekuatan tidak banyak digunakan atau hanya menekankan pada ketepatan, antara anak laki – laki dengan anak perempuan tidak berbeda kemampuannya akan tetapi secara mekanis anak laki – laki tetap lebih baik.
B. Ekstrakulikuler Paskibra 1. Kegiatan Ekstrakulikuler di SMA Kegiatan ekstrakulikler dilakukan diluar kegiatan ekstrakulikuler yang sifanya tambahan atau pengayaan. Dengan kata lain, ekstrakulikuler merupakan aktivitas tambahan atau pelengkap bagi pelajaran wajib. Kegiatan ekstrakulikuler di SMA adalah sarana bagi para siswa untuk menyalurkan bakat dan kreativitasnya. Melalui kegiatan tersebut, para siswa mendapatkan bekal keterampilan dan tambahan wawasan mengenai kehidupan berorganisasi. Ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk bekal masa depan ketika menjalani kehidupan di masyarakat. Kegiatan ekstarkulikuler khususnya di SMA bermacam – macam, semuanya memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Sebagai contoh, kegiatan di bidang olahraga, seni, kerohanian, keilmuan dan lain – lain. Para siswa dapat memilihnya sesuai dengan minat, bakat dan hobinya masing – masing. 2. Paskibra Merupakan kepanjangan dari Pasukan Pengibar Bendera. Yakni salah satu organisasi ekstrakulikuler yang berada di sekolah. Tugas pokok Paskibra adalah
26
sebagai pasukan yang bertugas menaikkan dan menurunkan bendera pada setiap upacara bendera di sekolah. 3. Kriteria Paskibra a. Fisik 1. Sehat jasmani dan rohani 2. Tegap dan tidak cacat tubuh b. Kemampuan atau prestasi 1. Mahir baris berbaris 2. Memiliki nilai akademis yang baik 3. Memiliki keterampilan dalam bidang olahraga dan seni c. Akhlak 1. Mental dan moralnya dapat dipertanggung jawabkan 2. Mentaati kewajiban agama yang dianutnya 3. Memiliki budi pekerti dan tingkah laku yang baik d. Kepribadian 1. Pandai dan mudah bergaul 2. Bersahaja sopan dan disiplin
C. Program Kegiatan Baris Berbaris 1. Pengertian Baris Berbaris Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dakam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
27
2. Tujuan program baris berbaris Tujuan program baris berbaris dalam kegiatan organisasi ekstrakulikuler paskibra adalah sebagai berikut: a. Untuk menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa disiplin dan rasa tanggung jawab. b. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok sehingga secara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut secara sempurna. c. Yang dimaksud rasa persatuan adalah adanya rasa senasib dan sepenanggungan serta ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. d. Yang dimaksud rasa disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan pribadi yang pada hakekatnya tidak lain adalah keikhlasan penyisihan pilihan hati sendiri. e. Yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan – tindakan yang dapat merugikan.
28
D. Faktor Pengaruh Lingkungan terhadap Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terhadap kemampuan gerak dasar seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemampuan adalah faktor proses belajar. Faktor ini merupakan proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan dalam pengetahuan dan perilaku seorang peserta pembelajaran. Termasuk didalamnya adalah proses dalam upaya meningkatkan kemampuan performance (penampilan). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan gerak seseorang adalah faktor pribadi, dimana faktor ini akan mempengaruhi seseorang dalam menjalani kehidupan dimasyarakat luas. Setiap orang memiliki pribadi yang berbeda – beda.
E. Hubungan Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor dengan Peningkatan Keterampilan. Kemampuan
sering dianggap
sebagai
suatu
hal
yang mendasari
terbentuknya keterampilan dari seseorang. Kemampuan sendiri dapat diartikan sebagai ciri individual yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan (Schmidt dalam Agus Mahendra dan Amung Ma’mun (1998)). Sedangkan keterampilan diartikan sebagai suatu yang spesifik pada suatu tugas tertentu serta dicapai dengan adanya latihan serta pengalaman (Singer,1980) dalam Agus Mahendra dan Amung Ma’mun (1998). Penjelasan berikutnya adalah mengenai kemampuan gerak dan keterampilan gerak. Kemampuan gerak (Motor Ability) menurut Singer (1980) dalam Agus
29
Mahendra dan Amung Ma’mun (1998) adalah keadaan segera dari seseorang untuk penampilan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Dengan demikian kemampuan gerak itu banyak macamnya, tidak hanya terbatas pada suatu yang berhubungan langsung dengan keterampilan dalam bidang olahraga, tetapi juga pada bidang – bidang lain yang melibatkan unsur gerak didalamnya. Termasuk dalam hal ini adalah keterampilan gerak baris berbaris yang biasa dilakukan oleh para peserta paskibra. Selain itu kemampuan bisa dibedakan dari mulai ketajaman visual, melek warna, konvigurasi tubuh, kemampuan numeric, kecepatan reaksi, ketangkasan manual, kepekaan kinestesis dan lain- lain. Yang sebagian darinya melibatkan aspek – aspek persepsi dan pembuatan keputusan, sedangkan yang lain melibatkan pengorganisasian dan perencanaan gerak (Schmidt dalam Agus Mahendra dan Amung Ma’mun:1998). Kemampuan – kemampuan tersebut bisa berbeda potensinya pada setiap orang.
Itulah
alasannya
mengapa
seseorang
bisa
berbeda
dalam
hal
keterampilannya dari orang yang lain. Contoh, pada sebagian orang salah satu kemampuan (misalnya ketajaman visual) bisa lebih kuat dari kemampuan yang alinnya. Begitu juga antara orang yang satu dengan yang lainnya, kemampuan – kemampuan tersebut bisa berbeda takarannya. Kemampuan gerak dasar lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang termasuk ke dalam keterampilan gerak ini adalah berjalan, berlari, melipat dan lain – lain.
30
Penjelasan – penjelasan diatas dapat diartikan bahwa segala aktivitas fisik atau gerak tubuh akan berjalan dengan baik, jika para pelakunya memiliki kemampuan gerak yang memadai, begitupun sebaliknya. Jika seseorang memiliki kemampuan gerak yang kurang baik, maka akan terjadi hambatan ketika dia melakukan keterampilan gerak atau dengan kata lain yang bersangkutan akan mendapati kesulitan ketika melakukan tugas gerak atau keterampilan – keterampilan gerak. Pembahasan diatas menjadi sebuah kesimpulan untuk mengetahui bagaimana hubungan kemampuan gerak dasar lokomotor terhadap peningkatan keterampilan baris berbaris. Bahwa kemampuan gerak yang baik akan menjadi modal bagi peserta paskibra dalam melakukan gerak baris berbaris. Jika kemampuan geraknya baik, maka keterampilan baris berbaris juga baik. Tapi sebaliknya, jika kemampuan geraknya kurang baik maka keterampilan baris berbarisnyapun kurang baik.