BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Kependidikan 1.
Hakikat Belajar Mandiri Belajar adalah salah satu faktor yang dapat membentuk, mempengaruhi, dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk
memperoleh
perubahan
perilaku
baru
secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman seseorang tersebut ketika berinteraksi dengan lingkungannya (Rusman dkk, 2012: 7). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas dan proses yang dilakukan oleh individu untuk pembentukan pribadi dan perilaku individu. Dalam proses belajar terdapat interaksi-interaksi individu dengan lingkungannya yang melibatkan kegiatan berpikir yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Belajar memiliki beberapa elemen penting yang dapat mencirikan belajar, yaitu yang pertama belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik, namun masih ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Kedua, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Ketiga, perubahan baru disebut belajar apabila merupakan akhir dari suatu proses dalam waktu yang cukup panjang. Keempat, belajar dapat menyebabkan 13
perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis (Ngalim Purwanto, 2004: 85). Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, melalui latihan atau pengalaman. Banyak orang beranggapan bahwa jika ada proses belajar maka tentulah ada proses mengajar. Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Anggapan tersebut sebenarnya kurang tepat, proses belajar sebenarnya dapat terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak, salah satunya yaitu belajar mandiri. Pada diri masing-masing individu telah terdapat modal kemampuan untuk belajar dan mengembangkan diri. Sehingga, individu dapat mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya secara mandiri sesuai kapasitas yang dimiliki masing-masing individu. Belajar mandiri di sekolah juga dapat diterapkan kepada siswa, dan konsep belajar mandiri dapat sesuai dengan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter dengan pendekatan tematik dan kontekstualdiharapkan mampu meningkatkan kemandirian peserta didik dan memaksimalkan pengetahuannya, serta mampu melatih peserta didik untuk mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Belajar mandiri di sekolah dapat dioptimalkan karena pada kurikulum 2013 ini, guru dituntut untuk mengembangkan situasi belajar 14
yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuan masingmasing pada setiap pelajaran dan guru diminta untuk menguasahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran (Mulyasa, 2013: 43). Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa kurikulum 2013 kini lebih mengutamakan keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Jadi siswa lebih dilatih untuk dapat belajar mandiri, lebih aktif, dan kreatif untuk menentukan tujuan belajarnya sesuai dengan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia. Waktu pembelajaran atau jam pelajaranyang terbatas di sekolah juga menuntut siswa untuk dapat belajar tanpa bergantung dari penjelasan guru di sekolah, mereka dituntut untuk dapat dengan sendirinya memahami pelajaran dengan belajar mendalami materi di rumah atau di luar jam pelajaran sekolah tanpa guru. Sehingga belajar mandiri sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman masing-masing siswa. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niatuntuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki individu. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannyabaik penetapan waktu belajar, tempat belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh individu tersebut.
15
Dari penjelasan tersebut kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, presistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk pencapaian tujuan. Masing-masing individu memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Dengan pengetahuan yang telah dimilki individu, selanjutnya ia mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali belajarnya (Haris Mudjiman, 2007: 1-2). Mandiri memiliki sistem pembelajaran yang didasarkan pada disiplin terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh siswa dan disesuaikan dengan keadaan perorangan siswa yang meliputi antara lain kemampuan, kecepatan belajar, kemauan, minat, waktu yang dimiliki, dan keadaan sosial ekonominya. Jadi belajar mandiri adalah suatu cara atau proses belajar aktif sesuai
dengan
kemampuan
yang
dimiliki
individunya
untuk
mengembangkan diri masing-masing individu guna mencapai suatu kompetensi tertentu, yang tidak terikat dengan kehadiran guru, pertemuan tatap muka di kelas, serta kehadiran teman sekolah. Belajar mandiri merupakan belajar mengembangkan diri dengan keterampilan dan cara tersendiri sesuai dengan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia, sehingga peran guru adalah sebagai fasilitator sebagaimana yang diamanatkan dalam kurikulum 2013. Pengajar/guru dalam sistem belajar mandiri secara terstruktur, hanya berfungsi sebagai pendamping, sehingga membuka kesempatan siswa untuk mendapat ruang kerja atau aktivitas belajar seluas-luasnya 16
baik tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar – dilakukan oleh pembelajar sendiri dengan peran pengajar/guru tidak terlalu menonjol. Belajar mandiri
dapat
sebagai
proses
pembelajaran
tambahan
selain
pembelajaran di sekolah. Menurut Haris Mudjiman (2011: 4) anatomi konsep belajar mandiri bila disederhanakan terdiri atas kepemilikan kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar; belajar aktif sebagai strategi belajar; keberadaan motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan belajar; dan paradigma kontruktivisme sebagai landasan konsep. Anatomi konsep belajar mandiri disajikan pada Gambar 1.
