BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar Purwanto ( 1989 : 3 ) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Indra, hasil belajar merupakn hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siwa dan
dari
sisi
guru.
Dari
sisi
siswa,
hasil
belajar
merupakan
tingkatperkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Oemar Hamalik perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sudjana ( 1990 : 22 ) pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Jadi dari para ahli diatas bisa saya simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan segala bentuk perilaku siswa setelah selesai menerima pembelajaran. Sudjana ( 2001 : 23 ) mengungkapkan hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut : 1. Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, anaslisis, sintesis dan penilaian. a. Pengetahuan Pengetahuan
merupakan
terjamahan
dari
knowledge
yang.
Pengetahuan disini merupakan pengetahuan yang harus dipelajari dan harus diingat. b. Pemahaman Pemahaman disini lebih pada memahami sebuah materi.
6
7
c. Penerapan Penerapan disini lebih pada cara menerapkan sebuah materi yang sudah dipelajari. d. Analisis Analisis disini lebih pada kecakapan dalam menguraikan materi supaya lebih bisa dimengerti. e. Sintesis Disini sintesis lebih pada kecakapan memadukan konsep-konsep sehingga akan membentuk struktur atau pola baru. f. Evaluasi mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilainilai materi untuk tujuan tertentu. 2. Ranah afektif Ranah afektif, disini ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu penerima, menjawab atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya,
bila
seseorang
telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Pada afektif lebih tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil, yaitu : a. Receving /attending, yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan ( stimulus ) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dll. b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. c. Valuing ( penilaian ) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya
kesediaan
menerima
nilai,
latar
belakang,
atau
8
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengarui pola kepribadian dan tingkah laku. Sudjana (2000:72) dikemukakan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari: a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Terlibat dalam pemecahan masalah. c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. d. Berusaha mencaru berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk gurunya dan hasil-hasil yang diperolehnya. f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis. h. Kesempatan menggunakan atau
menerapkan apa
yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
9
2.2 Pengertian IPA Istilah sains berasal dari bahasa latin scientia yang dapat diartikan sebagai pengetahuan. Dalam arti sempit sains dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang terdiri atas dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,mineralogi, meteorology, dan fisika, sedangkan life science meliputi
biologi
(anatomi,
fisiologi,
zoology,
sitologi,
embriologi,
mikrobiologi). Istilah sains dimaknai secara khusus sebagai nature of science atau ilmu pengetahuan alam. Refandi (2006) IPA atau Sains adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Conant ( Dalam Usman, 2006:1) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Puskur, Balitbang Depdiknas (2009) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu cara mencari tahu tentang alam dan gejalagejalanya. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Standar Isi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI):
10
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi,
dan
masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta
11
didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
2.2.1 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA Dalam prinsip – prinsip Peaget dalam pengajaran IPA ( Harsono, 1993 : 34 ) diterapkan dalam program – program yang menekankan pembelajaran melalui menemuan dan pengalaman – pengalaman nyata dan manipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi dari teori Piaget pada pendidikan adalah : 1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. 2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatab aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beranekaragan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. 3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsi bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama , namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Pembelajaran IPA mempunyai beberapa tujuan pemebelajaran bagi peserta didik. Menurut Refandy ( 2006 : 65 ), bahwa mata pelajaran IPA di SD / MI memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan tersebut diantaranya adalah : 1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
12
2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA , lingkungan, teknologi dan masyarakat.
2.2.2. Ruang Lingkup IPA Sumiati ( 2009 : 12 ) ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut : 1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan2.
2.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3.
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. SK dan KD untuk mata pelajaran IPA, yang ditujukan bagi siswa
kelas V SD adalah sebagai berikut : Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menerapkan sifat-sifat cahaya Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya melalui
kegiatan
membuat
suatu karya / model Memahami hubungan antara Mendiskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi serta gaya, gerak dan energi melalui fungsinya
percobaan ( gaya gravitasi, gaya gesek dan gaya magnet )
13
2.3 Pendekatan Inkuiri Pendekatan inkuiri pada prinsipnya telah lama digunakan dalam kehidupan manusia. Tidak sedikit penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat berguna untuk memperbaiki kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa kanak-kanak sering menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia memperoleh kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin diketahuinya. Jadi, sebenarnya potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu telah banyak dimiliki seseorang sejak kecil, namun sering terhambat oleh lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang memadai. Orang tua sering tidak melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan sebagainya, apabila anaknya banyak bertanya, mencoba melakukan sesuatu yang mungkin sampai rusak. Para guru umumnya kurang mengembangkan metode inkuiri ini sehingga para siswa di sekolah lebih banyak bersifat menerima informasi. Maka hal ini banyak akan menghambat perkembangan potensi siswa.
2.3.1 Pengertian pendekatan inkuiri Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang dikembangkan sejak tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk menjawab kegagalan bentuk pengajaran tradisonal, di mana siswa dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran. Pembelajaran inkuiri adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana kemajuan dinilai dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan eksperimental dan analitik dari pada seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki. Pembelajaran berbasis inkuiri atau sains berbasis inkuiri pada intinya mencakup keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan siswa. Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah daripada menerima pengajaran langsung dari guru. Guru dipandang sebagai fasilitator dalam pembelajaran
14
daripada bejana bagi pengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan pembelajaran inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan melainkan membantu siswa selama proses mencari pengetahuan mereka sendiri. Penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dilandasi pandangan konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah ini, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa. Pembelajaran berbasis inkuiri telah berpengaruh besar dalam pendidikan sains, dan biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan biasanya menggunakan proses inkuiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dunia alam. Mereka menggunakan prinsipprinsip, konsep-konsep, dan teori-teori untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang terjadi di alam semesta. Ketika siswa sedang belajar dengan menggunakan proses inkuiri, mereka menggunakan ide-ide yang sama seperti ilmuwan gunakan bila mereka melakukan penelitian. Siswa akan menjadi ilmuwan kecil. Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru. Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari belajar. Kemajuan belajar terbaik terjadi dalam situasi kelompok. Inkuiri juga didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Proses inkuiri memulai
15
dengan mengumpulkan informasi dan data dengan melibatkan panca indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium. Sistem pendidikan tradisional telah terlaksana dalam cara yang menghilangkan semangat proses alami dari inkuiri. Siswa menjadi cenderung kurang mengajukan pertanyaan. Dalam pengajaran tradisional, siswa belajar bukan untuk bertanya banyak pertanyaan, melainkan mendengar dan mengulang jawaban yang diharapkan. Beberapa kehilangan semangat proses belajar sains muncul dari kurang pemahaman tentang hakekat dari pembelajaran berbasis inkuiri. Bahkan hal ini cenderung memandang sebagai kegagalan pembelajaran. Inkuiri yang efektif lebih daripada hanya bertanya. Suatu proses yang kompleks terlibat bila setiap siswa berusaha untuk mengubah informasi dan data ke dalam pengetahuan yang berguna. Penerapan pembelajaran inkuiri melibatkan beberapa faktor seperti suatu konteks untuk pertanyaan, kerangka pertanyaan, fokus pertanyaan, dan tingkat perbedaan pertanyaan. Pembelajaran
inkuiri
yang
dirancang
baik
menghasilkan
bentuk
pengetahuan yang dapat diterapkan secara luas. Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (1975), inkuiri adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Contoh konsep: inti sel, kecepatan, panas, energi, cahaya, masyarakat, demokrasi, tragedi, reaksi, segitiga, dan lain-lain; contoh prinsip: logam bila dipanasi memuai, atau lingkungan berpengaruh terhadap organisme; contoh proses-proses mental: mengamati,
menggolong-golongkan,
membuat
dugaan/menduga,
menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
16
2.3.2 Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa prinsip
yang
harus
diperhatikan
dalam
melaksanakan
pendekatan
pembelajaran inkuiri: a.
Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan. b. Prinsip interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. c.
Prinsip bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
17
merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji. d. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses
berpikir
(learning
how
to
think),
yakni
proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. e.
Prinsip keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala
sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
18
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri Kelebihannya: Beberapa kelebihan metode ini ialah: 1.
Strategi (model atau siasat) pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi dengan kadar proses mental yang lebih tinggi atau lebih banyak.
2.
Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya kegiatan belajar siswa, tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan kebebasan belajar kepada siswa.
3.
Keuntungan metode ini adalah: a. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan dalam transfer kepada situasi-situasi proses belajar yang baru c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
4.
Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju kepada pembentukan manusia seutuhnya ( a fully functioning person); misalnya di dalam situasi inkuiri, siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi ia juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial.
5.
Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa. Dengan demikian,
19
secara psikologis diri peserta didik akan merasa aman, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu mengambil dan mengeksplorasi (menjelajahi) kesempatan-kesempatan yang ada, lebih kreatif, dan umumnya memiliki mental yang sehat. 6.
Menambah tingkat penghargaan siswa. Tidak sedikit siswa yang mengeluh karena dia tidak dapat mengerjakan soal-soal dari guru, atau prestasi belajarnya tidak baik. Akan tetapi dengan inkuiri mungkin saja dia dapat mengerjakan soal-soal itu atau prestasi belajarnya meningkat. Sering kita dengar siswa berkata bahwa ia dapat mengerjakan tugas-tugas dengan caranya sendiri. Ini berarti ada halhal tertentu yang ditemukannya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.
7.
Penggunaan
inkuiri
memungkinkan
siswa
belajar
dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 8.
Metode ini dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu.
9.
Metode ini dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal) dan
memberikan
waktu
yang
memadai
bagi
siswa
untuk
mengumpulkan dan mengolah informasi. 10. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
Kekurangannya: Kekurangan metode ini adalah: 1.