Tujuan Pembelajaran KOMPETENSI BELAJAR AKTIF
Strategi pembelajaran
MOTI VASI BELA JAR
Prekondisi Paradigma pembelajaran
KONSTRUKTIVISME
Gambar 1. Anatomi Konsep Belajar Mandiri (Sumber: Haris Mudjiman, 2011: 4)
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa landasan konsep belajar mandiri adalah paradigma konstruktivisme. Landasan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dibangun dengan kuat/kokoh agar hal-hal lain di atasnya tidak roboh atau gagal. Maka dari itu, paradigma 17
konstruktivisme harus dibangun secara kuat untuk kelancaran kegiatan belajar mandiri. Teori konstruktivisme itu sendiri menyatakan bahwa belajar merupakan proses membentuk makna dimana makna tersebut diciptakan oleh siswa itu sendiri (Haris Mudjiman, 2007: 27). Maka dalam belajar mandiri siswa mampu menemukan makna yang akan atau telah dipelajari dalam belajar mandiri. Hal tersebut dapat menjadi modal dasar siswa mampu
melaksanakan
belajar
secara
mandiri.Selanjutnya
yaitu
keberadaan motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan belajar. Tanpa adanya motivasi belajar dari peserta didik maupun pendidik, maka kegiatan belajar tidak akan terlaksana atau berlangsung. Sehingga motivasi berperan penting untuk kelangsungan kegiatan belajar. Hal berikutnya yaitu belajar aktif sebagai strategi belajar. Untuk mencapai tujuan belajar mandiri yang sukses, maka diperlukan metode atau strategi belajar untuk membuat siswa agar mampu melaksanakan belajar mandiri tersebut. Salah satu strategi yang dimaksud yaitu belajar aktif. Dengan belajar aktif, siswa mampu mengalami sendiri proses belajarnya atau ia dapat terpancing untuk mampu mengeluarkan potensi yang ada pada dirinya. Kegiatan belajar aktif pada dasarnya merupakan kegiatan
belajar
yang
bercirikan
keaktifan
pembelajar,
untuk
mendapatkan sesuatu atau serangkaian kompetensi, yang secara
18
akumulatif menjadi kompetensi lebih besar yang hendak dicapai melalui kegiatan belajar mandiri. Hal terakhir yang digambarkan yaitu kepemilikan kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar. Untuk mencapai suatu tujuan belajar, maka harus ada suatu kompetensi sebagai pembimbing untuk menuju tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tanpa adanya kompetensi, maka tujuan pembelajaran
dapat
menyimpang dari
yang sebelumnya
direncanakan. Kemajuan yang dicapai oleh seorang pembelajar mandiri banyak tergantung kepada bagaimana ia menetapkan tujuan belajarnya. Seseorang yang kreatif dapat memahami benar apa yang telah dimiliki. Ia tahu kompetensi-kompetensi apa yang telah dimiliki untuk mengatasi suatu masalah. Ia mampu melihat kelebihan dan kekurangannya, dan menetapkan tujuan belajar untuk menutup kekurangannya itu. Tujuan belajar juga ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi dengan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki. Penetapan tujuan tentu saja juga harus disesuaikan dengan kemampuan untuk mencapainya, guna menghindari kemungkinan kecewa karena gagal. Penetapan tujuan belajar ditentukan juga oleh rasa senang untuk menjalankan kegiatan pencapaiannya, agar kegiatan itu tidak macet di tengan jalan (Haris Mudjiman, 2007: 73). Jadi, belajar mandiri untuk masing-masing individu adalah berbeda, baik dari segi proses maupun hasilnya. Belajar mandiri dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan 19
keadaan yang menjalaninya. Keadaan yang dimaksud berupa minat, motivasi, waktu yang dimiliki, kemampuan, kecepatan belajar, keadaan sosial dan ekonomi, serta tujuan yang ingin dicapai. Belajar mandiri bukanlah belajar individual, akan tetapi belajar yang menuntut kemandirian seorang siswa atau mahasiswa untuk belajar. Kemandirian ini dapat membantu siswa dalam menentukan arah/tujuan belajar, sumber belajar, program belajar, materi yang dipelajarinya, dan bagaimana mempelajarinya, tanpa diatur secara ketat oleh guru atau peraturan. Sistem belajar mandiri memiliki ciri-ciri atau karakteristik, yaitu yang pertama, siswa menentukan tujuan sendiri dari tujuan utama pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Siswa dapat membagi-bagi tujuan pembelajaran sesuai dengan keinginannya namun pada akhir secara keseluruhan proses belajar harus mencapai tujuan utama yang ditetapkan. Kedua, belajar mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan media belajar. Ketiga, belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di perpustakaan, di warnet, dan dimanapun tempat yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar sesuai dengan kenyamanan siswa. Keempat, belajar mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang dikehendaki pembelajar, di antara waktu yang digunakan untuk kegiatankegiatan lain. Kelima, kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan
sendiri
oleh
pembelajar, 20
sesuai
dengan
kebutuhan,
kemampuan, dan kesempatan yang tersedia. Keenam, pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ketujuh, evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Kedelapan, siswa melakukan refleksi sendiri terhadap hasil belajar mandiri yang telah dilakukan. Kesembilan, belajar mandiri dapat dijalankan dalam sistem pendidikan formal, nonformal, atau bentuk-bentuk belajar campuran. Kesepuluh, sistem belajar mandiri melatih siswa untuk menjalankan lifelong education selepas pendidikan formal yang dijalaninya(Haris Mudjiman, 2007: 16-19). Dengan memerhatikan ciri-ciri di atas, dapat dikatakan bahwa belajar mandiri tidak berpatokan pada suatu aturan. Jadi tidak ada aturan khusus yang membelenggu siswa dalam belajar mandiri. Siswa bebas/fleksibel mengatur segala urusan untuk belajarnya secara mandiri dan dapat disesuaikan dengan minat, motivasi, dan kemampuan masing-masing individu. Jadi untuk masing-masing siswa atau individu memiliki cara, tujuan, dan proses yang berbeda-beda. Belajar mandiri dapat melatih siswa untuk menganalisis kebutuhan yang dia butuhkan dan bagaimana cara memenuhinya, khususnya dalam hal belajar. Jadi belajar mandiri sangat memudahkan siswa untuk belajar sesuai keinginannya. Belajar mandiri dapat memberikan manfaat terhadap kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa, manfaat tersebut diantaranya mampu
memupuk
tanggung jawab, 21
meningkatkan
keterampilan,
memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kreatif, berfikir kritis, menumbuhkan percaya diri yang kuat dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri. Dari manfaat tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar mandiri sebenarnya memiliki nilai tambahan dibandingkan dengan kegiatan belajar di sekolah, namun hal ini bukan berarti belajar mandiri dapat berdiri sendiri. Belajar mandiri dapat menjadi alternatif atau cara tambahan untuk menunjang pembelajaran di sekolah. Belajar mandiri melatih siswa untuk tidak terlalu mengandalkan penjelasan guru di sekolah. Belajar mandiri dapat melepaskan diri siswa dari belenggu keterikatan dengan orang lain, pendapat orang lain, paksaan, keinginan, dan harapan orang lain, akan tetapi menjadi dirinya sendiri. Namun faktanya, banyaknya atau besarnya manfaat belajar mandiri belum mampu dirasa oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan belajar mandiri belum tersosialisasi di kalangan peserta didik, budaya belajar mandiri belum begitu berkembang di kalangan para siswa di Indonesia, kebanyakan dari mereka masih beranggapan bahwa guru satusatunya sumber ilmu. Belajar mandiri dalam kenyataannya lebih sukar dan dapat dilaksanakan bila syarat-syarat tertentu dapat dipenuhi, salah satunya yaitu apabila adanya masalah yang riil, aktual dan memiliki kaitan dengan kehidupan siswa, sehingga menarik bagi siswa untuk mencari jawabannya. Siswa-siswa di sekolah sering dihadapkan dengan sejumlah mata pelajaran yang terpaksa mereka menguasainya, akhirnya materi itu 22
terkuasai tetapi tidak bermakna bagi dirinya. Belajar mandiri adalah memberi kebebasan kepada mereka untuk mencari, mengidentifikasi, memecahkan, mencari solusi, membandingkan, dan menilai sesuatu masalah yang berkaitan dengan dirinya. Berdasarkan syarat tersebut di atas maka dapat tercipta suatu belajar mandiri. Jadi belajar mandiri tidak serta merta dapat terjadi atau terbentuk dengan sendirinya. Ada syarat atau faktor-faktor sehingga belajar mandiri dapat terbentuk. 2.
Pembelajaran Fisika Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang menuntut siswa aktif. Pembelajaran fisika tidak bisa mencapai tujuan jika tidak ada proses ilmiah dan sikap ilmiah. Pembelajaran fisika diharapkan mampu menanamkan dan membudayakan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Hal tersebut berdampak pada peran guru yang bergeser dari penyampai pengetahuan menjadi agen pendidikan dalam pembelajaran yang lebih memfokuskan pada aktivitas siswa. Untuk menumbuhkan semua itu siswa harus benar-benar aktif, jika siswa hanya pasif, tujuan pembelajaran tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan yaitu menghasilkan produk ilmiah. Siswa dilibatkan aktif memecahkan masalah untuk menemukan solusi. Membiasakan siswa aktif memecahkan masalah merupakan modal bagi siswa untuk memiliki kompetensi yang pada gilirannya dapat
23
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, lebih mandiri dalam mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya dan mandiri dalam pekerjaan. Pembelajaran fisika akan lebih bermakna apabila dampak dari pembelajaran fisika siswa dapat mengembangkan pengalaman untuk lebih memahami dunia nyata, menggunakan proses dan prinsip-prinsip keilmuan untuk membuat keputusan, terlibat aktif dalam diskusi tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, meningkatkan kesejahteraan melalui pengetahuan, pemahaman dan keterampilan keilmuan dalam meniti karier (Achmad dkk, 2007: 200). Pembelajaran fisika sebenarnya dapat melatih siswa untuk berpikir dan berperilaku ilmiah serta dapat menumbuhkan tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa akan menjadi lebih mudah mengingat pembelajaran yang dialaminya. Selain itu, dengan bantuan media audio visual juga dapat membantu dan mewujudkan pembelajaran fisika yang tidak bisa dilakukan secara praktik langsung. Media audio visual sangat membantu serta dapat dengan mudah digunakan pada masa sekarang ini, dimana teknologi sudah berkembang dan mudah didapatkan. 3.
Media Pembelajaran a. Pengertian Media Kata „media‟ berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata „medium‟. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad (Rudi, 2007: 24
205).
Sedangkan
menurut
Rusman
dkk
(2012:
60)
media
pembelajaran adalah alat atau bentuk stimulus yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau tidak, tulisan, dan suara yang direkam. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media
pembelajaran
adalah
segala
sesuatu
yang
mampu
menyampaikan pesan ataupun materi kepada siswa, baik dalam bentuk cetak, audio visual ataupun nyata yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Jadi media pembelajaran mampu membuat siswa lebih tertarik untuk belajar dibandingkan jika siswa hanya mendapat penjelasan verbal dari guru. Pembuatan media pembelajaran yang lebih kreatif, akan semakin membuat siswa mengetahui pengetahuan lebih banyak dan mampu meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi pada media tersebut. Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang digunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan pada saat itu
25
dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.
Lambang kata Lambang
visual Gambar tetap, rekaman dan radio Gambar hidup Televisi Pemeran museum Darmawisata Percontohan Pengalaman dramatisasi Pengalaman tiruan Pengalaman langsung
Gambar 2. Gambar kerucut EdgarDale (Sumber: Rudi, 2007: 207) Dari Gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa kelengkapan media dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh pancaindra, sehingga daya imajinasi, kreativitas, fantasi, emosi peserta didik berkembang ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu indra akan lebih efektif dibandingkan dengan hanaya satu indra saja. Hal tersebut terbukti dari susunan kerucut tersebut. 26
Kemudian selanjutnya teori komunikasi mulai memengaruhi penggunaan media, sehingga fungsi media selain sebagai alat bantu juga berfungsi sebagai penyalur pesan. Kita sekarang berada dalam era informasi, yang ditandai dengan tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam waktu yang singkat. Media
telah
mempengaruhi
seluruh
aspek
kehidupan,
walaupun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara-negara yang telah maju media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu jaga (Rudi, 2007: 207). Dalam perkembangan teknologi, peran guru telah berubah dari sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak, memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran (Rusman dkk, 2012: 58). Dengan konsepsi yang semakin mantap pada masa sekarang ini, maka fungsi media tidak lagi hanya sebatas alat bantu guru, namun juga dapat sebagai pembawa informasi atau pesan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pembelajar.