Memerlukan perubahan kebiasaan cara berpikir siswa yang menerima informasi dari guru secara apa adanya, kalau guru tidak ada tidak belajar, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
20
2.
Guru juga dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya sebagai pemberi atau penyaji informasi menjadi sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun merupakan pekerjaan yang tidak gampang karena pada umumnya guru belum mengajar dan belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).
3.
Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar, tetapi kebiasaan itu tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
4.
Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah disediakan.
5.
Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik seperti pada waktu siswa melakukan penyelidikan dan sebagainya. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
6.
Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis, formalitas, dan membosankan. Apabila hal ini terjadi tidak menjamin penemuan yang penuh arti.
2.3.4 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri Trianto ( 2011 : 168 ) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesa. b. Merumuskan hipotesa. Hipotesa adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses
21
ini, guru menanyakan pada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. c. Mengumpulkan data. Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. d. Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “ benar “ atau “ salah “. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya. e. Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Suhana ( 2010 : 73 ) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri dalam prosesnya mempunyai tahapan dalam pembelajarannya yaitu sebagai berikut : a) b) c) d) e)
Pengamatan ( observation ) Bertanya ( questioning ) Mengajukan dugaan ( hipothesis ) Pengumpulan data ( data gathering ) Penyimpulan ( conclussion ) Amri ( 2010 : 92 ) mengungkapkan bahwa pendekatan inkuiri
mempunyai
langkah-langkah
yang
berurutan
dalam
pembelajarannya, diantaranya : a. b. c. d. e.
Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Mengumpulkan data terkait dengan pertanyaan yang diajukan. Merumuskan kesimpulan kesimpulan berdasarkan data.
proses
22
Dalam pelaksanaan langkah – langkah inkuiri supaya siswa lebih aktif dan menarik maka langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) b) c) d) e)
Mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Merumuskan hipotesa. Mengumpulkan data. Menganalisa data Membuat kesimpulan.
2.4 Hasil penelitian yang relevan Pendekatan inkuiri ini juga pernah diteliti oleh Anjar Wikaningrum ( 2009 ) yang berjudul “ upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD N 3 Kaloran tahun ajaran 2009 / 2010 “ Hasil penelitian menunjukkan, nilai rata-rata hasil belajar kognitif pada siklus 1 diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77.69. Nilai rata-rata hasil belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,83. Nilai rata-rata hasil belajar afektif sikap pada siklus 1 diperoleh 80,35 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata-rata hasil belajar afektif nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat menjadi 88,10. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50 meningkat menjadi 93,00 pada siklus 2. Dari hasil yang peroleh, penelitian dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa SD N Kaloran Temanggung dapat meningkat hasil belajar siswa secara optimal. Rokhmat ( 2009 ) dalam skripsi yang berjudul “ Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV dengan menggunakan metode inkuiri di SDN Tulusrejo Malang “. Menurut penelitiannya secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa belajar siswa melalui penerapan metode inkuiri memperoleh kemajuan yang lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan metode inkuiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode inkuiri sangat efektif
23
untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA. Hal itu disebabkan oleh aktivitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan pendapat, menemukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percobaan-percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesama teman dalam berkelompok dan sebagainya.
2.5 Kerangka Berfikir Pendekatan pembelajaran adalah sarana interaksi guru dengan siswa didalam kegiatan belajar mengajar. Disini sangatlah penting dalam ketetapan dalam memilih pendekatan pembelajaran dalam mengajar, pendekatan pembelajaran mengajar yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jenis dan sifat materi yang diajarkan. Apabila dalam penggunaaan pendekatan dalam pembelajaran kurang sesuai akan berakibat proses belajar mengajar akan membosankan, pelajaran yang kurang dipahami serta monoton. Disini selain pendekatan dalam pembelajaran ada hal sangat sangat penting juga yang mempengarui, yaitu prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada khususnya masih rendah. Itu semua dikarenakan banyak siswa beranggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit dan membutuhkan proses sehingga mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran IPA. Disisi lain ada juga yang mempengaruhi yaitu sikap guru terhadap muridnya. Biasanya guru kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti perubahan tahap demi tahap dalam mencapai materi pelajaran. Bisa dibilang dalam proses belajar mengajar masih berpusat pada guru. Berdasarkan beberapa teori mengenai pembelajaran pendekatan inkuiri, maka terdapat suatu gagasan, diantaranya : Pendekatan inkuiri menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Pendekatan inkuiri dapat meningkatkan kompetensi dasar dari suatu materi pelajaran.
24
2.6 Hipotesa Tindakan Berdasarkan uraian dalam landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Dengan penggunaan pendekatan inkuiri, maka hasil belajar afektif dan kognitif siswa kelas V mata belajaran IPA Semester II Tahun ajaran 2011 / 2012 di SD Negeri Bansari, pada pokok bahasan sifat – sifat cahaya akan meningkat.