27
Dengan hal tersebut, maka kini guru dapat memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran. Media itu sendiri sekarang tidak hanya sebatas buku atau alat peraga. Dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini media mempunyai banyak jenis dan banyak macam, termasuk juga multimedia. Multimedia ini, mampu memberi kesan yang besar dalam bidang media pembelajaran karena bisa mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Dengan berkembangnya teknologi multimedia, unsur-unsur video, bunyi teks dan grafik dapat dikemas menjadi satu melalui pembelajaran berbasis komputer. Sekarang ini materi pembelajaran telah banyak ditemukan
di pasaran yang
disediakan
Contohnya
dalam
bentuk
CD
atau
DVD.
yaitu
ensiklopedia, kamus elektronik, buku elektronik, materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk CD atau DVD dan masih banyak lagi. Penggunaan
media
pembelajaran
yang
berbasis
TIK
merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memerhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran tersebut (Rusman dkk, 2012: 105). Tidak semua guru atau pengajar mampu menggunakan media pembelajaran, namun sekarang ini banyak pelatihan atau sosialisasi 28
untuk pembuatan media berbasis TIK untuk guru. Dan hal tersebut dapat membantu guru atau pengajar yang sebelumnya belum bisa memanfaatkan komputer untuk pembuatan media pembelajaran. b. Syarat atau kriteria media pembelajaran yang baik Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat, salah satunya yaitu harus meningkatkan motivasi peserta didik. Selain itu media juga harus mampu merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari dan mampu menarik minat siswa untuk mau belajar. Media yang baik juga akan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Terdapat enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (TIK), yaitu kemudahan navigasi; kandungan kognisi; pengetahuan dan presentasi informasi; integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan yang harus dipelajari; media harus mempunyai tampilan yang artistik (estetika) untuk menarik minat peserta didik; dan fungsi secara keseluruhan (Rusman, dkk, 2012: 61-62). Dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran, seorang guru harus mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai acuan dalam mengoptimalkan pembelajaran. Prinsipprinsip tersebut diantaranya adalah:
29
a.
Efektivitas Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada ketepatgunaan (efektivitas) dalam pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran atau pembentukan kompetensi. Guru harus dapat berusaha agar media pembelajaran yang diperlukan untuk membentuk kompetensi secara optimal dapat digunakan dalam pembelajaran.
b. Relevansi Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan tujuan, karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan siswa, serta dengan waktu yang tersedia. c. Efisiensi Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus benar-benar memerhatikan bahwa media tersebut murah atau hema biaya tetapi dapat menyampaikan inti pesan yang dimaksud, persiapan dan penggunaannya relatif memerlukan waktu yang singkat, kemudian hanya memerlukan sedikit tenaga. d. Dapat digunakan Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar dapat digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat menambah pemahaman siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
30
e. Kontekstual Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus mengedepankan aapek lingkungan sosial dan budaya siswa. Alangkah baiknya jika mempertimbangkan aspek pengembangan pada pembelajaran life skills (Rusman dkk, 2012: 175). Jadi, dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran, seorang guru tidak boleh hanya asal menentukan. Maksudnya yaitu, guru harus memiliki pertimbangan dan mengetahui sisi positif dan negatif dari suatu media pembelajaran. Serta guru dapat menentukan media pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya. Proses belajar mandiri mengubah peran guru menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri. Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut Prawiradilaga (2004 : 194) beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh materi ajar ini adalah: 1) Kejelasan rumusan tujuan belajar 2) Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual
31
3) Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh/ bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan. 4) Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video. 5) Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan email; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh peserta didik. 6) Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama. c. Manfaat media pembelajaran Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut; pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahamai oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik, metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak 32
kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2010: 2). Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya penggunaan simulasi pada media agar siswa dapat membayangkan secara kongkrit. Contoh lain dari penggunaan
multimedia
berbasis
komputer
adalah
tampilan
multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan siswa pada pelajaran eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium. 4.
Lectora Tuntutan profesionalitas seorang guru yang kreatif tidak hanya mampu menguasai materi yang diajarkan, tetapi juga mampu membuat kegiatan pembelajaran yang bermakna dan mampu membuat siswa tertarik. Guru harus mampu membuat strategi dan media pembelajaran yang menarik dan terbilang asing bagi siswa agar lebih mampu membuat siswa terkesan dan tertarik untuk mempelajari materi di dalamnya. Salah satu media pembelajaran yang dapat dibuat guru dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu lectora inspire. Lectora inspire adalah software yang tergolong masih baru dan belum 33
banyak siswa yang mengetahui ataupun menggunakan software ini. Sebenarnya banyak software yang bisa atau mampu untuk dijadikan media pembelajaran, tetapi lectora inspire merupakan authoring tool yang
dapat
memudahkan
guru
dalam
pembuatan
multimedia
pembelajaran berbasis TIK. Lectora sangat cocok untuk digunakan dalam e-learning karena lectora dapat di publish ke internet dapat juga di publish dalam bentuk file exe. Pengguna lectora inspire pemula dapat membuat media pembelajaran menggunakan software ini tanpa harus mengetahui dan bisa bahasa pemrograman secara detail, karena pembuatannya yang tidak memerlukan rumus atau kode pemrograman yang rumit. Lectora adalah authoring tool untuk pengembangan konten elearning yang dikembangkan oleh Trivantis Corporation. Lectora® Inspire mampu membuat kursus online cepat dan sederhana. Pendirinya adalah Timothy D Loudermilk di Cincinnati, Ohio, Amerika tahun 1999 (Muhamad Mas‟ud, 2013: 1). Lectora telah terintegrasi dengan berbagai menu yang dibutuhkan untuk membuat konten multimedia yang bersifat interaktif dengan sangat mudah dan cepat karena didukung dengan program Camtasia, Snagit, Flypaper. Lectora inspire mempunyai beberapa keunggulan dibanding program lainnya, yaitu lectora memiliki template yang lengkap; lectora dapat digunakan untuk membuat website serta dapat mengonversi presentasi Microsoft powerpoint ke konten e-learning; fitur yang 34
digunakan dalam lectora dapat memudahkan pemula untuk membuat media pembelajaran interaktif; dapat membuat proses pembelajaran lebih mudah dan dapat membuat siswa tertarik untuk belajar; serta dapat mendukung siswa aktif dalam pembelajaran. Berikut tampilan dari Lectora Inspire
Gambar 3. Tampilan Blank PageLectora Inspire (Sumber: Muhamad Mas’ud, 2007: 5) B. Materi Belajar Fisika SMA Fluida Ketika kita menyebutkan istilah „fluida‟, interpretasi kita langsung tertuju pada zat cair. Fluida tidak identik dengan zat cair, cakupan fluida meliputi zat yang mengalir termasuk gas dan zat cair. Bahkan ada beberapa zat padat yang dalam waktu yang cukup lama berperilaku mengalir seperti fluida, misalnya gelas/kaca yang dalam kondisi tertentu 35
bisa mengalir. Definisi fluida sesungguhnya adalah suatu zat yang mudah berubah bentuk, sehingga bisa meliputi zat cair, gas, atau benda padat yang dalam waktu tertentu berubah bentuk seperti pasir yang digunakan untuk jam pasir (Mohamad Ishaq, 2007: 303). Fluida ini dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni fluida statis dan fluida dinamis. Pada penelitian ini, penulis membatasi materi hanya pada fluida statis. Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam keadaan tidak bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikelpartikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser. Berikut yang termasukpada materi fluida statis, yaitu: 1. Tekanan Tekanan merupakan gaya normal (gaya tegak-lurus) yang bekerja pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang tersebut. Dan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐹
𝑝 = 𝐴 …………………………………………………………...(1) dengan: p = tekanan (N/m2) F = gaya pada permukaan (N) A = luas permukaan (m2) Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (disingkat Pa) untuk memberi penghargaan kepada Blaise Pascal, penemu hukum Pascal. 1 Pa = 1 N m-2 36
2. Tekanan Hidrostatis
Gambar 4. Menghitung tekanan pada kedalaman h Tekanan yang disebabkan zat cair pada kedalaman h (tekanan hidrostatis) seperti pada Gambar 4 ini disebabkan oleh berat kolom zat cair di atasnya. Dengan demikian gaya yang bekerja pada luas daerah tersebut adalah F = mg = ρAhg, di mana Ah adalah volume kolom, ρ adalah massa jenis zat cair (dianggap konstan) dan g adalahpercepatan gravitasi. Tekanan hidrostatis dapat di tuliskan dalam persamaan berikut ini :
p
F Ahg A A
ph = ρgh……………………………………………………………… (2) keterangan : ph = tekanan hidrostatis (N/m2 = Pa) ρ = massa jenis fluida (kg/m3) g = percepatan gravitasi (m/s2) h = kedalaman fluida dari permukaan (m)
37
Dalam Persamaan (2), hanya tekanan oleh fluida yang diperhatikan. Sedangkan umumnya di permukaan fluida bekerja tekanan udara luar po. Tekanan udara luar harus ditambahkan jika ingin menghitung tekanan pada suatu kedalaman tertentu dari permukaan fluida. Tekanan dalam fluida pada setiap kedalaman h yang diukur dari permukaan dinyatakan sama dalam bentuk persamaan : 𝑝 = 𝑝𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 + 𝑝𝑖𝑑𝑟𝑜𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑠 𝑝 = 𝑝𝑜 + 𝜌𝑔 …………………………..………………………….. (3) Penerapan tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut: a. Konstruksi bendungan Pada konstruksi bendungan, yaitu semakin ke bawah, bendungan dibuat semakin tebal/kuat karena semakin dalam air, maka tekanannya semakin besar, maka pada bendungan dibuat dengan lebih tebal di dasarnya daripada di bagian atasnya, agar bendungan itu dapat menahan tekanan air. b. Telinga sakit saat menyelam Ketika menyelam seringkali telinga penyelam terasa sakit. Sakit yang dirasakan merupakan akibat dari tekanan hidrostatis. Semakin dalam menyelam, maka tekanan hidrostatis juga semakin besar. Apabila penyelam terlalu dalam menyelam, maka bisa jadi telinga penyelam akan rusak karena tekanan hidrostatis yang dialami penyelam lebih besar daripada kemampuan telinga penyelam tersebut. 38
Oleh karena itu, manusia hanya mampu menyelam sampai kedalaman tertentu saja. Hukum Utama Hidrostatis Hukum Utama Hidrostatis menyatakan bahwa, “semua titik yang berada pada bidang datar yang sama dalam fluida homogen, memiliki tekanan total yang sama”.
Gambar 5. Air pada bejana berhubungan Permukaan di titik A, B, C, dan D datar. Hal ini dikarenakan bahwa tinggi permukaan tidak bergantung pada bentuk penampang tempat fluida. Hukum utama hidrostatistika juga berlaku pada pipa U (bejana berhubungan yang lebih dari satu macam zat cair yang tidak bercampur. Percobaan pipa U ini biasanya digunakan untuk menentukan massa jenis zat cair. Berdasarkan tekanan hidrostatik maka dapat ditentukan besar gaya hidrostatik yang bekerja pada dasar bejana tersebut. Contoh penerapan hukum utama hidrostatik misalnya pada penggunaan water pass. 3. Hukum Pascal Blaise
Pascal
(1623
–
1662),
seorang
sarjana
Perancis,
berkesimpulan bahwa gaya yang menekan zat cair di dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata. Hal itu selanjutnya 39
dinyatakan
sebagai
Hukum
Pascal
yang
berbunyi
sebagai
berikut:“Tekanan yang diberikan kepada zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala arah”. Menurut Douglas C. Giancoli (1999: 330), jika suatu fluida yang dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat bergerak maka tekanan di suatu titik tertentu tidak hanya ditentukan oleh berat fluida di atas permukaan air, tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan oleh penghisap. Gambar 6 menunjukkan gambar fluida yang dilengkapi oleh dua penghisap dengan luas penampang berbeda. Penghisap pertama memiliki luas penampang yang kecil (diameter kecil) dan penghisap yang kedua memiliki luas penampang yang besar (diameter besar).
F1 A1
A2 F2
Gambar 6. Fluida Dilengkapi Penghisap dengan Luas Permukaan Berbeda Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah, maka tekanan yang masuk pada penghisap pertama sama dengan tekanan pada penghisap kedua. Tekanan dalam fluida dapat dirumuskan dengan persamaan di bawah ini.
40
Sehingga persamaan hukum Pascal dapat ditulis sebagai berikut: 𝑝1 = 𝑝2 𝐹1 𝐴1
=
𝐹2 𝐴2
……………………………………….……….…(4)
Keterangan : 𝑝1 dan𝑝 = Tekanan Pascal 1 dan 2 (Pa) 𝐹1 dan 𝐹2 = Gaya pada penampang 1 dan 2 (N) 𝐴1 dan 𝐴2 = Luas pada penampang 1 dan 2 (m2)
A1
A2 F1
F2
Gambar 7. Prinsip kerja pengangkat hidrolik (Sumber : www.brightubengineering.com) Prinsip kerja pengangkat hidrolik yaitu, tekanan pada kedua piston sama besar (P1 = P2). Dengan gaya tertentu pada permukaan kecil A1, maka dapat diperoleh gaya yang lebih besar pada permukaan A2. Penerapan hukum pascal yaitu pada dongkrak hidrolik, pengangkat hidrolik, dan rem hidrolik. 4. Hukum Archimedes Hukum Archimedes berbunyi ‘jika sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya di dalam fluida akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan‟. 41
Gambar 8. Gaya-gaya yang bekerja pada benda Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut: 𝐹𝐴= 𝜌 𝑔 𝑉 …………………………………………………………....(5) Keterangan: FA = gaya Archimedes (N) 𝜌 = massa jenis zat cair (kgm-3) 𝑔 = percepatan gravitasi (ms-2) 𝑉 = volume benda (m3) Berikut ini adalah penerapan hukum Archimedes pada kehidupan sehari-hari : 1.
Balon udara Penerapan Archimedes
prinsip
hukum
yaitu
prinsip
kerja balon udara. Balon udara
adalah
penerapan
prinsip Archimedes di udara. Sebenarnya aplikasi hukum Archimedes
tidak
hanya
berlaku untuk benda cair Gambar 9. Balon Udara (Sumber : softwaremediarefire.blogspot.co.id) 42
tetapi juga benda gas.
Untuk dapat terbang melayang di udara, balon udara harus diisi dengan gas yang bermassa jenis lebih kecil dari massa jenis udara atmosfer, sehingga balon udara dapat terbang karena mendapat gaya ke atas, misalnya diisi udara panas. Udara panas memiliki tingkat kerenggangan lebih besar daripada udara biasa. Sehingga massa jenis udara tersebut menjadi ringan. 2.
Kapal Selam Penerapan
hukum
Archimedes
yaitu prinsip kerja kapal selam. Kapal selam didesain memiliki tanki balast (trim), tanki balast berfungsi menyimpan udara dan air, Gambar 10. Kerangka Kapal selam (Sumber: majalah1000guru.net)
letaknya
tergantung
berbeda-beda
biro
desain
yang
merancangnya. Ketika kapal selam siap untuk menyelam, katup-katup besar
yang
dikenal
sebagai
kingstons, yang terletak di dasar tanki Gambar 11. Kapal selam (Sumber: pustakafisika.wordpress.com)
balast
dibuka
untuk
membiarkan air masuk ke dalam tanki.
Udara di dalam tanki keluar melalui katup-katup pada bagian atas, yang dikenal sebagai lubang-lubang angin. Kapal selam kemudian masuk ke dalam air. Ketika kapal selam siap untuk muncul ke permukaan, 43
lubang-lubang angin ditutup dan tekanan udara didorong masuk ke dalam tangki-tangki. Hal ini meniup air kembali melalui kingstons, dan kapal selam tersebut naik ke permukaan. 3.
Kapal Laut Penerapan
prinsip
hukum
Archimedes yang ketiga yaitu kapal laut. Kapal laut terbuat dari besi atau kayu yang dibuat berongga di bagian tengahnya. berdasarkan
Aplikasi
kapal
bunyi
laut hukum
Archimedes dimana gaya apung suatu Gambar 12. Kapal Laut (Sumber :pustakafisika.wordpress.com
benda sebanding denganberat air yang dipindahkan.
Dengan menggunakan prinsip tersebut, maka kapal laut bisa terapung dan tidak tenggelam. 4.
Hidrometer Penerapan
prinsip
hukum
Archimedes yang keempat yaitu alat
pengukur
massa
jenis
(Hidrometer). Hidrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk
Gambar 13. Hidrometer (Sumber:tekananasyik.blogspot. co.id)
mengukur massa jenis zat cair.
44
Cara kerja hidrometer merupakan realisasi hukum Archimedes, di mana suatu benda yang dimasukkan ke dalam zat cair sebagian atau keseluruhan akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan. Jika hidrometer dicelupkan ke dalam zat cair, sebagian alat tersebut akan tenggelam. Semakin besar massa jenis zat cair, semakin sedikit bagian hidrometer yang tenggelam. Seberapa banyak air yang dipindahkan oleh hidrometer akan tertera pada skala yang terdapat pada alat hidrometer. Ada tiga keadaan benda dalam zat cair, yaitu terapung, melayang, dan tenggelam. Dengan menggunakan hukum 1 Newton dan hukum Archimedes, kita dapat menentukan syarat benda terapung, melayang, dan tenggelam. a. Terapung Benda dikatakan terapung jika sebagian dari benda tercelup atau berada di bawah permukaan air, sedangkan bagian yang lain berada di atas permukaan air. Pada benda terapung, besarnya gaya Archimedes FA sama dengan berat benda 𝑤 = 𝑚𝑔. Jadi, 𝐹𝐴 > 𝑚𝑔 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑔 𝑉𝑡 > 𝜌𝑏 𝑉𝑏 𝑔 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑉𝑡 > 𝜌𝑏 𝑉𝑏
Gambar 14. Gaya-gaya pada saat benda terapung 45
Volume yang tercelup Vt selalu lebih kecil daripada volume benda Vb. Jadi, massa jenis benda (ρb) yang terapung lebih kecil daripada massa jenis fluida ρb< ρ fluida. b. Melayang Pada benda melayang, besarnya gaya Archimedes FA sama dengan berat benda 𝑤 = 𝑚𝑔. Jadi, 𝐹𝐴 = 𝑚𝑔 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑔 𝑉𝑡 = 𝜌𝑏 𝑉𝑏 𝑔
Gambar 15. Gaya-gaya pada saat benda melayang Akan tetapi, volume benda yang tercelup sama dengan volume benda Vb. Jadi, syarat benda melayang adalah 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 = 𝜌𝑏 . Pada benda melayang, massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair. c. Tenggelam Pada saat tenggelam, besar gaya Archimedes FA lebih kecil daripada berat benda mg. Dalam hal ini volume benda yang tercelup Vt sama dengan volume benda Vb. Akan tetapi, benda bertumpu pada dasar bejana sehingga ada gaya normal N sehingga berlaku: 𝐹𝐴 + 𝑁 = 𝑤 𝑁 = 𝜌𝑏 𝑉𝑏 𝑔 − 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑔 𝑉𝑡 46
Gambar 16. Gaya-gaya pada saat benda tenggelam Gaya normal N selalu positif sehingga 𝜌𝑏 > 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 . Jadi, benda akan tenggelam dalam fluida jika massa jenis benda itu lebih besar daripada massa jenis fluida. 5. Gejala Kapilaritas Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair pada pipa kapiler. Kapilaritas dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi.
Gambar 17. Kapilaritas Secara matematis dapat dituliskan:
𝑦=
2 𝛾 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝜌𝑟𝑔
…………………………………………………...(6)
Keterangan: 𝑦 = naik/turunnya zat cair dalam kapiler (m) 𝛾 = tegangan permukaan zat cair (N/m) 𝜃 = sudut kontak 𝜌 = massa jenis zat cair (kg/m3) 𝑟 = jari-jari penampang pipa (m) 𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2) 47
6. Viskositas dan Hukum Stokes Viskositas(kekentalan) dapat dianggap sebagai gesekan pada fluida. Karena adanya viskositas maka untuk menggerakkan benda di dalam fluida diperlukan gaya. Fluida, baik zat cair maupun zat gas mempunyai viskositas. Zat cair lebih kental dibanding gas, sehingga gerak benda di dalam zat cair akan mendapatkan gesekan yang lebih besar dibanding di dalam gas.
Gambar 18. Sebuah bola yang dimasukkan di dalam fluida Gaya Stokes adalah Gaya gesekan terhadap bola yang timbul jika fluida memiliki viskositas. Secara matematis, gaya Stokes dirumuskan: 𝐹𝑠 = 6𝜋 𝜂 𝑟 𝑣 ……………………………………………………….(7) Keterangan: 𝐹𝑠 = Gaya Stokes (N) 𝜂 = Kooefisien viskositas (Nsm-2) 𝑟 = jari-jari bola (m) 𝑣 = kecepatan relatif bola terhadap fluida (ms-1) Penerapan dalam kehidupan sehari- hari yaitu penentuan kualitas pada oli.
48
C. Hasil Penelitian yang Relevan Adapun penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh: Anisa
Istifaroh tahun
2013
yang berjudul
“Pengembangan
Multimedia Interaktif dengan Software Lectora pada Materi Fertilisasi sebagai Bahan Ajar Mandiri Siswa Kelas XI IPA”. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan multimedia interaktif dengan software lectora yang berkualitas sebagai bahan ajar mandiri siswa kelas XI IPA dan mengetahui kemanfaatan multimedia interaktif dengan software Lectorasebagai upaya meningkatkan minat belajar mandiri siswa kelas XI IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan sesuai dengan desain yang diharapkan oleh siswa dan guru dilihat dari angket yang masuk kriteria “sangat baik” dan multimedia interaktif yang dikembangkan mampu meningkatkan
minat
belajar
mandiri
siswa
sehingga
media
yang
dikembangkan dinyatakan bermanfaat. Relevansi dari penelitian ini adalah sama-sama mengembangkan media pembelajaran menggunakan lectora dan media pembelajarannya sama-sama digunakan untuk pembelajaran mandiri. Perbedaannya,pada penelitian ini materi yang digunakan adalah materi fluida statis pada materi pelajaran fisika. Royan
Purnama
Munggara
tahun
2008
yang
berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbantuan Komputer”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah sistematis pengembangan media pembelajaran berbantuan komputer dan untuk 49
mengetahui kualitas produk pengembangan media pembelajaran berbantuan komputer. Hasil penelitian menunjukkan langkah sistematis pengembangan media terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap 1 yang meliputi pengumpulan referensi dan penyusunan naskah. Tahap 2 terdiri dari pembuatan CD media pembelajaran IPA Fisika dengan program macromedia flash professional 8; mengkonsultasikan CD media pembelajaran kepada dosen pembimbing dan seorang ahli media serta ahli materi; dan peer reviewer oleh 5 orang mahasiswa. Tahap 3 meliputi penilaian guru IPA terhadap media pembelajaran IPA Fisika; penilaian siswa terhadap media pembelajaran IPA Fisika berbantuan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan, berada pada rentang skor 3,40 < X ≤ 4,21. Jadi media yang dikembangkan memiliki kualitas “baik”. Wahyu Trias Wulandari tahun 2014 yang berjudul “Game Edukatif Berbasis Role Playing sebagai Sumber Belajar Fisika Mandiri Pada Materi Pengukuran Untuk Siswa SMA Kelas X”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas produk game edukatif berbasis role playing sebagai sumber belajar mandiri pada materi pengukuran untuk siswa SMA kelas X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk game edukatif berbasis role playing sebagai sumber belajar mandiri pada materi pengukuran untuk siswa SMA kelas X berkategori sangat baik berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, guru, serta respon siswa. Relevansi dari penelitian ini adalah sama-sama mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer dan media pembelajarannya sama-sama digunakan untuk pembelajaran mandiri. 50
D. Kerangka Berpikir Materi fisika yang harus dikuasai siswa SMA di sekolah cukup kompleks dan membutuhkan waktu yang relatif banyak. Dengan hal tersebut maka siswa tidak dapat hanya mengandalkan buku teks dan penjelasan guru di sekolah sebagai sumber pengetahuan. Proses belajar mengajar tidak harus dilakukan di sekolah, tetapi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja sesuai keinginan manusianya dengan menggunakan sumber belajar dan media belajar. Untuk hal tersebut, maka belajar mandiri sangatlah diperlukan siswa untuk mencapai semua indikator yang diharapkan. Belajar mandiri dapat melatih maupun membantu siswa untuk lebih dapat memahami materi fisika tanpa khawatir terbatasanya waktu pembelajaran fisika di sekolah. Dalam pembelajaran mandiri, siswa melakukan aktivitas belajar sendiri sehingga materi yang ia baca akan lebih melekat dan mudah diingat. Dalam pembelajaran mandiri, peran pengajar atau guru adalah sebagai pendamping sehingga membuka kesempatan siswa untuk mendapat ruang kerja atau aktivitas belajar seluas-luasnya baik tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh pembelajar sendiri dengan peran pengajar/guru tidak terlalu menonjol. Belajar mandiri di SMA N 1 Kasihan belum mampu menarik minat para siswanya. Siswa masih hanya mengandalkan penjelasan guru di sekolah dan jarang siswa yang mau membuka pelajarannya lagi di rumah. 51
Untuk hal tersebut, sangat diperlukan alat bantu, sumber belajar atau media belajar untuk pembelajaran mandiri (pembelajaran di luar jam sekolah) yang baru dan asing bagi siswa untuk dapat menarik minat siswa. Salah satu media yang dapat diterapkan dan dapat dibuat guru tanpa harus memahami bahasa pemrograman adalah menggunakan software lectora inspire, dimana bahan ajar ini menyajikan materi berupa audio-visual dan terdapat beberapa latihan soal serta game untuk latihan soal. Dengan media ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk meningkatkan minat belajar mandirinya tanpa tergantung dari pihak lain terutama guru di sekolah. Pada penelitian ini, media disusun oleh penulis sebagai media pembelajaran mandiri fisika menggunakan lectora inspire, sehingga menghasilkan produk yang akan dikembangkan. Pada penelitian ini diharapkan
nantinya
media pembelajaran
Fisika SMA kelas
X
menggunakan software lectora inspire yang dihasilkan memiliki kualitas sangat baik dan harapannya multimedia interaktif dengan software lectora ini, akan membuat siswa terdorong untuk meningkatkan belajar mandirinya dan tertarik mempelajari serta memahami materi fluida statis. Hal tersebut dikarenakan produk ini merupakan media pembelajaran interaktif yang dapat memudahkan siswa untuk menggunakan media ini secara mandiri tanpa bimbingan guru. Produk ini diharapkan mampu membuat siswa tertarik untuk belajar fluida statis secara mandiri dan dapat membantu siswa untuk belajar secara 52
mandiri tanpa bimbingan guru di sekolah karena media ini memang di desain untuk pembelajaran individual secara mandiri. Diharapkan media tersebut dapat digunakan sebagai sumber oleh guru maupun siswa untuk membantu siswa belajar fluida statis secara mandiri. Berikut bagan atau skema tahapan penelitian ini: 1. Studi lapangan/observasi 2. Studi literatursoftware
Penelitian dan pengumpulan informasi
1. Menyusun kerangka bahan dan flowchart 2. Menentukan sistematika
Perencanaan
1. Membuat dan mengembangkan produk sesuai perencanaan 2. Memvalidasi produk awal kepada validator ahli media 3. Memvalidasi produk awal kepada validator ahli materi 4. Merevisi produk awal
Pengembangan produk awal
Uji coba terbatas
Melakukan uji terbatas
Merevisi produk berdasarkan uji terbatas
Revisi produk utama
Uji coba lapangan
Uji coba lapangan
Gambar 19. Bagan kerangka berpikir 53
E. Pertanyaan Penelitian 1a. Bagaimanakah kelayakan produk pengembangan media pembelajaran menggunakan lectora untuk mata pelajaran fisika SMA kelas X IPA pada pokok bahasan fluida statis sebagai sumber belajar mandiri berdasarkan ahli media ? 1b. Bagaimanakah kelayakan produk pengembangan media pembelajaran menggunakan lectora untuk mata pelajaran fisika SMA kelas X IPA pada pokok bahasan fluida statis sebagai sumber belajar mandiri berdasarkan ahli materi ? 2a. Bagaimanakah respon peserta didik terhadap produk media pembelajaran mandiri fisika dengan lectora untuk peserta didik SMA kelas X IPA pada pokok bahasan fluida statis ?
54